Anda di halaman 1dari 81

Kawasan Ekonomi Khusus

dan Strategis di Indonesia:

Tinjauan atas Peluang


dan Permasalahan

Yose Rizal Damuri David Christian Raymond Atje

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 3


© Hak Cipta dilindungi Undang-undang
ISBN 978-979-1295-25-3

Centre for Strategic and International Studies, Jakarta, 2015

Didukung oleh:
Knowledge Sector Initiative

Penulis:
Yose Rizal Damuri
David Christian
Raymond Atje

Desain Layout & Cover:


Lucynda Gunadi (99a.biz), foto cover oleh seamartini 123rf

Percetakan:
PT Kanisius, Yogyakarta

4
Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 5
Daftar Isi

Daftar Singkatan 08

Daftar Tabel 09

Daftar Gambar 10

Daftar Box 10

Bab 1 - Tinjauan Literatur Kawasan Ekonomi Khusus 11


1.1. Pendahuluan 11
1.2. Memahami Kawasan Ekonomi Khusus 12
1.3. Alasan Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus 13
1.4. Beberapa Tinjauan Mengenai Dampak KEK 14
1.5. Tantangan dan Tren Terbaru 15

Bab 2 - Inisiatif Kawasan Strategis Indonesia di Masa Lalu 17


2.1. Tujuan & Sejarah Pengembangan Kawasan 17
2.2. Fokus dan Insentif yang Berbeda 21
2.3. Sejumlah Kendala yang Dihadapi 22

Bab 3 - Strategi Promosi Ekspor: 23


Pengembangan Kawasan Berikat dan KPBPB
3.1. Latar Belakang dan Konteks Sejarah 23
3.2. Kebijakan Pengembangan Kawasan Berikat di Indonesia 23
3.3. Evaluasi Singkat Kawasan Berikat di Indonesia 25
3.4. Kendala Pengembangan Kawasan Berikat di Indonesia 27
3.5. Batam: Potensi Besar yang Belum Tergali Maksimal 27

6
Bab 4 - Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia 39
4.1. Motivasi dan Latar Belakang 39
4.2. Kerangka Peraturan dan Kelembagaan KEK 41
4.3. Fasilitas dan Insentif KEK 43
4.4. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus 46
4.5. Isu dan Tantangan Pengembangan KEK di Indonesia 52
4.5.1. Struktur Kelembagaan 53
4.5.2. Koordinasi Antar Lembaga 56
4.5.3. Sistem Insentif dan Peraturan 57
4.5.4. Pembangunan Infrastruktur 58
4.5.5. Lokasi dan Aglomerasi 61
4.5.6. Akses ke Pasar Internasional 63
4.5.7. Ketenagakerjaan 63
4.5.8. Isu Lahan dan Pertanahan 64

Bab 5 - Pengalaman Pengembangan KEK di Negara Lain 65


5.1. Kawasan Ekonomi Khusus di China 65
5.2. Kawasan Ekonomi Khusus di India 67
5.3. Perbandingan KEK di China, India dan Indonesia 68

Bab 6 - Kesimpulan dan Rekomendasi 71


6.1. Rekomendasi Untuk Kesenjangan Kebijakan 71
6.2. Visi Untuk Kawasan Ekonomi Khusus 72
6.2.1. Fasilitas Perdagangan yang Terintegrasi 73
6.2.2. Keterkaitan ke Rantai Nilai Regional dan Global 75
6.2.3. Pelayanan dan Pengembangan Bisnis 75
Untuk Usaha Kecil Menengah
6.3. Penutup 76
Daftar Referensi 77

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 7


Kata Pengantar

C entre for Strategic and International Studies (CSIS) melakukan


studi untuk melihat beberapa aspek dalam pengembangan KEK serta
memberikan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan kapabilitas KEK
dalam menarik investasi asing yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
ekonomi nasional.
Secara spesifik, kajian tersebut dilakukan antara lain pada beberapa aspek
berikut: (1) aspek kerangka regulasi, di mana studi ini mencermati koherensi dari
kerangka regulasi terkait dengan pengembangan KEK di dalam konteks rezim
regulasi dan perencanaan pembangunan di tingkat nasional, serta di dalam
perspektif otonomi daerah dan desentralisasi, (2) aspek kelembagaan, yang
terkait dengan kerjasama dan peran yang dimainkan dari institusi-institusi yang
terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan KEK, baik pemerintah maupun
swasta, (3) aspek pembangunan dalam KEK, yang mencakup pendanaan dan
pengembangan infrastruktur dalam kawasan dan akses ke kawasan, (4) aspek
penyelenggaraan KEK, yang terkait dengan kebijakan mengenai insentif fiskal
maupun non-fiskal yang ditawarkan bagi pelaku usaha dalam kawasan, serta (5)
pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman pengembangan KEK di Indonesia
di masa lalu, maupun pengalaman sukses KEK di negara lain.
Studi ini mendapatkan banyak manfaat dari berbagai wawancara dan diskusi
yang dilakukan oleh berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima
kasih untuk beberapa pihak tersebut. Di Jakarta, kami sangat berterima kasih
kepada Bapak Enoh Suharto Pranoto, selaku Sekretaris Dewan Nasional KEK,
yang bersama dengan beberapa stafnya sangat membantu dalam proses studi
ini, termasuk dalam wawancara, penyediaan data-data KEK, serta fasilitasi
kunjungan ke beberapa KEK. Selain itu, kami juga berterima kasih kepada Bapak
I Gusti Putu Suryawirawan dari Kementerian Perindustrian, Bapak Siswantoro
dari BKPM, Bapak Imron Bulkin dari Bappenas, yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dengan kami mengenai KEK. Selanjutnya, kami juga
mengucapkan terima kasih bagi seluruh peserta FGD di CSIS untuk mendiskusikan
mengenai tantangan dan prospek bagi KEK di Indonesia.
Di tingkat daerah kami juga mengucapkan terima kasih untuk beberapa pihak
yang turut membantu dalam proses wawancara dan kunjungan, antara lain:

8
Bapak Arsyad Lubis dari Bappeda Sumatera Utara, Bapak Suwarno dan Bapak
Denny Muliawan dari PTPN III, serta beberapa rekan dari Administrator KEK Sei
Mangkei dan APINDO Sumut. Di Bitung Sulawesi Utara, kami menyampaikan
terima kasih kepada Ibu Jenny Karouw dari Dewan Kawasan KEK Sulut, Bapak
Edward Tampubolon dari Bappeda Sulut, serta Bapak Henry Thenoch dari PT
Bangun Wenang Beverages yang telah membantu tim kami dalam kunjungan
ke KEK Bitung. Terakhir, di Batam, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Peter Vincent dari KABIL, Bapak O.K. Simatupang dari APINDO Batam,
serta rekan-rekan dari BP Batam, Ditjen Bea Cukai Batam, dan Bappeda Kota
Batam yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Dalam proses penulisan studi ini juga mendapatkan bantuan dari Audrey
Stienon, yang memberikan asistensi dan pengumpulan informasi, serta beberapa
rekan di CSIS. Terakhir, ucapan terima kasih juga yang setinggi-tingginya bagi
Knowledge Sector Initiative yang telah memberikan dukungan penuh sehingga
studi ini dapat terlaksana.

Yose Rizal Damuri


David Christian
Raymond Atje

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 9


Daftar Singkatan

BBK Batam, Bintan, Karimun


BUMD Badan Usaha Milik Daerah
BUMN Badan Usaha Milik Negara
BUP Badan Usaha Pengelola
CIQP Customs, Immigration & Quarantine Port
DNI Daftar Negatif Investasi
EPZ Export Processing Zones
ETDZ Economic and Technological Development Zones
FTZ Free Trade Zones
HGU Hak Guna Usaha
KAPET Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
KB Kawasan Berikat
KEK Kawasan Ekonomi Khusus
KIIE Kabil Integrated Industrial Estate
KPBPB Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
KPPOD Komisi Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
KPS Kerjasama Pemerintah dan Swasta
LNG Liquified Natural Gas
SEZ Special Economic Zones
PP Peraturan Pemerintah
PPh Pajak Penghasilan
PPN Pajak Pertambahan Nilai
PPnBM Pajak Penjualan Barang Mewah
PTPN III PT Perkebunan Nusantara III
PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
SIJORI Singapore-Johor-Riau
UMKM Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
WPI Wilayah Pengembangan Industri

10
Daftar Tabel

Tabel 2.1. Data Persebaran Kawasan Industri di Indonesia Hingga Tahun 2012 ...................... 19
Tabel 2.2. Perbedaan Kawasan Strategis Menurut Tujuan ...................................................... 21
Tabel 3.1. Persebaran Perusahaan Kawasan Berikat di Indonesia Hingga 2012 ...................... 24
Tabel 3.2. Daftar Kawasan Industri di Batam 2014 .................................................................. 33
Tabel 3.3. Perbandingan Luas Wilayah Administratif & FTZ Batam, Bintan, Karimun (BBK). 35
Tabel 3.4. Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Dasar BBK 2012 ....................................... 36
Tabel 3.5. Beberapa Usaha Pengembangan FTZ Bintan & Karimun Dalam 1 Tahun Terakhir. 37
Tabel 4.1. Perbedaan Fasilitas Fiskal Kawasan Strategis di Indonesia ..................................... 44
Tabel 4.2. Informasi Mengenai KEK Tanjung Lesung ................................................................ 49
Tabel 4.3. Informasi Mengenai KEK Sei Mangkei ...................................................................... 49
Tabel 4.4. Informasi Mengenai KEK Bitung ............................................................................... 50
Tabel 4.5. Tugas Pokok Pihak-Pihak yang Berwewenang untuk Mengembangkan KEK ......... 53
Tabel 4.6. Proyek Pembangunan Infrastruktur Pendukung Kawasan Ekonomi Khusus ........ 59
Tabel 4.7. Proyek Pembangunan Infrastruktur Pendukung Kawasan Industri di Luar Jawa .. 60
Tabel 4.8. Distribusi Perusahaan Menengah dan Besar di Indonesia ...................................... 62
Tabel 5.1. Kinerja Ekspor dan FDI di 5 Kawasan Ekonomi Khusus di China ............................. 66
Tabel 5.2. Kinerja Ekspor KEK di India ....................................................................................... 68
Tabel 5.3. Perbandingan KEK di China, India, dan Indonesia ................................................... 69

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 11


Daftar Gambar
Gambar 3.1. Jenis Produksi di Kawasan Berikat, 2012 ……………………………………...................… 25
Gambar 3.2. Indikator Ekspor & Investasi Sektor Manufaktur Indonesia, 1960-2014 ………... 26
Gambar 3.3. Impor Dalam Kawasan Berikat, 2008-2014 ........……………………...................….... 27
Gambar 3.4. Perbandingan Struktur Output Sektor Manufaktur Batam 1998 & 2006 .......... 29
Gambar 3.5. Akumulasi Investasi di Batam (US$ Milyar), 2004-2014 …………………………….… 30
Gambar 3.6. Jumlah Tenaga Kerja Asing dan Domestik di Batam, 1990-2014 …………............ 30
Gambar 3.7. Jumlah Populasi Batam, 1983-2014 ........……………………………………………………... 31
Gambar 3.8. Nilai Ekspor dari Batam (dalam Rp milyar), 1984-2013 ………………………………... 31
Gambar 3.9. Jumlah Penanaman Modal Asing Berdasarkan Asal Negara (s/d Juni 2014)....... 31
Gambar 3.10. Ekspor Batam Menurut Negara Tujuan Utama, 2014 ........……………………........ 32
Gambar 3.11. Ekspor dan Impor Batam Menurut Komoditas Utama, 2014 ………………..……… 32
Gambar 4.1. Ketimpangan Ekonomi Jawa & Non-Jawa ....………………………………….................. 39
Gambar 4.2. Perbandingan Rasio Net Inflows FDI Terhadap PDB Beberapa Negara Asia ……. 40
Gambar 4.3. Hubungan Kelembagaan dalam Pengelolaan KEK ……………………………………….. 42
Gambar 4.4. Jumlah Sub-Sektor yang Dicadangkan Untuk UMKM ………………………………...... 46
Gambar 4.5. Persebaran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia ……………………………. 47
Gambar 4.6. Sasaran Utama Kebijakan KEK …………………………………………………………………... 52
Gambar 6.1. Enam Aspek Utama Dalam Pengembangan KEK ……………………………………….... 73

Daftar Box
Box 1: Perkembangan Kawasan Industri di Indonesia................................................................ 19
Box 2: Perkembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) di Indonesia ..... 20
Box 3: Pembangunan Pulau Bintan dan Karimun...................................................................... 35
Box 4: Perkembangan Terkini KEK Tanjung Lesung & KEK Sei Mangkei ................................... 47
Box 5: Kondisi Terkini & Tantangan Pembangunan KEK Bitung, Sulawesi Utara .................... 50
Box 6: Cerita Sukses KIIE: Kabil Integrated Industrial Estate ................................................... 74

12
BAB 1
Tinjauan Literatur
Kawasan Ekonomi Khusus

1.1. Pendahuluan asing tertarik untuk berinvestasi di KEK.


Berdasarkan kondisi tersebut, Centre
Sebagai upaya untuk meningkatkan for Strategic and International Studies
kinerja ekspor, menarik investasi - baik (CSIS) melakukan studi ini untuk melakukan
domestik maupun asing, serta mendorong kajian mengenai beberapa aspek dalam
pertumbuhan ekonomi, pemerintah Indonesia pengembangan KEK serta memberikan
mencanangkan pembangunan berupa kawasan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan
strategis. Pembangunan ini bermula dengan kapabilitas KEK dalam menarik investasi asing
pendirian Kawasan Perdagangan Bebas dan yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
Pelabuhan Bebas (KPBPB) pada tahun 1970 yang ekonomi nasional. Kajian ini dilakukan dengan
kemudian terus mengalami perkembangan menggunakan studi literatur, wawancara dan
sampai pada tahun 2009 dengan dibentuknya diskusi dengan beberapa pihak yang terkait
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pemerintah penyelenggaraan KEK di Indonesia, kunjungan
menargetkan pengembangan KEK sebagai salah langsung ke beberapa lokasi KEK di Indonesia,
satu alternatif solusi untuk masalah-masalah serta kunjungan ke beberapa KEK yang telah
yang terkait dengan iklim investasi dan bisnis di berhasil di luar negeri.
Indonesia. Secara spesifik, kajian tersebut dilakukan
Akan tetapi, terdapat sejumlah tantangan antara lain pada beberapa aspek berikut: (1)
kunci dalam upaya pemerintah mencapai aspek kerangka regulasi, di mana studi ini
agenda pembangunan melalui pengembangan mencermati koherensi dari kerangka regulasi
KEK, termasuk masalah kelembagaan, terkait dengan pengembangan KEK di dalam
infrastruktur dan payung hukum. Tantangan konteks rezim regulasi dan perencanaan
ini perlu diantisipasi dengan baik agar investor pembangunan di tingkat nasional, serta

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 13


di dalam perspektif otonomi daerah dan KEK di Indonesia serta menawarkan beberapa
desentralisasi, (2) aspek kelembagaan, yang alternatif solusi untuk masing-masing
terkait dengan kerjasama dan peran yang tantangan. Bagian kelima akan memberikan
dimainkan dari institusi-institusi yang terlibat kisah sukses pengembangan beberapa KEK
dalam pembangunan dan pengelolaan KEK, di negara lain, yaitu China dan India, dalam
baik pemerintah maupun swasta, (3) aspek mendorong peningkatan investasi dan ekspor,
pembangunan dalam KEK, yang mencakup serta pembangunan ekonomi nasional.
pendanaan dan pengembangan infrastruktur Akhirnya, bagian keenam akan menyimpulkan
dalam kawasan dan akses ke kawasan, (4) aspek hasil studi ini serta menawarkan rekomendasi
penyelenggaraan KEK, yang terkait dengan bagi pemerintah dalam usaha pengembangan
kebijakan mengenai insentif fiskal maupun KEK di Indonesia.
non-fiskal yang ditawarkan bagi pelaku usaha
dalam kawasan, serta (5) pelajaran yang dapat
diambil dari pengalaman pengembangan KEK 1.2. Memahami Kawasan Ekonomi
di Indonesia di masa lalu, maupun pengalaman Khusus
sukses KEK di negara lain.
Untuk menyampaikan maksud tersebut, Istilah ‘Kawasan Ekonomi Khusus’ memiliki
laporan ini akan dibagi ke dalam enam arti yang cukup luas sebab dapat digunakan
bagian. Bagian pertama akan memberikan untuk menjelaskan berbagai jenis zona
sejumlah tinjauan literatur mengenai latar komersial. Pabrik-pabrik di Maquiladora,
belakang dan sejarah pengembangan sejumlah Meksiko, dan seluruh kota Shenzhen merupakan
kawasan strategis di dunia. Bagian kedua KEK, meskipun memiliki perbedaan pada
akan menjelaskan tentang sejumlah inisiatif struktur dan ukuran. Istilah ini sudah cukup
pemerintah Indonesia untuk mengembangkan banyak diketahui sebagai iterasi modern dari
kawasan strategis di masa lalu. Bagian ketiga zona komerasial bebas, yang mana pertama kali
akan membahas mengenai strategi promosi berdiri pada tahun 1959 di Shannon, Irlandia.
ekspor yang dilakukan pemerintah Indonesia, Menurut World Bank, KEK dalam segala
antara lain dengan mengembangkan Kawasan bentuknya terdiri atas, sedikitnya, area
Berikat serta Kawasan Perdagangan Bebas dan yang secara geografis dibatasi dengan
Pelabuhan Bebas (KPBPB), terutama di Pulau area kepabeanan yang terpisah, dibawahi
Batam. Selain menceritakan latar belakang oleh sebuah badan pengatur, dan di mana
sejarah implementasi strategi tersebut, bagian manfaatnya dapat dirasakan oleh mereka yang
ini akan menganalisis apakah pengembangan berlokasi di dalam kawasan (Akinci & Crittle,
KB dan KPBPB telah berhasil mencapai tujuan 2008). Dengan kata lain, KEK adalah sebuah
mula-mula untuk meningkatkan ekspor zona di mana pemerintah berharap untuk
Indonesia yang berdaya saing tinggi. meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
Bagian keempat akan menjelaskan peningkatan ekspor dan investasi dengan
mengenai pengembangan KEK di Indonesia, menyediakan berbagai keunggulan kompetitif
mulai dari latar belakang dan tujuan pendirian, bagi entitas yang memilih untuk berlokasi di
kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, dalam zona.
serta sejumlah fasilitas yang ditawarkan bagi Terdapat tiga jenis KEK yang berbeda-beda:
pelaku usaha dalam KEK. Bagian ini juga akan Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone,
melakukan analisis mengenai sejumlah isu FTZ), Kawasan Pengolahan Ekspor (Export
dan tantangan kunci dalam pengembangan Processing Zones, EPZ), dan Kawasan Pelabuhan

14
Tinjauan Literatur Kawasan Ekonomi Khusus

Bebas (Freeports). Perlu diingat bahwa dari Manfaat serta insentif yang disediakan dalam
sekian banyak literatur yang membahas topik Freeports tentunya lebih beragam. China
ini, istilah-istilah tersebut digunakan silih dikenal dengan keberhasilannya menciptakan
berganti dengan KEK. Meskipun demikian, beberapa Freeports, seperti Kawasan Ekonomi
nama-nama tersebut menjelaskan sedikit Khusus Shenzhen. Sementara itu, Batam yang
perbedaan yang terletak pada tujuan serta dan berlokasi di Indonesia, sebuah KEK yang lebih
ekspektasi hasil dari setiap zona. kecil jika dibandingkan dengan Shenzhen,
Zona Perdagangan Bebas, yang juga diketahui termasuk kategori KEK jenis ini.
sebagai Zona Komersial Bebas, adalah sebuah
KEK yang paling banyak berlokasi di pelabuhan
global. Zona ini dirancang untuk menyokong 1.3. Alasan Pembentukan Kawasan
perdagangan, pengiriman, dan ekspor dengan Ekonomi Khusus
menyediakan area bebas pajak, dan fasilitas
seperti penyimpanan, pergudangan, dan lain- Dalam semua bentuknya, KEK merupakan
lain. Singapura, sebagai contoh, memiliki enam sebuah konsekuensi logis pada sebuah era di
Zona Perdagangan Bebas di area pelabuhannya mana banyak negara mengimplementasikan
di mana barang-barang dapat disimpan kebijakan pertumbuhan yang diarahkan melalui
dan bebas dari biaya, dan di mana prosedur ekspor. Meskipun demikian, berdasarkan
kepabeanan sudah mengalami penyederhanaan teori ekonomi neoklasik, KEK masih dianggap
untuk barang-barang yang memasuki atau sebagai kebijakan terbaik kedua (second-best
melewati Singapura. policy) karena, meskipun lebih disukai karena
Zona Pengolahan Ekspor (EPZ), sesuai dengan kebijakannya yang protektif, KEK membutuhkan
namanya, dirancang untuk mempromosikan subsidi sebagai bentuk benefit dan insentif yang
dan memfasilitasi ekspor. Dalam EPZ yang biasa, ditawarkan kepada perusahaan, industri, dan
seluruh zona dialokasikan untuk perusahaan investor (Cling & Letilly, 2001).
yang berkaitan dengan ekspor. Zona-zona ini Secara umum, dapat dikatakan bahwa
dapat disebut sebagai Kawasan Industri yang KEK merupakan bagian utama dan terpenting
mengindikasikan bahwa mereka dirancang dari kerangka kebijakan untuk mendorong
untuk mempromosikan kegiatan-kegiatan pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi industri
industri, baik ekspor maupun impor. Kawasan ekspor. Alasan dari penerapan kebijakan ini
Industri Lat Krabang di Thailand merupakan adalah KEK dapat menciptakan industri yang
salah satu contoh EPZ bentuk baru ini. kompetitif dalam sebuah negara. Industri ini
Terakhir, Freeports adalah sebuah zona yang kemudian dapat meluas dan bervariasi. KEK juga
lebih besar yang mengakomodasi seluruh jenis bisa diterapkan sebagai lokasi untuk melakukan
kegiatan, bertentangan dengan model KEK yang eksperimen kebijakan baru yang bersifat pasar
hanya menekankan pada ekspor dan kegiatan bebas (free-market), di mana jika berhasil
yang berkaitan dengan perdagangan lainnya, bisa dijadikan sebagai referensi kebijakan di
atau kegiatan yang berpusat pada manufaktur daerah lain.
dan industri produksi. Sama seperti KEK lainnya, Kedua, KEK sering digunakan sebagai alat
Freeports membantu kegiatan yang berkaitan untuk mendorong aktivitas ketenagakerjaan.
dengan perdagangan, atau kegiatan manufaktur, Banyak dari KEK yang diarahkan untuk menarik
tetapi Freeports dapat mempromosikan industri padat karya. Hal ini dilakukan dengan
turisme, ritel, memperbolehkan masyarakat menjaga ketersediaan tenaga kerja tidak
tinggal secara permanen di dalam zona. terampil (unskilled labor) dengan upah rendah.

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 15


Di luar itu, KEK juga mendorong tingkat dari kerjasama ini apabila pembelajaran ini
employment melalui peningkatan permintaan ditransfer ke perusahaan tersebut melalui
akan infrastruktur (menciptakan lowongan keterkaitan ke belakang (backward linkage).
di sektor teknik dan konstruksi), jasa (seperti Terakhir, KEK bisa dibentuk dari berbagai
restoran dan transportasi), dan utilitas lokal alasan. Hal tersebut merupakan tanggung
(seperti air dan listrik). Selain itu, KEK sering jawab otoritas pemerintah untuk menyesuaikan
digambarkan sebagai “pressure release valves”, di jasa-jasa yang disediakan di KEK yang dibentuk
mana masalah pengangguran yang merajalela sehingga bisa mencapai target bagi masing-
dapat diatasi tanpa harus menghadapi masalah masing otoritas.
yang dihadapi oleh perekonomian secara
keseluruhan. Akan tetapi, dampak terhadap
tenaga kerja lebih signifikan di negara kecil 1.4. Beberapa Tinjauan Mengenai
dengan populasi kurang dari lima juta (Akinci & Dampak KEK
Crittle, 2008).
Ketiga, KEK juga berkontribusi terhadap Walaupun KEK memiliki potensi untuk
pembangunan sumber daya manusia/SDM memberikan banyak manfaat, banyak KEK yang
(human capital). Tenaga kerja mendapatkan dikritik karena memiliki biaya sosial dan ekonomi
keahlian selama mereka bekerja. Pembangunan (social dan economic cost) yang tinggi. Contoh
SDM lebih kuat terutama bagi perusahaan kritik tersebut adalah KEK memperbolehkan
yang menyediakan pelatihan tambahan. Selain eksploitasi tenaga kerja wanita, mendorong
dari pengalaman dan pelatihan, tenaga kerja terciptanya lingkungan kerja yang buruk dan
dapat mempelajari kode etik dalam bekerja. upah rendah, dan menekan standar tenaga
Hal ini bisa meningkatkan kesempatan kerja dan lingkungan. Meskipun begitu, World
mereka mendapatkan pekerjaan dan kapasitas Bank melaporkan bahwa isu-isu ini lazim
pendapatannya di masa depan. Peningkatan terjadi di kawasan yang masih bergantung
standar pendidikan di KEK juga dapat dilakukan besar dengan pemerintah dan industri pakaian
untuk memenuhi permintaan perusahaan. kualitas rendah (Akinci & Crittle, 2008). KEK
Terakhir, dengan fakta bahwa KEK menarik juga dikenal telah mempekerjakan banyak
FDI, area ini juga memberikan manfaat melalui tenaga kerja wanita dan sering membayar
transfer teknologi dan manfaat lain dari modal upah mereka di atas upah yang ditawarkan di
luar negeri. luar kawasan.
Keempat, karena KEK merupakan area di Kritik lainnya adalah KEK dikuatirkan
mana perusahaan dalam negeri berinteraksi menyebabkan pengalihan perhatian pemerintah
dengan perusaahaan luar negeri, pembentukan dan anggaran untuk program yang dibutuhkan
KEK memungkinan perusahaan domestik untuk di kawasan lain di negara bersangkutan.
belajar banyak dari perusahaan luar negeri. Terakhir, banyak yang mempertanyakan apakah
Sebagai contoh, pada industri pada modal dan KEK menghasilkan backward linkages yang
teknologi, perusahaan multi nasional luar negeri membantu negara untuk berkembang dan
akan menyediakan teknologi kepada produsen. apakah KEK dapat menyebabkan diversifikasi
Pada teknologi yang lebih rendah, industri padat industri di masa depan.
karya, jaringan produksi tetap terdesentralisasi, Pada tahun 2008, World Bank melakukan
sehingga memaksa produsen di dalam KEK diskusi apakah KEK memenuhi yang telah
untuk mengatur teknologi dan teknik produksi diharapkan- yaitu peningkatan ekspor, tenaga
sendiri yang menyebabkan adanya peningkatan kerja, sumber daya manusia, dan transfer
teknologi terus menerus. Dari kasus manapun, teknologi. Dilihat dari ekspor, dilaporkan
dapat diperkirakan bahwa produsen dalam bahwa, sesuai dengan ekspektasi yang ada,
negeri di luar KEK akan mendapat manfaat KEK merupakan sumber utama dari ekspor

16
Tinjauan Literatur Kawasan Ekonomi Khusus

manufaktur sebuah negara. Laporan tersebut Perubahan-perubahan ini memiliki dampak


juga menyebutkan bahwa tipe barang ekspor yang signifikan untuk negara-negara, seperti
yang diproduksi terdiversifikasi dari waktu ke Indonesia, berencana untuk mengembangkan
waktu. Dilihat dari aspek ketenagakerjaan, zona baru ini pada tahun-tahun mendatang.
dampak dari KEK terhadap penyerapan tenaga Jumlah negara-negara yang menerapkan
kerja langsung (direct employment) tidak terlalu KEK tumbuh pesat pada awal tahun 2000-
berarti meskipun terkadang KEK mendorong an, mencapai 130 negara pada tahun 2006,
penyerapan tenaga kerja tidak langsung meningkat dari hanya 112 negara pada
(indirect employment). tahun 2002 (Singa-Boyenge, 2007). Dalam
Kesimpulan yang didapat dari pembangunan kurun waktu yang sama, China berhasil
tenaga kerja berbeda-beda. Beberapa laporan melipatgandakan jumlah orang-orang yang
menjelaskan bahwa karena KEK menyediakan dipekerjakan di Zona Pengolahan Ekspor yang
lapangan pekerjaan yang hanya membutuhkan dimilikinya. Keberhasilan ini menjadikan China
kemampuan dasar dan memberikan insentif memiliki persentase kontribusi yang besar pada
kecil bagi perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan KEK di dunia.
kemampuan mereka, maka KEK dianggap tidak Perbedaan yang perlu diperhatikan lainnya
memberikan kesempatan luas bagi tenaga kerja mengenai zona-zona yang dibangun dalam 15
untuk mengembangkan dirinya (ILO, 2003). Di tahun terakhir dengan adalah sejumlah besar
sisi lain, analis-analis lainnya mengklaim bahwa porsi dari KEK tersebut dimiliki, dikembangkan,
limpahan (spillover) dari efek pengetahuan dan dioperasikan secara pribadi. Pada tahun
terlihat di industri yang intensif menggunakan 2008, 62% KEK yang berlokasi di negara-negara
teknologi atau intensif pada nilai tambah dan berkembang dikembangkan dan dioperasikan
di pasar tenaga kerja yang ketat (tight labor oleh pihak swasta (Akinci & Crittle, 2008).
markets) (Akinci & Crittle, 2008). Kerjasama Publik-Swasta di mana pemerintah
Terakhir, World Bank menyebutkan bahwa berperan dalam menyediakan infrastruktur guna
sulit untuk mengevaluasi KEK dilihat dari aspek menginsentif pihak swasta untuk berinvestasi
peningkatan industri (industrial upgrading) dalam pembangunan KEK juga menjadi kian
dan transfer teknologi karena keterbatasan populer. Kedua tren ini telah berhasil secara
data. Beberapa kawasan sukses menciptakan signifikan mengurangi biaya yang dibutuhkan oleh
keterkaitan ke belakang (backward linkages) pemerintah untuk membuat zona-zona baru.
dengan industri lainnya di negara tersebut, Selanjutnya, dalam studi yang dilakukan
tetapi tidak bisa dikatakan berlaku pada pada tahun 2008, World Bank menemukan
kawasan lainnya. Meskipun begitu, keterkaitan bahwa zona yang dioperasikan oleh swasta
ke belakang (backward linkages) sangat memiliki kecenderungan keberhasilan yang
mungkin untuk terjadi di sebuah negara yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona yang
sudah memiliki kondisi industri yang kokoh, dioperasikan oleh pemerintah.
yang berarti tidak ada celah teknologi yang Pertumbuhan jumlah KEK di dunia telah
menghubungkan antarkawasan (Madani, 1999). mengurangi manfaat tambahan yang timbul
sebagai akibat dari penciptaan tiap zona baru.
Kenyataan bahwa banyak negara memiliki
1.5. Tantangan dan Tren Terbaru tujuan untuk meningkatkan ekspor mereka
secara bersamaan telah memunculkan sebuah
Meskipun KEK jenis baru terus diperkenalkan fenomena yang disebut “fallacy of composition”
ke seluruh dunia, kondisi perekonomian global yang mana, pertama, ketersediaan penawaran
ketika awal mula KEK dibentuk sudah cukup dunia untuk ekspor melebihi permintaan dunia
berbeda dengan KEK yang masih eksis selama untuk impor (terutama sejak banyak negara
gelombang pembangunan besar pertama. mencoba untuk menjadi eksporter neto) dan

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 17


kedua, pertumbuhan pada penawaran ekspor
telah menurunkan harga barang ekspor yang
dijadikan tumpuan oleh negara-negara untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonominya
(Millberg & Amengual, 2008). Perubahan ini
diperparah dengan fakta bahwa, setelah krisis
keuangan 2008, impor dari Amerika dan Eropa
mengalami penurunan, mengindikasikan
bahwa kedua pasar ini tidak dapat lagi dijadikan
tumpuan sebagai pendorong permintaan
global.
Hal ini kemudian diikuti dengan beberapa
zona yang menerapkan model KEK yang
tradisional, yang mana berfokus secara khusus
pada ekspor, untuk berpindah ke model KEK
yang memungkinkan mereka untuk melakukan
ekspansi jenis-jenis kegiatan yang dilakukan
dalam zona, sembari menyempurnakan
aktivitas-aktivitas bernilai tambah tinggi dalam
rantai produksi global. Namun, hal ini juga
sering menyebabkan kegiatan-kegiatan dalam
zona tersebut semakin tidak padat karya dan
berdampak pada penciptaan lapangan kerja.
Meskipun KEK yang dibentuk pada
awal pembangunannya dapat dirancang
untuk mengambil keuntungan dari kurang
dimanfaatkannya keunggulan kompetitif
sebuah negara, seperti biaya tenaga kerja
yang relatif rendah, dibawah ekspektasi kalau
zona-zona baru ini hanya dapat mengambil
keuntungan jika mereka dapat menawarkan
keunggulan kompetitif yang lebih besar daripada
yang sudah diberikan di tempat lainnya. Farole
dan Akinchi juga menyampaikan bahwa hal
yang pada akhirnya menentukan berhasil atau
tidaknya sebuah program pengembangan
KEK adalah relevansi program tersebut dalam
konteks spesifik di mana mereka berada, serta
seberapa efektif program tersebut dirancang,
diimplementasikan, serta dikelola secara
berkelanjutan.

18
BAB 2
Inisiatif Kawasan Strategis
Indonesia di Masa Lalu

2.1. Tujuan & Sejarah Pengembangan penjelasan lebih terperinci mengenai kelima
Kawasan inisiatif tersebut:

Di masa lalu, pemerintah Indonesia 1. Kawasan Perdagangan Bebas dan


telah merancang beberapa strategi untuk Pelabuhan Bebas (KPBPB)
meningkatkan pertumbuhan dan daya saing KPBPB didefinisikan sebagai suatu
ekspor melalui investasi domestik maupun kawasan yang berada dalam wilayah hukum
asing. Salah satu strategi utama yang digunakan Indonesia yang terpisah dari daerah pabean,
pemerintah Indonesia adalah penetapan sehingga bebas dari pengenaan bea masuk,
wilayah-wilayah tertentu sebagai kawasan pajak pertambahan nilai (PPN), PPnBM,
strategis. Selama 40 tahun terakhir, Indonesia dan cukai. Pengembangan KPBPB didesain
telah mengalami evolusi dalam pengembangan untuk mengembangkan beberapa sektor
kawasan strategis, yang berada pada periode perekonomian, seperti perdagangan, jasa, dan
dan lokasi yang berbeda-beda. manufaktur, dan ditujukan untuk meningkatkan
Secara singkat, sejarah pengembangan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar
kawasan strategis di Indonesia dimulai pada internasional. Pada tahun 1970, Pelabuhan
tahun 1970, dengan inisiasi pembentukan Sabang dan Batam ditetapkan oleh undang-
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan undang sebagai KPBPB. Sementara itu, pada
Bebas (KPBPB) atau disebut juga dengan Free tahun 2007, Pulau Batam, Bintan, dan Karimun
Trade Zone (FTZ). Selanjutnya, pada tahun 1972, di Provinsi Kepulauan Riau ditetapkan sebagai
Indonesia mulai merancang Kawasan Berikat Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zones).
(Bonded Warehouse Zones). Perkembangan
selanjutnya diikuti oleh pembentukan 2. Kawasan Berikat (KB)
Kawasan Industri pada tahun 1989, Kawasan KB dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) pada dengan batasan tertentu yang digunakan untuk
tahun 1996, dan yang terbaru, Kawasan Ekonomi menimbun barang impor dan/atau barang
Khusus (KEK) pada tahun 2009. Berikut adalah yang berasal dari tempat lain dalam daerah

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 19


pabean, yang akan digunakan sebagai input 4. Kawasan Industri
dalam proses produksi barang ekspor. Fokus Kawasan Industri didefinisikan sebagai
dari Kawasan Berikat adalah untuk mendorong tempat pemusatan kegiatan industri yang
ekspor melalui peningkatan daya saing ekspor dilengkapi dengan sarana dan prasarana
karena efisiensi produksi. Pulau Batam adalah penunjang yang dikembangkan dan dikelola
contoh dari baik KPBPB maupun Kawasan oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah
Berikat. Bagian berikutnya dalam laporan memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Fokus
ini akan memberikan penjelasan yang lebih pengembangan Kawasan Industri adalah untuk
mendalam mengenai Kawasan Berikat dan memicu pertumbuhan dan daya saing sektor
pengalaman pengembangan Batam sebagai manufaktur di daerah. Hingga tahun 2012,
Kawasan Khusus. terdapat sekitar 96 Kawasan Industri di seluruh
Indonesia.
3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) 5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Oleh Keppres No. 89/1996 KAPET Pada tahun 2009, usaha pemerintah
didefinisikan sebagai suatu wilayah geografis Indonesia untuk mengembangkan kawasan
dengan batas-batas tertentu yang memenuhi khusus dilanjutkan dengan pembentukan KEK.
tiga persyaratan: (1) memiliki potensi untuk KEK didefinisikan sebagai kawasan dengan
cepat tumbuh, (2) mempunyai sektor unggulan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI
yang dapat menggerakkan pertumbuhan yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
ekonomi wilayah sekitarnya, (3) memiliki fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
potensi pengembalian investasi yang besar. tertentu. KEK akan menjadi basis bagi kegiatan
Terdapat 13 lokasi yang ditetapkan sebagai industri, ekspor, impor, dan aktivitas lainnya
KAPET, yang diharapkan dapat menjadi pusat- dengan nilai ekonomi tinggi, untuk menunjang
pusat pertumbuhan ekonomi di daerah. daya saing nasional. KEK terdiri atas satu atau
KAPET memang direncanakan sebagai strategi lebih dari zona-zona berikut ini: pengolahan
untuk pemerataan pembangunan dan motor ekspor, logistik, industri, pengembangan
penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, teknologi, energi, dan zona ekonomi lainnya.
terutama di Indonesia Timur. Saat ini, telah ada delapan kawasan yang
ditetapkan sebagai KEK.

20
Inisiatif Kawasan Strategis Indonesia di Masa Lalu

Box 1: Perkembangan Kawasan


Industri di Indonesia
hingga tahun 2012 terdapat setidaknya 96
Dalam rangka mempercepat pertumbuhan Kawasan Industri yang tersebar di seluruh
industri baik untuk memenuhi kebutuhan Indonesia. Himpunan Kawasan Industri
dalam negeri maupun ekspor, serta untuk mencatat 65 anggota Kawasan Industri hingga
mendukung agenda pembangunan, pemerintah 2014. Dari jumlah tersebut, Kawasan Industri
pada tahun 1974 melalui Permendagri No 5 lebih banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa
menginiasi pembentukan kawasan-kawasan (72%). Hingga 2012, sektor otomotif masih
industri di Indonesia. Pada era tersebut, mendominasi kegiatan usaha di Kawasan
kawasan industri dimiliki dan dikelola oleh Industri di Indonesia, terutama di Jawa, dengan
perusahaan milik pemerintah (BUMN/BUMD). 54,8%. Selain otomotif, beberapa sektor yang
Selanjutnya, hal ini diperbarui melalui Keppres mendukung kegiatan usaha Kawasan Industri di
No 53/1989 yang direvisi dalam Keppres 41/1996 Indonesia adalah industri baja (9,5%), logistik
yang membuka kesempatan bagi pihak swasta (4,8%), industri bahan bangunan (4,9%), dan
nasional dan asing untuk menjadi pengusaha industri makanan & minuman (4,2%).
kawasan industri. Peran pemerintah pada Isu strategis yang selama ini dihadapi dalam
periode ini lebih banyak pada pengawasan dan pengembangan Kawasan Industri di Jawa antara
pengendalian. lain mencakup keterbatasan lahan untuk
Selanjutnya, sejak 2009 melalui PP No pembangunan/pengembangan, keterbatasan
24/2009 tentang Kawasan Industri, pemerintah daya dukung (sumber daya air), serta masalah
berusaha untuk terus memperbaiki strategi lingkungan & sosial. Sementara untuk di luar
industri dengan mewajibkan industri untuk Jawa, isu strategis dalam pengembangan
berlokasi di kawasan industri. Sejak saat Kawasan Industri mencakup kurangnya
itu, strategi industri pemerintah Indonesia ketersediaan infrastruktur dasar, rendahnya
menjadi lebih difokuskan pada pengembangan kualitas SDM untuk bekerja di sektor industri,
industri terpadu yang didukung oleh fasilitas Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang belum
infrastruktur terpadu dalam kawasan. siap, serta kurangnya minat investor swasta
Menurut data Kementerian Perindustrian, untuk mengembangkan kawasan industri.

Tabel 2.1. Data Persebaran Kawasan Industri di Indonesia Hingga Tahun 2012

NO WILAYAH JUMLAH LUAS AREA PERsenTASE


(HA)

1 DKI Jakarta 5 2.475 6.37


2 Banten 19 6.729 17.31
3 Jawa Barat 30 17.845 45.90
4 Jawa Tengah 8 2.291 5.89
5 Jawa Timur 8 2.499 6.43
6 Riau dan Kepulauan Riau 18 667 1.72
7 Sumatera Utara 3 1.300 3.34
8 Sumatera Barat 1 200 0.51
9 Sulawesi Selatan 2 3.124 8.03
10 Sulawesi Tengah 1 1.500 3.86
11 Kalimantan Timur 1 250 0.64
Total 96 38.880 100.00
Sumber: Direktori Kawasan Industri Tahun 2012

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 21


Sebagai usaha untuk mengurangi yang telah dibagi berdasarkan 10 Wilayah
kesenjangan pembangunan serta membangun Pengembangan Industri (WPI) yang tersebar di
pusat-pusat pertumbuhan industri daerah, seluruh Indonesia. Tiga dari 14 Kawasan Industri
pemerintah berencana untuk mengembangkan tersebut berlokasi di dalam wilayah yang telah
Kawasan Industri di luar Pulau Jawa. Ditargetkan ditetapkan sebagai KEK, yaitu di Sei Mangkei
bahwa pada tahun 2025, proporsi kawasan (Sumatera Utara), Palu (Sulawesi Tengah), dan
industri di Pulau Jawa berkurang hingga menjadi Bitung (Sulawesi Utara). Berdasarkan arah
60%. Pada saat yang bersamaan, struktur pengembangan kawasan industri, Jawa akan
industri Indonesia akan lebih didorong ke arah difokuskan untuk Kawasan Industri berbasis
industri yang padat sumber daya alam dan teknologi tinggi, industri padat karya, dan
industri padat teknologi, dan bergerak menjauh industri produsen consumer goods. Sementara
dari industri padat karya. itu, kawasan industri di luar Jawa akan lebih
Untuk itu, arah kebijakan pemerintah dalam berbasis pada sumber daya alam, mengalami
pembangunan industri ke depan adalah untuk peningkatkan efisiensi sistem logistik, dan
memfasilitasi pembangunan 14 Kawasan didesain sebagai pusat-pusat baru bagi
Industri (KI) baru yang terletak di luar Jawa, pertumbuhan ekonomi daerah.

Box 2: Perkembangan Kawasan memberikan kontribusi yang besar dalam


Pengembangan Ekonomi Terpadu mengembangkan perekonomian di daerah
(KAPET) di Indonesia masing-masing (Arifin, 2000, Kurniawati, 2006,
dan Widjonarko, 2013). Trickle-down effect yang
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu diharapkan muncul dari KAPET ini masih belum
(KAPET) dibentuk pada tahun 1996. KAPET terjadi. KAPET masih belum dapat mendorong
adalah wilayah berbasis kawasan ekonomi pemerataan di beberapa daerah, bahkan angka
yang merupakan perkembangan dari Kawasan ketimpangan semakin meningkat di beberapa
Berikat dan Kawasan Industri yang dibentuk wilayah, seperti Sulawesi Utara dan Nusa
pada tahun 1972 dan 1989, secara beurutan. Tenggara Barat. Selain itu, kontribusi PDRB
Secara garis besar, tujuan utama dibentuknya Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada tahun
KAPET adalah untuk pemerataan ekonomi. 2004-2012 hanya mencatatkan pertumbuhan
Pemerataan ekonomi melalui KAPET ini sekitar 0,04% per tahun (Setneg, 2014).
dilakukan dengan cara meningkatkan Belum optimalnya KAPET untuk mencapai
kapabilitas daya saing produk unggulan suatu tujuan pembentukannya dapat disebabkan
wilayah melalui penggunaan sumber daya lokal oleh beberapa hal terkait masalah hukum dan
dan sebagai prime mover untuk mendorong kelembagaan, insentif dan pembiayaan, dan
pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah infrastruktur. Dari segi hukum dan kelembagaan,
sekitarnya dengan kesenjangan ekonomi masalah yang dihadapi berupa masih
yang tinggi. lemahnya landasan hukum yang mengatur
Saat ini, Indonesia memiliki 13 KAPET yang KAPET, yakni Keppres No. 150/2000 serta
tersebar di beberapa pulau. Satu KAPET berada kurangnya komitmen pemerintah terkait dalam
di Nangroe Aceh Darussalam, empat berada implementasi kebijakan (Kemenko Ekonomi,
di Pulau Kalimantan, empat terletak di Pulau 2013). Di Bima, pemerintah kabupaten/kota
Sulawesi, dan satu masing-masing terletak di kurang mendukung pembangunan KAPET Bima
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, ditambah dengan Bima itu sendiri yang dinilai
Maluku, dan Papua. kurang tepat sebagai KAPET.
Sayangnya, kinerja KAPET di Indonesia belum Dari segi insentif dan pembiayaan,

22 FORGING A COMMON MARITIME FUTURE FOR ASEAN AND JAPAN


Inisiatif Kawasan Strategis Indonesia di Masa Lalu

masalah yang dihadapi berupa tidak Dalam Masterplan Percepatan dan


konsistennya pemberian insentif sebagai Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
akibat perubahan peraturan perpajakan. (MP3EI), pusat-pusat kegiatan ekonomi,
Terakhir, ketidaktersediaan serta kurang seperti KAPET, Free Trade Zone (FTZ), dan KEK
layaknya infrastruktur penunjang KAPET. Di akan diperkuat dengan cara memperkuat
KAPET Palapas, Sulawesi Tengah, ketersediaan jaringan konektivitas dan logistik nasional.
infrastruktur masih rendah di mana kualitas Rencana ini diharapkan dapat mengakselerasi
jaringan prasarana transportasi dan logistik pengembangan investasi di sektor riil pada
masih sangat minim. Hal ini berbanding terbalik masing-masing pusat pertumbuhan serta dapat
dengan orientasi pemerintah yaitu untuk mempercepat pembangunan infrastukrur yang
mendorong investasi skala besar. menghubungkan hub-hub strategis.

2.2. Fokus dan Insentif yang Berbeda yang menurunkan biaya input yang diimpor.
Namun, sejumlah inisiatif lain, seperti KAPET
Masing-masing jenis kawasan strategis dan KEK juga berusaha mengurangi kesenjangan
memiliki definisi, lingkup, fasilitas, serta fokus pembangunan dan membentuk pusat-pusat
yang berbeda-beda. Secara umum, kelima pertumbuhan ekonomi dan industri di daerah.
kawasan tersebut berusaha untuk meningkatkan Tabel 2.2 di bawah menunjukkan perbedaan
daya saing ekspor nasional. KPBPB dan KB kawasan strategis di Indonesia menurut fokus
secara spesifik berusaha mencapai tujuan atau tujuan utama pengembangannya.
tersebut dengan memberikan insentif fiskal

Tabel 2.2. Perbedaan Kawasan Strategis Menurut Tujuan

NO Nama Kawasan Tahun Fokus


Pengembangan

1 KPBPB 1970 Mengembangkan sektor perdagangan dan


meningkatkan daya saing ekspor
2 Kawasan Berikat 1972 Mendorong ekspor berdaya saing tinggi, terutama
manufaktur, karena biaya input yang lebih murah.
3 Kawasan Industri 1989 Peningkatan pertumbuhan dan daya saing industri di
daerah untuk kepentingan ekspor dan domestik.
4 KAPET 1996 Menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah untuk
pemerataan pembangunan.
5 KEK 2009 Gabungan dari inisiatif-inisiatif lainnya, yaitu untuk
meningkatkan pertumbuhan dan daya saing ekspor,
serta mendorong pengembangan daerah dan
mempromosikan pemerataan pembangunan.
Sumber: Olahan Penulis

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 23


Oleh karena memiliki fokus yang berbeda- kawasan adalah isu yang sangat penting,
beda, maka insentif yang ditawarkan oleh sehingga tidak cukup bagi pemerintah hanya
masing-masing kawasan juga memiliki menawarkan insentif fiskal.
perbedaan. Melihat sejarah pengembangan
kawasan strategis di Indonesia, dapat
disimpulkan bahwa skema insentif yang 2.3. Sejumlah Kendala yang Dihadapi
ditawarkan oleh pemerintah bagi pengusaha
di dalam kawasan-kawasan tersebut masih Di dalam pelaksanaannya, pengembangan
lebih banyak berbentuk fasilitas fiskal, seperti kawasan strategis di Indonesia mengalami
fasilitas perpajakan (PPN, PPnBM, PPh) serta beberapa kendala. Permasalahan yang umum
fasilitas bea masuk dan cukai. Insentif-insentif ditemui pada kawasan strategis adalah terkait
fiskal tersebut nampaknya masih merupakan dengan kurang tersedianya infrastruktur
alat utama yang digunakan pemerintah untuk pendukung yang memadai, serta insentif
menarik investasi masuk ke kawasan tersebut. yang kurang menarik bagi investor. Selain itu,
Secara umum, fasilitas Pajak PPN, PPnBM, terdapat juga masalah lain terkait dengan
PPh Impor Pasal 22, serta fasilitas Bea Masuk kepastian hukum dan regulasi yang sering kali
dan Cukai telah diberikan di seluruh kawasan tumpang tindih, baik antara pemerintah pusat
strategis, meskipun dengan cakupan yang dengan daerah, maupun antara kementerian/
sedikit berbeda. Kawasan Perdagangan Bebas lembaga (K/L) dalam pemerintah.
dan Kawasan Berikat memiliki skema insentif Dalam Kawasan Berikat (KB), yang menjadi
yang paling terbatas, yaitu hanya insentif fiskal masalah adalah beberapa regulasi yang
PPN, PPnBM dan Bea Masuk & Cukai. Sebaliknya, tumpang-tindih, serta adanya penyalahgunaan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) memiliki fasilitas fiskal serta penjualan hasil produksi
skema insentif fiskal yang paling komprehensif. KB di dalam negeri. Sementara itu, di KPBPB
Berbeda dengan kawasan lainnya yang hanya yang menjadi masalah adalah tumpang tindih
menyediakan fasilitas PPN, PPnBM, dan Bea regulasi dan otoritas, kurang primanya kondisi
Masuk & Cukai, KEK juga menyediakan fasilitas infrastruktur, serta ketidakpastian dalam
PPh Badan, berupa investment allowance, tax pemberian insentif PPN dan PPnBM yang
holiday, pajak dividen, dan sebagainya. mengurangi daya tarik investasi. Di Batam, hal
Di luar insentif fiskal, sebenarnya ada ini terjadi melalui pencabutan fasilitas bebas
beberapa fasilitas atau kemudahan lainnya PPN dan PPnBM sejak tahun 2003. Insentif
yang disediakan oleh pemerintah, terutama yang kurang menarik (di luar insentif pajak)
untuk Kawasan Industri dan KEK. Insentif- serta rezim regulasi yang tidak menguntungkan
insentif non-fiskal tersebut antara lain berupa bagi pengusaha juga menjadi hambatan bagi
kemudahan memperoleh perizinan usaha, pengembangan Kawasan Industri.
pelayanan terpadu, kemudahan memperoleh Kendala-kendala umum seperti inilah yang
hak atas tanah, dan fasilitas imigrasi dan perlu diantisipasi agar tidak terulang dalam
ketenagakerjaan. Insentif non-fiskal inilah yang pengembangan KEK. Diperlukan insentif yang
tidak tersedia di KPBPB maupun KB, namun menarik bagi pengusaha, kepastian regulasi dan
tersedia pada KEK. Bagi pengusaha, kepastian/ kelembagaan, serta infrastruktur kawasan dan
keamanan usaha dan investasi mereka di akses ke kawasan yang baik. 

24
BAB 3
Strategi Promosi Ekspor:
Pengembangan Kawasan Berikat
dan Kawasan Pelabuhan Bebas

3.1. Latar Belakang dan Konteks terutama yang berorientasi pada ekspor. Selain
Sejarah itu, sejumlah reformasi di bidang perdagangan
dan bea cukai juga dilakukan untuk memangkas
Sejak awal Orde Baru, perekonomian kebijakan perdagangan yang proteksionis dan
Indonesia mengalami transformasi struktural bias anti-ekspor. (Thee, 2012)
dari yang sebelumnya berfokus pada sektor Dalam rangka mendukung investasi dan
ekstraktif hingga menjadi berfokus pada sektor ekspor, pemerintah membentuk sejumlah
manufaktur dan jasa. Pada era 1970, strategi Zona Pengolahan Ekspor (EPZ). Tujuan dari
industrialisasi Indonesia ditopang oleh kebijakan pengembangan EPZ adalah untuk memberikan
pengganti impor (import-substitution) yang insentif fiskal bagi para investor agar dapat
cenderung memproteksi industri dalam negeri meningkatkan daya saing produk ekspor yang
dari persaingan asing. Selain itu, penerimaan mereka hasilkan. Strategi serupa sebenarnya
ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga sudah sekitar satu dekade sebelumnya
pada era tersebut didominasi oleh ekspor dilakukan oleh sejumlah negara lain di Asia.
minyak bumi, seiring dengan peningkatan
signifikan pada harga minyak dunia (oil boom)
yang baru berakhir pada 1982. 3.2. Kebijakan Pengembangan
Sejak saat itu, Indonesia berusaha Kawasan Berikat di Indonesia
mengurangi ketergantungannya akan ekspor
produk sumber daya alam melalui strategi Zona Pengolahan Ekspor di Indonesia
industrialisasi yang berorientasi ekspor untuk dikembangkan dengan membentuk Kawasan
mendukung terciptanya sektor manufaktur Berikat (Bonded Zones) sebagaimana diatur
yang dapat bersaing di pasar global. Sekitar oleh Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 1986.
tahun 1984-1987, pemerintah melakukan Kawasan Berikat (bonded zone) didefinisikan
sejumlah deregulasi yang bertujuan untuk sebagai tempat penimbunan berikat untuk
meningkatkan iklim investasi yang kini lebih menimbun barang impor atau barang yang
dibuka untuk investor swasta (termasuk asing), berasal dari tempat lain dalam daerah pabean

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 25


untuk diolah atau digabungkan, yang hasilnya dalam Asosiasi Pengusaha Kawasan Berikat
terutama digunakan untuk diekspor. (APKB). Dua Kawasan Berikat yang terbesar
Pengusaha dalam Kawasan Berikat (PDKB), di Indonesia berada di Jakarta dan Batam.
diberikan fasilitas kepabeanan dan perpajakan Meskipun demikian, sejak ditetapkan menjadi
berupa penangguhan bea masuk, pembebasan Free Trade Zone pada tahun 2007, Batam tidak
cukai, dan pembebasan PDRI, pembebasan lagi memiliki KB. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pembebasan 92% KB di Indonesia masih berlokasi di Pulau
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Jawa. Sementara itu, menurut data Dirjen
terutama untuk bahan baku, penolong, dan Bea Cukai, sebagaimana ditunjukkan Gambar
barang modal yang digunakan untuk proses 3.1, produk-produk garmen, tekstil, produk
produksi lebih lanjut dalam kawasan yang plastik/karet, dan produk-produk elektronik,
nantinya akan diekspor. suku cadang dan aksesoris mendominasi
Kawasan Berikat ini tersebar di berbagai hasil produksi perusahaan-perusahaan yang
wilayah di Indonesia. Hingga tahun 2012, beroperasi di Kawasan Berikat di Indonesia.
menurut data Kementerian Perindustrian, Peraturan Pemerintah No 23/1986 menunjuk
terdapat 1.350 perusahaan Kawasan Berikat PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) (Persero)
(KB) di seluruh Indonesia. Dari jumlah sebagai perusahaan yang diberi tanggung jawab
tersebut, hanya 211 perusahaan yang terdaftar melakukan pengusahaan Kawasan Berikat.

Tabel 3.1. Persebaran Perusahaan Kawasan Berikat di Indonesia Hingga 2012

NO kantor jumlah kb

1 KPU Tanjung Priok 3


2 KPU Batam 0
3 Kanwil Nangroe Aceh Darussalam 1
4 Kanwil Sumatera Utara 42
5 Kanwil Khusus Daerah Kepulauan Riau 2
6 Kanwil Riau dan Sumatera Barat 24
7 Kanwil Sumatera Bagian Selatan 22
8 Kanwil Banten 174
9 Kanwil Jakarta 121
10 Kanwil Jawa Barat 707
11 Kanwil Jawa Tengah & DIY 129
12 Kanwil Jawa Timur I 106
13 Kanwil Jawa Timur II 4
14 Kanwil Bali, NTB, NTT 3
15 Kanwil Kalimantan Bagian Barat 1
16 Kanwil Kalimantan Bagian Timur 6
17 Kanwil Sulawesi 3
18 Kanwil Maluku, Papua & Papua Barat 2
Total Perusahaan KB 1350

Sumber: Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC)

26
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas

Gambar 3.1. Jenis Produksi di Kawasan Berikat, 2012

Lainnya Garmen
30% 25%

Tekstil
8%
Sepatu, Tas,
Sandal 5%

Produk Plastik & Produk Elektronik,


Karet 12% Spare Parts 20%

Sumber: Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC)

3.3. Evaluasi Singkat Kawasan investasi, baik domestik maupun asing, pada
Berikat di Indonesia sektor-sektor yang berorientasi ekspor, terutama
ekspor yang labor-intensives dan resource-
Sebagaimana ditunjukkan data di bawah ini, intensives. Pertumbuhan ekspor manufaktur
strategi industrialisasi berbasis promosi ekspor bertumbuh dengan sangat signifikan, hingga
cukup berhasil dalam meningkatkan peran menyumbangkan lebih dari 50% total ekspor
sektor industri manufaktur, menarik investasi Indonesia pada tahun 1996, dibandingkan
asing, serta meningkatkan penerimaan ekspor, dengan hanya 4% pada tahun 1965.
setidaknya hingga sebelum Krisis Finansial Secara nasional, kebijakan ini mendorong
Asia 1997/98. Kebijakan pengembangan ekspor Indonesia dari hanya menyumbang
Zona Pengolahan Ekspor (EPZ) dan Kawasan 19,49% terhadap PDB pada tahun 1986,
Berikat berkorespondensi dengan periode hingga menjadi 27,86% dari PDB. Sementara
pertumbuhan pesat pada investasi dan ekspor itu, net inflows Investasi Asing Langsung
di Indonesia, terutama pada sektor manufaktur. juga mengalami peningkatan signifikan sejak
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa strategi pergantian strategi promosi ekspor, dari
ini berhasil mendorong pertumbuhan sektor 0,25% terhadap PDB pada tahun 1984 hingga
manufaktur Indonesia, yang ditunjukkan dari mencapai puncaknya sebelum krisis dengan
peningkatan pesat pada rasio nilai tambah sektor 2,72% terhadap PDB pada tahun 1996.
manufaktur, dari 11,94% pada tahun 1982 hingga Sebagian besar impor dalam Kawasan Berikat
menjadi 26,79% pada tahun 1997. Selain itu, digunakan untuk mendatangkan barang-barang
struktur ekspor juga mencerminkan hal serupa. yang dapat mendukung proses produksi barang
Pertumbuhan sektor manufaktur terutama ekspor. Barang-barang ini dapat berbentuk
disebabkan oleh peningkatan signifikan pada bahan baku maupun barang modal/mesin

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 27


atau peralatan pendukung proses produksi. Kawasan Berikat yang stabil dan signifikan.
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.3, Pada akhir tahun 2014, impor di Kawasan
pada tahun 2008, jumlah nilai impor di Kawasan Berikat hanya menyumbangkan 12% dari
Berikat menyumbang sekitar 18% dari total total impor nasional dan 18% dari total impor
impor nasional, serta 24% dari total impor non- non-migas nasional. Hal ini mengindikasikan
migas nasional. Angka ini sebenarnya cukup makin berkurangnya peran sentral Kawasan
besar jika mempertimbangkan jumlah industri Berikat dalam mendorong aktivitas produksi
dan luas wilayah Kawasan Berikat yang relatif bertujuan ekspor. Terdapat beberapa masalah
cukup kecil dalam skala nasional. yang menyebabkan kurang efektifnya Kawasan
Namun demikian, dalam tujuh tahun Berikat untuk mendorong ekspor di Indonesia
terakhir ini terjadi penurunan kontribusi impor yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya.

Gambar 3.2. Indikator Ekspor & Investasi Sektor Manufaktur Indonesia, 1960-2014

Ekspor barang dan jasa (% PDB) Investasi Asing Langsung, net inflows
(% PDB)
60%
4%
505
3%

40% 2%

1%
30%
0%
1981
1983
1985
1987
1989
1991
1993
1995
1997
1999
2001
2003
2005
2007
2009
2011
2013
20%
-1%

10% -2%

-4%
0%
1960
1963
1966
1969
1972
1975
1978
1981
1984
1987
1990
1993
1996
1999
2002
2005
2008
2011
2014

-4%

Ekspor Manufaktur (% Ekspor Barang) Nilai Tambah Sektor Manufaktur (% PDB)

60% 35%

30%
50%

25%
40%
20%
30%
15%
20%
10%

10% 5%

0% 0%
1967
1970
1973
1976
1979
1982
1985
1988
1991
1994
1997
2000
2003
2006
2009
2012

1960
1963
1966
1969
1972
1975
1978
1981
1984
1987
1990
1993
1996
1999
2002
2005
2008
2011
2014

Sumber: World Bank Development Indicators 2014

28
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas

Gambar 3.3. Impor Dalam Kawasan Berikat, 2008-2014

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%
2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014
Impor dalam Kawasan Berikat (% Jumlah Impor)
Impor Non-Migas dalam Kawasan Berikat (% Jumlah Impor Non-Migas)

Sumber: CEIC

3.4. Kendala Pengembangan pasar domestik. Praktik tersebut tentu tidak


Kawasan Berikat di Indonesia sesuai dengan motivasi pengembangan KB dan
juga merugikan pemerintah maupun industri
Kawasan Berikat mengalami beberapa lainnya di dalam negeri. Padahal, sebagaimana
kendala di dalam perkembangannya. Kendala- diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
kendala tersebut seringkali mengakibatkan KB No 255/2011, pengusaha dalam KB harus
tidak lagi efektif dalam mendorong investasi mengekspor setidaknya 75% dari produksi, dan
dan ekspor, terutama setelah Krisis Finansial hanya maksimal 25% yang boleh dijual di pasar
Asia 1997/98. domestik (meskipun aturan ini direlaksasi pada
Pertama, fasilitas perpajakan yang diberikan tahun 2013 menjadi minimal 50% produksi
kepada pelaku usaha di dalam KB sering dalam KB yang wajib diekspor, karena sedang
kali disalahgunakan sehingga menimbulkan melemahnya pasar ekspor).
kerugian bagi keuangan negara. Lemahnya Masalah-masalah lain yang terkait dengan
pengawasan akan lalu lintas barang serta aspek kelembagaan, insentif, maupun
keberadaan oknum yang terlibat korupsi infrastruktur yang terjadi dalam Kawasan
perpajakan sering disebut sebagai salah satu Berikat (terutama yang berlokasi di Batam)
faktor utama yang menyebabkan kebocoran akan dipaparkan dalam bagian berikutnya.
fiskal tersebut. Pengawasan yang sulit
dilakukan, terutama pada Tempat Penimbunan
Berikat yang berskala kecil dan berada di luar 3.5. Batam: Potensi Besar yang Belum
pelabuhan atau kawasan industri, memicu Tergali Maksimal
diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) No 44/2012 yang menetapkan bahwa KB Pengembangan kawasan strategis di
yang luasnya di bawah satu hektar (ha) harus Indonesia yang memiliki sejarah terpanjang
pindah ke dalam Kawasan Industri sebelum 31 adalah pengembangan Pulau Batam. Pulau
Desember 2016. Batam saat ini terletak di Provinsi Kepulauan
Kedua, ada sejumlah pengusaha di dalam Riau, dan memiliki letak geografis yang
KB yang telah menikmati berbagai fasilitas strategis karena hanya berjarak sekitar 20 km
fiskal yang diberikan pemerintah, namun dari Singapura. Pulau Batam memiliki luas 415
tidak berorientasi kepada ekspor dan malah km2. Di sekitar Pulau Batam, terdapat sejumlah
menjual hasil produksinya lebih banyak di pulau-pulau lain yang kemudian juga menjadi

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 29


cakupan pengembangan kawasan khusus, yang ekspor (EPZ) yang bebas pajak.
mencakup Pulau Bintan, Karimun, Rempang, Batamindo kemudian berhasil
Galang. mendatangkan perusahaan multinasional,
Sejarah pengembangan Pulau Batam telah perusahaan Original Equipment Manufacturers
dimulai pada tahun 1971. Pada tahap ini, Pulau (OEMs), dan Original Design Manufacturers
Batam dikembangkan dengan maksud untuk (ODMs), serta industri-industri pendukung.
dijadikan basis logistik dan operasional yang Pada tingkat regional, tahun 1989 menjadi
dapat mendukung industri minyak dan gas bumi awal dikembangkannya konsep segitiga
oleh Pertamina, terutama untuk eksplorasi pertumbuhan ekonomi (growth triangle) yang
minyak dan gas bumi lepas pantai. melingkupi Singapura, Johor di Malaysia, dan
Tahapan selanjutnya dalam pengembangan Riau di Indonesia, yang selanjutnya dikenal
Pulau Batam terjadi pada tahun 1973 ketika dengan singkatan SIJORI sejak 1994. Sejak 2003,
Keputusan Presiden No 41/1973 tentang Daerah Batam juga diproyeksikan sebagai perluasan
Industri Pulau Batam, menetapkan seluruh dari produksi sektor manufaktur Singapura agar
Pulau Batam sebagai lingkungan kerja Daerah dapat mengambil keuntungan dari Singapore-
Industri. Keppres ini juga menetapkan Otoritas United States Free Trade Agreement.
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Indonesia memanfaatkan momentum
atau Batam Industrial Development Authority regional tersebut untuk melakukan
(BIDA) sebagai institusi yang bertanggung pembangunan industri berbasis ekspor di
jawab atas pengembangan pertumbuhan Batam. Industri di Batam terbagi ke dalam
Daerah Industri Pulau Batam. dua kategori besar, yaitu industri ringan dan
Pada tahun 1978, seluruh wilayah Pulau industri berat (light and heavy industries).
Batam kemudian ditetapkan sebagai Wilayah Industri ringan termasuk antara lain sektor
Usaha Kawasan Berikat (Bonded Warehouse) manufaktur seperti elektronik, garmen, tekstil,
melalui Keputusan Presiden No 41/1978. dan plastik. Sementara, industri berat antara
Langkah ini diambil pemerintah sebagai usaha lain perkapalan, baja, dan industri peralatan
untuk mengembangkan industri berorientasi pendukung untuk eksplorasi migas. Industri
ekspor di Pulau Batam. Keppres 28 Tahun ringan, terutama elektronik, lebih mendominasi
1992 kemudian memperluas cakupan wilayah produksi dan ekspor di Batam.
Bonded Zone hingga melingkupi kawasan Semenjak krisis finansial Asia, industri berat
Barelang (Pulau Batam, Pulau Rempang dan seperti industri mesin dan peralatan pendukung
Pulau Galang). migas mulai berkembang. Proporsi output
Sejarah pengembangan industri di Pulau manufaktur Batam yang berasal dari sektor
Batam tidak terlepas dari sejarah industri elektronik turun dari 80% pada 1998 menjadi
di Singapura, terutama industri elektronik. hanya 53% pada 2006, seperti ditunjukkan oleh
Industri elektronik di Singapura merupakan Gambar 3.4. Sebagian besar industri di Batam
industri baru yang sedang berkembang pesat dilakukan oleh perusahan multinasional,
pada akhir 1960-an hingga 1970-an. Salah terutama yang berkedudukan di Singapura.
satu alasan strategis untuk mengembangkan Investasi asing di Batam juga didominasi oleh
industri di Pulau Batam adalah karena adanya investor dari Singapura.
kelangkaan tanah serta kebutuhan yang tinggi Secara administratif, sejak tahun 1999,
akan tenaga kerja berupah rendah untuk Kota Batam diberikan status Daerah Otonom
mendukung industri elektronik di Singapura. melalui UU No 53/2009. Selanjutnya, mengikuti
Hal ini menjadi dasar dari kerjasama pemerintah desentralisasi yang dimulai 2001, Pulau Batam
Indonesia dan Singapura pada tahun 1989 menjadi bagian dari Provinsi Kepulauan Riau
melalui pengembangan Batam Industrial Park yang baru terbentuk tahun 2004. Selain itu,
(Batamindo), sebagai kawasan pengolahan pada dekade 2000-an, beberapa kali status

30
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas

Pulau Batam kembali diubah, menjadi Kawasan oleh Kementerian Keuangan agar iklim investasi
Berikat Khusus (Bonded Zone Plus) pada tahun Batam semakin menarik bagi investor, seperti
2002 dan perluasannya pada tahun 2005 penyederhanaan prosedur bea cukai, liberalisasi
(mencakup Bintan dan Karimun). Peningkatan impor barang modal bekas, mengurangi
status ini dimaksudkan untuk memberikan sejumlah pajak, serta mempermudah lalu lintas
kepastian hukum bagi para investor. barang dari dan ke kawasan berikat lainnya
Beberapa paket kebijakan juga diberikan (Wong & Ng, 2009).

Gambar 3.4. Perbandingan Struktur Output Sektor Manufaktur Batam 1998 & 2006

1998 2006
Tekstil
Mesin Berat
Lainnya Industri 3% Lainnya
1% Kimia 3%
Perkapalan 4%
3%
4% Makanan &
Minuman
Plastik 4%
6%
Perkapalan
Mineral 5%
& baja
5% Plastik
5%

Mesin
Berat
6%
Elektronik
Mineral 53%
Elektronik
80% & Baja
18%

Sumber: Wong dan Ng, 2009

Selanjutnya, Peraturan Pemerintah (PP) Bagaimana Batam Berkembang Pesat?


No 46, 47, dan 48 Tahun 2007 menetapkan
pulau Batam, Bintan, dan Karimun di Provinsi Dalam sejarah perkembangan Batam, terjadi
Kepulauan Riau sebagai Kawasan Perdagangan peningkatan pesat pada jumlah tenaga kerja
Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB). Melalui PP dalam waktu yang relatif singkat, dari 10.000
46/2007, diatur bahwa institusi yang menjadi orang pada 1988, menjadi 125.000 orang pada
administrator industri di Pulau Batam adalah 1996, dan menjadi 336.000 orang pada 2013.
Badan Pengusahaan Kawasan Batam (BP Hingga tahun 2014, total investasi yang masuk
Batam), yang sebelumnya bernama Otorita ke Batam secara kumulatif telah mencapai
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam US$ 17,71 milyar. Dari jumlah tersebut, yang
(BIDA). Keputusan ini mengikat untuk jangka merupakan investasi pemerintah untuk Batam
waktu 70 tahun ke depan. KPBPB Batam, adalah US$ 3,62 milyar. Sementara itu, sektor
Bintan, dan Karimun (BBK) mendapat fasilitas swasta, baik domestik maupun asing, telah
fiskal berupa pembebasan bea masuk, Pajak melakukan investasi di Batam masing-masing
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan sebesar US$ 5,82 milyar dan US$ 8,27 milyar.
atas Barang Mewah (PPnBM), dan cukai untuk Kebijakan pengembangan Batam sebagai
barang yang keluar/masuk dari/ke KPBPB. kawasan khusus berorientasi ekspor juga

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 31


memiliki dampak signifikan terhadap 2007. Namun demikian, angka ini juga masih
pertumbuhan ekonomi Batam. Sejak tahun berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional
1992-1997, pertumbuhan ekonomi Batam berada pada periode yang sama, yang hanya mencapai
di kisaran 14%-18% per tahun, jauh melebihi 4,6% per tahun. Pada tahun 2013, Produk
rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional Domestik Regional Bruto (PDRB) Batam telah
pada periode yang sama, yang hanya mencapai mencapai Rp 65,55 triliun. Ekspor non-migas
sekitar 7% per tahun. Sejak krisis finansial Asia, dari Batam pada tahun 2010-2014 secara rata-
laju pertumbuhan ekonomi Batam menurun, rata mencapai US$ 9 milyar, atau menyumbang
hanya berkisar 6%-8% per tahun hingga tahun sekitar 6% dari ekspor non-migas Indonesia.

Gambar 3.5. Akumulasi Investasi di Batam (US$ Milyar), 2004-2014

20 9
18 8
16 7
14 6
12
5
10
4
8
3
6
4 2
2 1
0 0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Akumulasi Investasi Total (US$ Milyar)


Akumulasi Investasi Pemerintah (US$ Milyar)
Akumulasi Investasi Swasta Domestik (US$ Milyar)
Akumulasi Investasi Swasta Asing (US$ Milyar)

Sumber: BP Batam

Gambar 3.6. Jumlah Tenaga Kerja Asing dan Domestik di Batam, 1990-2014

400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
1990
1992
1994
1996
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Sumber: BP Batam

32
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas

Gambar 3.7. Jumlah Populasi Batam, 1983-2014

1400000

1200000

1000000

800000

600000

400000

200000

0
1983 1988 1993 1995 1997 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BP Batam & Wong dan Ng, 2009

Gambar 3.8. Nilai Ekspor dari Batam (dalam Rp milyar), 1984-2013

14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Sumber: BP Batam

Gambar 3.9. Jumlah Penanaman Modal Asing Berdasarkan Asal Negara (s/d Juni 2014)

Lainnya
China 14%
3%
Korea
3%
Taiwan
3%

Malaysia
11% Singapore
66%

Sumber: BP Batam

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 33


Gambar 3.10. Ekspor Batam Menurut Negara Tujuan Utama, 2014

Lainnya
21%

China
2%
Malaysia Singapura
3% 52%

Amerika Serikat
5%
Australia
17%

Sumber: BP Batam

Gambar 3.11. Ekspor dan Impor Batam Menurut Komoditas Utama, 2014

Ekspor IMPOR
Produk Mesin
Elektronik Produk Mesin
Lainnya 23% Elektronik
Lainnya 27%
25%
26%

Produk
Peternakan
6%

Produk
Produk dari Produk
pertambangan Plastik
Barang dari Peralatan
17% 6%
Besi dan Baja & Mesin
13% Mekanik
Besi dan Baja 19%
Produk Peralatan 7% Barang dari
& Mesin Mekanik Besi dan Baja
16% 15%

Sumber: BP Batam

Grafik-grafik di atas menunjukkan peran Jika pada puncak perkembangan Batam pada
sentral Singapura dalam perkembangan tahun 1990-an, industri elektronik sangat
Pulau Batam. Sebagian besar aliran modal mendominasi dalam struktur output maupun
investasi, aliran impor barang modal berasal ekspor manufaktur (menyumbang 80%
dari Singapura. Selain itu, negara tujuan ekspor dari output manufaktur Batam pada 1998),
utama Batam juga adalah Singapura. Selain dalam beberapa tahun terakhir ini mulai
Singapura, beberapa negara lain yang cukup terjadi diversifikasi pada ekspor manufaktur,
penting bagi proses produksi barang ekspor di di mana industri manufaktur alat berat dan
Batam adalah Malaysia, China, Korea, Taiwan, industri pendukung eksplorasi minyak dan
dan Amerika Serikat. gas mulai meningkat perannya. Gambar 3.11.
Struktur manufaktur dan ekspor Batam menunjukkan bahwa ekspor barang elektronik
juga terus mengalami pergeseran antar waktu. pada tahun 2014 hanya menyumbang sekitar

34
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas

23% dari total ekspor Batam. Ekspor barang- Industri tersebut dapat dilihat di Tabel 3.2 di
barang berteknologi tinggi seperti mesin dan bawah ini. Di dalam kawasan-kawasan tersebut,
pipa-pipa serta alat penunjang eksplorasi terdapat 669 perusahaan baik asing maupun
semakin meningkat jumlahnya. domestik, yang menjadi tenan. Batamindo
Keberhasilan pengembangan Pulau Batam Industrial Park merupakan kawasan tertua
sebagai zona industri dan pengolahan ekspor (dibentuk tahun 1990) dan hingga kini masih
tidak terlepas dengan pengembangan kawasan- merupakan kawasan industri yang memilik
kawasan industri di dalam Batam. Sampai akhir tenan terbanyak serta merupakan yang kedua
tahun 2014, terdapat 22 Kawasan Industri yang terbesar wilayahnya setelah Kabil Integrated
beroperasi di Pulau Batam, dengan total luas Industrial Estate, yang akan dibahas lebih lanjut
kawasan sebesar 1.394 Ha. Daftar Kawasan pada bagian terpisah.

Tabel 3.2. Daftar Kawasan Industri di Batam 2014

Nama AWAL Luas Kawasan JUMLAH TENAN


BEROPERASI Industri (Ha)

Batamindo Industrial Park 1990 320 67


Bintang Industrial Park II 2001 80 30
Cammo Industrial Park 1995 18 27
Citra Buana Centre Park I 1994 10 50
Citra Buana Centre Park II 2002 8 8
Citra Buana Centre Park II 2002 20 20
Executive Industrial Park 2005 22 26
Hijrah Industrial Estate 2002 6 18
Indah Industrial Park 2000 16 13
Kabil Integrated Industrial Estate 1991 500 48
Kara Industrial Park 1992 19 22
Lytech Industrial Park 1992 14 52
Latrade Industrial Park 2001 52 14
Malindo Cipta Perkasa 1996 2 22
Megacipta Industrial Park 1994 5 35
Panbil Industrial Estate 2001 103 22
Puri Industrial Park 2000 2002 24 31
Sarana Industrial Point 2005 18 17
Sekupang Makmur Abadi 1984 32 22
Taiwan International Park 1990 54 32
Tunas Industrial Estate 2001 48 41
Union Industrial Park 2003 23 52

Sumber: BP Batam

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 35


Bagaimana Batam Menjadi Stagnan? Meskipun kerangka regulasi secara umum telah
mengatur kekhususan dan insentif bagi investor
Batam mengalami perkembangan pesat, di kawasan Batam, namun dalam praktiknya
dalam pertumbuhan ekonomi, ekspor, investasi, masih sering terjadi ketidak-konsistenan atau
maupun jumlah tenaga kerja sejak 1986 hingga misinterpretasi, contohnya terkait dengan
krisis keuangan Asia 1997/98. Setelah krisis perizinan di Kawasan Berikat yang tidak berjalan
tersebut, serta seiring dengan berjalannya di bawah satu atap sebagaimana mestinya
desentralisasi di kota Batam, performa Batam setelah Otonomi Daerah. Investor di Batam
sebagai kawasan industri berorientasi ekspor sering mengeluhkan terjadinya tumpang tindih
menurun dibandingkan periode sebelum krisis. peraturan yang dikeluarkan oleh ketiga institusi
Hal ini dapat ditunjukkan melalui perkembangan tersebut.
output sektor manufaktur di Batam sebagaimana Masalah lain yang cukup signifikan dalam
ditunjukkan Wong & Ng, 2009. Meskipun secara operasional investasi di Batam adalah
nominal, output sektor manufaktur Batam pembagian kewenangan yang kurang jelas
meningkat 62% dari 1998 hingga 2006, namun antara sejumlah institusi yang mengatur
secara real menggunakan harga konstan 2005, pembangunan Batam, yang mencakup Otorita
terjadi penurunan output manufaktur Batam Batam, Pemerintah Kota Batam, dan Pemerintah
sekitar 7% pada periode tersebut. Provinsi Riau. Hal ini terjadi terutama setelah
Secara khusus, industri elektronik yang penetapan Batam sebagai Daerah Otonom
menjadi sektor utama penunjang produksi dan pada tahun 1999. Ketidakjelasan ini sering
ekspor di Batam, mengalami penurunan yang kali menyulitkan investor dalam mengurus
signifikan dalam real output, dari sekitar Rp perizinan yang diperlukan untuk industrinya.
25,91 triliun pada 1998 menjadi hanya Rp 16,38 Selain itu, tanggung jawab pemeliharaan
triliun pada 2006. Penurunan kinerja ekspor infrastruktur menjadi tidak jelas karena
dan investasi sektor manufaktur Batam pasca- masalah kelembagaan ini. Hal ini berdampak
krisis 1997/98 dan desentralisasi sejalan dengan terhadap kondisi infrastruktur dasar, seperti
perlambatan yang sama di tingkat nasional jalan dan listrik, yang juga berdampak kepada
(relatif dibandingkan periode sebelum krisis) investasi dan ekspor dari Batam.
yang ditunjukkan Grafik di bagian sebelumnya Selain itu, masalah yang terkait insentif juga
Salah satu isu utama yang dihadapi investor banyak ditemui dalam sejarah pengembangan
di Batam, yang memengaruhi penurunan kawasan Batam. Sejumlah pemberian fasilitas
kinerja investasi dan ekspor di Batam setelah yang diatur dalam regulasi yang terkait (antara
krisis dan desentralisasi adalah mengenai lain penangguhan bea masuk, pembebasan
ketenagakerjaan. Terus meningkatnya cukai, pembebasan PPN, PPnBM, dan PPh Pasal
perdebatan yang terjadi mengenai upah 22) dalam kenyataannya tidak bisa dinikmati
minimum, kontrak pekerja, dan outsourcing, sepenuhnya oleh investor di Batam. Hal ini
yang diikuti dengan terjadinya banyak protes terjadi setelah dikeluarkannya sejumlah Surat
dan demonstrasi dari buruh (yang terkadang Keputusan (SK) Bea Cukai maupun Dirjen Pajak
menjadi rusuh), menyebabkan beberapa yang menetapkan bahwa pemasukan barang-
investor asing menutup atau memindahkan barang modal dan jasa tertentu yang tetap
usahanya ke negara lain di Asia, seperti dikenakan PPN. Perbedaan persepsi mengenai
Malaysia dan Vietnam. Sejumlah perusahaan Barang Modal antara petugas bea cukai dan
elektronik besar yang meninggalkan Batam investor juga kerap kali menimbulkan masalah
karena isu buruh antara lain PT Kyocera, PT dalam pengenaan PPN. Pencabutan fasilitas
Panasonic Battery Batam, PT Exas, dan PT Casio bebas PPN dan PPnBM yang dilakukan pada
Electronics indonesia. tahun 2003 juga mengurangi daya tarik investasi
Selain isu ketenagakerjaan, terdapat di kawasan Batam.
sejumlah permasalahan yang menghambat Belajar dari permasalahan-permasalahan
pertumbuhan investasi dan ekonomi di Batam. yang dihadapi dalam sejarah pengembangan

36
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas

Kawasan Khusus, terutama Batam, pemerintah dijabarkan lebih jauh dalam Undang-Undang
mencoba untuk mengembangkan skema No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang Khusus serta peraturan turunannya.

Box 3: Pembangunan Pulau Bintan langsung dengan Singapura. Dari ketiga pulau
dan Karimun ini, Pulau Bintan adalah yang memiliki wilayah
terluas, di mana Tanjung Pinang sebagai
Delapan tahun lalu, melalui Undang-Undang ibukota provinsi Kepulauan Riau terletak. Tidak
No 44 Tahun 2007, pemerintah menetapkan seluruh wilayah administratif Batam, Bintan,
tiga pulau besar di Provinsi Kepulauan Riau, dan Karimun ditetapkan menjadi FTZ. Free Trade
yaitu Batam, Bintan, dan Karimun (BBK) sebagai Zone di Bintan terdiri terutama di Bintan Utara,
Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone). dengan luas wilayah seluas setengah Pulau
Penetapan status Kawasan Perdagangan Bebas Bintan. Lokasi FTZ di Bintan berupa enclave
ini diberikan untuk periode 70 tahun ke depan. yang mencakup kawasan Anak Lobam, kawasan
Setahun kemudian, pemerintah membentuk maritim Bintan Timur, kawasan Galang Batang,
Dewan Kawasan untuk masing-masing FTZ kawasan Senggarang, dan kawasan Dompak.
tersebut. Pembagian wilayah administratif dan luas
Ketiga pulau tersebut memiliki lokasi wilayah FTZ BBK dapat dilihat pada Tabel 3.3 di
strategis karena terletak pada jalur pelayaran bawah ini.
internasional di Selat Malaka serta berbatasan

Tabel 3.3. Perbandingan Luas Wilayah Administratif & FTZ Batam, Bintan, Karimun (BBK)

luas kota/kabupaten luas free trade zone

wilayah total
% %
darat laut (km2)
km2 terhadap terhadap
(km2) (km2) darat total

1 Kab. Bintan 129.455,8 10.582.719,9 10.712.175,7 61.269,5 47,3 0,6

2 Kab. Karimun 94.353,3 479.858,3 574.211,6 9.635,6 10,2 1,7

3 Kota Tanj. Pinang 14.635,8 12.577,6 27.213,4 2.136,4 14,6 7,9

4 Kota Batam 98.236,0 286.629,4 384.865,4 65.019,5 66,2 16,9

Sumber: Kementerian PU

Sejarah pengembangan BBK sebagai kawasan berikat, serta pusat pertumbuhan


FTZ ditandai dengan kerjasama ekonomi industri di Kepulauan Riau sejak tahun 1970-
pemerintah Indonesia dan Singapura pada an. Namun demikian, perkembangan Pulau
tahun 2006 yang berkomitmen untuk Bintan dan Karimun sebagai FTZ relatif masih
mengembangkan BBK sebagai kawasan yang baru. Sebelum ditetapkan sebagai FTZ pada
mendukung bagi aktivitas investasi. Tujuh tahun 2007, status Pulau Bintan dan Karimun
aspek kerjasama ekonomi tersebut mencakup masih merupakan Bonded Zone Plus. Sektor
investasi, keuangan, perpajakan, bea cukai, pariwisata terutama menjadi andalan bagi
imigrasi, ketenagakerjaan, dan pengembangan Bintan (termasuk Kota Tanjung Pinang) dalam
kapasitas. Sebenarnya, jauh sebelumnya, Pulau mengembangkan ekonominya, terutama
Batam telah dikembangkan menjadi FTZ, dengan kehadiran turis asing ke resor yang

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 37


banyak tersedia di sana. Sementara itu, mengingat keterbatasan sumber
Jika dibandingkan dengan Batam, jumlah daya dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau,
investasi serta industri yang berkembang di pembangunan dan perluasan bandara di Pulau
Pulau Bintan dan terutama Pulau Karimun Karimun masih menunggu dukungan dari
masih sangat terbatas. Pulau Bintan sebenarnya pemerintah pusat. Bandara di Pulau Karimun
telah memiliki lahan seluas 4.000 ha yang hanya memiliki landasan pacu sepanjang
dialokasikan untuk sektor industri. Salah satu 900 meter, dan hanya dapat menampung
kawasan industri yang terdapat di Bintan pesawat kecil. Hal yang sama terjadi pada
adalah Kawasan Industri Lobam yang juga infrastruktur pelabuhan laut, yaitu terminal
telah mendatangkan sejumlah investor asing. ferry penumpang dan terminal kargo di Bintan,
Sementara itu, Pulau Karimun juga memiliki dan terutama Karimun yang masih dalam
beberapa industri kecil serta sebuah industri tahap perluasan dan pengembangan. Untuk
pembangunan kapal (shipbuilding) dengan infrastruktur listrik, sebagian besar pengusaha
investasi asing dari Saipem dan Sembawang. di FTZ Karimun masih memakai diesel generator
Namun demikian, industri-industri di Bintan untuk pembangkit listrik. Sementara itu, di
dan Karimun masih sangat jauh tertinggal Bintan, saat ini tengah terjadi krisis listrik di
dibanding dengan Batam, baik dalam aspek mana PLN Kepri mengalami defisit pasokan
ukuran, jumlah investasi maupun hasil ekspor. listrik sebesar 10MW akibat rusaknya 2 PLTU di
Minimnya jumlah Investasi Asing Langsung Tanjung Pinang berkapasitas 2x15MW. Kurang
(FDI) ternyata sejalan dengan kurangnya memadainya ketiga infrastruktur dasar tersebut
ketersediaan infrastruktur pendukung di Bintan menyulitkan usaha pemerintah untuk menarik
dan terutama Karimun. Investasi dasar seperti investasi asing ke Bintan dan Karimun. Tabel
listrik, bandara, dan pelabuhan masih terbatas 3.4 di bawah memberikan gambaran umum
di Bintan dan Karimun. Di Bintan, misalnya, kondisi infrastruktur di Bintan dan Karimun
pembangunan Bandar Udara Internasional di hingga tahun 2012 yang masih jauh tertinggal
Lagoi baru dimulai sejak pertengahan 2012. dibandingkan Batam.

Tabel 3.4. Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Dasar BBK 2012

batam kab. bintan tg. pinang karimun NATUNA prov.kepri

Luas wilayah 770 km2 60.057,6 km2 239,5 km2 7.984 km2 141.902 km2 251.810 km2
Jumlah pulau 371 241 9 251 392 2.408
Populasi 1.137.894 142.382 187.687 216.221 93.424 1.899.698
Airport 1 - 1 1 2 7
Sea-port Ferry
terminal 5 3 1 2 1 13
Cargo 3 2 1 2 - 8
port
Power Plant 800 MW 7 MW 35 MW 16 MW 3 MW 861 MW
Air Bersih 4.440 litre/s 17,5 litre/s 150 litre/s 40 litre/s -

Sumber: Kajian BBK Kementerian Koordinator Bindang Perekonomian RI 2013

Agar dapat efektif menarik investasi dan air. Dengan ketersediaan infrastruktur
masuk, pemerintah perlu dengan segera fisik maupun institusional yang sudah lebih
mengembangkan infrastruktur-infrastruktur memadai, investasi asing akan lebih tertarik
dasar di Bintan dan Karimun, terutama listrik untuk masuk, dan dapat dilakukan perencanaan

38
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas

pengembangan industri di Bintan dan Karimun. pada kegiatan investasi dan produksi pada
Dalam perkembangan ke depan, pemerintah sektor-sektor unggulan FTZ.
telah menetapkan strategi pengembangan Presiden Joko Widodo juga telah
FTZ BBK melalui empat tahapan utama. menegaskan akan berkomitmen menyelesaikan
Tahap pertama, FTZ BBK akan berperan permasalahan-permasalahan terkait investasi
sebagai pendukung bagi industri di Singapura, yang masih terjadi di Batam, Bintan, dan Karimun.
dengan menyediakan kegiatan transhipment, Dalam pertemuannya dengan PM Singapura,
membangun kawasan industri non-polutan Lee Hsien Loong, pada Juli 2015, Presiden Jokowi
dan industri perkapalan. Pertumbuhan sektor bahkan menyatakan akan membentuk institusi
industri akan lebih mendominasi pada tahap ini. khusus yang mampu menangani masalah-
Tahap kedua, FTZ BBK akan diarahkan menjadi masalah terkait regulasi dan kewenangan
mitra utama Singapura. Pada tahap ini, mulai regional di BBK. Secara spesifik, Presiden Jokowi
terjadi pergeseran dari dominasi sektor industri juga berusaha untuk terus meningkatkan
ke dalam sektor jasa. Selain pengembangan kerjasama investasi dengan Singapura, yang
industri-industri alat berat dan pendukung memiliki peran dominan dalam pengembangan
eksplorasi migas, sektor pariwisata juga akan industri di BBK serta menjadi sumber investasi
mulai dikembangkan di tahap ini. Tahap dan tujuan ekspor utama bagi Batam, Bintan,
ketiga, FTZ BBK akan menjadi kawasan yang dan Karimun (BBK). Selain itu, Tabel 3.5 di
memiliki beberapa sektor unggulan, melalui bawah ini memberikan beberapa perkembangan
pengembangan sektor-sektor yang telah eksis terbaru dalam usaha pembangunan FTZ Bintan
di dalam kawasan dengan dukungan kebijakan dan Karimun, baik dari pihak pemerintah
industri, ketenagakerjaan yang mendukung, maupun swasta, dalam satu tahun terakhir.
diversifikasi pasar komoditi ekspor, serta Diharapkan dengan usaha-usaha terbaru ini,
pemberian insentif dan manajemen pengelolaan Pulau Bintan dan Karimun mampu untuk mulai
kawasan yang profesional. Tahap keempat, FTZ mengejar ketertinggalannya dari Batam dengan
BBK diproyeksikan menjadi kawasan unggul pembangunan infrastruktur, mendatangkan
dan berdaya saing tinggi melalui pengurangan investasi asing, serta mengembangkan kawasan
kendala yang menghambat arus barang dan industri yang berdaya saing tinggi serta mampu
jasa, dan menyederhanakan proses kepabeanan, menopang perekonomian daerah.
sehingga memberi tekanan yang lebih besar

Tabel 3.5. Beberapa Usaha Pengembangan FTZ Bintan & Karimun Dalam 1 Tahun Terakhir

• Peresmian Kawasan Wisata Lagoi Bay dan Lagoi Plaza, Bintan


• Pembangunan hotel bintang lima oleh investor Rusia, Bintan
• Pembangunan Treasure Bay Bintan (TBB) seluas 338 ha (resor terbesar di Bintan) oleh
Landmarks Berhad dari Malaysia, tahap pertama investasi mencapai 650 juta dollar.
• Ekspansi usaha pabrik Honeywell (industri penerbangan) di Bintan dengan nilai
investasi dalam lima tahun ke depan diperkirakan mencapai USD 15 milyar.
• Pengembangan resor oleh The Haven, Malaysia seluas 26 ha di Bintan.
• Pengalokasian anggaran Rp 1 triliun dari pemerintah pusat untuk pengembangan
pariwisata Pulau Bintan.
• Rencana invetasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kapasitas 2x25MW senilai 100
juta dollar AS oleh PT Soma Daya Utama di Pulau Karimun
• Peresmian operasional perusahaan di FTZ Karimun, terutama dari PT Saipem Indonesia
Karimun Branch
• APBN membiayai proyek perpanjangan landasan pacu Bandara Sei Bati di Pulau

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 39


Karimun, dari 900 meter menjadi 2 km dengan lebar 50 meter, agar dapat mendaratkan
pesawat komersial. Namun, hingga kini masih terkendala masalah kepemilikan lahan.
• Pembangunan hanggar pesawat di Bintan oleh GMF AeroAsia yang akan selesai pada
2017. Hal ini ditargetkan terutama untuk ikut serta dalam pasar pemeliharaan pesawat
di Singapura.
• Penerimaan anggaran Rp 20 milyar dari pemerintah pusat untuk pengembangan
investasi dan pembangunan infrastruktur di FTZ Karimun tahun 2015. Jumlah ini masih
sangat kecil dibanding dengan anggaran serupa untuk FTZ Batam yang mencapai
Rp 1 triliun.
• Ombudsman Republik Indonesia (ORI) menerbitkan rekomendasi Kawasan Batam-
Bintan-Karimun pada Januari 2015 untuk memperbaiki pelayanan publik di BBK.
Hal ini membantu dalam menangani masalah pertanahan/peruntukan kawasan serta
perizinan investasi yang selama ini menjadi kendala bagi investor untuk masuk ke
FTZ BBK.

40
BAB 4
Kawasan Ekonomi Khusus
di Indonesia
4.1. Motivasi dan Latar Belakang dengan batas tertentu dalam wilayah hukum
NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
Inisiatif pemerintah untuk mengembangkan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
kawasan khusus kembali mengemuka pada tertentu. Setelah itu ditetapkan sejumlah
pertengahan tahun 2000-an dengan wacana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di beberapa
pembentukan kawasan ekonomi khusus di daerah di Indonesia, terutama di daerah yang
berbagai wilayah di Indonesia, khususnya memiliki potensi ekonomi yang tinggi namun
setelah permasalahan Batam mengemuka. Saat masih tertinggal pembangunannya.
itu dirasakan perlunya pembentukan kerangka Terdapat beberapa situasi yang
peraturan yang lebih kuat dalam pembantukan melatarbelakangi inisiatif pemerintah untuk
kawasan khusus, disertai dengan skema baru membentuk KEK. Pertama, timpangnya postur
yang dapat mengakomodasikan kepentingan perekonomian Indonesia yang lebih didominasi
berbagai pihak terkait. oleh kawasan barat Indonesia (terutama Jawa
Ini berujung dengan dikeluarkannya Undang- dan Sumatera). Hingga tahun 2009, PDRB
Undang No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan daerah-daerah di kawasan timur Indonesia
Ekonomi Khusus. Kerangka peraturan yang hanya menyumbang 19% dari total PDRB
lebih rinci dijabarkan dalam PP No 2 Tahun 2011 di seluruh daerah. Gambar 4.1 memberikan
tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi ilustrasi lebih jauh mengenai ketimpangan
Khusus (KEK). KEK didefiniskan sebagai kawasan antara berbagai wilayah di Indonesia.

Gambar 4.1. Ketimpangan Ekonomi Jawa & Non-Jawa

100%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
kontribusi kontribusi jumlah unit investasi investasi ekspor sektor impor sektor luas lahan
ekonomi sektor ekonomi usaha industri sektor industri sektor industri industri industri kawasan
non migas besar (PMA) (PMDN) industri

Jawa Sumatera Kalimantan Lainnya

Sumber: Kementerian Perindustrian

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 41


Pemerintah merasa perlu untuk membentuk Indonesia masih jauh di bawah potensi yang
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah ada. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa meskipun
di luar Jawa agar terjadi pemerataan Foreign Direct Investment (FDI, Investasi Asing
pembangunan yang lebih baik. KEK diharapkan Langsung) di Indonesia tercatat cukup tinggi,
akan memberikan insentif bagi pembangunan tetapi jika dibandingkan dengan PDB, investasi
aktivitas ekonomi di berbagai wilayah tersebut. tersebut masih berada di bawah negara-negara
Kedua, rendahnya daya saing Indonesia Asia Timur lainnya, termasuk dengan negara
untuk menarik investasi dibanding dengan yang tingkat perekonomiannya lebih rendah.
negara-negara ASEAN lainnya. Investasi di

Gambar 4.2. Perbandingan Rasio Net Inflows FDI Terhadap PDB Beberapa Negara Asia

12%

10%

8%

6%

4%

2%

0%
1996 2003 2008 2013
-2%

China Indonesia India Thailand Vietnam

Sumber: World Bank Development Indicators

Salah satu penyebabnya adalah iklim jalan di Indonesia sangatlah buruk, terutama di
usaha yang masih belum bersahabat terhadap daerah luar Jawa. Pada tahun 2012, hanya 59%
investasi. Indikator Ease of Doing Business dari dari jalan daerah yang memiliki kualitas cukup
World Bank (2015), misalnya menempatkan baik). Sementara hanya 7,7% dari jalur kereta
Indonesia pada urutan yang rendah. Pada tahun api di Indonesia yang memiliki jalur ganda
2015, Indonesia menempati urutan ke 114, di (Bappenas, 2015). Situasi ini menyebabkan
bawah dari negara ASEAN lain seperti Malaysia tingginya biaya angkutan darat, ditambah lagi
(18), Filipina (95), atau bahkan dibandingkan dengan dengan jasa angkutan laut yang mahal.
dengan Vietnam (78). Akibatnya biaya logistik di Indonesia menjadi
Salah satu faktor yang menyebabkan sangat tinggi dan tidak mendukung investasi
rendahnya urutan Indonesia dalam indikator serta pembukaan pusat pertumbuhan ekonomi
tersebut adalah sulitnya prosedur memulai di berbagai daerah.
usaha (urutan 155 dari 185), mendapatkan izin Oleh karena itu, pemerintah berencana
pembangunan (153), serta prosedur pendaftaran menggunakan KEK sebagai instrumen daya
property (117). Ini semua menunjukkan sulitnya saing nasional, yang diharapkan dapat menarik
berusaha di Indonesia karena rumitnya prosedur investasi melalui insentif fiskal maupun non-
yang ada. fiskal. Melalui investasi tersebut, pemerintah
Masalah lain yang menyebabkan rendahnya berharap dapat meningkatkan produktivitas
investasi di Indonesia adalah rendahnya ekonomi masyarakat (terutama pada sektor-
ketersediaan dan kualitas infrastruktur. Kualitas sektor yang strategis), sehingga dapat

42
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

meningkatkan daya saing ekonomi di pasar terlebih dahulu diusulkan kepada Dewan
domestik maupun internasional. Nasional KEK untuk dijadikan KEK. Empat
Secara umum pengembangan Kawasan kriteria yang diberikan UU No.39/2009 bagi
Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia mempunyai lokasi yang dapat diusulkan menjadi KEK
empat sasaran utama yang dituju oleh adalah:
pemerintah. 1. Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
1. Peningkatan penanaman modal/investasi dan tidak mengganggu kawasan lindung,
melalui penyiapan kawasan yang memiliki 2. Adanya dukungan penuh dari pemerintah
keunggulan geoekonomi dan geostrategis, provinsi, serta pemerintah kabupaten/kota
2. Optimalisasi kegiatan industri, ekspor, yang bersangkutan,
impor, dan kegiatan ekonomi lainnya yang 3. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur
memiliki nilai ekonomi tinggi, perdagangan atau pelayaran internasional,
3. Menunjang percepatan pembangunan atau terletak pada wilayah dengan potensi
daerah, melalui pengembangan pusat-pusat sumber daya alam unggulan,
pertumbuhan ekonomi baru untuk mencapai 4. Usulan tersebut mempunyai batasan
keseimbangan pembangunan antar wilayah, wilayah yang jelas.
4. Mewujudkan model baru pengembangan
kawasan untuk pertumbuhan ekonomi Pemberian status KEK dapat didasarkan atas
sehingga dapat menciptakan lapangan usulan dari berbagai pihak yang terkait, yaitu:
pekerjaan. 1. Badan Usaha, baik swasta maupun badan
usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha
milik daerah (BUMD), dengan dukungan dari
4.2. Kerangka Peraturan dan pemerintah daerah bersangkutan,
Kelembagaan KEK 2. Usulan juga dapat dimajukan sendiri oleh
pemerintah kabupaten/kota,
Hingga kini, landasan hukum utama dalam 3. Selain itu pemerintah provinsi juga dapat
penyelenggaraan KEK di Indonesia adalah UU menjadi pengusul utama usulan tersebut.
No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus dan Peraturan Pemerintah (PP) No. Setelah semua dokumen terkait
100/2012 (sebagai revisi dari PP No 2/2011) dikumpulkan, Dewan Nasional KEK akan
tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi memberikan keputusan dalam 45 hari apakah
Khusus. UU No 39 Tahun 2009 antara lain wilayah tersebut ditetapkan sebagai KEK atau
mengatur mengenai fungsi, bentuk KEK, kriteria tidak. Penetapan sebuah wilayah sebagai
pengusulan KEK, mekanisme pembentukan KEK, KEK secara resmi didasarkan atas sebuah
aspek kelembagaan dari KEK, serta fasilitas yang Peraturan Pemerintah. Setelah sebuah daerah
ditawarkan KEK. Sementara itu, PP No 2 Tahun resmi ditetapkan sebagai KEK, pemerintah
2011 berisi penjabaran yang lebih terperinci, memberikan batas waktu maksimal tiga tahun
terutama mengenai aspek kelembagaan dan hingga KEK tersebut siap untuk beroperasi.
pengelolaan KEK. Selain dua landasan utama Untuk mendukung seluruh aktivitas di
tersebut, ada juga beberapa regulasi lain yang dalam kawasan tersebut, setiap KEK terdiri
dikeluarkan pemerintah untuk mengatur hal dari satu atau beberapa zona berikut: (1)
yang lebih spesifik, misalnya mengenai Dewan pengolahan ekspor, (2) logistik, (3) industri,
Nasional & Kawasan KEK, serta Peraturan (4) pengembangan teknologi, (5) pariwisata,
Pemerintah yang berisi penetapan masing- (6) energi, (7) ekonomi lain. Penentuan zona-
masing kawasan sebagai KEK. zona utama pada sebuah KEK akan disesuaikan
Satu hal mendasar dari inisiatif program KEK dengan potensi yang dimiliki oleh wilayah KEK
tersebut adalah penetapan kawasan khusus tersebut. Selain itu, di dalam KEK juga akan
diberikan oleh pemerintah pusat, tetapi usulan disediakan fasilitas pendukung serta lokasi
harus datang dari pihak di daerah. Agar dapat untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
diberikan status KEK, sebuah wilayah harus (UMKM).

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 43


Belajar dari pengalaman Batam sebagai antara lain menetapkan kebijakan umum serta
wilayah khusus yang banyak menyebabkan langkah strategis untuk pengembangan KEK
tumpang tindih otoritas dan tanggung jawab di tingkat nasional. Termasuk di dalamnya
antara pemerintah pusat dan daerah (lihat adalah mengkaji serta memberi rekomendasi
Bab 3), aspek kelembagaan KEK diusahakan pemberian status KEK. Dewan ini juga
untuk memberikan koordinasi dan pembagian bertugas untuk menyelesaikan permasalahan
tugas yang lebih baik antara berbagai pihak strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan
yang terlibat. pengembangan KEK. Untuk itu dewan ini berhak
Terdapat empat institusi kunci yang meminta penjelasan berbagai lembaga lainnya
memiliki tugas dan wewenang yang berbeda di tingkat wilayah dan pengelola kawasan.
pada tingkatan pemerintahan masing- Sementara itu, di tingkat provinsi, institusi
masing: Dewan Nasional, Dewan Kawasan, kunci KEK dinamakan Dewan Kawasan, yang
Administrator, dan Badan Usaha Pengelola KEK. diketuai oleh Gubernur. Tugas Dewan Kawasan
Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara antara lain membentuk Administrator KEK,
keempat insitusi tersebut. mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi,
Pada tingkatan nasional, program dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas
pengembangan KEK berada di bawah tanggung Administrator KEK dalam hal Pelayanan
jawab Dewan Nasional KEK. Dewan Nasional Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan operasional KEK,
KEK ini diketuai oleh Menteri Koordinator serta menyampaikan laporan pengelolaan KEK
Bidang Perekonomian. Tugas dewan tersebut kepada Dewan Nasional setiap tahun.

Gambar 4.3 Hubungan Kelembagaan dalam Pengelolaan KEK

PRESIDEN

Dewan Nasional
Nasional

Dewan Kawasan Dewan Kawasan


Provinsi Provinsi 1 Provinsi 2

Administrator Administrator Administrator Administrator


KEK A KEK B KEK C KEK D
Kabupaten/Kota
Badan Usaha Badan Usaha Badan Usaha Badan Usaha
KEK A KEK B KEK C KEK D

Sumber: Dewan Nasional KEK (2015)

Selanjutnya, pengelolaan secara spesifik serta secara berkala maupun insidental


di masing-masing KEK dijalankan oleh menyampaikan laporan operasionalisasi KEK
Administrator KEK dan Badan Usaha Pengelola kepada Dewan Kawasan. Administrator KEK
KEK. Tugas Administrator KEK antara lain telah memperoleh pendelegasian/pelimpahan
adalah melaksanakan pemberian izin usaha wewenang perizinan dari pemerintah pusat
dan izin lain yang diperlukan Pelaku Usaha yang dan daerah, serta kementerian/lembaga (K/L)
beroperasi di KEK, melakukan pengawasan terkait di tingkat pusat. Administrator KEK
dan pengendalian operasionalisasi KEK, ditunjuk sebagai pelaksana PTSP di wilayah KEK.

44
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

Sementara itu, penyelenggaraan kegiatan fiskal. Dengan berbagai fasilitas ini diharapkan
usaha di KEK dilaksanakan oleh Badan Usaha akan mengundang banyak industri yang
Pengelola KEK. Jika Administrator KEK lebih membuka operasi mereka di daerah kawasan
berfokus mengurus hal-hal administratif khusus, terutama di daerah yang belum
dan izin, maka Badan Usaha Pengelola KEK berkembang, sehingga mendorong penyebaran
lebih berfokus pada aspek pengembangan aktivitas perekonomian di berbagai daerah
dan komersial dari pengelolaan KEK. Badan di Indonesia.
Usaha Pengelola KEK bertanggung jawab Insentif fiskal yang diberikan di dalam
untuk membuat rencana pengembangan KEK merupakan skema insentif yang paling
(blueprint) KEK tersebut, melakukan promosi menyeluruh dan lebih luas cakupannya
kepada investor, melakukan distribusi/ dibandingkan dengan kawasan-kawasan
penjualan kavling dalam KEK kepada investor, khusus di masa lalu (seperti KPBPB, Kawasan
melaksanakan pembangunan infrastruktur Berikat, dan KAPET). Tabel 4.1 memberikan
dalam kawasan serta penyaluran utilitas, serta perbandingan mengenai berbagai fasilitas
melakukan pengelolaan KEK untuk hal-hal yang fiskal yang disediakan di berbagai kawasan
bersifat komersial. khusus tersebut. Secara khusus, karena salah
satu tujuan dibentuknya KEK adalah untuk
mendorong daya saing nasional melalui ekspor
4.3. Fasilitas dan Insentif KEK barang olahan (processed goods), maka zona
pengolahan ekspor di dalam KEK juga mendapat
Untuk menarik minat investor untuk insentif fiskal yang berbeda dengan jenis-jenis
beroperasi di dalam KEK, pemerintah menyusun zona lainnya.
sejumlah skema insentif fiskal maupun non-

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 45


Tabel 4.1. Perbedaan Fasilitas Fiskal Kawasan Strategis di Indonesia

Jenis Fasilitas FTZ KAPET KB KEK

1. Fasilitas PPh Badan


a. Investment Allowance x v x v
b. Amortisasi dipercepat x v x v
c. Pajak Dividen x v x v
d. Kompensasi kerugian yang lebih lama x v x v
e. Tax Holiday x x x v

2. Fasilitas Pembebasan PPh Pasal 22 Impor v v**) v v

3. Fasilitas PPN dan PPnBM


a. PPN Impor tidak dipungut v v*) v v
b. PPN tidak dipungut atas pembelian
domestic v v*) v v
c. Pembebasan PPN dan/atau PPnBM v x v v
d. Penyerahan tidak dipungut kepada
penerima fasilitas lainnya v v*) x v
e. Pengembalian PPN kepada orang pribadi
pemegang paspor luar negeri x x x v

4. Fasilitas Bea Masuk dan Cukai


a. Penangguhan Bea Masuk x v***) v v
b. Pembebasan Bea Masuk v x x v
c. Pembebasan Cukai v v****) v v
d. Keringanan Bea Masuk

*) diberikan untuk Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) yang berada di wilayah KAPET
**) diberikan untuk Pengusaha Kawasan Berikat (PKB)/PDKB yang berada di wilayah KAPET
***) diberikan untuk PKB/PKB merangkap PDKB yang berada di wilayah KAPET
****) diberikan untuk pengusaha industri atau jasa tertentu di wilayah KAPET

Sumber: Dewan Nasional KEK (2015)

46
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

Fasilitas fiskal yang diberikan antara lain tidak diberlakukannya Daftar Negatif Investasi
mencakup insentif pada Pajak Penghasilan (DNI) untuk industri di dalam KEK. Artinya, di
(PPh) badan untuk perusahaan di KEK, termasuk dalam KEK, investor asing dapat melakukan
diberikannya investment allowance pada sektor penyertaan modal hingga 100% (tidak dibatasi
tertentu pada seluruh zona, serta tax holiday seperti di dalam DNI). Pengecualian diberikan
bagi industri pionir yang terletak pada zona kepada bidang penanaman modal yang
pengolahan ekspor. Ada pula skema insetif PPh dicadangkan untuk UMKM dan koperasi. Di
lainnya seperti keringanan pada pajak dividen dalam DNI 2014, terdapat 35 sub-sektor yang
serta kemungkinan untuk mempercepat dicadangkan untuk UMKM dari 216 sub-sektor
perhitungan amortisasi yang akan mengurangi yang diatur (Gambar 4.4).
beban pajak pada periode awal pendirian. Pemerintah daerah tempat lokasi KEK juga
Selain PPh, terdapat pula fasilitas Bea diminta untuk memberikan berbagai fasilitas
Masuk, yang dapat ditangguhkan untuk industri penunjang investasi. Hal ini diberikan dalam
pada zona pengolahan ekspor. Terdapat bentuk pengurangan pajak dan retribusi daerah,
pula fasilitas pembebasan bea masuk pada serta PTSP yang dijalankan oleh Administrator
zona lainnya, terutama untuk impor barang KEK yang memudahkan investor untuk
modal, seperti mesin dan bahan baku dalam mengurus perizinan usaha, sehingga tidak perlu
masa pembangunan dan pengembangan. lagi mengurus perizinan kepada masing-masing
Pemungutan cukai di KEK juga dapat dibebaskan badan pemerintah daerah. Selain itu, bagi
untuk berbagai industri terkait. pelaku usaha dalam KEK diberikan kemudahan
Fasilitas lainnya adalah pembebasan dan dan keringanan untuk perizinan usaha, kegiatan
penangguhan PPN dan PPnBM untuk berbagai usaha, perindustrian, perdagangan, dan
barang dan bahan baku yang dibeli dari impor kepelabuhanan.
maupun dari produksi domestik, terutama bagi Di kawasan KEK juga akan diberikan fasilitas
industri di zona ekspor. Terdapat pula beberapa kemudahan urusan ketenagakerjaan. Termasuk
fasilitas lainnya yang terkait dengan PPN dan di dalamnya adalah izin mempekerjakan tenaga
PPnBM, termasuk pengembalian kepada orang kerja asing sebagai direksi/komisaris, serta
pribadi pemegang paspor luar negeri yang dibentuknya Dewan Pengupahan, Forum Serikat
melakukan transaksi di dalam KEK. Pekerja, dan Lembaga Kerjasama Tripartit.
Fasilitas PPN & PPnBM, yang tidak dipungut Terdapat pula kemudahan dan keringanan
untuk zona pengolahan ekspor, dan dibebaskan imigrasi bagi orang asing pelaku bisnis.
untuk impor barang-barang strategis, termasuk Sementara itu terdapat pula kemudahan
barang modal yang digunakan untuk produksi untuk memperoleh hak atas tanah dan
dalam KEK. (4) Fasilitas pembebasan cukai pembebasan lahan. Ini termasuk pula rencana
untuk pengolahan barang tidak kena cukai. untuk memberikan hak penggunaan lahan dan
Selain fasilitas fiskal terdapat pula fasilitas bangunan yang lebih panjang hingga mencapai
non-fiskal yang ditujukan untuk memperbaiki 80 tahun dibandingkan 50 tahun di wilayah lain
iklim investasi dan lingkungan usaha di dalam di luar KEK.
KEK. Salah satu yang patut dicatat adalah

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 47


Gambar 4.4. Jumlah Sub-Sektor yang Dicadangkan Untuk UMKM

40
35
30
25
20
15
10
5
0
an

an

um

an

si

an

an
tif

n
na

na

ria

ga

ka

ika

ta
ika
SD

af
ni

an

ng

ng

rja
Um

ha
an
un
a

st

id
re
a

un
ut

rik

ah

ga

ua

ke
&
rt

du

se
nd
rb
iK

ub

m
h
Pe

ga
a
rt

Ke
Pe

an
i

Ke
rg

Pe
rin
Ke

rd

Pe
om

rh

Ko
Pe

na
rja
e

Pe

Pe
Pe
En

on

te
ke

Ke
Ek
Pe

&
ta
isa
riw
Pa

Dicadangkan untuk UMKM Diatur dalam DNI

Sumber: Daftar Negatif Investasi (DNI) 2014, BKPM, diolah oleh penulis

Selain fasilitas kemudahan yang diberikan 4.4. Pengembangan Kawasan Ekonomi


untuk operasi dalam KEK, dukungan juga Khusus
diberikan oleh pemerintah pusat dalam
pembangunan KEK. Ini dilakukan terutama Hingga kini, delapan wilayah KEK telah
melalui dua cara, yaitu (1) pembangunan ditetapkan di seluruh Indonesia. Kedelapan
infrastruktur fisik di sekitar wilayah KEK, wilayah tersebut adalah (1) KEK Sei Mangkei,
terutama untuk akses menuju kawasan, seperti Sumatera Utara, (2) KEK Tanjung Api-Api,
jalan raya, pelabuhan, dan jalur kereta api (hard Sumatera Selatan, (3) KEK Tanjung Lesung,
infrastructure). Ini dilakukan agar KEK tidak Banten, (4) KEK Mandalika, Nusa Tenggara
hanya mempunyai infrastruktur yang baik di Barat, (5) KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
kawasan itu sendiri, tetapi juga memiliki akses (MBTK), Kalimantan Timur, (6) KEK Palu,
yang menunjang di wilayah sekitarnya untuk Sulawesi Tengah, (7) KEK Bitung, Sulawesi
mendukung aktivitas ekonomi di kawasan. Utara, dan (8) KEK Morotai, Maluku Utara.
Selain itu dilakukan pula pembangunan Masing-masing KEK tersebut memiliki
infrastruktur yang lebih bersifat institusional peruntukan zona yang berbeda-beda sesuai
(soft infrastructure), termasuk di dalamnya potensi wilayah, namum enam dari delapan KEK
pemantapan kelembagaan dalam KEK di tersebut memiliki zona industri, baik industri
samping penyediaan fasilitas-fasilitas fiskal pengolahan hasil sumber daya alam, industri
dan non-fiskal. Dari sisi institusional dan agro, atau industri manufaktur. Hanya dua KEK
kelembagaan, pemerintah masih berusaha yang tidak memiliki zona industri, dan hanya
untuk menunjuk serta mempersiapkan mengandalkan pariwisata, yaitu KEK Tanjung
kapasitas Administrator untuk beberapa KEK Lesung dan KEK Mandalika.
selain penguatan berbagai lembaga yang terkait
dengan aktivitas di dalam KEK.

48
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

Gambar 4.5 Persebaran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia

Sei Mangkei
Industri: Morotai
Industri Pengolahan Kelapa Sawit
Industri Pengolahan Karet Industri:
Pupuk dan Aneka Industri Maloy Batuta Trans Pariwisata
Industri Pengolahan Perikanan
Logistik Kalimantan (MBTK) Bisnis dan Logistik
Pariwisata
Industri:
Industri Kelapa Sawit
Logistik

Tanjung Api-api
Bitung
Industri:
Industri Pengolahan Sawit Industri:
Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Perikanan
Industri Petrokimia Industri Agro Berbasis Kelapa dan Tanaman Obat
Aneka Industri Logistik
Palu
Industri:
Industri Manufaktur
Industri Agro Berbasis Kakao, Karet, Rumput Laut, Rotan
Industri Pengolahan Nikel, Biji Besi, Emas
Logistik

Mandalika
Industri:
Pariwisata
Tanjung Lesung
Industri:
Pariwisata

Sumber: Dewan Nasional KEK

Sementara itu, enam KEK lainnya saat sangat minim, sehingga KEK tersebut masih
ini masih dalam tahap pembangunan dan sangat belum siap untuk beroperasi. Menurut
persiapan untuk memulai operasinya. Keenam wawancara yang dilakukan dengan BKPM,
KEK tersebut seluruhnya resmi ditetapkan oleh kawasan yang paling berpotensi menjadi
Dewan Nasional sebagai KEK melalui Peraturan KEK ketiga yang memulai operasi adalah
Pemerintah yang dikeluarkan tahun 2014. KEK Palu, karena sudah memiliki basis dari
Dengan demikian, menurut undang-undang, Kawasan Industri yang telah ada sebelumnya,
keenam KEK tersebut harus memulai operasi sehingga telah tersedia infrastruktur dasar
paling lambat tahun 2017. Pembangunan yang dan penunjang.
dilakukan di kebanyakan KEK tersebut masih

Box 4: PerKeMBangan terKini KeK 23 Februari 2015. Dengan luas wilayah 1.500
tanjung lesung & KeK sei MangKei ha, KEK Tanjung Lesung mengandalkan sektor
pariwisata berbasis maritim untuk mendukung
Dua wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kegiatan usahanya. Objek wisata yang tersedia
pertama yang ditetapkan dan beroperasi adalah dalam KEK Tanjung Lesung antara lain mencakup
KEK Tanjung Lesung dan KEK Sei Mangkei, yang Ujung Kulon, Gunung Krakatoa, Baduyetnis,
resmi ditetapkan sebagai KEK melalui PP No Pulau Panaitan, dan Pulau Peucang. KEK
26/2012 dan PP No 29/2012 pada bulan Februari Tanjung Lesung dikelola oleh PT Banten West
2012. Hampir tiga tahun kemudian, tepatnya Java Tourism Development, yang merupakan
sekitar bulan Januari dan Februari 2015, kedua anak perusahaan dari PT Jababeka, Tbk. Hingga
KEK tersebut resmi memulai operasinya. kini, sudah terdapat sejumlah investor yang
Meskipun demikian, operasionalisasi kedua telah masuk ke KEK Tanjung Lesung, terutama
KEK tersebut hingga kini belum berjalan di bidang villa, hotel, dan resort, sebagaimana
sepenuhnya. ditunjukkan Tabel 4.2.
KEK Tanjung Lesung yang berlokasi di Pada saat peresmian KEK Tanjung Lesung,
Pandegelang, Provinsi Banten, diresmikan dilaksanakan penandatanganan tujuh nota
operasinya oleh Presiden Joko Widodo pada kesepahaman (MoU) mencakup pembangunan

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 49


dalam kawasan. Ketujuh MoU tersebut beroperasi. Meski telah resmi dioperasikan,
melingkupi MoU dengan: (i) PT Telkom untuk KEK Sei Mangkei saat ini juga masih dalam
pembangunan infrastruktur telekomunikasi, tahap pengembangan, di mana Badan
(ii) President University untuk penyusunan Usaha Pengelola sedang mengusahakan
program studi maritim, (iii) Eastern Latitudes pembangunan infrastruktur dan utilitas
Limited untuk pembangunan villa, (iv) PT dasar kawasan tahap 2 (ditargetkan selesai
Pelindo II untuk pembangunan cruise terminal 2016), antara lain meliputi: Pembangkit Listrik
serta marina, (v) Euro Asia Management Pte Ltd Tenaga Gas (PLTG) berkapasitas 250MW, Dry
terkait investasi theme park seluas 30 ha, (vi) Port berkapasitas 5.300 TEU, Gardu Induk PLN
Corden Sports Academy untuk pembangunan berkapasitas 60 MWA, Water & Waste Water
fasilitas olahraga, dan (vii) PT China Harbor Treatment Plant, Bio-Gas Plant berkapasitas
Indonesia untuk pembangunan infrastruktur 2,1 MW, serta jalan dalam kawasan sepanjang
maritim KEK Tanjung Lesung. 6 km. Pembangunan rel kereta api dalam
Meski demikian, masih terdapat beberapa kawasan sepanjang 2,9 km hingga kini belum
infrastruktur menuju kawasan yang masih bisa dibangun, sehingga belum bisa terhubung
dalam tahap perencanaan pembangunan. Hal dengan rel kereta api yang telah eksis di luar
ini mencakup pembangunan Bandara Utara kawasan. Pelabuhan Kuala Tanjung saat ini
Banten Selatan dan pembangunan Jalan Tol juga masih dalam tahap pembangunan dan
Serang-Panimbang sepanjang 84 km yang diperkirakan baru akan selesai pada tahun 2019.
terhubung dengan Jalan Tol Jakarta-Merak. Saat ini PTPN III sebagai Badan Usaha
Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang Pengelola sedang dalam proses untuk
hingga kini masih dalam tahap studi kelayakan, mendirikan anak perusahaan, bernama PT
dan jika terlaksana baru akan mulai dilakukan KINDRA, yang nantinya akan secara khusus
pembebasan lahan pada tahun 2016. menangani pengelolaan KEK Sei Mangkei.
Sementara itu, pembangunan Bandar Udara Anak perusahaan PTPN III tersebut nantinya
Banten Selatan, yang rencananya akan hingga akan diisi dengan tenaga kerja profesional yang
kini masih terkendala masalah Rencana Tata memiliki keahlian dalam hal pemasaran serta
Ruang dan Wilayah (RTRW) dan masih dalam pengelolaan kawasan industri, keahlian yang
tahap review dari Kementerian Perhubungan, hingga kini kurang tersedia di PTPN III. Hingga
meskipun sebenarnya sejak 2010 telah keluar Maret 2015 saat wawancara dilakukan, PTPN III
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP433 sedang dalam tahap menyeleksi kandidat Top
tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara dan Management untuk menangani PT KINDRA.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Baru di Sementara ini, sejumlah promosi investasi
Kabupaten Pandeglang, Banten Selatan. KEK Sei Mangkei dilakukan terutama melalui
Sementara itu, berlokasi di Kabupaten inisiatif di tingkat pusat melalui BKPM atau
Simalungun, Sumatera Utara, KEK Sei Mangkei Kementerian Perindustrian. Selain itu, Badan
saat ini baru memiliki satu tenan, yaitu PT Usaha Pengelola KEK juga masih berusaha untuk
Unilever Oleochemical Indonesia, yang telah mencari tenan yang akan melakukan kegiatan
resmi masuk dan memulai operasi (selain usaha di dalam KEK. Namun, ketersediaan
PT Perkebunan Nusantara III yang memang infrastruktur yang masih sangat terbatas juga
sekaligus merupakan Badan Usaha Pengelola menjadi faktor penghambat bagi investor asing
KEK Sei Mangkei). Administrator KEK Sei yang akan melakukan usaha sebagai tenan di
Mangkei sudah ditunjuk dari Pemerintah dalam KEK Sei Mangkei.
Kabupaten Simalungun dan sudah resmi

50
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

Tabel 4.2. Informasi Mengenai KEK Tanjung Lesung

Lokasi Pandegelang, Banten


Peraturan Pengesahan PP No 26/2012
Resmi Beroperasi 23 Februari 2015
Luas Wilayah 1.500 ha
Pengusul PT Banten West Java Tourism Development
Sektor Unggulan Pariwisata
Proyeksi Tenaga Kerja 85.000 orang
Kesiapan Lahan Lahan telah dibebaskan seluas 1.430 ha. Tahap pertama siap menerima
investor untuk luas lahan 100 ha.
Dukungan Infrastruktur Wilayah Peningkatan jalan nasional, rencana pembangunan Jalan Tol
Serang-Panimbang, rencana pembangunan Bandara Banten Selatan.
Investor yang Telah Ada - Hotel Tanjung Lesung Beach
- Kalicaa Hotel
- Bluefish Hotel
- Sailing Club

Sumber: Dewan Nasional KEK

Tabel 4.3. Informasi Mengenai KEK Sei Mangkei

Lokasi Simalungun, Sumatera Utara


Peraturan Pengesahan PP No. 29/2012
Resmi Beroperasi 27 Januari 2015
Luas Wilayah 2.002 ha
Pengusul PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III)
Sektor Unggulan Industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya
Industri karet
Aneka industri
Logistik dan pariwisata
Proyeksi Tenaga Kerja 83.304 orang
Kesiapan Lahan Seluruh lahan telah dibebaskan. Tahap pertama siap menerima investor
untuk luas lahan 104 ha.
Dukungan Infrastruktur Wilayah Jalan, listrik, jalur kereta api, Pelabuhan Kuala Tanjung
(sedang dibangun), Bandara Kualanamu
Investor yang Telah Ada PT Unilever Oleochemical Indonesia (investasi Rp 1,45 Triliun)

Sumber: Dewan Nasional KEK

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 51


Box 5: Kondisi Terkini & Tantangan Hingga kini, beberapa kerangka institusi
Pembangunan KEK Bitung, Sulawesi dalam pengelolaan KEK Bitung telah tersedia,
Utara dengan penunjukkan Dewan Kawasan KEK
Provinsi Sulut, penunjukkan Sekretariat Dewan
Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) memiliki Kawasan KEK Provinsi Sulawesi Utara dengan
lokasi geografis yang strategis, karena Keputusan Gubernur No 271/2014, penetapan
langsung terhubung dengan Samudera Pasifik Administrator KEK Bitung melalui Peraturan
dan memiliki akses langsung ke pasar ekspor Daerah Kota Bitung, dan penetapan Badan
Indonesia di Asia Pasifik. Selain itu, dalam Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai calon
lingkup nasional, posisi strategis Sulawesi Badan Usaha Pengelola KEK Bitung melalui
Utara yang berdekatan dengan Maluku Peraturan Daerah No 3/2014. Meskipun
dan Papua menyebabkan Sulut ideal untuk demikian, hingga kini belum jelas BUMD mana
menjadi hub pembangunan Indonesia bagian yang akan mengelola KEK Bitung. Diharapkan
timur. Keunggulan geografis dan geoekonomi akan dibentuk BUMD yang dapat berkolaborasi
tersebut menjadi salah satu latar belakang (joint venture) dengan perusahaan swasta
dikembangkannya Kawasan Ekonomi Khusus yang lebih berpengalaman dalam pengelolaan
(KEK) Bitung di Provinsi Sulawesi Utara. Bitung kawasan industri. Sementara, Administrator
ditetapkan sebagai KEK melalui Peraturan KEK Bitung hingga kini juga belum ditunjuk
Pemerintah (PP) No 32 Tahun 2014. KEK Bitung personilnya, dan diharapkan nantinya akan
berjarak kurang lebih 40 km dari ibukota Sulut, berasal dari Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Manado. KEK Bitung direncanakan memiliki (PTSP) Kota Bitung dan Kepala Badan Koordinasi
luas wilayah 534 ha, dan ditargetkan menjadi Penanaman Modal Daerah Sulawesi Utara
pusat industri perikanan dan pengolahan agro (BKPMD Sulut).
di Indonesia Timur.

Tabel 4.4 Informasi Mengenai KEK Bitung

Lokasi Bitung, Sulawesi Utara


Peraturan Pengesahan PP No 32/2014
Luas Wilayah 534 ha
Pengusul Gubernur Sulawesi Utara
Sektor Unggulan Industri perikanan
Industri pengolahan agro (kelapa & tanaman obat)
Logistik
Proyeksi Tenaga Kerja 34.710 orang
Kesiapan Lahan Telah dibebaskan lahan 115 ha
Dukungan Infrastruktur Wilayah Jalan nasional, Pelabuhan Bitung, Bandara Sam Ratulangi,
pembangunan jalan tol Manado-Bitung
Investor yang Telah Ada Brantwood Internasional – industri farmasi

Sumber: Dewan Nasional KEK

52
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

Melihat perkembangan pembangunan KEK adalah kurangnya ketersediaan infrastruktur


Bitung, terdapat beberapa tantangan yang perlu energi yang diperlukan bagi pelaku usaha di
dihadapi oleh pemerintah. Tantangan utama KEK Bitung. Hal ini mencakup air bersih, listrik.
berkaitan dengan pembangunan infrastruktur Sebenarnya, menurut Dewan Kawasan KEK
kawasan serta infrastruktur akses/konektivitas Bitung cukup banyak investor yang tertarik
menuju kawasan. Saat ini, ketersediaan untuk melakukan investasi pembangkit
infrastruktur di KEK Bitung masih sangat listrik di Bitung, tetapi realisasinya sangat
terbatas dan perlu waktu yang cukup lama minim. Namun dalam kenyataannya, investor
untuk dapat siap beroperasi. Lahan yang sudah Independent Power Producer (IPP) biasanya agak
dibebaskan untuk KEK Bitung masih kurang enggan untuk berinvestasi di daerah, terutama
dari 30%. Selain itu, infrastruktur dasar dalam jika tidak ada insentif ekonomi dan kepastian
kawasan seperti jalan, pintu gerbang, drainase, regulasi. Oleh karena itu, perlu diberikan
serta Kantor Administrator KEK masih dalam insentif ekonomi yang menarik bagi calon
tahap pembangunan. Kawasan Industri dalam investor energi serta dipastikan agar calon
KEK Bitung sendiri masih dalam proses studi investor mendapatkan proses perizinan yang
kelayakan dan persiapan Rancangan Detail Tata mudah serta rezim regulasi yang stabil. Hal ini
Ruang (RDTR). Selain itu, perluasan Pelabuhan perlu didahulukan karena tanpa ketersediaan
Bitung dan pembangunan pelabuhan baru energi yang memadai, pemerintah tidak
untuk KEK Bitung hingga kini masih dalam mungkin mengembangkan kawasan industri.
tahap perencanaan. Jika terlaksana, tantangan Energi gas bumi sebenarnya sangat berpotensi
berikutnya adalah untuk memusatkan lalu dikembangkan di Bitung, terutama dengan
lintas barang di Indonesia Timur ke Pelabuhan adanya sumber gas bumi besar di Luwuk,
Bitung yang didesain sebagai International Hub Sulawesi Tengah yang tidak terlalu jauh dari
Port Kawasan Indonesia Timur, mengingat Bitung. Tantangannya adalah bagaimana
kurang memadainya skala ekonomi pelabuhan membangun receiving terminal di Bitung untuk
tersebut jika hanya mengandalkan produksi LNG yang berasal dari Luwuk.
dari KEK Bitung atau Sulawesi Utara. Jika akan beroperasi dalam dua tahun
Sementara itu, infrastruktur akses ke mendatang (sebagaimana diatur oleh Undang-
kawasan juga masih sangat terbatas. Saat ini Undang tentang KEK), diperlukan usaha
sedang dibangun Jalan Tol Manado-Bitung, yang ekstra oleh pemerintah pusat maupun daerah
baru selesai sepanjang 13 km dari rencana total dalam mempersiapkan infrastruktur fisik
40 km. Selain itu rel kereta api Trans-Sulawesi (dalam kawasan dan akses ke kawasan) serta
dari Bitung-Makassar sudah direncanakan untuk infrastruktur institusional (Administrator &
dibangun, namun progresnya masih sangat Badan Pengelola) di KEK Bitung. Sebenarnya,
minim. Perlu usaha serta koordinasi yang prima KEK Bitung memiliki potensi yang cukup besar
antara pemerintah pusat dan daerah agar dapat untuk dikembangkan, namun masih banyak
mempercepat pembangunan infrastruktur memerlukan persiapan teknis. Kondisi kawasan
akses kawasan. Selain itu, konektivitas ke KEK yang kurang siap juga dapat menjadi kendala
Bitung saat ini masih sangat lemah, mengingat dalam memasarkan KEK Bitung ini kepada
terbatasnya jumlah penerbangan langsung dari calon investor, karena investor tidak hanya
kota-kota besar di Indonesia dan luar negeri ke mempertimbangkan potensi dan perencanaan
Manado. yang baik, tetapi terutama juga memerlukan
Tantangan lainnya yang cukup mendesak insentif, infrastruktur, dan kepastian regulasi.

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 53


4.5. Isu dan Tantangan mencapai tujuan tersebut. Sampai tulisan
Pengembangan KEK di Indonesia ini dibuat, pemerintah sudah menetapkan
delapan daerah yang akan menjadi lokasi KEK.
Menurut UU No 39/2009, KEK dikembangkan Dari kedelapan lokasi KEK tersebut, dua KEK
untuk menampung kegiatan industri, ekspor, yang telah diresmikan dan dengan demikian
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang dinyatakan siap untuk beroperasi. Kedua KEK
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing tersebut adalah KEK Sei Mangkei di Sumatera
internasional. Dengan demikian kebijakan Utara dan KEK Tanjung Lesung di Banten.
tentang KEK seharusnya diarahkan untuk

Gambar 4.6. Sasaran Utama Kebijakan KEK

Peningkatan
aktivitas
ekonomi

Promosi investasi Promosi ekspor


dalam negeri barang dan jasa
dan asing

Kebijakan KEK
harus diarahkan
untuk
melakukan:

Pengembangan Penciptaan
fasilitas dan kesempatan
infrastruktur kerja

Sumber: Dewan Nasional KEK

Gambar 4.6 di atas memperlihatkan dilakukan oleh KEK sendiri; pembangunan


sasaran utama dari kebijakan pemerintah infrastuktur penunjang di luar KEK, misalnya,
mengenai KEK, yakni, untuk meningkatkan akan dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi
aktivitas ekonomi dan mendorong penciptaan maupun kabupaten/kota sesuai kewenangan
kesempatan kerja di daerah yang bersangkutan. masing-masing.
Kedua tujuan ini saling berkaitan satu sama Seperti yang terlihat di diagram, semua
lain: di satu sisi, untuk meningkatkan kegiatan kebijakan pemerintah mengenai KEK harus
ekonomi dibutuhkan tenaga kerja dan, di diarahkan untuk mencapai sasaran-sasaran
lain sisi, peningkatan kegiatan ekonomi akan tersebut. Peraturan dan ketentuan yang
menciptakan kesempatan kerja yang lebih mendasari kebijakan tersebut harus jelas,
besar lagi. Untuk mencapai tujuan tersebut, transparan dan non-discretionary, sehingga
KEK harus mengembangkan fasilitas dan memberikan jaminan kepastian usaha bagi para
infrastruktur di dalam KEK, menarik investasi pelaku usaha di dalam KEK. Ini berarti semua
dalam negeri maupun asing serta melakukan peraturan dan ketentuan pokok mengenai
promosi ekspor barang dan jasa. Meskipun pengembangan KEK seharusanya sudah
demikian, tidak semua kegiatan tersebut akan dikeluarkan sebelum program KEK dimulai.

54
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

Tetapi seperti yang akan diuraikan lebih lanjut pemerintah telah membentuk Dewan Nasional
di bawah, ada ketentuan penting yang bisa KEK yang bertugas, antara lain, menyusun
mempengaruhi laju perkembangan suatu KEK rencana induk nasional KEK. Jika suatu provinsi
tetapi sampai penulisan laporan ini masih telah ditetapkan menjadi lokasi KEK, maka
belum ditetapkan.1 provinsi bersangkutan harus membentuk
Perlu dicatat bahwa selain masalah di atas, Dewan Kawasan yang tugasnya termasuk
masih ada berbagai isu dan tantangan yang mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan
yang perlu ditangani dan diatasi, baik oleh tugas Administrator KEK. Sementara
pemerintah maupun oleh penyelenggara agar itu, Administrator KEK sendiri bertugas
KEK bisa berjalan dengan lebih efisien. Isu dan memberikan berbagai izin yang diperlukan oleh
tantangan tersebut antara lain menyangkut pelaku usaha untuk memulai mengembangkan
sistim insentif, struktur kelembagaan, usahanya di dalam KEK. Akhirnya, tanggung
pembiayaan/pengembangan infrastruktur dan jawab atas kegiatan usaha di dalam KEK adalah
manajemen pengelolaan KEK. Badan Usaha Pengelola yang dibentuk khusus
untuk tujuan tersebut.
4.5.1. Struktur Kelembagaan Tabel 4.5 di bawah merangkum tanggung
jawab utama dari pihak-pihak yang berwenang
Seperti yang telah diuraikan di bagian untuk mengembangkan KEK.
terdahulu, untuk mengembangkan KEK, Dari keempat lembaga di atas, ada dua yang
peranannya sangat penting untuk keberhasilan
1 Kebijakan tentang KEK seharusnya juga menyebutkan dengan KEK di suatu daerah.
jelas mengenai akuntabilitas

Tabel 4.5. Tugas Pokok Pihak-Pihak yang berwenang untuk Mengembangkan KEK

Tugas pokok

Pemerintah Pusat • Membangun infrastruktur penunjang di luar KEK


Dewan Nasional KEK • Menyusun Rencana Induk Nasional KEK
• Menetapkan kebijakan umum dan langkah strategis
pengembangan KEK
• Menetapkan standar infsruktur dan pelayanan minimal dalam KEK
• Memberikan rekomendasi pembentukan KEK
• Menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan,
pengelolaan dan pengembangan KEK
• Memantau dan mengevaluasi pengembangan KEK
Dewan Kawasan KEK • Melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh
Dewan Nasional
• Mengawasi, mengevaluasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan
tugas Administrator KEK
• Menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam
pelaksanaan kegiatan KEK di wilayah kerjanya.
• Menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 55


Administrator KEK • Mengeluarkan berbagai izin yang diperlukan oleh pelaku usaha
untuk mengembangkan usaha di KEK
• Melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK
• Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK kepada
Dewan Kawasan
Badan Usaha Pengelola KEK • Menyelenggarakan kegiatan usaha di KEK

Sumber: UU No 39/2009 tentang KEK

Administrator KEK ini lebih ditujukan untuk pembangunan


Yang pertama ialah Administrator KEK. kapasitas Administrator, sehingga selama
Seperti yang telah disebutkan, badan ini ditempatkan di sana, pejabat yang
bertanggung jawab atas fasilitasi bagi sebuah bersangkutan bertanggung jawab langsung
perusahaan untuk memulai usahanya. Dalam kepada Adminstrator dan bukan kepada
melaksanakan tugas tersebut Administrator lembaga asalnya.
memberikan pelayanan terpadu satu pintu Saat ini Administrator KEK masih lebih
(PTSP), di mana calon investor dan perusahaan mengambil metode pertama sebagai
di dalam KEK hanya perlu berhubungan dengan penghubung antara pihak investor dengan
pihak administrator dalam pengurusan berbagai lembaga pemerintah. Untuk dapat menjalankan
perizinan dan keperluan usaha mereka. tugasnya secara lebih efektif, Administrator
Secara garis besar ada dua cara yang dapat seharusnya mendapatkan limpahan
ditempuh oleh administrator kawasan untuk kewenangan dari berbagai lembaga pemerintah
melaksanakan tugas tersebut. Administrator terkait. Hal ini sebenarnya dimungkinkan
dapat berperan layaknya PTSP yang banyak karena pelimpahan kewenangan mempunyai
ditemui di berbagai daerah di Indonesia, di mana dasar hukum yang cukup kuat baik di dalam
PTSP menjadi koordinator dan penghubung PP No. 2/2011 Mengenai Penyelenggaraan
antara pihak pengusaha dengan berbagai KEK, maupun dalam PP No. 97/2014 Mengenai
badan pemerintah. Pemberian izin masih Penyelenggaraan PTSP. Hanya saja ada
harus dikoordinasikan dengan masing-masing berbagai pemasalahan yang timbul dalam
lembaga bersangkutan. pelaksanaannya.
Metode lainnya adalah menjadikan Salah satu masalah yang mengemuka adalah
Administrator lebih dari sekedar PTSP. Yang lambatnya proses pengalihan kewenangan.
diharapkan adalah adanya pendelegasian Proses pendelegasian kewenangan di KEK Sei
wewenang dari semua lembaga pemerintah Mangkei, misalnya baru saja mendapatkan
terkait, baik di tingkat pusat, provinsi, pengesahan dari kewenangan yang diterima
maupun kabupaten/kota. Administrator beberapa hari sebelum diresmikan.
menerima tanggung jawab dan otoritas Banyak dari kewenangan perizinan yang bahkan
untuk mengeluarkan berbagai izin tersebut belum diterima pada saat KEK beroperasi.
khusus di dalam KEK. Untuk melaksanakan Masalah yang lain terkait dengan kapasitas
tugas tersebut setiap lembaga terkait bisa administrator untuk mengkaji berbagai
menempatkan stafnya di kantor Administrator permintaan perizinan usaha. Apalagi lembaga
untuk memproses izin yang tadinya menjadi yang wewenangnya dilimpahkan sering
wewenang lembaga bersangkutan. Penugasan tidak menempatkan pejabat mereka untuk

56
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

membantu tugas Administrator tersebut. Hal terbentuk. Salah satu akibatnya, seperti yang
ini menyebabkan Administrator masih perlu diutarakan oleh salah seorang narasumber,
berkonsultasi dengan lembaga bersangkutan ialah terbengkalainya pemasaran kawasan
yang berpotensi menyebabkan panjangnya tersebut. BUP yang ada saat itu masih bersifat
waktu perizinan di KEK. sementara (ad hoc) dan menurutnya tidak
Ini juga terkait dengan banyaknya jenis memiliki kemampuan untuk melakukan
perizinan yang perlu diselesaikan bahkan pemasaran.2
dalam tahap memulai usaha. Pada saat Hal ini kemungkinan menjadi salah satu
diresmikan, Administrator KEK Sei Mangkei alasan mengapa sampai saat itu baru hanya
menerima pelimpahan kewenangan untuk ada satu perusahaan yang mulai membangun
mengurus 65 perizinan dari berbagai lembaga pabriknya di KEK tersebut. Pengalaman ini juga
di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota menggaris bawahi pentingnya faktor pemasaran
dan masih terus bertambah. Tanpa adanya bagi keberhasilan suatu KEK dan yang sebaiknya
peningkatan kapasitas dan pemahaman dari dilakukan sedini mungkin, bahkan sebelum KEK
pihak administrator mengenai karakteristik dari bersangkutan diresmikan.
berbagai perizinan tersebut, pihak Administrator Dalam beberapa hal pihak Administrator
akan sulit melaksanakan fungsi dan tugas dan BUP KEK seperti Sei Mangkei bisa belajar
mereka, bahkan hanya akan memperpanjang dari pengalaman Kawasan Industri Kabil
proses perizinan. Penyederhanaan jenis di Batam (lihat Box 6). Kabil menyediakan
perizinan juga perlu mendapatkan perhatian layanan one-stop services, yang antara lain
dari pihak pemerintah pusat dan daerah untuk mencakup jasa konsultasi bagi investor
mendukung KEK. yang mau menjalankan usaha disana, yang
disebutnya project management consultation.
Badan Usaha Pengelola Dalam konsultasi tersebut calon investor bisa
Badan lain yang juga menentukan mendapatkan informasi mengenai biaya yang
keberhasilan KEK dalam menarik investasi adalah dibutuhkan untuk masuk, penjelasan tentang
Badan Usaha Pengelola (BUP). Masih ada tugas- semua peraturan yang harus dipenuhi, izin-
tugas lain yang tidak disebutkan dalam tabel izin apa saja yang dibutuhkan dsb. Dengan
di atas. Tugas Badan Usaha Pengelola (BUP), demikian, calon investor mendapat gambaran
misalnya, juga mencakup pemasaran, membuat yang jelas dan menyeluruh baik tentang biaya
perjanjian sewa-menyewa dengan perusahaan; maupun tentang segala persyaratan yang harus
menjamin tersedianya sarana listrik, air, gas dan dipenuhi untuk masuk di Kabil. Perlu dicatat
telekominikasi untuk memenuhi kebutuhan bahwa konsultasi ini disediakan oleh Kabil
para penyewa; menyediakan layanan jasa- secara cuma-cuma, sebagai bagian dari upaya
jasa lainnya seperti sarana-sarana pelatihan, pemasarannya.
angkutan, kesehatan, dan sebagainya. BUP Kabil juga menyediakan layanan jasa logistik
menjadi bagian menentukan sampai sejauh yang terintegrasi berbasis pelabuhan atau yang
mana berbagai sarana yang diperlukan dapat disebutnya one-stop clearance atau customs-
berkualitas tinggi dan befungsi dengan baik. immigration-quarantine port (CIQP) untuk
Salah satu pembelajaran yang bisa barang. Pada dasarnya dengan layanan jasa ini
dipetik dari pengalaman Sei Mangkei adalah Kabil mempermudah lalu lintas keluar-masuk
pentingnya membentuk BUP yang permanen barang milik para investor sehingga mereka
sedini mungkin. Ketika wawancara untuk bisa memusatkan perhatian pada produksi dan
studi ini dilakukan dengan para pihak yang tidak perlu kuatir tentang pengiriman ataupun
bertanggung jawab untuk pengembangan KEK 2 Ada juga kemungkinan bahwa karena BUP yang ada hanya
tersebut, BUP permanen di Sei Mangkei belum bersatus sementara, maka BUP bersangkutan juga tidak
berupaya sungguh-sungguh untuk melakukan pemasaran.

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 57


penerimaan barang. Perlu dicatat bahwa Kabil perkembangan bisnis di kawasan, mengingat
memiliki dan mengelola pelabuhan sendiri. masih banyak daerah yang menerapkan aturan
Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa yang kurang mendukung usaha3. Belum lagi
BUP seharusnya mempraktikkan tata kelola mengingat besarnya daya bagi pemerintah
yang baik (good governance) seperti yang daerah untuk menggunakan usaha di KEK
seharusnya oleh suatu badan usaha yang lain. sebagai instrumen politik dan rente ekonomi.
Di satu sisi, BUP bertanggung jawab kepada Untuk menghidari konflik kepentingan ini
pemegang saham, entah itu pemerintah daerah, di banyak negara, administrator dan badan
perusahaan milik negara atau investor swasta. pengelola diberikan otonomi yang tinggi,
Ini berarti KEK harus membawa keuntungan bahkan dari campur tangan pemerintah pusat
sebesar-besarnya bagi mereka. Di sisi lain, BUP (Lihat Bab 5). Masih perlu dilihat sampai sejauh
juga bertanggung jawab kepada perusahaan- mana pemerintah daerah bersedia memberikan
perusahaan yang ada di dalam kawasan. kewenangan dalam pengambilan keputusan
Artinya, BUP harus berusaha memastikan di KEK. Ini akan menjadi permasalahan yang
bahwa kepentingan mereka dilayani sebaik lebih serius untuk beberapa KEK yang dimiliki
mungkin. Kedua tanggung jawab ini saling dan dioperasikan oleh pemerintah daerah dan
berkaitan, karena jika KEK berkembang karena Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), seperti KEK
perusahaan-perusahaan di KEK mengalami Bitung dan Palu.
kemajuan, maka pemegang saham juga akan Bahkan dalam kasus pemerintah kabupaten/
diuntungkan. kota di mana KEK berlokasi mampu memberikan
kemudahan usaha bagi investor, patut
4.5.2. Koordinasi Antar Lembaga dipertanyakan apakah kemudahan tersebut juga
akan diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota
Seperti dijelaskan di Bagian sebelumnya, di sekitarnya. KEK Sei Mangkei yang berlokasi di
berlakunya UU Tentang Pemerintah Daerah (UU Kabupaten Simalungun, misalnya, secara logistik
No. 22/1999 dan UU No. 32/2004 serta peraturan akan tergantung pada pelabuhan Kuala Tanjung
pelalaksanaannya), mendorong terjadinya yang terletak di Kabupaten Batubara. Masih perlu
perubahan kewenangan perizinan di berbagai dilihat apakah kabupaten lainnya bersedia untuk
kawasan khusus termasuk Kawasan Berikat tidak mengambil berbagai pungutan bagi barang
dan Kawasan Perdagangan Bebas. Kebingungan produksi dan bahan baku yang dibutuhkan oleh
regulasi dan wewenang terjadi misalnya di industri di dalam KEK dalam perjalanan dari dan
Batam, di mana Pemerintah Kota yang baru ke pelabuhan.
dibentuk mulai mengeluarkan berbagai aturan Permasalahan koordinasi bahkan sudah
mengenai perizinan yang sebelumnya dipegang terlihat dalam periode pembangunan kawasan.
oleh Badan Pengelola Batam. Pembentukan Jalur kereta api (KA) menghubungkan Sei
berbagai dewan di tingkat provinsi dan Mangkei dan pelabuhan Kuala Tanjung
kabupaten/kota diharapkan dapat memecahkan telah dipersiapkan untuk mempermudah
permasalahan ini di mana koordinasi dapat transportasi. Pembangunan jalur ini berada di
ditingkatkan melalui berbagai keputusan yang bawah otoritas tiga badan yang berbeda: PTPN
diambil oleh berbagai dewan tersebut. III sebagai pengelola KEK bertanggung jawab
Meskipun pembentukan Dewan Kawasan
dapat memberikan partisipasi pemerintahan 3 KPPOD (2011) mencatat lima izin dasar yang harus didapatkan
daerah secara lebih aktif, masih terdapat perusahaan dari pemerintah daerah untuk memulai usahanya,
termasuk Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sebagai awal
berbagai potensi permasalahan dalam registrasi usaha. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan TDP
pelaksanaan program KEK. Besarnya peran dapat dikeluarkan dalam waktu tiga hari. Tetapi survei yang
dilakukan di 245 kabupaten/kota menemukan rata-rata waktu
pemerintah daerah dalam menentukan pengurusan selama 11 hari dengan waktu terlama sebanyak 49
kebijakan di KEK berpotensi untuk menghambat hari.

58
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

membangun jalur KA di dalam kawasan bekerja pengembangan KEK. Seperti yang telah
sama dengan PT Kereta Api (PTKA), pemerintah disebutkan di atas, dana untuk pembangunan
pusat untuk menghubungkan kawasan dengan infrastruktur tersebut akan datang baik dari
daerah pelabuhan, dan PT Pelindo II dan PTKA pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten,
untuk membangun fasilitas KA di dalam sesuai dengan pembagian kewenangan yang
pelabuhan. Meskipun ada nota kesepahaman ada. Ada juga wacana untuk melibatkan sektor
antara berbagai pihak mengenai pembangunan swasta dalam pengadaan infrastruktur.
jalur KA tersebut, hanya bagian dari pemerintah Khusus mengenai insentif fiskal, sampai saat
pusat yang hampir diselesaikan. Hingga Juni tulisan ini dibuat, belum ada rumusan yang
2015, pembangunan jalur dan fasilitas KA jelas tentang keuntungan fiskal apa saja yang
di dalam kawasan masih belum dimulai, bisa dinikmati oleh perusahaan–perusahaan
begitu pula dengan fasilitas di pelabuhan yang berada di dalam suatu KEK. Demikian
Kuala Tanjung. pula dengan besarannya. Ini mungkin menjadi
Hal yang serupa juga terjadi dalam salah satu alasan mengapa, misalnya, baru ada
pembangunan fasilitas lainnya di KEK Sei satu perusahaan yang telah mulai membangun
Mangkei seperti untuk penyediaan pembangkit pabriknya di Sei Mangkei. Perusahaan-
listrik. Kesulitan dalam penentuan luasan lahan perusahaan lain yang berminat untuk masuk
yang akan digunakan sebagai KEK Bitung bahkan di sana mungkin masih menunggu kejelasan
masih menjadi masalah bagi pihak provinsi tentang insentif yang mereka bisa peroleh
Sulawesi Utara dan kota Bitung. Hingga setahun sebelum mereka mulai menanamkan modal.
sejak ditetapkan sebagai KEK, masih ada sekitar Di samping itu, belum ditetapkannya insentif
seperlima dari lahan peruntukan KEK yang fiskal untuk KEK telah mendorong Jababeka
belum jelas statusnya. Pihak pemerintah daerah yang akan mengembangkan KEK Morotai untuk
hingga saat ini juga belum bisa mendapatkan meminta pembebasan pajak (tax holiday)
pihak yang akan membangun dan mengelola selama 15 tahun bagi investasi yang masuk ke
kawasan tersebut. KEK Morotai 4.
Masalah koordinasi antara lembaga akan Insentif fiskal memang seharusnya
menjadi masalah besar dalam operasional KEK, tidak menjadi satu-satunya atau daya tarik
karena bahkan pada tingkatan pusat juga masih utama KEK. Bukti empiris secara global
banyak lembaga pemerintahan yang belum memperlihatkan bahwa jika dirancang dengan
sepakat untuk memberikan dukungan kepada baik, insentif fiskal dapat menjadi elemen
KEK. Termasuk di dalamnya adalah pemberian untuk meningkatkan investasi dan FDI (lihat
insentif fiskal serta fasilitasi lainnya yang akan misalnya James (2009) dan Klemm & van Parys
dijelaskan di bawah ini. (2009). Akan tetapi, ada berbagai hal yang perlu
diperhatikan untuk membuat insentif fiskal
4.5.3. Sistem Insentif dan Peraturan menjadi lebih efektif. Untuk kasus Indonesia,
kajian dari Samosir & Wibowo (2004) mengenai
Untuk menarik perusahaan-perusahaan KAPET Pare-Pare memperlihatkan bahwa
agar mau menempatkan kegiatan mereka di insentif fiskal belum dapat digunakan untuk
dalam KEK, pemerintah telah mencanangkan mendorong pembangunan ekonomi dan
sistem insentif dalam bentuk insentif fiskal, investasi di daerah tersebut5 .
pengecualian dari daftar negatif investasi (DNI),
khususnya yang menyangkut kepemilikan asing 4 Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus: ‘Kembangkan
KEK Morotai, Jababeka minta 2 insentif pemerintah’, http://
dan kemudahan-kemudahan lain. Di samping kek.ekon.go.id/kembangkan-kek-morotai-jababeka-minta-2-
itu pemerintah juga akan memberikan bantuan insentif-pemerintah/
lain seperti pembangunan infrastruktur 5 Studi ini tidak melihat dampak dari penerapan KAPET dengan
metode statistik, tetapi lebih sebagai review dari kinerja wilayah
di luar kawasan khusus untuk menunjang dan regulasi yang berlaku.

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 59


Namun, patut dicatat bahwa meskipun Batam. Batam memiliki beberapa kawasan
KEK dirancang sebagai kawasan khusus yang industri yang berkembang terutama sejak awal
menawarkan berbagai daya tarik investasi, tahun 1990-an.
kejelasan mengenai insentif fiskal masih Perkembangan ini tidak bisa dipisahkan dari
merupakan hal yang sangat penting. Di satu pembangunan infrastruktur besar-besaran
sisi, keringanan berbagai pajak dan bea masuk oleh pemerintah sejak dari tahun 1970-an,
memberikan manfaat yang sifatnya tangible termasuk pembangunan jalan, lapangan
bagi perusahaan dan dirasakan langsung pada terbang, pelabuhan, sarana telekomunikasi,
sisi biaya dan operasional. listrik dan sebagainya. Oleh karena itu, peran
Di sisi yang lain, insentif fiskal juga pemerintah dalam membangun infrastruktur
memberikan indikasi seberapa jauh pemerintah penunjang juga diperlukan agar program KEK
Indonesia memberikan dukungan terhadap bisa berhasil. Seperti yang telah disebutkan di
investasi di KEK. Belum ditetapkannya insentif atas, hal ini akan melibatkan baik pemerintah
fiskal KEK setelah lima tahun program ini pusat, provinsi maupun daerah.
diinisiasi dapat diartikan sebagai ketidakseriusan Berkaitan dengan pembanguan
pemerintah dalam membentuk kawasan khusus. infrastruktur, ada beberapa isu yang berpotensi
Bahkan, untuk insentif yang secara prinsip lebih untuk menjadi masalah. Pertama, ialah
mudah untuk diberikan, pemerintah Indonesia kemampuan pemerintah daerah untuk
belum dapat menetapkan dengan baik. Hal membiayai pembanguan infrastruktur yang
tersebut akan menimbulkan pertanyaan apakah menjadi tanggung jawabnya. Ada keraguan
program KEK juga akan dapat memberikan apakah setiap pemerintah daerah bisa
berbagai kemudahan dan fasilitas yang sifatnya memenuhi kewajibannya untuk membangun
cenderung lebih kompleks. infrastruktur penunjang di luar KEK yang
menjadi bagiannya. Seperti yang diutarakan
4.5.4. Pembangunan Infrastruktur oleh seorang narasumber di Sulawesi Utara,
anggaran untuk pembangunan infrastuktur di
Tanggung jawab untuk membangun dalam APBD terbatas jumlahnya. Ini tercermin
infrastruktur di dalam KEK dibebankan pada dari perbedaan yang mencolok dari kondisi jalan
BUP. Akan tetapi, keberhasilan suatu KEK tidak raya di provinsi tersebut. Jalan raya nasional
tergantung semata-mata dari pembangunan yang dibiayai dari APBN kondisinya 90% dalam
infrastruktur di dalam kawasan. Pembangunan keadaan baik, sementara kondisi jalan raya
infrastruktur penunjang di luar kawasan juga provinsi/kabupaten yang dibiayai dari APBD
tidak kalah pentingnya. Salah satu contoh provinsi/kabupaten hanya 20% yang berada
yang paling jelas adalah pembangunan di pulau dalam kondisi baik

60
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

Tabel 4.6. Proyek Pembangunan Infrastruktur Pendukung Kawasan Ekonomi Khusus

Nama KEK Transportasi Darat Transportasi Laut Transportasi Udara Energi


Sei Mangkei Akses Jalan, Kereta Pelabuhan Kuala Bandara Banda PL Biomass Kelapa
Api, Dry Port* Tanjung Kualanamu Sawit dan PLTU*
Tanjung Lesung Jalan, Tol*, Kereta Api, Pelabuhan Tanjung Bandara Banten PLTU
dan Jalur Angkutan Priok Selatan*
Sungai Danau dan
Penyebrangan (ASDP)
Maloy Batuta Trans Akses Jalan Pelabuhan Maloy - PLTU*
Kalimantan (Internasional*)
Bitung Akses Jalan, Jalan Tol, Pelabuhan Hub Bandara PLTD, PLT
Penyebrangan, dan Internasional Samratulangi Geothermal*, dan
Kereta Api Bitung* PLTU*
Tanjung Api-api Akses Jalan dan Pelabuhan Tanjung Bandara Sultan PLTU dan PLTS*
Kereta Api Api-Api Mahmud
Badaruddin II
Mandalika** Akses Jalan Pelabuhan Lembar Bandara PLTU dan PLTD
Baru dan Internasional
Akses Ferry Lombok
Palu Akses Jalan Pelabuhan Pantoloan Bandara Mutiara Sis PLTU, PLTA, dan
dan Pelabuhan Aljufri Palu PLTD
Penyebrangan Taipa
Morotai Akses Jalan Pelabuhan Daruba Bandara Pitu PLTS dan PLTD
dan Wayabula Morotai
(Leo Watimmena)
* on progress/dalam rencana ** Integrasi Moda

Sumber: Kementerian Perhubungan

Akibatnya, pembangunan infrastruktur jalur KA Sei Mangkei-Kuala Tanjung, misalnya,


untuk mendukung pembangunan KEK lebih membutuhkan dana sekitar Rp 540 miliar,
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. sementara pembangunan tol Manado-Bitung
Tabel 4.6 memberikan gambaran berbagai diperkirakan membutuhkan dana lebih dari Rp 4
infrastruktur yang direncanakan untuk triliun. Hanya sebagian kecil dari biaya tersebut
menunjang perkembangan KEK di delapan yang akan disediakan oleh pemerintah daerah6 .
lokasi yang sedang dipersiapkan. Berbagai
infrastruktur tersebut akan membutuhkan 6 Untuk kasus jalan tol Manado-Bitung, pemerintah propinsi
pembiayaan yang tinggi. Untuk pembangunan Sulawesi Utara menyediakan anggaran untuk pembebasan
lahan yang besarannya mencapai Rp 150 miliar.

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 61


Tabel 4.7. Proyek Pembangunan Infrastruktur Pendukung Kawasan Industri di
Luar Jawa

Jenis Infrastruktur Nilai Investasi Sejumlah Proyek Strategis


(dalam Rp triliun)

Bandara 8.200,00 • Pengembangan Bandara Mutiara Palu


• Pengembangan Bandara Eltari Kupang
• Pengembangan Bandara Halu Oleo Kendari
• Pengembangan Bandara Sam Ratulangi Manado
• Pengembangan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin
Jalan 8.079,74 • Jalan Lingkar Batulicin
• Jalan Palu-Parigi
• Jalan Lingkar Kupang
• Jalan Susumuk-Bintuni
Kereta Api 10.085,00 • Jalur KA Manado-Bitung
• Jalur KA Sei Mangkei-Bandar Tinggi-Kuala Tanjung
• Jalur KA Pasoso-Tanjung Priok
• Pembangunan DDT dan Elektrifikasi Manggarai-Bekasi-Cikarang
• Lingkar Luar Kereta Api
Pembangkit Listrik 10.477,06 • PLTU Kualatanjung, Asahan 3, Pangkalan Susu
• PLTU Palu
• PLTA Poso
• PLTMG Morowali
• PLTU NTT-2
• PLTU Ketapang (FTP2)
• PLTG/MG Pontianak Peaker
• PLTU Bengkayang, Parit Baru, Pulau Pisau
• PLTA Konawe
• PLTA/MH Morowali, Bantaeng
• PLTGU Tangguh
Pelabuhan 17.664,00 • Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung
• Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak
• Pengembangan Pelabuhan Pontianak
• Pengembangan Pelabuhan Bitung
• Pengembangan Pelabuhan Makassar
• Pengembangan Pelabuhan Banjarmasin
• Pengembangan Pelabuhan Kupang
• Pengembangan Pelabuhan Halmahera
Sumber Daya Air 939,00
Total 55.444,80

Sumber: Kementerian Perindustrian

Isu kedua yang erat kaitannya dengan isu industri yang sedang dipromosikan oleh
pertama ialah keterbatasan dana yang tersedia pemerintah7 . Wilayah yang terpencil seperti
untuk membangun prasarana dan sarana Morotai akan membutuhkan dana yang besar
bahkan dihadapi pula oleh pemerintah pusat.
Tabel 4.7 memberikan gambaran besaran 7 Di samping program KEK, Pemerintahan Presiden Joko
Widodo juga mempromosikan program untuk membangun 14
dana yang diperlukan untuk membangun kawasan industri di berbagai wilayah, di mana sebagian besar
infrastruktur pendukung di beberapa kawasan berada di kawasan ekonomi khusus, seperti KEK Sei Mangkei
dan KEK Bitung.

62
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

untuk membangun berbagai prasarana seperti Lazimnya jika ada dua pihak yang membuat
listrik, pelabuhan, lapangan terbang, jalan, perjanjian kerja, khususnya jika kedua belah
telekomunikasi, dan sebagainya. pihak tersebut adalah badan swasta, hak
Biaya per unit untuk membanguan dan dan kewajiban masing-masing pihak telah
mengelola infrastruktur di daerah terpencil ditetapkan dalam perjanjian tersebut. Jika
dengan kepadatan penduduk yang rendah ada salah satu pihak yang ingkar, maka pihak
seperti ini diperkirakan akan lebih tinggi tersebut bisa digugat (accountable) oleh pihak
daripada di daerah lain. Kondisi ini diperparah lain yang merasa dirugikan. Di Sei Mangkei, hal
oleh karakteristik Indonesia sebagai negara ini tidak terjadi, mungkin karena semua pihak
kepulauan. Tidak mungkin, misalnya, untuk yang terlibat adalah badan milik negara. Oleh
menghubungkan setiap pulau dengan jaringan karena itu, tampaknya tidak ada mekanisme
listrik nasional. yang bisa dipergunakan oleh pihak BUP
Ada wacana untuk melibatkan pihak Sei Mangkei yang merasa dirugikan untuk
swasta di dalam pembanguan infrastruktur menggugat PT KAI dan PT PLN yang dianggap
melalui pola Kerjasama Pemerintah dan gagal memenuhi komitmen mereka.
Swasta (KPS), tetapi sampai saat ini belum
ada kepastian terkait kerangka peraturan. 4.5.5. Lokasi dan Aglomerasi
Memang ada kegiatan usaha yang pihak swasta
enggan masuk karena dari sudut bisnis tidak Seperti diketahui kedelapan lokasi KEK
menguntungkan sehingga selama ini manjadi yang telah ditetapkan itu tersebar di berbagai
monopoli perusahaan milik pemerintah. Dalam wilayah Indonesia. Ada yang letaknya dekat
skema KPS yang dicanangkan, penyertaan dengan pusat kegiatan ekonomi setempat,
modal oleh pihak swasta mungkin untuk tetapi ada pula yang letaknya jauh dari pusat
dilakukan sehingga diharapkan bisa mengatasi kegiatan eknomi. Kriteria yang dijabarkan dalam
keterbatasan modal pemerintah, khususnya peraturan yang ada cenderung bersifat sangat
untuk pembangunan infrastruktur. Masih harus luas. Masih diperlukan berbagai indikator yang
ditunggu kapan wacana ini bisa diwujudkan. lebih spesifik dan terarah untuk menetapkan
Isu atau tantangan lain yang perlu lokasi-lokasi KEK. Ini juga termasuk tolak
diwaspadai ialah yang menyangkut lemahnya ukur yang dipergunakan untuk menentukan
koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat di bahwa mereka memiliki potensi untuk
dalam pekerjaan pembangunan infrastruktur menjadi kawasan ekonomi yang berkembang.
tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, Di samping itu, perlu pula ditentukan tolak ukur
tampaknya tidak semudah dengan yang yang akan dipergunakan untuk menentukan
mungkin dibayangkan oleh banyak orang. Ini apakah suatu KEK telah mencapai sasaran yang
bisa dilihat dari pengalaman KEK Sei mangkei. telah ditetapkan.
Pembangunan jalur kereta api sepanjang 2,95 km Dari pengamatan di berbagai wilayah di
dari Sei Mangkei ke jalur yang sudah ada masih Indonesia maupun di negara-negara lain, ada
tersendat karena PT KAI yang bertanggung kecenderungan bagi industri untuk berkumpul
jawab untuk membangun rel tersebut belum di tempat yang sama. Ini dikenal dengan
melakukannya. Demikian pula dengan PT PLN istilah aglomerasi. Tabel 4.8 memperlihatkan
yang diharapkan menyediakan listrik untuk KEK bagaimana kecenderungan konsentrasi
dianggap gagal unuk memenuhi kewajibannya perusahaan manufaktur di beberapa tempat
sesuai waktu. Sebagai akibatnya, perusahaan di Indonesia. Berbagai insentif yang diberikan
Unilever yang sedang membangun pabriknya terkait dengan program KAPET juga belum
di sana harus mempergunakan pembangkit dapat meningkatkan aktivitas industri
listrik sendiri. manufaktur di berbagai kawasan.

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 63


Tabel 4.8. Distribusi Perusahaan Menengah dan Besar di Indonesia

% Jumlah % Nilai % Jumlah % Jumlah


Perusahaan Tambah Tenaga Kerja Perusahaan Baru

1991-94 2005-08 1991-94 2005-08 1991-94 2005-08 1991-94 2005-08

Jawa 78.6 80.9 81.1 74.8 79.8 81.0 69.7 77.9

DKI Jakarta 18.4 18.8 27.6 34.2 20.6 23.3 18.8 15.2

Bandung 8.1 8.0 5.3 4.8 10.3 9.6 4.4 6.8

Surabaya 9.2 9.0 11.5 9.1 10.2 9.6 7.6 6.9

Lokasi Lain di Jawa 42.9 45.0 36.6 26.7 38.6 38.4 38.9 49.1

Sumatera 8.4 6.4 6.3 8.6 7.7 5.1 10.9 5.7

Sulawesi 2.3 2.3 0.8 1.3 1.4 1.4 4.3 2.0

Pulau Lainnya 8.3 9.2 6.8 14.0 7.5 11.3 10.8 12.7

KAPET Tertentu 1.2 1.0 1.2 1.5

Sumber: World Bank (2012)

Gejala ini sudah lama diamati dan ada perusahaan lain di lokasi tersebut.
alasan-alasan tertentu yang mendasarinya. Tidak diketahui dengan pasti apakah
Alasan-alasan tersebut berkaitan dengan pemerintah juga mempertimbangkan faktor-
biaya transportasi, yakni biaya memindahkan faktor keunggulan lokasi berdasarkan kriteria
barang dan orang. Untuk memperkecil biaya di atas ketika menetapkan kedelapan lokasi
pengiriman produk maupun pasokan mereka, KEK tersebut. Akan tetapi, dari pengamatan
perusahaan-perusahaan cenderung memilih sekilas tentang karakteristik lokasi-lokasi
lokasi yang dekat dengan pembeli maupun KEK tersebut, tampaknya faktor-faktor di
pemasok mereka. Perlu ditambahkan bahwa atas bukanlah menjadi faktor penentu dalam
untuk negara kepulauan seperti Indonesia, biaya penetapan tersebut.
transportasi cenderung lebih mahal daripada di Sebagai contoh, di Kabupaten Morotai
negara-negara daratan. akan dikembangkan KEK dengan luas sekitar
Selain itu, perusahaan-perusahaan juga 1102 ha dan akan mencakup kegiatan-kegiatan
cenderung memilih lokasi di mana ada pengolahan ekspor, logistik, industri dan
konsentrasi tenaga kerja yang tinggi. Dengan pariwisata. Namun, perlu dicatat bahwa sebagai
demikian mereka lebih mudah mendapatkan salah satu pulau terluar di Maluku Utara, letak
pekerja yang sesuai dengan kebutuhan Morotai relatif terpencil. Penduduknya saat
mereka. Sementara itu, pencari kerja pun lebih ini diperkirakan hanya sekitar 55.000 orang.
tertarik untuk bekerja di lokasi di mana ada Dengan demikian, untuk pengembangan KEK di
banyak perusahaan, sehingga memudahkan sana yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti
mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai yang disebut di atas, KEK bersangkutan perlu
dengan keterampilan mereka. Jika mereka mendatangkan tenaga kerja dari jauh.
kehilangan pekerjaan, mereka akan lebih Ini berarti ada tambahan biaya bagi
mudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan- perusahaan-perusahaan yang akan beroperasi

64
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

di sana di atas biaya yang mereka akan bayar masing-masing lokasi8. Banyak dari FDI yang
seandainya mereka beroperasi di daerah di mana ditempatkan di negara berkembang, termasuk
banyak tenaga kerja yang tersedia. Sementara Indonesia, terkait dengan basis produksi dalam
biaya bagi para pencari kerja yang mau ke sana jaringan produksi internasional suatu perusahaan
pun akan lebih tinggi daripada di tempat lain multinasional. Lokasi menjadi penting bukan
seperti di Jawa. Selain biaya transportasi yang saja untuk alasan logistik internasional, tetapi
tinggi, ada tidak kepastian bahwa mereka bisa juga bagaimana mendukung manajemen lintas
mendapatkan pekerjaan di sana. batas yang efektif.
Laporan World Bank (2012) mengenai industri Selain itu, kedekatan dengan industri
manufaktur di Indonesia menemukan bahwa pemasok di dalam negeri juga menjadi faktor
perusahaan yang berlokasi di daerah aglomerasi penting untuk menjaga rantai produksi tetap
“tradisional” mempunyai tingkat produktivitas bekerja dengan baik. Perusahaan multinational
lebih tinggi 30% daripada perusahaan yang biasanya telah mempunyai jaringan pemasok
diluar daerah aglomerasi. Namun, laporan yang yang juga akan membuka operasinya di
sama juga menyebutkan bahwa perusahaan kawasan yang berdekatan. Agar KEK juga dapat
yang berada di daerah aglomerasi “baru” berkembang menjadi bagian dari jaringan
cenderung mempunyai tingkat produktivitas produksi internasional, lokasi merupakan
lebih tinggi 10% daripada yang di luar daerah bagian penting untuk diperhatikan.
aglomerasi. Ini menunjukkan bahwa program
KEK dapat berhasil jika pihak yang terkait dapat 4.5.7. Ketenagakerjaan
membangun aglomerasi yang dibutuhkan oleh
aktivitas ekonomi dan industri di kawasan Masih ada beberapa isu lain yang perlu
tersebut. diperhatikan. Yang pertama menyangkut
ketenagakerjaan. Ada dua aspek
4.5.6. Akses ke Pasar Internasional ketenagakerjaan yang perlu dicermati. Aspek
pertama adalah hubungan ketenagakerjaan.
Tambahan biaya yang lebih besar lagi akan UU KEK menyebutkan bahwa di KEK akan
ditanggung oleh perusahaan-perusahaan yang dibentuk Lembaga Kerja Sama Tripartit
bergerak di bidang pengolahan ekspor dan Khusus oleh gubernur yang mempunyai tugas:
industri karena mereka harus memasarkan a) melakukan komunikasi dan konsultasi
produk mereka ke pasar yang jauh. Lokasi mengenai berbagai masalah ketenagakerjaan; b)
menjadi sangat penting untuk akses ke pasar melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan
internasional. Dari delapan KEK yang telah dan timbulnya permasalahan ketenagakerjaan;
akan dibangun, hanya KEK Sei Mangkei yang dan c) memberikan saran dan pertimbangan
dekat dengan jalur pelayaran internasional – mengenai langkah penyelesaian permasalahan
melalui pelabuhan Kuala Tanjung yang berjarak (Pasal 43).9
60 km. Biaya logistik tentunya akan meningkat Salah satu hal yang harus diperhatikan
bagi KEK yang belum terintegrasi dengan jalur ialah bahwa walaupun lembaga tripartit itu
pelayaran internasional yang ada. juga ada diberbagai tempat, tetapi hubungan
Lokasi juga menjadi penting mengingat saat ketenagakerjaan tidak selalu berjalan dengan
ini model produksi dan bisnis banyak tergantung mulus. Sebagai contoh, salah satu masalah
kepada jaringan produksi internasional, di mana yang dihadapi oleh pengusaha di Batam adalah
rantai produksi dan nilai ditempatkan di banyak pekerja yang sering mogok. Ini terjadi meskipun
lokasi di berbagai negara sesuai dengan intensitas
8 Model bisnis tersebut biasa juga dikenal sebagai rantai
faktor produksi dan keunggulan komparatif nilai global (global value chain). Salah satu contoh adalah
produksi komponen dan suku cadang kendaraan bermotor yang
mengambil tempat di berbagai negara sebelum mengalami
proses manufacturing di negara lain. Untuk pengantar
mengenai fenomena tersebut lihat Baldwin (2006).
9 Lembaga tripartit dimaksud akan melibatkan unsur
pemerintah, serikat pekerja dan asosiasi pengusaha.

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 65


ada lembaga tripartit di sana. Yang mungkin 4.5.8. Isu Lahan dan Pertanahan
diperlukan di KEK ialah adanya rambu-rambu Isu lain yang perlu dipikirkan lebih lanjut
berupa kesepakatan awal yang menyangkut ialah mengenai hak guna usaha (HGU).
hubungan ketenagakerjaan yang akan berlaku Menurut ketentuan yang ada, HGU diberikan
di KEK. Misalnya, di KEK hanya ada satu untuk pertama kalinya paling lama 35 tahun
serikat pekerja yang dibolehkan. Contoh lain, dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
kontrak upah yang berlaku beberapa tahun. paling lama 25 tahun.10 Bagi perusahaan,
Atau pengecualian-pengecualian lain dari UU jangka waktu 35 tahun relatif singkat walaupun
Ketenagakerjaan seperti yang menyangkut masih boleh diperpanjang. Apalagi jangka
pesangon jika terjadi pemutusan hubungan waktu penggunaan lahan tersebut sering sekali
kerja, dsb. dihitung dari awal mula lahan dibebaskan, yang
Aspek kedua ialah ketersediaan tenaga kerja biasanya beberapa tahun lebih awal dari mulai
di daerah di mana KEK terletak. Setiap daerah beroperasinya perusahaan.
yang mengembangkan KEK pasti menginginkan Oleh karena itu, mungkin perlu
bahwa KEK akan menyerap sebanyak mungkin dipertimbangkan untuk memperpanjang
tenaga kerja asal daerah tersebut. Tetapi jangka waktu HGU di KEK, misalnya sampai
kenyataan di lapangan tidak selalu demikian. 50 tahun atau lebih lama lagi, sebagai bagian
Ketika Unilever di Sei Mangkei mulai membuka dari sistem insentif bagi para pengusaha yang
lowongan kerja, perusahaan tersebut menjaring beroperasi di KEK. Perpanjangan HGU tersebut
peminat dari seluruh Indonesia. Hasilnya akan meningkatkan kepastian dan kepercayaan
menurut penuturan seorang narasumber, yang dunia usaha terhadap iklim investasi di KEK
diterima tidak ada yang berasal dari daerah yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya
sekitar Sei Mangkei. Hal ini terjadi karena tarik investasi.
pekerja yang dibutuhkan oleh perusahaan
tersebut adalah tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan tertentu sesuai
dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Perlu
dicatat bahwa Unilever yang ada di Sei Mangkei
membangun pabrik Oleo Olefin dan turunan
minyak sawit lainnya. 10 Pasal 8, PP nomor 40/1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.

66
BAB 5
Pengalaman Pengembangan KEK
di Negara Lain

Walaupun berbagai jenis kawasan bebas China dan India, dalam pengembangan KEK
telah ada dalam sejarah sejak lama, baru dan mencoba menarik pelajaran yang dapat
di tahun 1970 kawasan-kawasan tersebut digunakan dalam pembangunan KEK di
digunakan sebagai pendorong pertumbuhan Indonesia.
ekonomi di negara berkembang. Kebijakan
ini berkembang terutama di negara-negara
berkembang yang merubah kebijakannya dari 5.1. Kawasan Ekonomi Khusus di China
kebijakan pertumbuhan yang berdasarkan
substitusi impor. Dimulai pada tahun 1978, pemerintah
Di tahun 1970-an dan 1980-an, negara-negara pusat China mulai menerapkan serangkaian
di Asia dan Amerika Latin mulai membentuk reformasi ekonomi yang bertujuan untuk
kawasan-kawasan ini. Pembentukan ini mengembangkan perekonomian negara
ditujukan untuk menarik industri padat karya di tersebut. Cara yang ditempuh oleh pemerintah
daerah pesisir. Selanjutnya, kawasan tersebut China adalah dengan mengambil tindakan yang
diubah menjadi kawasan poros penggerak berani untuk “membuka” ekonominya secara
pendorong pertumbuhaan ekonomi melalui langsung bagi investasi asing dari luar negeri
ekspor. Pergerakan pembentukan kawasan dalam rangka meningkatkan standar hidup
ini semakin cepat di tahun 1990-an di mana warganya. Tanpa adanya kepastian akan hasil
negara-negara lain mencoba untuk mereplikasi dari reformasi ekonomi, pemerintah China
kawasan-kawasan yang terbukti sukses, seperti memutuskan untuk tidak membuka seluruh
beberapa kawasan di Asia dan Amerika Latin. perekonomian sekaligus, tapi untuk segmen
Melihat pendirian kawasan-kawasan dan wilayah tertentu saja. Oleh karena itu,
tersebut didasari atas alasan yang sama, banyak pihak berwenang China menetapkan empat
dari kawasan ini yang memiliki karakteristik kota pesisir sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
kunci yang sama. Kawasan ini dibentuk di daerah (KEK) sebagai proyek percontohan untuk
kantong yang terisolasi yang diberikan insentif reformasi ekonomi dan pembangunan kawasan
dan hak istimewa dari pemerintah. Kawasan ini industri lainnya.
sering berada di daerah terpencil namun dekat Jadi, motivasi awal yang terutama dari
dengan pusat transportasi. Melihat kawasan ini pembangunan KEK di China adalah eksperimen
dirancang untuk menarik industri padat karya dalam menjalankan reformasi dan pembukaan
maka industri yang terkonsentrasi di kawasan ekonomi. Pengaturan yang dilakukan bertujuan
ini adalah industri tekstil, pakaian, dan barang untuk menarik investasi asing dan teknologi
elektronik (Cling & Letilly, 2001). (melalui pengaturan usaha patungan atau
Di bagian ini, penulis akan mencoba melihat joint venture), menyediakan lapangan kerja,
pengalaman dari beberapa negara, terutama memanfaatkan sumber daya domestik dari

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 67


dalam negeri dan impor, serta mendukung memberikan gambaran mengenai kinerja
pembentukan modal. Sebagian besar output ekspor dari kelima kawasan tersebut dan
ditujukan untuk ekspor ke pasar luar negeri; ini nilai FDI yang berhasil ditarik ke KEK di China.
menggaris bawahi peran KEK sebagai bagian dari Terlihat jelas perkembangan yang pesat baik
strategi berorientasi ekspor yang sebelumnya untuk kinerja ekspor maupun jumlah investasi
telah banyak ditempuh oleh negara Asia lainnya yang ditanamkan. Di sini juga terlihat dari KEK
– Jepang sebagai yang pertama. Shenzhen sebagai kawasan ekspor utama,
Pada tahun 1980, pemerintah China sementara kawasan lainnya terlihat jauh di
membuka empat wilayah KEK – yang meliputi bawah kinerja kota yang dekat dengan Hong
seluruh wilayah dari kota-kota Shenzhen, Kong tersebut.
Zhuhai, dan Shantou di Provinsi Guangdong; Kesuksesan tersebut mendorong pemerintah
dan keempat di kota Xiamen di Provinsi Fujian. China untuk membuka berbagai kawasan
Mereka merupakan kota pesisir dan dipilih khusus lainnya dalam skala yang lebih kecil
karena kedekatannya dengan pusat perda- yang disebut dengan Kawasan Pengembangan
gangan utama di Asia Timur, yaitu Hong Kong, Ekonomi dan Teknologi (Economic and
Makau, dan Taiwan. Empat tahun kemudian, Technological Development Zones (ETDZs)). Pada
seluruh provinsi Hainan juga ditetapkan sebagai awalnya kawasan ini masih dibangun di daerah
KEK kelima. Di dalam wilayah-wilayah tersebut pesisir, tetapi pada tahun 1990an, pemerintah
juga dibentuk kawasan-kawasan industri yang China mulai mencoba membuka berbagai ETDZ
menawarkan berbagai fasilitas. tersebut di daerah pedalaman, dengan harapan
Program ini dianggap cukup efektif dalam untuk juga mengembangkan daerah tertinggal.
mencapai tujuan yang ditetapkan. Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Kinerja Ekspor dan FDI di 5 Kawasan Ekonomi Khusus di China

Tahun Shenzhen Zhuhai Shantou Xiamen Hainan

Ekspor (dalam milyar dollar AS)


1978 0,01 0,01 0,25 0,08 -
1990 8,15 0,49 0,84 0,78 0,47
2000 34,65 3,65 2,60 5,88 0,80
2006 135,96 14,84 3,48 20,51 1,38
2007 168,54 18,48 3,91 25,56 1,84
2008 163,78 19,73 3,28 26,97 -

Realisasi FDI (dalam juta dollar AS)


1978 5,48 n/a 1,61 - 0,10
1990 389,94 69,1 98,09 72,37 100,55
2000 1,961,45 815,18 165,61 1.031,50 430,80
2006 3.268,47 824,22 139,60 954,61 748,78
2007 3.662,17 1.028,83 171,62 1.272,00 1.120,00
2008 3.929,58 1.138,49 - 1.955,63 -

Sumber: Zeng (2011)

68
Pengalaman Pengembangan KEK di Negara Lain

Untuk menjadikan KEK sebagai oasis infrastruktur, dan melakukan perencanaan


untuk reformasi ekonomi, pemerintah China wilayah. Selain itu komite juga bertanggung
memberikan berbagai kebijakan preferensial jawab atas berbagai layanan publik seperti
untuk pengembangan kawasan-kawasan keamanan dan kebersihan, serta memastikan
tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut terciptanya hubungan industrial yang baik dan
termasuk pula insentif pajak seperti tax menguntungkan bagi tenaga kerja dan investor.
holiday, keterbukaan lalu lintas devisa dan
fleksibilitas bagi perusahaan luar negeri untuk
mengirimkan hasil keuntungannya kembali ke 5.2 Kawasan Ekonomi Khusus di India
negara asal. Ini juga dilengkapi dengan berbagai
insentif fiskal lainnya seperti pembebasan bea Kawasan Ekonomi Khusus di India memiliki
masuk untuk bahan baku dalam rangka ekspor, beberapa karakteristik yang berbeda dengan
dibebaskannya pajak ekspor, bahkan juga KEK di China. KEK pertama di India didirikan di
pemberian izin terbatas untuk menjual sebagai Kandla pada tahun 1965. Dalam periode tiga
produk yang menerima fasilitas tersebut di dekade kemudian enam KEK telah didirikan
pasar domestik. di beberapa wilayah di India. Berbeda dengan
Selain insentif fiskal, pengelola KEK juga KEK di banyak negara Asia lainnya, KEK di
diberikan otonomi kebijakan ekonomi serta India tidak ditujukan untuk menarik investasi
otoritas politik yang lebih banyak. Mereka asing, melainkan lebih sebagai sarana untuk
diizinkan, misalnya, untuk mengembangkan memberikan fasilitas kepada eksportir dalam
hukum dan peraturan kota, termasuk tarif dan negeri dari rezim peraturan yang memberatkan
struktur pajak daerah, juga untuk mengatur dan di daerah lain dan mendukung program
mengelola sepenuhnya pembangunan di dalam substitusi impor yang dilakukan (Kundra, 2000).
zona ini. Mereka juga diizinkan untuk memberi Setelah melakukan liberalisasi pasar pada
perlakuan khusus pada perusahaan asing awal 1990-an, Pemerintah India mengumumkan
dengan menawarkan harga tanah atau fasilitas peluncuran program KEK di negara itu dengan
produksi yang lebih murah. mengambil model seperti di China pada tahun
Satu hal yang penting dalam keberhasilan 2000 yang ditujukan untuk menarik investasi
program ini adalah kebijakan untuk asing. Setelah disahkan sebagai undang-
pembentukan pasar tenaga kerja yang saat itu undang pada tahun 2006, hingga tahun 2008
belum dikenal di dalam sistem perekonomian ada sekitar 552 kawasan yang diusulkan sebagai
China yang berdasarkan komunisme. KEK. Hingga Maret 2015 ada 416 permohonan
Perusahaan yang beroperasi di dalam KEK yang telah disetujui secara formal untuk
diizinkan untuk membuat kontrak kerja dibangun, sementara ada 202 kawasan yang
yang berlaku untuk batasan masa jabatan memperlihatkan adanya operasional KEK .
tertentu, juga untuk memberhentikan masa Motivasi utama dari pembentukan KEK
kerja karyawan yang tidak mencapai kinerja adalah untuk menarik investasi swasta tidak
yang ditentukan. Kebijakan tenaga kerja hanya dalam kegiatan produktif, tetapi juga
yang diberlakukan juga memperbolehkan dalam penciptaan KEK. Dalam kebijakan
perusahaan menetapkan upah dan gaji sesuai sebelumnya pemerintah India turun tangan
dengan situasi pasar tenaga kerja. sendiri untuk membentuk dan menyiapkan
Setiap kawasan industri khusus, baik yang Kawasan Pengembangan Ekspor dengan
berada dalam wilayah KEK maupun yang berdiri menginvestasikan dana yang diperlukan untuk
sendiri sebagai ETDZ dikelola oleh sebuah membuat infrastruktur kawasan.
komite yang berisikan orang-orang yang Dalam kebijakan KEK yang baru, pemerintah
ditunjuk oleh pemerintah daerah dan provinsi. pusat hanya akan bertanggung jawab
Tugas dari komite tersebut di antaranya atas kerangka kebijakan secara luas serta
adalah mengelola lahan, mengembangkan pemantauan kinerja dan implementasi. Peranan

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 69


KEK juga menjadi lebih luas untuk merangsang yang beroperasi di dalam KEK, tetapi juga bagi
kegiatan ekonomi bukan hanya terbatas pada para pengembang kawasan.
peningkatan ekspor. Salah satu daya tarik dari Meskipun kinerja dari KEK di India masih
KEK di India adalah penerapan sistem “single jauh dibawah China, di beberapa aspek
window” untuk memudahkan proses perizinan terlihat kemajuan yang cukup berarti. Tabel
dan operasional perusahaan yang beroperasi 5.2. memperlihatkan perkembangan ekspor
di kawasan. Selain itu terdapat arahan untuk yang berasal dari KEK di India. Di sini terlihat
infrastruktur minimum yang harus disediakan perkembangan pesat seiring dengan jumlah KEK
oleh pengembang kawasan. yang telah dibangun serta investasi di dalam
Tersedia pula paket insentif fiskal yang kawasan. Hingga Maret 2015, tercatat investasi
dirancang untuk menarik investasi swasta. sebesar USD 53 miliar, yang sebagian besar
Ini termasuk pembebasan atas berbagai jenis (93%) berada di kawasan khusus yang dibangun
pajak dan bea masuk. Juga tersedia fasilitas oleh swasta sejak tahun 2005. Tetapi KEK di
pembiayaan komersial yang disediakan oleh India tidak dianggap terlalu berhasil untuk
pihak perbankan dan lembaga keuangan mengundang investasi asing, karena berbagai
lainnya. Berbagai fasilitas dan insentif tersebut permasalahan yang tetap ada, terutama
tidak hanya diperuntukan bagi para investor mengenai permasalahan ketenagakerjaan.

Tabel 5.2. Kinerja Ekspor KEK di India

Ekspor
Pertumbuhan
Tahun Nilai Nilai dari tahun
dalam dalam sebelumnya
Milyar Rupee Milyar USD
2005-2006 228 5,08 -
2006-2007 346 7,69 52%
2007-2008 666 14,81 93%
2008-2009 997 22,15 50%
2009-2010 2.207 49,05 121%
2010-2011 3.159 70,19 43%
2011-2012 3.645 81,00 15%
2012-2013 4.762 88,18 31%
2013-2014 4.941 82,35 4%

Sumber: Kementerian Perdagangan & Industri India

5.3. Perbandingan KEK di China, India aglomerasi dan klaster industri, serta kedekatan
dan Indonesia dengan pasar internasional. Sehingga lokasi
KEK dipilih yang berada di di daerah pesisir dan
Tabel 5.3. memperlihatkan beberapa sangat dekat dengan hub internasional, seperti
perbedaan karakteristik antara kebijakan KEK Hongkong.
yang berada di India, China dan Indonesia. India tidak memiliki kebijakan khusus
Pemilihan lokasi merupakan aspek pertama mengenai lokasi dan dapat berada di mana
yang cukup berbeda antara kebijakan KEK di saja. Sementara Indonesia, dikarenakan tujuan
tiga negara tersebut. KEK di China mempunyai untuk pemerataan, lebih mengutamakan
fokus pada fasilitasi logistik, pembentukan pemilihan lokasi daerah tertinggal, meskipun

70
Pengalaman Pengembangan KEK di Negara Lain

juga memperhatikan karakteristik lokasi, dengan pemerintahan kota, lengkap dengan


terutama pada ketersediaan sumber daya alam. berbagai instrumen yang ada. Pengelolaan
Luasan area juga mempunyai perbedaan. kawasan industri diserahkan pada badan penge-
Di China, KEK lebih merupakan suatu kawasan lola. Sementara di Indonesia dan India, dikarena-
perkotaan dengan beberapa kawasan industri di kan kawasan yang relatif kecil, KEK langsung
dalamnya. Ini menjadikan pengelolaan KEK dapat dikelola oleh badan usaha dan administrator
langsung dilakukan oleh pihak yang setingkat yang berada di bawah pemerintah daerah.

Tabel 5.3. Perbandingan KEK di China, India, dan Indonesia

China India Indonesia


Lokasi Berada di daerah pesisir, Lokasi dapat berada di Kriteria lokasi lebih
dilengkapi dengan mana saja. Daerah pesisir didasarkan pada beberapa hal
pelabuhan laut, meskipun bukanlah merupakan seperti ketersediaan sumber
beberapa KEK terakhir suatu kriteria. daya dan daerah tertinggal
berada di daerah pedalaman
Luas Area Sangat luas, KEK Shenzhen Relatif lebih kecil dengan KEK yang sedang disiapkan
dimulai dengan luas 493 beberapa KEK hanya mempunyai luas ribuan
km2 mempunyai luas puluhan hektar
hektar
Jumlah Hanya terdapat enam KEK Hingga 2015 (10 tahun Saat ini ada delapan
ditambah dengan puluhan setelah diluncurkan) kawasan yang dikembangkan
industrial park terdapat 202 kawasan yang dengan sebelas lokasi yang
mendapatkan status KEK direncanakan
Rezim Kebijakan Merupakan eksperimen Tidak ada kebijakan Kebijakan khusus cenderung
untuk reformasi ekonomi ekonomi khusus bagi KEK. masih terbatas. Saat ini hanya
dengan kebijakan yang Daya tarik kawasan lebih kebijakan mengenai investasi
sangat berbeda dari daerah ditekankan pada insentif asing yang berbeda dengan
lain di China fiskal, pembiayaan dan daerah lainnya.
infrastruktur
Insentif Fiskal Pembebasan bea masuk Berbagai insentif pajak Insentif fiskal masih belum
dan beberapa pajak barang. juga disediakan tetapi ditetapkan secara terinci dan
Termasuk juga tax holiday tidak seluas dan seintensif pasti, bahkan setelah lima
dan pajak yang lebih rendah di China tahun program ini dijalankan.
Aturan Aturan ketenagakerjaan Tidak ada perbedaan Saat ini masih belum ada
Ketenagakerjaan sangat berbeda dengan dengan wilayah India perbedaan. Program KEK
wilayah China lainnya. lainnya akan diusahakan untuk
Bahkan pasar tenaga kerja memberikan keleluasaan
mulai diperkenalkan di yang lebih besar untuk
KEK sebelum diterapkan di kebijakan ketenagakerjaan
tempat lain
Sumber Pembangunan KEK Pembangunan KEK Pembangunan dilakukan
Pendanaan diinisiasi oleh pemerintah dilakukan oleh pihak swasta oleh kerjasama pihak swasta,
pusat, tetapi pemerintah sepenuhnya. Pemerintah BUMN dan pemerintah daerah.
daerah dengan bantuan pusat juga menyediakan Pemerintah pusat membantu
swasta menjadi penggerak insentif bagi pengembang dalam membangun
pembangunan. kawasan industri infrastruktur pendukung
Pembangunan Pengelolaan dilakukan Pengelolaan dilakukan Pengelolaan dilakukan oleh
Pengelolaan dan oleh sebuah komite yang oleh badan pengelola badan usaha komersial dengan
Otoritas merupakan perpanjangan komersial dengan diawasi oleh administrator
tangan dari pemerintah diawasi oleh bagian dari yang merupakan perpanjangan
daerah pemerintah daerah tangan pemerintah daerah

Sumber: Olahan Penulis

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 71


Di dalam masalah kebijakan yang berlaku, dalam pengelolaan. Indonesia berencana untuk
ketiga negara ini juga cenderung menerapkan mengambil kombinasi antara keduanya, di
fokus yang berbeda. KEK di India lebih mana pembangunan dan pengelolaan wilayah
menekankan berbagai insentif fiskal yang dilakukan oleh pihak swasta ataupun BUMN/
diharapkan dapat menarik investasi. Untuk BUMD, sementara pemerintah pusat dan
KEK di China, karena disebabkan sebagai daerah akan mengembangkan infrastruktur
area untuk eksperimen reformasi kebijakan pendukung.
ekonomi, rezim kebijakan yang diberlakukan Berbagai perbedaan tersebut juga
juga berbeda dengan wilayah lainnya di China, memberikan perbedaan dalam kinerja dan
termasuk untuk ketenagakerjaan, perizinan, hasil dari kebijakan kawasan ekonomi khusus.
kepemilikan dan lainnya. Di Indonesia, fokus Seperti disebutkan di atas, KEK di China sangat
kebijakan lebih ditekankan pada insentif fiskal berhasil dalam mengundang keterlibatan
dan investasi, meskipun juga ada kemungkinan investasi asing, dikarenakan sifat kebijakannya
untuk memberikan berbagai kebijakan lainnya. yang sangat mempermudah datangnya
Aspek lain yang berbeda juga dapat investasi. Sementara KEK di India juga mampu
dilihat pada kebijakan untuk pembangunan meningkatkan kinerja ekspor sesuai dengan
infrastruktur dan kelengkapan wilayah. Di kebijakan yang diberikan.
China, sumber pembiayaan pembangunan lebih KEK di Indonesia dapat belajar dari berbagai
ditentukan oleh pemerintah. Keikutsertaan karakteristik yang diterapkan di beberapa
swasta lebih menjadi pendukung pembiayaan negara tersebut. Bagian terakhir dari laporan ini
dan pelaksana pembangunan wilayah, di mana mencoba memberikan beberapa rekomendasi
pemerintah tetap memegang otoritas dan bagi pengembangan kawasan khusus di
rencana. Di India, pembangunan KEK diserahkan Indonesia dengan mempertimbangkan kondisi
kepada swasta baik untuk perencanaan, yang ada serta berbagai pengalaman dari
pembiayaan dan pembangunan, serta juga negara lain.

72
BAB 6
Rekomendasi Kebijakan

Dengan melihat kondisi yang ada dalam Perumusan kebijakan KEK berada di bawah
pelaksanaan kebijakan Kawasan Ekonomi kendali Menteri Koordinator Perekonomian
Khusus di Indonesia, ada beberapa aspek sebagai kepala Dewan Nasional KEK. Dengan
yang perlu mendapatkan perhatian untuk koordinasi pada tingkatan yang sangat tinggi
meningkatkan keberhasilan program ini. tersebut, semestinya perumusan kebijakan
Bagian terakhir dalam penelitian ini mencoba di tingkat pusat bukan merupakan suatu hal
untuk memberikan beberapa rekomendasi. yang menjadi masalah besar, asalkan ada
Ini diawali dengan meninjau kesenjangan keinginan kuat dan dukungan penuh dari
kebijakan dalam upaya pelaksanaan program pemangku kebijakan tertinggi. Yang diperlukan
KEK, disertai dengan beberapa langkah yang adalah komitmen dan komunikasi intensif
dapat diambil untuk memperbaiki hal tersebut. dengan seluruh kelembagaan terkait. Berbagai
Bagian ini akan ditutup dengan memberikan kajian mengenai dampak dan potensi dari
perspektif mengenai pengembangan KEK ke kebijakan khusus yang dirumuskan juga dapat
depan mengambil beberapa aspek ekonomi meningkatkan keyakinan serta memfasilitasi
yang belum atau sedikit sekali disentuh dalam proses penetapan kebijakan tersebut.
kebijakan KEK ini. Kebijakan khusus dalam masalah
penggunaan lahan, ketenagakerjaan dan
investasi asing akan meningkatkan daya tarik
6.1. Rekomendasi Untuk Kesenjangan bagi investasi asing di KEK. Di beberapa negara,
Kebijakan KEK menjadi daerah eksperimen reformasi
ekonomi yang menerapkan kekhususan dalam
Peningkatan koordinasi antar lembaga berbagai bidang. Salah satu yang dapat dilakukan
terkait merupakan langkah utama yang perlu adalah dengan memperkenalkan kebijakan
dilakukan segera. Jika di dalam kasus Batam, ketenagakerjaan yang lebih fleksibel. Ini dapat
salah satu kelemahan utama adalah koordinasi dimulai dengan kebijakan untuk penerapan
antara pemerintah pusat yang diwakili oleh basis upah minimum, seperti kebutuhan hidup
Badan Pengelola dan pemerintah daerah, maka layak, untuk digunakan selama lima tahun.
dalam hal pelaksanaan program KEK, masalah Upah minimum dapat ditentukan untuk
koordinasi lebih terjadi antara lembaga di setiap tahun, dengan memasukan komponen
pemerintah pusat. Hingga lima tahun setelah lainnya, seperti inflasi maupun peningkatan
program berjalan, kebijakan mengenai ke produktivitas. Aturan kebijakan outsourcing
“kekhususan” dari KEK masih belum dapat yang lebih lugas juga perlu mendapat perhatian.
dirumuskan secara terperinci, salah satunya Tentu saja berbagai kebijakan tersebut harus
disebabkan oleh kurangnya koordinasi dapat diterapkan dalam kerangka hukum yang
kelembagaan di tingkat pusat. berlaku. Untuk itu diperlukan terobosan hukum

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 73


yang dapat menempatkan berbagai kebijakan menciptakan fasilitas layanan terintegrasi
tersebut dalam kerangka hukum dan aturan yang dapat memudahkan pelaku usaha dalam
yang ada, terutama dalam jangka pendek. kawasan.
Dalam jangka menengah dan panjang, perlu Peran dan fasilitasi dari pemerintah daerah
dipikirkan untuk mengakomodasi kekhususan harus dapat dirumuskan dengan lebih seksama.
dari KEK dalam kebijakan ekonomi yang Meskipun hingga saat ini inisiatif pembentukan
dirumuskan. KEK banyak yang datang dari pihak pemerintah
Pembentukan pelayanan satu atap yang daerah, komitmen dalam pelaksanaan KEK
bukan hanya melayani perizinan investasi, harus dapat ditingkatkan. Yang dikuatirkan
tetapi juga yang terkait dengan operasional adalah tidak berlanjutnya komitmen yang ada
usaha dapat meningkatkan kinerja aktivitas dikarenakan adanya penggantian kepala daerah
ekonomi di KEK. Ini termasuk pula berbagai yang menyebabkan digantinya berbagai pejabat
perizinan yang terkait dengan lalu lintas barang yang berwenang di dalam Dewan Kawasan
dan modal dengan pembentukan layanan satu Provinsi. Untuk itu perlu dipikirkan mekanisme
atap, maupun pelayanan online. Ini dapat di mana pejabat di dalam Dewan Kawasan
membantu bukan hanya lalu lintas barang dapat menjadi pejabat tetap yang terlepas dari
internasional, tetapi juga antara kawasan posisi mereka di pemerintahan daerah, selain
khusus dengan wilayah lain di Indonesia. dari peran administrator.
Pengalaman di berbagai negara lain
menunjukkan pentingnya peran pengelola
kawasan untuk tidak hanya menyediakan 6.2. Visi Untuk Kawasan Ekonomi
insentif-insentif tradisional, seperti fasilitas Khusus
fiskal, tetapi juga untuk memberikan fasilitas-
fasilitas yang memudahkan investor, pertama- Di samping permasalahan yang telah
tama untuk mulai berinvestasi di dalam mengemuka terkait dengan kesenjangan
kawasan, dan kemudian membantu mereka kebijakan yang dijelaskan sebelumnya, program
dalam proses produksi dan lalu lintas barang KEK juga dapat menjadi lebih efektif dengan
keluar masuk. Fasilitas layanan terintegrasi di memasukkan beberapa perspektif baru yang
bawah satu atap, yang mencakup jasa logistik, belum atau sedikit dijabarkan dalam kebijakan
lalu lintas barang keluar masuk melalui Bea dan program saat ini. Gambar 6.1 menjabarkan
Cukai, serta jasa pendukung lainnya untuk secara singkat enam aspek utama dari program
membantu investor dalam kawasan untuk KEK. Tiga dari berbagai aspek tersebut, yaitu
berpartisipasi dalam pasar ekspor sangat (1) kerangka kebijakan investasi yang menarik,
dibutuhkan dan dapat menjadi nilai tambah (2) infrastruktur yang berkualitas, (3) insentif
yang besar dalam memasarkan KEK kepada fiskal, telah direncanakan untuk menjadi bagian
calon investor. Investor sangat mementingkan dari program KEK yang berjalan. Tetapi tiga
lalu lintas keluar masuk barang di titik masuk bagian lainnya, yaitu (4) fasilitasi perdagangan
dan keluar barang (entry and exit points). terintegrasi, (5) keterkaitan ke rantai nilai
Karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik regional dan global, serta (6) pelayanan dan
antara pengelola kawasan, Bea Cukai, serta pengembangan bisnis untuk UKM, belum atau
Kementerian/Lembaga (K/L) terkait dalam kurang mendapat perhatian.

74
Rekomendasi Kebijakan

Gambar 6.1. Enam Aspek Utama Dalam Pengembangan KEK

Kerangka kebijakan
Infrastruktur yang Insentif
investasi yang
berkualitas fiskal
menarik

Aspek Utama dalam Pengembangan KEK

Fasilitasi Keterkaitan ke Pelayanan &


perdagangan rantai nilai regional pengembangan
terintegrasi dan global bisnis untuk UKM

Sumber: Olahan penulis

6.2.1. Fasilitas Perdagangan yang Terintegrasi biaya dan waktu yang dibutuhkan. Kedua
adalah kerangka regulasi dan kelembagaan
Fasilitasi perdagangan yang terintegrasi yang memungkinkan adanya pengalihan
merupakan elemen kunci yang harus dibangun otoritas untuk seluruh lembaga yang terkait. Ini
agar KEK dapat berperan untuk meningkatkan juga harus memungkinkan adanya pengolahan
kinerja ekspor dan industri Indonesia. Fasilitasi permohonan perdagangan secara terintegrasi
perdagangan yang terintegrasi mencakup hal dibawah koordinasi satu lembaga.
yang lebih luas daripada sekedar pemberian Fasilitasi perdagangan yang terintegrasi
fasilitas bea masuk. juga harus mencakup kemampuan logistik yang
Salah satu aspek penting adalah prosedur tinggi. Di sini lokasi wilayah yang dekat dengan
ekspor dan impor yang terintegrasi. infrastruktur logistik menjadi sangat penting,
Peningkatan kemampuan fasilitas National apalagi jika berada di wilayah pelabuhan laut,
Single Window (NSW) untuk perdagangan dimana lalu lintas perdagangan dapat dilakukan
internasional di daerah KEK dapat menjadi dengan biaya yang sangat minimal. Selain
langkah awal pembangunan fasilitasi infrastruktur, pelayanan logistik yang baik juga
perdagangan yang terintegrasi. Saat ini NSW, harus tersedia dan dapat diperoleh di dalam
yang berlaku di seluruh Indonesia, masih belum kawasan, sebagai bagian terpadu pelayanan
mampu menghasilkan prosedur perdagangan yang diberikan oleh pengelola.
yang mudah, cepat, efisien dan terintegrasi. Selain itu, KEK juga dapat menyediakan
Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam berbagai kebutuhan fasilitas yang
meningkatkan kemampuan NSW di wilayah memungkinkan mereka untuk dapat
KEK. memenuhi persyaratan produk yang berlaku
Pertama adalah kemampuan teknikal dan di pasar ekspor mereka. Ini misalnya termasuk
infrastruktur yang mampu memberikan layanan fasilitas laboratorium bersertifikat untuk
secara online dan terpadu, yang mengurangi memenuhi aturan standard and conformance

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 75


barang ekspor. Fasilitas lainnya adalah Box 6 memberikan gambaran mengenai satu
fasilitas pembersihan, seperti fumigasi dan kawasan industri yang memberikan fasilitasi
sanitari sesuai dengan standar yang berlaku perdagangan secara terintegrasi. Pengalaman
internasional. dari kawasan industri Kabil di Batam dapat
Ketersediaan berbagai fasilitasi perdagangan menjadi pelajaran untuk menciptakan kondisi
tersebut akan membantu industri di KEK yang mendukung.
untuk meningkatkan kinerja ekspor mereka.

Box 6: Cerita Sukses KIIE: Kabil jasa konsultasi bagi investor asing (Project
Integrated Industrial Estate Management Consultation) yang memberikan
informasi mengenai estimasi biaya yang
diperlukan serta penjelasan mengenai regulasi,
perizinan, dan proses yang perlu diikuti
untuk bisa beroperasi di dalam kawasan. KIIE
menyediakan jasa pelayanan terpadu tersebut
secara gratis untuk calon investor yang akan
masuk.
Sesuai dengan namanya, KIIE memiliki
fasilitas pelabuhan terintegrasi. Di dalamnya
terdapat jasa logistik terintegrasi serta jasa
one-stop clearance untuk barang yang keluar-
masuk dari dan ke KIIE. Fasilitas yang disebut
dengan Customs Immigration Quarantine Port
Salah satu pengalaman sukses dalam (CIQP) ini sangat membantu pelaku usaha
pengembangan kawasan strategis bisa dilihat dalam kawasan dalam lalu lintas barang,
pada salah satu kawasan industri yang terdapat Dengan demikian, pelaku usaha dalam kawasan
di Pulau Batam, yaitu Kawasan Industri hanya perlu fokus pada produksi, sementara
Terintegrasi Kabil, atau sering disebut dengan pihak pengelola KIIE akan membantu dalam
Kabil Integrated Industrial Estate (KIIE). KIIE aspek-aspek teknis lainnya (seperti lalu lintas
adalah sebuah kawasan industri seluas 500 Ha barang keluar masuk, dokumen bea cukai, dan
yang terletak di pantai timur Pulau Batam, yang logistik), yang sering menyulitkan bagi investor
juga merupakan kawasan industri dengan luas di kawasan-kawasan industri lainnya.
wilayah terbesar di Batam. KIIE berjarak kurang Pelabuhan Kabil ini memiliki 5 dermaga,
lebih 10 menit dari Bandar Udara Hang Nadim dengan kedalaman air 12,5 meter, dan mampu
dan 30 menit dari Pelabuhan Batu Ampar. KIIE menampung kapal berukuran hingga 50.000
didirikan pada tahun 1990 oleh PT Kabil Indonusa DWT. Dibandingkan dengan Pelabuhan Batu
Estate. Saat ini terdapat 48 perusahaan yang Ampar, Pelabuhan Kabil ini sangat mendukung
beroperasi di KIIE, sebagian besar terdiri dari untuk melakukan lalu lintas barang-barang
industri migas dan infrastruktur pendukung industri alat berat dan industri infrastruktur
eksplorasi migas, industri alat berat, industri pendukung migas dalam KIIE yang kebanyakan
perkapalan, dan logistik. berukuran sangat besar. Pelabuhan ini juga
Salah satu fitur unggulan dari KIIE adalah memungkinkan impor langsung bahan baku/
adanya jasa pelayanan terpadu bagi investor barang modal serta ekspor secara langsung dari
(one-stop services), terutama untuk investor barang hasil produksi dalam KIIE ke pelabuhan
asing. Jasa Pelayanan Terpadu mencakup tujuan tanpa perlu singgah di pelabuhan besar

76
Rekomendasi Kebijakan

lain seperti Singapura (transhipment). Hingga sektor migas. Fasilitas ini mencakup antara
kini, KIIE merupakan satu-satunya kawasan lain laboratorium untuk pembersihan pipa dan
industri di Indonesia yang dilengkapi dengan jasa logistik sejenis. Hal ini membantu investor
pelabuhan terintegrasi. KIIE untuk meningkatkan daya saing ekspor
Nilai tambah lain yang diberikan pengelola mereka sehingga dapat lebih efektif melakukan
KIIE bagi pelaku usaha dalam kawasan penetrasi ke pasar global sesuai dengan
adalah dengan menyediakan fasilitas yang permintaan konsumen yang spesifik, terutama
memungkinkan mereka untuk dapat memenuhi dalam industri yang sangat mementingkan
persyaratan produk yang berlaku di pasar ekspor presisi seperti yang banyak dilakukan pelaku
mereka, terutama untuk industri pendukung usaha dalam KIIE.

6.2.2. Keterkaitan ke Rantai Nilai Regional berbagai tempat, tetapi aglomerasi dan proses
dan Global klaster industri masih tetap diperlukan hingga
tingkatan tertentu. Klaster industri bahkan
Proses globalisasi pada saat ini disertai menjadi salah satu daya tarik bagi perusahaan
dengan cepatnya perkembangan rantai nilai multinasional untuk membangun basis jaring
regional dan global. Seluruh proses produksi produksinya di suatu wilayah.
barang, dari bahan baku hingga produk jadi, Klaster industri dapat berhasil terutama
“diiris” dalam proses produksi yang terinci. karena mereka dapat meningkatkan keragaman
Setiap proses kemudian dilakukan di berbagai dan kecanggihan kegiatan usaha mereka
tempat di mana keterampilan yang diperlukan untuk mencapai produktivitas dan efisiensi
dan bahan yang tersedia memungkinkan yang lebih tinggi. Banyak unsur yang dapat
proses tersebut dilakukan dengan biaya yang memberikan kontribusi bagi keberhasilan
kompetitif. klaster industri. Ini termasuk peningkatan
Dengan mengedepankan iklim investasi efisiensi dan menurunkan hambatan masuk
dan usaha yang mendukung serta fasilitasi melalui rantai nilai produksi, spesialisasi
perdagangan dan lalu lintas barang yang produksi, intensifikasi pengetahuan, spillover
terintegrasi, sebenarnya program KEK telah teknologi, dan keterampilan melalui hubungan
mendukung partisipasi di dalam rantai nilai antar-perusahaan, termasuk perusahaan asing,
regional dan global. Namun, fasilitasi tersebut semangat kewirausahaan dan dukungan dari
saja tidak dapat memastikan efektivitas dari pengetahuan dan lembaga-lembaga publik
integrasi ke dalam rantai tersebut. Persaingan serta dukungan dari asosiasi industri.
global yang begitu ketat menyebabkan tanpa
adanya kebijakan yang diarahkan untuk itu, 6.2.3. Pelayanan dan Pengembangan Bisnis
perusahaan domestik di negara-negara ini tidak Untuk Usaha Kecil Menengah
akan mampu memanfaatkan peluang untuk
dapat terintegrasi dalam jaringan tersebut. Salah satu permasalahan yang mengemuka
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dari wawancara dengan pelaku usaha adalah
adalah KEK sebagai pendorong proses kurangnya inisiatif KEK dalam mendukung
pembentukan klaster dan aglomerasi industri. pengembangan pelaku usaha daerah, terutama
Klaster industri secara umum dapat dijabarkan bagi UKM. Secara alami, KEK akan lebih
sebagai konsentrasi geografis dari perusahaan mengundang dan mendukung bisnis besar kelas
yang saling berhubungan dalam bidang dunia dengan infrastruktur yang tepat untuk
tertentu dengan keterkaitan dalam satu skala produksi besar, disertai dengan fasilitasi
institusi. Meskipun model rantai nilai global untuk impor bahan baku dan menengah.
memungkinkan proses produksi dilakukan di Namun demikian, keterkaitan dengan

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 77


supplier lokal dapat dikembangkan dengan 6.3. Penutup
mendorong partisipasi perusahaan kecil dan
menengah. Ini juga sesuai dengan pembentukan Program Kawasan Ekonomi Khusus di
klaster dan aglomerasi industri yang dijabarkan Indonesia saat ini telah berjalan selama
sebelumnya. Peluang bagi UKM dapat kurang lebih lima tahun. Program tersebut
mengambil bentuk seperti limpahan (spillover) masih belum berjalan dengan baik, meskipun
pengetahuan, serta pembiayaan langsung saat ini telah ada dua kawasan khusus yang
dari perusahan besar yang menjadi pusat dari secara resmi telah beroperasi. Hingga saat ini,
rantai produksi. Oleh karena itu, kebijakan yang antusiasme dalam penanaman investasi di
dapat mendorong partisipasi UKM di berbagai kedua KEK tersebut masih belum berkembang
aktivitas produksi di kawasan KEK dapat dengan baik.
menjadi salah satu kebijakan keberpihakan. Salah satu permasalahan yang mengemuka
Salah satu hal yang harus dipastikan adalah belum jelasnya berbagai insentif yang
adalah kesempatan yang sama bagi para UKM dijanjikan di dalam rencana pembangunan KEK.
untuk mendapatkan fasilitas yang diberikan Hingga saat ini, kekhususan dari kawasan khusus
di wilayah KEK, seperti fasilitas bea masuk belum dapat dijabarkan dengan payung hukum
untuk bahan baku impor. Begitu pula industri yang sesuai. Skema hubungan kelembagaan
yang berada di kawasan dapat didorong dalam pengelolaan KEK juga belum memberikan
untuk mendapatkan sumber bahan bakunya jaminan dukungan penuh terhadap dunia
yang berasal dari UKM, dengan memberikan usaha dan operasional perusahaan dalam KEK.
insentif yang sama ketika mereka mengimpor Kesulitan dalam pembangunan infrastruktur
bahan bakunya. Ini dapat dilakukan, misalnya, juga menjadi kendala yang penting dalam
dengan memberikan fasilitas pengembalian menyukseskan program ini.
pajak maupun bea masuk untuk pembelian Investasi usaha, termasuk juga investasi
dari UKM yang meskipun berada di sekitar KEK. asing, merupakan faktor paling penting dalam
Lebih jauh lagi, dapat pula dibentuk zona KEK meningkatkan kinerja perekonomian negara
yang dikhususkan untuk industri pendukung, ini. Program KEK dapat menjadi katalis untuk
terutama bagi UKM. menutup kesenjangan kebijakan ekonomi yang
belum mendukung dunia usaha secara penuh.
Untuk itu, pemerintah Indonesia, baik di pusat
maupun daerah, harus dapat mempercepat
penyelesaian berbagai faktor yang selama ini
menghambat perkembangan program ini.

78
Daftar Referensi

Akinci, G. & Crittle, J. (2008). Special Economic Zones: Performance, Lessons


Learned, and Implications for Zone Development, Foreign Investment Advisory
Service (FIAS) Occasional Paper. World Bank: Washington, D.C.

Arifin, L. (2000). Analisis Kebijakan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Dalam Kerangka Otonomi Daerah : Studi Kasus Sasamba Kalimantan Timur. Tesis
Universitas Indonesia: Depok.

Baldwin, R. (2006). Globalisation: The Great Unbundling(s). Office of the Prime


Minister of Finland, Helsinki.

Bappenas (2015). Land Transport Connectivity. Presentasi Dr. Ir. Bastary Pandji
Indra, MSP. Disampaikan pada Global Infrastructure Leaders Forum, Jakarta,
31 Maret 2015.

Cling, J.P. & Letilly, G. (2001). Export Processing Zones: A Threatened Instrument
for Global Economy Insertion? Working Paper DT 2001-17. Paris Development et
Insertion International (DIAL): Paris.

Daftar Negatif Investasi (DNI) Indonesia (2014). Badan Koordinasi Penanaman


Modal (BKPM) Indonesia.

Dewan Nasional KEK (2015). Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus di


Indonesia. Presentasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian: Jakarta.
Maret 2015.

Farole, T. & Akinchi, G. (2011). Special Economic Zones: Progress, Emerging


Challenges, and Future Directions. The World Bank: Washington, D.C.

International Labour Organization (ILO). (2003). ILO Database on Export Processing


Zones (ILO Sectoral Activities Department); United Nations Conference on Trade
& Development (UNCTAD), World Investment Report 2002; Transnational
Corporations & Export Competitiveness.

James, S. (2009). Incentives and Investments: Evidence and Policy Implications.


Investment Climate Advisory of the World Bank Group. December 2009.

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 79


Kementerian Keuangan. (2013). Perbandingan Bonded Zone di Indonesia dengan
China. Kajian Pusat Kebijakan Pendapatan Negara (PKPN) Kementerian Keuangan RI.
Kementerian Koordinator Bindang Perekonomian RI. (2011). Joint Expert Study on
Competitiveness of Batam-Bintan-Karimun. Co-Authored by: Prof. Umar Juoro
(KEN), Dr. Tan Khee Giap & Dr. Tan Kong Yam (Asia Competitiveness Institute,
National University of Singapore)

Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian. (2013). Arah Pengembangan


dan Integrasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Ekonomi (KAPET, KEK) dalam
MP3EI

Kementerian Pekerjaan Umum. (2009). Menuju Kawasan Perdagangan Bebas dan


Pelabuhan Bebas (Free Trade Zones) Batam, Bintan, Karimun. Buletin Tata Ruang
Maret-April 2009, Profil Wilayah.

Kementerian Perhubungan. (2015). Program Kegiatan Strategis Kementerian


Perhubungan Dalam Mendukung Konektivitas Regional Kalimantan Tahun 2015-
2019. Februari 2015.

Kementerian Perindustrian (2015). Isu Strategis dan Program Aksi Tahun 2015
Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri. Februari 2015: Padang.

Kementerian Sekretariat Negara (2014). Ketidakmangkusan Kawasan Ekonomi


Terpadu (KAPET) dalam Mengatasi Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah. http://
www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=8043.
Diakses pada 26 Juli 2015.

Kundra, A. (2000). The Performance of India’s Export Zones: A Comparison with the
Chinese Approach. Sage Publications: New Delhi.

Klemm, A. & van Parys, S. (2009). Empirical Evidence on the Effects of Tax Incentives.
IMF Working Paper 2009/136. July 2009.

KPPOD. (2011). Tata Kelola Ekonomi Daerah 2011: Survei Pelaku Usaha di 245
Kabupaten/Kota di Indonesia. KPPOD & The Asia Foundation.

Kurniawati, R. (2006). Analisis Kinerja Peran Kawasan Pengembangan Ekonomi


Terpadu (KAPET) Dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Bima Nusa Tenggara
Barat. UNDIP: Semarang.

80
Madani, D. (1999). A Review of the Role and Impact of Export Processing Zones.
World Bank Policy Research Working Paper No 2238. The World Bank Development
Research Group November 1999.

Millberg, W. & Amengual, M. (2008). Economic Development and Working


Conditions in Export Processing Zones: A Survey of Trends. ILO Working Paper No
3: Geneva.
Samosir, A.P. & Wibowo, T. (2004). Analisis Efektivitas Pemberian Insentif Fiskal di
Kawasan Timur Indonesia (KTI) Studi Kasus: KAPET Pare-Pare. Kajian Ekonomi dan
Keuangan Vol 8, No. 1, Kementerian Keuangan. Maret 2004.

Singa-Boyenge, J.P. (2007). ILO Database on Export Processing Zones (Revised),


Sectoral Activities Programme. ILO Working Paper No 251: Geneva.

Thee, K.W. (2012). Indonesia’s Economy Since Independence. ISEAS Publishing:


Singapore.

Widjonarko. (2013). Evaluasi Kinerja KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi


Terpadu) Palapas Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi
Tengah. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, UNDIP: Semarang.

Wong, P.K. & Ng, K.K. (2009). Batam, Bintan, and Karimun – Past History and
Current Development Towards Being an SEZ. Lee Kuan Yew School of Public Policy,
National University of Singapore, August 2009.

World Bank (2012). Picking Up the Pace: Reviving Growth in Indonesia’s


Manufacturing Sector. The World Bank Office Indonesia: Jakarta.

Zeng, D.Z. (2011). How do Special Economic Zones and Industrial Clusters Drive
China’s Rapid Development – The World Bank Policy Research Working Paper
5583. The World Bank Africa Region, Finance & Private Sectors Development.
March 2011.

Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 81

Anda mungkin juga menyukai