Special Economic Zone Policy Framework and Prospects
Special Economic Zone Policy Framework and Prospects
Didukung oleh:
Knowledge Sector Initiative
Penulis:
Yose Rizal Damuri
David Christian
Raymond Atje
Percetakan:
PT Kanisius, Yogyakarta
4
Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia 5
Daftar Isi
Daftar Singkatan 08
Daftar Tabel 09
Daftar Gambar 10
Daftar Box 10
6
Bab 4 - Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia 39
4.1. Motivasi dan Latar Belakang 39
4.2. Kerangka Peraturan dan Kelembagaan KEK 41
4.3. Fasilitas dan Insentif KEK 43
4.4. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus 46
4.5. Isu dan Tantangan Pengembangan KEK di Indonesia 52
4.5.1. Struktur Kelembagaan 53
4.5.2. Koordinasi Antar Lembaga 56
4.5.3. Sistem Insentif dan Peraturan 57
4.5.4. Pembangunan Infrastruktur 58
4.5.5. Lokasi dan Aglomerasi 61
4.5.6. Akses ke Pasar Internasional 63
4.5.7. Ketenagakerjaan 63
4.5.8. Isu Lahan dan Pertanahan 64
8
Bapak Arsyad Lubis dari Bappeda Sumatera Utara, Bapak Suwarno dan Bapak
Denny Muliawan dari PTPN III, serta beberapa rekan dari Administrator KEK Sei
Mangkei dan APINDO Sumut. Di Bitung Sulawesi Utara, kami menyampaikan
terima kasih kepada Ibu Jenny Karouw dari Dewan Kawasan KEK Sulut, Bapak
Edward Tampubolon dari Bappeda Sulut, serta Bapak Henry Thenoch dari PT
Bangun Wenang Beverages yang telah membantu tim kami dalam kunjungan
ke KEK Bitung. Terakhir, di Batam, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Peter Vincent dari KABIL, Bapak O.K. Simatupang dari APINDO Batam,
serta rekan-rekan dari BP Batam, Ditjen Bea Cukai Batam, dan Bappeda Kota
Batam yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Dalam proses penulisan studi ini juga mendapatkan bantuan dari Audrey
Stienon, yang memberikan asistensi dan pengumpulan informasi, serta beberapa
rekan di CSIS. Terakhir, ucapan terima kasih juga yang setinggi-tingginya bagi
Knowledge Sector Initiative yang telah memberikan dukungan penuh sehingga
studi ini dapat terlaksana.
10
Daftar Tabel
Tabel 2.1. Data Persebaran Kawasan Industri di Indonesia Hingga Tahun 2012 ...................... 19
Tabel 2.2. Perbedaan Kawasan Strategis Menurut Tujuan ...................................................... 21
Tabel 3.1. Persebaran Perusahaan Kawasan Berikat di Indonesia Hingga 2012 ...................... 24
Tabel 3.2. Daftar Kawasan Industri di Batam 2014 .................................................................. 33
Tabel 3.3. Perbandingan Luas Wilayah Administratif & FTZ Batam, Bintan, Karimun (BBK). 35
Tabel 3.4. Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Dasar BBK 2012 ....................................... 36
Tabel 3.5. Beberapa Usaha Pengembangan FTZ Bintan & Karimun Dalam 1 Tahun Terakhir. 37
Tabel 4.1. Perbedaan Fasilitas Fiskal Kawasan Strategis di Indonesia ..................................... 44
Tabel 4.2. Informasi Mengenai KEK Tanjung Lesung ................................................................ 49
Tabel 4.3. Informasi Mengenai KEK Sei Mangkei ...................................................................... 49
Tabel 4.4. Informasi Mengenai KEK Bitung ............................................................................... 50
Tabel 4.5. Tugas Pokok Pihak-Pihak yang Berwewenang untuk Mengembangkan KEK ......... 53
Tabel 4.6. Proyek Pembangunan Infrastruktur Pendukung Kawasan Ekonomi Khusus ........ 59
Tabel 4.7. Proyek Pembangunan Infrastruktur Pendukung Kawasan Industri di Luar Jawa .. 60
Tabel 4.8. Distribusi Perusahaan Menengah dan Besar di Indonesia ...................................... 62
Tabel 5.1. Kinerja Ekspor dan FDI di 5 Kawasan Ekonomi Khusus di China ............................. 66
Tabel 5.2. Kinerja Ekspor KEK di India ....................................................................................... 68
Tabel 5.3. Perbandingan KEK di China, India, dan Indonesia ................................................... 69
Daftar Box
Box 1: Perkembangan Kawasan Industri di Indonesia................................................................ 19
Box 2: Perkembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) di Indonesia ..... 20
Box 3: Pembangunan Pulau Bintan dan Karimun...................................................................... 35
Box 4: Perkembangan Terkini KEK Tanjung Lesung & KEK Sei Mangkei ................................... 47
Box 5: Kondisi Terkini & Tantangan Pembangunan KEK Bitung, Sulawesi Utara .................... 50
Box 6: Cerita Sukses KIIE: Kabil Integrated Industrial Estate ................................................... 74
12
BAB 1
Tinjauan Literatur
Kawasan Ekonomi Khusus
14
Tinjauan Literatur Kawasan Ekonomi Khusus
Bebas (Freeports). Perlu diingat bahwa dari Manfaat serta insentif yang disediakan dalam
sekian banyak literatur yang membahas topik Freeports tentunya lebih beragam. China
ini, istilah-istilah tersebut digunakan silih dikenal dengan keberhasilannya menciptakan
berganti dengan KEK. Meskipun demikian, beberapa Freeports, seperti Kawasan Ekonomi
nama-nama tersebut menjelaskan sedikit Khusus Shenzhen. Sementara itu, Batam yang
perbedaan yang terletak pada tujuan serta dan berlokasi di Indonesia, sebuah KEK yang lebih
ekspektasi hasil dari setiap zona. kecil jika dibandingkan dengan Shenzhen,
Zona Perdagangan Bebas, yang juga diketahui termasuk kategori KEK jenis ini.
sebagai Zona Komersial Bebas, adalah sebuah
KEK yang paling banyak berlokasi di pelabuhan
global. Zona ini dirancang untuk menyokong 1.3. Alasan Pembentukan Kawasan
perdagangan, pengiriman, dan ekspor dengan Ekonomi Khusus
menyediakan area bebas pajak, dan fasilitas
seperti penyimpanan, pergudangan, dan lain- Dalam semua bentuknya, KEK merupakan
lain. Singapura, sebagai contoh, memiliki enam sebuah konsekuensi logis pada sebuah era di
Zona Perdagangan Bebas di area pelabuhannya mana banyak negara mengimplementasikan
di mana barang-barang dapat disimpan kebijakan pertumbuhan yang diarahkan melalui
dan bebas dari biaya, dan di mana prosedur ekspor. Meskipun demikian, berdasarkan
kepabeanan sudah mengalami penyederhanaan teori ekonomi neoklasik, KEK masih dianggap
untuk barang-barang yang memasuki atau sebagai kebijakan terbaik kedua (second-best
melewati Singapura. policy) karena, meskipun lebih disukai karena
Zona Pengolahan Ekspor (EPZ), sesuai dengan kebijakannya yang protektif, KEK membutuhkan
namanya, dirancang untuk mempromosikan subsidi sebagai bentuk benefit dan insentif yang
dan memfasilitasi ekspor. Dalam EPZ yang biasa, ditawarkan kepada perusahaan, industri, dan
seluruh zona dialokasikan untuk perusahaan investor (Cling & Letilly, 2001).
yang berkaitan dengan ekspor. Zona-zona ini Secara umum, dapat dikatakan bahwa
dapat disebut sebagai Kawasan Industri yang KEK merupakan bagian utama dan terpenting
mengindikasikan bahwa mereka dirancang dari kerangka kebijakan untuk mendorong
untuk mempromosikan kegiatan-kegiatan pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi industri
industri, baik ekspor maupun impor. Kawasan ekspor. Alasan dari penerapan kebijakan ini
Industri Lat Krabang di Thailand merupakan adalah KEK dapat menciptakan industri yang
salah satu contoh EPZ bentuk baru ini. kompetitif dalam sebuah negara. Industri ini
Terakhir, Freeports adalah sebuah zona yang kemudian dapat meluas dan bervariasi. KEK juga
lebih besar yang mengakomodasi seluruh jenis bisa diterapkan sebagai lokasi untuk melakukan
kegiatan, bertentangan dengan model KEK yang eksperimen kebijakan baru yang bersifat pasar
hanya menekankan pada ekspor dan kegiatan bebas (free-market), di mana jika berhasil
yang berkaitan dengan perdagangan lainnya, bisa dijadikan sebagai referensi kebijakan di
atau kegiatan yang berpusat pada manufaktur daerah lain.
dan industri produksi. Sama seperti KEK lainnya, Kedua, KEK sering digunakan sebagai alat
Freeports membantu kegiatan yang berkaitan untuk mendorong aktivitas ketenagakerjaan.
dengan perdagangan, atau kegiatan manufaktur, Banyak dari KEK yang diarahkan untuk menarik
tetapi Freeports dapat mempromosikan industri padat karya. Hal ini dilakukan dengan
turisme, ritel, memperbolehkan masyarakat menjaga ketersediaan tenaga kerja tidak
tinggal secara permanen di dalam zona. terampil (unskilled labor) dengan upah rendah.
16
Tinjauan Literatur Kawasan Ekonomi Khusus
18
BAB 2
Inisiatif Kawasan Strategis
Indonesia di Masa Lalu
2.1. Tujuan & Sejarah Pengembangan penjelasan lebih terperinci mengenai kelima
Kawasan inisiatif tersebut:
20
Inisiatif Kawasan Strategis Indonesia di Masa Lalu
Tabel 2.1. Data Persebaran Kawasan Industri di Indonesia Hingga Tahun 2012
2.2. Fokus dan Insentif yang Berbeda yang menurunkan biaya input yang diimpor.
Namun, sejumlah inisiatif lain, seperti KAPET
Masing-masing jenis kawasan strategis dan KEK juga berusaha mengurangi kesenjangan
memiliki definisi, lingkup, fasilitas, serta fokus pembangunan dan membentuk pusat-pusat
yang berbeda-beda. Secara umum, kelima pertumbuhan ekonomi dan industri di daerah.
kawasan tersebut berusaha untuk meningkatkan Tabel 2.2 di bawah menunjukkan perbedaan
daya saing ekspor nasional. KPBPB dan KB kawasan strategis di Indonesia menurut fokus
secara spesifik berusaha mencapai tujuan atau tujuan utama pengembangannya.
tersebut dengan memberikan insentif fiskal
24
BAB 3
Strategi Promosi Ekspor:
Pengembangan Kawasan Berikat
dan Kawasan Pelabuhan Bebas
3.1. Latar Belakang dan Konteks terutama yang berorientasi pada ekspor. Selain
Sejarah itu, sejumlah reformasi di bidang perdagangan
dan bea cukai juga dilakukan untuk memangkas
Sejak awal Orde Baru, perekonomian kebijakan perdagangan yang proteksionis dan
Indonesia mengalami transformasi struktural bias anti-ekspor. (Thee, 2012)
dari yang sebelumnya berfokus pada sektor Dalam rangka mendukung investasi dan
ekstraktif hingga menjadi berfokus pada sektor ekspor, pemerintah membentuk sejumlah
manufaktur dan jasa. Pada era 1970, strategi Zona Pengolahan Ekspor (EPZ). Tujuan dari
industrialisasi Indonesia ditopang oleh kebijakan pengembangan EPZ adalah untuk memberikan
pengganti impor (import-substitution) yang insentif fiskal bagi para investor agar dapat
cenderung memproteksi industri dalam negeri meningkatkan daya saing produk ekspor yang
dari persaingan asing. Selain itu, penerimaan mereka hasilkan. Strategi serupa sebenarnya
ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga sudah sekitar satu dekade sebelumnya
pada era tersebut didominasi oleh ekspor dilakukan oleh sejumlah negara lain di Asia.
minyak bumi, seiring dengan peningkatan
signifikan pada harga minyak dunia (oil boom)
yang baru berakhir pada 1982. 3.2. Kebijakan Pengembangan
Sejak saat itu, Indonesia berusaha Kawasan Berikat di Indonesia
mengurangi ketergantungannya akan ekspor
produk sumber daya alam melalui strategi Zona Pengolahan Ekspor di Indonesia
industrialisasi yang berorientasi ekspor untuk dikembangkan dengan membentuk Kawasan
mendukung terciptanya sektor manufaktur Berikat (Bonded Zones) sebagaimana diatur
yang dapat bersaing di pasar global. Sekitar oleh Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 1986.
tahun 1984-1987, pemerintah melakukan Kawasan Berikat (bonded zone) didefinisikan
sejumlah deregulasi yang bertujuan untuk sebagai tempat penimbunan berikat untuk
meningkatkan iklim investasi yang kini lebih menimbun barang impor atau barang yang
dibuka untuk investor swasta (termasuk asing), berasal dari tempat lain dalam daerah pabean
NO kantor jumlah kb
26
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas
Lainnya Garmen
30% 25%
Tekstil
8%
Sepatu, Tas,
Sandal 5%
3.3. Evaluasi Singkat Kawasan investasi, baik domestik maupun asing, pada
Berikat di Indonesia sektor-sektor yang berorientasi ekspor, terutama
ekspor yang labor-intensives dan resource-
Sebagaimana ditunjukkan data di bawah ini, intensives. Pertumbuhan ekspor manufaktur
strategi industrialisasi berbasis promosi ekspor bertumbuh dengan sangat signifikan, hingga
cukup berhasil dalam meningkatkan peran menyumbangkan lebih dari 50% total ekspor
sektor industri manufaktur, menarik investasi Indonesia pada tahun 1996, dibandingkan
asing, serta meningkatkan penerimaan ekspor, dengan hanya 4% pada tahun 1965.
setidaknya hingga sebelum Krisis Finansial Secara nasional, kebijakan ini mendorong
Asia 1997/98. Kebijakan pengembangan ekspor Indonesia dari hanya menyumbang
Zona Pengolahan Ekspor (EPZ) dan Kawasan 19,49% terhadap PDB pada tahun 1986,
Berikat berkorespondensi dengan periode hingga menjadi 27,86% dari PDB. Sementara
pertumbuhan pesat pada investasi dan ekspor itu, net inflows Investasi Asing Langsung
di Indonesia, terutama pada sektor manufaktur. juga mengalami peningkatan signifikan sejak
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa strategi pergantian strategi promosi ekspor, dari
ini berhasil mendorong pertumbuhan sektor 0,25% terhadap PDB pada tahun 1984 hingga
manufaktur Indonesia, yang ditunjukkan dari mencapai puncaknya sebelum krisis dengan
peningkatan pesat pada rasio nilai tambah sektor 2,72% terhadap PDB pada tahun 1996.
manufaktur, dari 11,94% pada tahun 1982 hingga Sebagian besar impor dalam Kawasan Berikat
menjadi 26,79% pada tahun 1997. Selain itu, digunakan untuk mendatangkan barang-barang
struktur ekspor juga mencerminkan hal serupa. yang dapat mendukung proses produksi barang
Pertumbuhan sektor manufaktur terutama ekspor. Barang-barang ini dapat berbentuk
disebabkan oleh peningkatan signifikan pada bahan baku maupun barang modal/mesin
Gambar 3.2. Indikator Ekspor & Investasi Sektor Manufaktur Indonesia, 1960-2014
Ekspor barang dan jasa (% PDB) Investasi Asing Langsung, net inflows
(% PDB)
60%
4%
505
3%
40% 2%
1%
30%
0%
1981
1983
1985
1987
1989
1991
1993
1995
1997
1999
2001
2003
2005
2007
2009
2011
2013
20%
-1%
10% -2%
-4%
0%
1960
1963
1966
1969
1972
1975
1978
1981
1984
1987
1990
1993
1996
1999
2002
2005
2008
2011
2014
-4%
60% 35%
30%
50%
25%
40%
20%
30%
15%
20%
10%
10% 5%
0% 0%
1967
1970
1973
1976
1979
1982
1985
1988
1991
1994
1997
2000
2003
2006
2009
2012
1960
1963
1966
1969
1972
1975
1978
1981
1984
1987
1990
1993
1996
1999
2002
2005
2008
2011
2014
28
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Impor dalam Kawasan Berikat (% Jumlah Impor)
Impor Non-Migas dalam Kawasan Berikat (% Jumlah Impor Non-Migas)
Sumber: CEIC
30
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas
Pulau Batam kembali diubah, menjadi Kawasan oleh Kementerian Keuangan agar iklim investasi
Berikat Khusus (Bonded Zone Plus) pada tahun Batam semakin menarik bagi investor, seperti
2002 dan perluasannya pada tahun 2005 penyederhanaan prosedur bea cukai, liberalisasi
(mencakup Bintan dan Karimun). Peningkatan impor barang modal bekas, mengurangi
status ini dimaksudkan untuk memberikan sejumlah pajak, serta mempermudah lalu lintas
kepastian hukum bagi para investor. barang dari dan ke kawasan berikat lainnya
Beberapa paket kebijakan juga diberikan (Wong & Ng, 2009).
Gambar 3.4. Perbandingan Struktur Output Sektor Manufaktur Batam 1998 & 2006
1998 2006
Tekstil
Mesin Berat
Lainnya Industri 3% Lainnya
1% Kimia 3%
Perkapalan 4%
3%
4% Makanan &
Minuman
Plastik 4%
6%
Perkapalan
Mineral 5%
& baja
5% Plastik
5%
Mesin
Berat
6%
Elektronik
Mineral 53%
Elektronik
80% & Baja
18%
20 9
18 8
16 7
14 6
12
5
10
4
8
3
6
4 2
2 1
0 0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: BP Batam
Gambar 3.6. Jumlah Tenaga Kerja Asing dan Domestik di Batam, 1990-2014
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
1990
1992
1994
1996
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: BP Batam
32
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas
1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
1983 1988 1993 1995 1997 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: BP Batam
Gambar 3.9. Jumlah Penanaman Modal Asing Berdasarkan Asal Negara (s/d Juni 2014)
Lainnya
China 14%
3%
Korea
3%
Taiwan
3%
Malaysia
11% Singapore
66%
Sumber: BP Batam
Lainnya
21%
China
2%
Malaysia Singapura
3% 52%
Amerika Serikat
5%
Australia
17%
Sumber: BP Batam
Gambar 3.11. Ekspor dan Impor Batam Menurut Komoditas Utama, 2014
Ekspor IMPOR
Produk Mesin
Elektronik Produk Mesin
Lainnya 23% Elektronik
Lainnya 27%
25%
26%
Produk
Peternakan
6%
Produk
Produk dari Produk
pertambangan Plastik
Barang dari Peralatan
17% 6%
Besi dan Baja & Mesin
13% Mekanik
Besi dan Baja 19%
Produk Peralatan 7% Barang dari
& Mesin Mekanik Besi dan Baja
16% 15%
Sumber: BP Batam
Grafik-grafik di atas menunjukkan peran Jika pada puncak perkembangan Batam pada
sentral Singapura dalam perkembangan tahun 1990-an, industri elektronik sangat
Pulau Batam. Sebagian besar aliran modal mendominasi dalam struktur output maupun
investasi, aliran impor barang modal berasal ekspor manufaktur (menyumbang 80%
dari Singapura. Selain itu, negara tujuan ekspor dari output manufaktur Batam pada 1998),
utama Batam juga adalah Singapura. Selain dalam beberapa tahun terakhir ini mulai
Singapura, beberapa negara lain yang cukup terjadi diversifikasi pada ekspor manufaktur,
penting bagi proses produksi barang ekspor di di mana industri manufaktur alat berat dan
Batam adalah Malaysia, China, Korea, Taiwan, industri pendukung eksplorasi minyak dan
dan Amerika Serikat. gas mulai meningkat perannya. Gambar 3.11.
Struktur manufaktur dan ekspor Batam menunjukkan bahwa ekspor barang elektronik
juga terus mengalami pergeseran antar waktu. pada tahun 2014 hanya menyumbang sekitar
34
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas
23% dari total ekspor Batam. Ekspor barang- Industri tersebut dapat dilihat di Tabel 3.2 di
barang berteknologi tinggi seperti mesin dan bawah ini. Di dalam kawasan-kawasan tersebut,
pipa-pipa serta alat penunjang eksplorasi terdapat 669 perusahaan baik asing maupun
semakin meningkat jumlahnya. domestik, yang menjadi tenan. Batamindo
Keberhasilan pengembangan Pulau Batam Industrial Park merupakan kawasan tertua
sebagai zona industri dan pengolahan ekspor (dibentuk tahun 1990) dan hingga kini masih
tidak terlepas dengan pengembangan kawasan- merupakan kawasan industri yang memilik
kawasan industri di dalam Batam. Sampai akhir tenan terbanyak serta merupakan yang kedua
tahun 2014, terdapat 22 Kawasan Industri yang terbesar wilayahnya setelah Kabil Integrated
beroperasi di Pulau Batam, dengan total luas Industrial Estate, yang akan dibahas lebih lanjut
kawasan sebesar 1.394 Ha. Daftar Kawasan pada bagian terpisah.
Sumber: BP Batam
36
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas
Kawasan Khusus, terutama Batam, pemerintah dijabarkan lebih jauh dalam Undang-Undang
mencoba untuk mengembangkan skema No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang Khusus serta peraturan turunannya.
Box 3: Pembangunan Pulau Bintan langsung dengan Singapura. Dari ketiga pulau
dan Karimun ini, Pulau Bintan adalah yang memiliki wilayah
terluas, di mana Tanjung Pinang sebagai
Delapan tahun lalu, melalui Undang-Undang ibukota provinsi Kepulauan Riau terletak. Tidak
No 44 Tahun 2007, pemerintah menetapkan seluruh wilayah administratif Batam, Bintan,
tiga pulau besar di Provinsi Kepulauan Riau, dan Karimun ditetapkan menjadi FTZ. Free Trade
yaitu Batam, Bintan, dan Karimun (BBK) sebagai Zone di Bintan terdiri terutama di Bintan Utara,
Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone). dengan luas wilayah seluas setengah Pulau
Penetapan status Kawasan Perdagangan Bebas Bintan. Lokasi FTZ di Bintan berupa enclave
ini diberikan untuk periode 70 tahun ke depan. yang mencakup kawasan Anak Lobam, kawasan
Setahun kemudian, pemerintah membentuk maritim Bintan Timur, kawasan Galang Batang,
Dewan Kawasan untuk masing-masing FTZ kawasan Senggarang, dan kawasan Dompak.
tersebut. Pembagian wilayah administratif dan luas
Ketiga pulau tersebut memiliki lokasi wilayah FTZ BBK dapat dilihat pada Tabel 3.3 di
strategis karena terletak pada jalur pelayaran bawah ini.
internasional di Selat Malaka serta berbatasan
Tabel 3.3. Perbandingan Luas Wilayah Administratif & FTZ Batam, Bintan, Karimun (BBK)
wilayah total
% %
darat laut (km2)
km2 terhadap terhadap
(km2) (km2) darat total
Sumber: Kementerian PU
Luas wilayah 770 km2 60.057,6 km2 239,5 km2 7.984 km2 141.902 km2 251.810 km2
Jumlah pulau 371 241 9 251 392 2.408
Populasi 1.137.894 142.382 187.687 216.221 93.424 1.899.698
Airport 1 - 1 1 2 7
Sea-port Ferry
terminal 5 3 1 2 1 13
Cargo 3 2 1 2 - 8
port
Power Plant 800 MW 7 MW 35 MW 16 MW 3 MW 861 MW
Air Bersih 4.440 litre/s 17,5 litre/s 150 litre/s 40 litre/s -
Agar dapat efektif menarik investasi dan air. Dengan ketersediaan infrastruktur
masuk, pemerintah perlu dengan segera fisik maupun institusional yang sudah lebih
mengembangkan infrastruktur-infrastruktur memadai, investasi asing akan lebih tertarik
dasar di Bintan dan Karimun, terutama listrik untuk masuk, dan dapat dilakukan perencanaan
38
Strategi Promosi Ekspor: Pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Pelabuhan Bebas
pengembangan industri di Bintan dan Karimun. pada kegiatan investasi dan produksi pada
Dalam perkembangan ke depan, pemerintah sektor-sektor unggulan FTZ.
telah menetapkan strategi pengembangan Presiden Joko Widodo juga telah
FTZ BBK melalui empat tahapan utama. menegaskan akan berkomitmen menyelesaikan
Tahap pertama, FTZ BBK akan berperan permasalahan-permasalahan terkait investasi
sebagai pendukung bagi industri di Singapura, yang masih terjadi di Batam, Bintan, dan Karimun.
dengan menyediakan kegiatan transhipment, Dalam pertemuannya dengan PM Singapura,
membangun kawasan industri non-polutan Lee Hsien Loong, pada Juli 2015, Presiden Jokowi
dan industri perkapalan. Pertumbuhan sektor bahkan menyatakan akan membentuk institusi
industri akan lebih mendominasi pada tahap ini. khusus yang mampu menangani masalah-
Tahap kedua, FTZ BBK akan diarahkan menjadi masalah terkait regulasi dan kewenangan
mitra utama Singapura. Pada tahap ini, mulai regional di BBK. Secara spesifik, Presiden Jokowi
terjadi pergeseran dari dominasi sektor industri juga berusaha untuk terus meningkatkan
ke dalam sektor jasa. Selain pengembangan kerjasama investasi dengan Singapura, yang
industri-industri alat berat dan pendukung memiliki peran dominan dalam pengembangan
eksplorasi migas, sektor pariwisata juga akan industri di BBK serta menjadi sumber investasi
mulai dikembangkan di tahap ini. Tahap dan tujuan ekspor utama bagi Batam, Bintan,
ketiga, FTZ BBK akan menjadi kawasan yang dan Karimun (BBK). Selain itu, Tabel 3.5 di
memiliki beberapa sektor unggulan, melalui bawah ini memberikan beberapa perkembangan
pengembangan sektor-sektor yang telah eksis terbaru dalam usaha pembangunan FTZ Bintan
di dalam kawasan dengan dukungan kebijakan dan Karimun, baik dari pihak pemerintah
industri, ketenagakerjaan yang mendukung, maupun swasta, dalam satu tahun terakhir.
diversifikasi pasar komoditi ekspor, serta Diharapkan dengan usaha-usaha terbaru ini,
pemberian insentif dan manajemen pengelolaan Pulau Bintan dan Karimun mampu untuk mulai
kawasan yang profesional. Tahap keempat, FTZ mengejar ketertinggalannya dari Batam dengan
BBK diproyeksikan menjadi kawasan unggul pembangunan infrastruktur, mendatangkan
dan berdaya saing tinggi melalui pengurangan investasi asing, serta mengembangkan kawasan
kendala yang menghambat arus barang dan industri yang berdaya saing tinggi serta mampu
jasa, dan menyederhanakan proses kepabeanan, menopang perekonomian daerah.
sehingga memberi tekanan yang lebih besar
Tabel 3.5. Beberapa Usaha Pengembangan FTZ Bintan & Karimun Dalam 1 Tahun Terakhir
40
BAB 4
Kawasan Ekonomi Khusus
di Indonesia
4.1. Motivasi dan Latar Belakang dengan batas tertentu dalam wilayah hukum
NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
Inisiatif pemerintah untuk mengembangkan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
kawasan khusus kembali mengemuka pada tertentu. Setelah itu ditetapkan sejumlah
pertengahan tahun 2000-an dengan wacana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di beberapa
pembentukan kawasan ekonomi khusus di daerah di Indonesia, terutama di daerah yang
berbagai wilayah di Indonesia, khususnya memiliki potensi ekonomi yang tinggi namun
setelah permasalahan Batam mengemuka. Saat masih tertinggal pembangunannya.
itu dirasakan perlunya pembentukan kerangka Terdapat beberapa situasi yang
peraturan yang lebih kuat dalam pembantukan melatarbelakangi inisiatif pemerintah untuk
kawasan khusus, disertai dengan skema baru membentuk KEK. Pertama, timpangnya postur
yang dapat mengakomodasikan kepentingan perekonomian Indonesia yang lebih didominasi
berbagai pihak terkait. oleh kawasan barat Indonesia (terutama Jawa
Ini berujung dengan dikeluarkannya Undang- dan Sumatera). Hingga tahun 2009, PDRB
Undang No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan daerah-daerah di kawasan timur Indonesia
Ekonomi Khusus. Kerangka peraturan yang hanya menyumbang 19% dari total PDRB
lebih rinci dijabarkan dalam PP No 2 Tahun 2011 di seluruh daerah. Gambar 4.1 memberikan
tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi ilustrasi lebih jauh mengenai ketimpangan
Khusus (KEK). KEK didefiniskan sebagai kawasan antara berbagai wilayah di Indonesia.
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
kontribusi kontribusi jumlah unit investasi investasi ekspor sektor impor sektor luas lahan
ekonomi sektor ekonomi usaha industri sektor industri sektor industri industri industri kawasan
non migas besar (PMA) (PMDN) industri
Gambar 4.2. Perbandingan Rasio Net Inflows FDI Terhadap PDB Beberapa Negara Asia
12%
10%
8%
6%
4%
2%
0%
1996 2003 2008 2013
-2%
Salah satu penyebabnya adalah iklim jalan di Indonesia sangatlah buruk, terutama di
usaha yang masih belum bersahabat terhadap daerah luar Jawa. Pada tahun 2012, hanya 59%
investasi. Indikator Ease of Doing Business dari dari jalan daerah yang memiliki kualitas cukup
World Bank (2015), misalnya menempatkan baik). Sementara hanya 7,7% dari jalur kereta
Indonesia pada urutan yang rendah. Pada tahun api di Indonesia yang memiliki jalur ganda
2015, Indonesia menempati urutan ke 114, di (Bappenas, 2015). Situasi ini menyebabkan
bawah dari negara ASEAN lain seperti Malaysia tingginya biaya angkutan darat, ditambah lagi
(18), Filipina (95), atau bahkan dibandingkan dengan dengan jasa angkutan laut yang mahal.
dengan Vietnam (78). Akibatnya biaya logistik di Indonesia menjadi
Salah satu faktor yang menyebabkan sangat tinggi dan tidak mendukung investasi
rendahnya urutan Indonesia dalam indikator serta pembukaan pusat pertumbuhan ekonomi
tersebut adalah sulitnya prosedur memulai di berbagai daerah.
usaha (urutan 155 dari 185), mendapatkan izin Oleh karena itu, pemerintah berencana
pembangunan (153), serta prosedur pendaftaran menggunakan KEK sebagai instrumen daya
property (117). Ini semua menunjukkan sulitnya saing nasional, yang diharapkan dapat menarik
berusaha di Indonesia karena rumitnya prosedur investasi melalui insentif fiskal maupun non-
yang ada. fiskal. Melalui investasi tersebut, pemerintah
Masalah lain yang menyebabkan rendahnya berharap dapat meningkatkan produktivitas
investasi di Indonesia adalah rendahnya ekonomi masyarakat (terutama pada sektor-
ketersediaan dan kualitas infrastruktur. Kualitas sektor yang strategis), sehingga dapat
42
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
meningkatkan daya saing ekonomi di pasar terlebih dahulu diusulkan kepada Dewan
domestik maupun internasional. Nasional KEK untuk dijadikan KEK. Empat
Secara umum pengembangan Kawasan kriteria yang diberikan UU No.39/2009 bagi
Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia mempunyai lokasi yang dapat diusulkan menjadi KEK
empat sasaran utama yang dituju oleh adalah:
pemerintah. 1. Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
1. Peningkatan penanaman modal/investasi dan tidak mengganggu kawasan lindung,
melalui penyiapan kawasan yang memiliki 2. Adanya dukungan penuh dari pemerintah
keunggulan geoekonomi dan geostrategis, provinsi, serta pemerintah kabupaten/kota
2. Optimalisasi kegiatan industri, ekspor, yang bersangkutan,
impor, dan kegiatan ekonomi lainnya yang 3. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur
memiliki nilai ekonomi tinggi, perdagangan atau pelayaran internasional,
3. Menunjang percepatan pembangunan atau terletak pada wilayah dengan potensi
daerah, melalui pengembangan pusat-pusat sumber daya alam unggulan,
pertumbuhan ekonomi baru untuk mencapai 4. Usulan tersebut mempunyai batasan
keseimbangan pembangunan antar wilayah, wilayah yang jelas.
4. Mewujudkan model baru pengembangan
kawasan untuk pertumbuhan ekonomi Pemberian status KEK dapat didasarkan atas
sehingga dapat menciptakan lapangan usulan dari berbagai pihak yang terkait, yaitu:
pekerjaan. 1. Badan Usaha, baik swasta maupun badan
usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha
milik daerah (BUMD), dengan dukungan dari
4.2. Kerangka Peraturan dan pemerintah daerah bersangkutan,
Kelembagaan KEK 2. Usulan juga dapat dimajukan sendiri oleh
pemerintah kabupaten/kota,
Hingga kini, landasan hukum utama dalam 3. Selain itu pemerintah provinsi juga dapat
penyelenggaraan KEK di Indonesia adalah UU menjadi pengusul utama usulan tersebut.
No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus dan Peraturan Pemerintah (PP) No. Setelah semua dokumen terkait
100/2012 (sebagai revisi dari PP No 2/2011) dikumpulkan, Dewan Nasional KEK akan
tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi memberikan keputusan dalam 45 hari apakah
Khusus. UU No 39 Tahun 2009 antara lain wilayah tersebut ditetapkan sebagai KEK atau
mengatur mengenai fungsi, bentuk KEK, kriteria tidak. Penetapan sebuah wilayah sebagai
pengusulan KEK, mekanisme pembentukan KEK, KEK secara resmi didasarkan atas sebuah
aspek kelembagaan dari KEK, serta fasilitas yang Peraturan Pemerintah. Setelah sebuah daerah
ditawarkan KEK. Sementara itu, PP No 2 Tahun resmi ditetapkan sebagai KEK, pemerintah
2011 berisi penjabaran yang lebih terperinci, memberikan batas waktu maksimal tiga tahun
terutama mengenai aspek kelembagaan dan hingga KEK tersebut siap untuk beroperasi.
pengelolaan KEK. Selain dua landasan utama Untuk mendukung seluruh aktivitas di
tersebut, ada juga beberapa regulasi lain yang dalam kawasan tersebut, setiap KEK terdiri
dikeluarkan pemerintah untuk mengatur hal dari satu atau beberapa zona berikut: (1)
yang lebih spesifik, misalnya mengenai Dewan pengolahan ekspor, (2) logistik, (3) industri,
Nasional & Kawasan KEK, serta Peraturan (4) pengembangan teknologi, (5) pariwisata,
Pemerintah yang berisi penetapan masing- (6) energi, (7) ekonomi lain. Penentuan zona-
masing kawasan sebagai KEK. zona utama pada sebuah KEK akan disesuaikan
Satu hal mendasar dari inisiatif program KEK dengan potensi yang dimiliki oleh wilayah KEK
tersebut adalah penetapan kawasan khusus tersebut. Selain itu, di dalam KEK juga akan
diberikan oleh pemerintah pusat, tetapi usulan disediakan fasilitas pendukung serta lokasi
harus datang dari pihak di daerah. Agar dapat untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
diberikan status KEK, sebuah wilayah harus (UMKM).
PRESIDEN
Dewan Nasional
Nasional
44
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
Sementara itu, penyelenggaraan kegiatan fiskal. Dengan berbagai fasilitas ini diharapkan
usaha di KEK dilaksanakan oleh Badan Usaha akan mengundang banyak industri yang
Pengelola KEK. Jika Administrator KEK lebih membuka operasi mereka di daerah kawasan
berfokus mengurus hal-hal administratif khusus, terutama di daerah yang belum
dan izin, maka Badan Usaha Pengelola KEK berkembang, sehingga mendorong penyebaran
lebih berfokus pada aspek pengembangan aktivitas perekonomian di berbagai daerah
dan komersial dari pengelolaan KEK. Badan di Indonesia.
Usaha Pengelola KEK bertanggung jawab Insentif fiskal yang diberikan di dalam
untuk membuat rencana pengembangan KEK merupakan skema insentif yang paling
(blueprint) KEK tersebut, melakukan promosi menyeluruh dan lebih luas cakupannya
kepada investor, melakukan distribusi/ dibandingkan dengan kawasan-kawasan
penjualan kavling dalam KEK kepada investor, khusus di masa lalu (seperti KPBPB, Kawasan
melaksanakan pembangunan infrastruktur Berikat, dan KAPET). Tabel 4.1 memberikan
dalam kawasan serta penyaluran utilitas, serta perbandingan mengenai berbagai fasilitas
melakukan pengelolaan KEK untuk hal-hal yang fiskal yang disediakan di berbagai kawasan
bersifat komersial. khusus tersebut. Secara khusus, karena salah
satu tujuan dibentuknya KEK adalah untuk
mendorong daya saing nasional melalui ekspor
4.3. Fasilitas dan Insentif KEK barang olahan (processed goods), maka zona
pengolahan ekspor di dalam KEK juga mendapat
Untuk menarik minat investor untuk insentif fiskal yang berbeda dengan jenis-jenis
beroperasi di dalam KEK, pemerintah menyusun zona lainnya.
sejumlah skema insentif fiskal maupun non-
*) diberikan untuk Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) yang berada di wilayah KAPET
**) diberikan untuk Pengusaha Kawasan Berikat (PKB)/PDKB yang berada di wilayah KAPET
***) diberikan untuk PKB/PKB merangkap PDKB yang berada di wilayah KAPET
****) diberikan untuk pengusaha industri atau jasa tertentu di wilayah KAPET
46
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
Fasilitas fiskal yang diberikan antara lain tidak diberlakukannya Daftar Negatif Investasi
mencakup insentif pada Pajak Penghasilan (DNI) untuk industri di dalam KEK. Artinya, di
(PPh) badan untuk perusahaan di KEK, termasuk dalam KEK, investor asing dapat melakukan
diberikannya investment allowance pada sektor penyertaan modal hingga 100% (tidak dibatasi
tertentu pada seluruh zona, serta tax holiday seperti di dalam DNI). Pengecualian diberikan
bagi industri pionir yang terletak pada zona kepada bidang penanaman modal yang
pengolahan ekspor. Ada pula skema insetif PPh dicadangkan untuk UMKM dan koperasi. Di
lainnya seperti keringanan pada pajak dividen dalam DNI 2014, terdapat 35 sub-sektor yang
serta kemungkinan untuk mempercepat dicadangkan untuk UMKM dari 216 sub-sektor
perhitungan amortisasi yang akan mengurangi yang diatur (Gambar 4.4).
beban pajak pada periode awal pendirian. Pemerintah daerah tempat lokasi KEK juga
Selain PPh, terdapat pula fasilitas Bea diminta untuk memberikan berbagai fasilitas
Masuk, yang dapat ditangguhkan untuk industri penunjang investasi. Hal ini diberikan dalam
pada zona pengolahan ekspor. Terdapat bentuk pengurangan pajak dan retribusi daerah,
pula fasilitas pembebasan bea masuk pada serta PTSP yang dijalankan oleh Administrator
zona lainnya, terutama untuk impor barang KEK yang memudahkan investor untuk
modal, seperti mesin dan bahan baku dalam mengurus perizinan usaha, sehingga tidak perlu
masa pembangunan dan pengembangan. lagi mengurus perizinan kepada masing-masing
Pemungutan cukai di KEK juga dapat dibebaskan badan pemerintah daerah. Selain itu, bagi
untuk berbagai industri terkait. pelaku usaha dalam KEK diberikan kemudahan
Fasilitas lainnya adalah pembebasan dan dan keringanan untuk perizinan usaha, kegiatan
penangguhan PPN dan PPnBM untuk berbagai usaha, perindustrian, perdagangan, dan
barang dan bahan baku yang dibeli dari impor kepelabuhanan.
maupun dari produksi domestik, terutama bagi Di kawasan KEK juga akan diberikan fasilitas
industri di zona ekspor. Terdapat pula beberapa kemudahan urusan ketenagakerjaan. Termasuk
fasilitas lainnya yang terkait dengan PPN dan di dalamnya adalah izin mempekerjakan tenaga
PPnBM, termasuk pengembalian kepada orang kerja asing sebagai direksi/komisaris, serta
pribadi pemegang paspor luar negeri yang dibentuknya Dewan Pengupahan, Forum Serikat
melakukan transaksi di dalam KEK. Pekerja, dan Lembaga Kerjasama Tripartit.
Fasilitas PPN & PPnBM, yang tidak dipungut Terdapat pula kemudahan dan keringanan
untuk zona pengolahan ekspor, dan dibebaskan imigrasi bagi orang asing pelaku bisnis.
untuk impor barang-barang strategis, termasuk Sementara itu terdapat pula kemudahan
barang modal yang digunakan untuk produksi untuk memperoleh hak atas tanah dan
dalam KEK. (4) Fasilitas pembebasan cukai pembebasan lahan. Ini termasuk pula rencana
untuk pengolahan barang tidak kena cukai. untuk memberikan hak penggunaan lahan dan
Selain fasilitas fiskal terdapat pula fasilitas bangunan yang lebih panjang hingga mencapai
non-fiskal yang ditujukan untuk memperbaiki 80 tahun dibandingkan 50 tahun di wilayah lain
iklim investasi dan lingkungan usaha di dalam di luar KEK.
KEK. Salah satu yang patut dicatat adalah
40
35
30
25
20
15
10
5
0
an
an
um
an
si
an
an
tif
n
na
na
ria
ga
ka
ika
ta
ika
SD
af
ni
an
ng
ng
rja
Um
ha
an
un
a
st
id
re
a
un
ut
rik
ah
ga
ua
ke
&
rt
du
se
nd
rb
iK
ub
m
h
Pe
ga
a
rt
Ke
Pe
an
i
Ke
rg
Pe
rin
Ke
rd
Pe
om
rh
Ko
Pe
na
rja
e
Pe
Pe
Pe
En
on
te
ke
Ke
Ek
Pe
&
ta
isa
riw
Pa
Sumber: Daftar Negatif Investasi (DNI) 2014, BKPM, diolah oleh penulis
48
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
Sei Mangkei
Industri: Morotai
Industri Pengolahan Kelapa Sawit
Industri Pengolahan Karet Industri:
Pupuk dan Aneka Industri Maloy Batuta Trans Pariwisata
Industri Pengolahan Perikanan
Logistik Kalimantan (MBTK) Bisnis dan Logistik
Pariwisata
Industri:
Industri Kelapa Sawit
Logistik
Tanjung Api-api
Bitung
Industri:
Industri Pengolahan Sawit Industri:
Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Perikanan
Industri Petrokimia Industri Agro Berbasis Kelapa dan Tanaman Obat
Aneka Industri Logistik
Palu
Industri:
Industri Manufaktur
Industri Agro Berbasis Kakao, Karet, Rumput Laut, Rotan
Industri Pengolahan Nikel, Biji Besi, Emas
Logistik
Mandalika
Industri:
Pariwisata
Tanjung Lesung
Industri:
Pariwisata
Sementara itu, enam KEK lainnya saat sangat minim, sehingga KEK tersebut masih
ini masih dalam tahap pembangunan dan sangat belum siap untuk beroperasi. Menurut
persiapan untuk memulai operasinya. Keenam wawancara yang dilakukan dengan BKPM,
KEK tersebut seluruhnya resmi ditetapkan oleh kawasan yang paling berpotensi menjadi
Dewan Nasional sebagai KEK melalui Peraturan KEK ketiga yang memulai operasi adalah
Pemerintah yang dikeluarkan tahun 2014. KEK Palu, karena sudah memiliki basis dari
Dengan demikian, menurut undang-undang, Kawasan Industri yang telah ada sebelumnya,
keenam KEK tersebut harus memulai operasi sehingga telah tersedia infrastruktur dasar
paling lambat tahun 2017. Pembangunan yang dan penunjang.
dilakukan di kebanyakan KEK tersebut masih
Box 4: PerKeMBangan terKini KeK 23 Februari 2015. Dengan luas wilayah 1.500
tanjung lesung & KeK sei MangKei ha, KEK Tanjung Lesung mengandalkan sektor
pariwisata berbasis maritim untuk mendukung
Dua wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kegiatan usahanya. Objek wisata yang tersedia
pertama yang ditetapkan dan beroperasi adalah dalam KEK Tanjung Lesung antara lain mencakup
KEK Tanjung Lesung dan KEK Sei Mangkei, yang Ujung Kulon, Gunung Krakatoa, Baduyetnis,
resmi ditetapkan sebagai KEK melalui PP No Pulau Panaitan, dan Pulau Peucang. KEK
26/2012 dan PP No 29/2012 pada bulan Februari Tanjung Lesung dikelola oleh PT Banten West
2012. Hampir tiga tahun kemudian, tepatnya Java Tourism Development, yang merupakan
sekitar bulan Januari dan Februari 2015, kedua anak perusahaan dari PT Jababeka, Tbk. Hingga
KEK tersebut resmi memulai operasinya. kini, sudah terdapat sejumlah investor yang
Meskipun demikian, operasionalisasi kedua telah masuk ke KEK Tanjung Lesung, terutama
KEK tersebut hingga kini belum berjalan di bidang villa, hotel, dan resort, sebagaimana
sepenuhnya. ditunjukkan Tabel 4.2.
KEK Tanjung Lesung yang berlokasi di Pada saat peresmian KEK Tanjung Lesung,
Pandegelang, Provinsi Banten, diresmikan dilaksanakan penandatanganan tujuh nota
operasinya oleh Presiden Joko Widodo pada kesepahaman (MoU) mencakup pembangunan
50
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
52
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
Peningkatan
aktivitas
ekonomi
Kebijakan KEK
harus diarahkan
untuk
melakukan:
Pengembangan Penciptaan
fasilitas dan kesempatan
infrastruktur kerja
54
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
Tetapi seperti yang akan diuraikan lebih lanjut pemerintah telah membentuk Dewan Nasional
di bawah, ada ketentuan penting yang bisa KEK yang bertugas, antara lain, menyusun
mempengaruhi laju perkembangan suatu KEK rencana induk nasional KEK. Jika suatu provinsi
tetapi sampai penulisan laporan ini masih telah ditetapkan menjadi lokasi KEK, maka
belum ditetapkan.1 provinsi bersangkutan harus membentuk
Perlu dicatat bahwa selain masalah di atas, Dewan Kawasan yang tugasnya termasuk
masih ada berbagai isu dan tantangan yang mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan
yang perlu ditangani dan diatasi, baik oleh tugas Administrator KEK. Sementara
pemerintah maupun oleh penyelenggara agar itu, Administrator KEK sendiri bertugas
KEK bisa berjalan dengan lebih efisien. Isu dan memberikan berbagai izin yang diperlukan oleh
tantangan tersebut antara lain menyangkut pelaku usaha untuk memulai mengembangkan
sistim insentif, struktur kelembagaan, usahanya di dalam KEK. Akhirnya, tanggung
pembiayaan/pengembangan infrastruktur dan jawab atas kegiatan usaha di dalam KEK adalah
manajemen pengelolaan KEK. Badan Usaha Pengelola yang dibentuk khusus
untuk tujuan tersebut.
4.5.1. Struktur Kelembagaan Tabel 4.5 di bawah merangkum tanggung
jawab utama dari pihak-pihak yang berwenang
Seperti yang telah diuraikan di bagian untuk mengembangkan KEK.
terdahulu, untuk mengembangkan KEK, Dari keempat lembaga di atas, ada dua yang
peranannya sangat penting untuk keberhasilan
1 Kebijakan tentang KEK seharusnya juga menyebutkan dengan KEK di suatu daerah.
jelas mengenai akuntabilitas
Tabel 4.5. Tugas Pokok Pihak-Pihak yang berwenang untuk Mengembangkan KEK
Tugas pokok
56
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
membantu tugas Administrator tersebut. Hal terbentuk. Salah satu akibatnya, seperti yang
ini menyebabkan Administrator masih perlu diutarakan oleh salah seorang narasumber,
berkonsultasi dengan lembaga bersangkutan ialah terbengkalainya pemasaran kawasan
yang berpotensi menyebabkan panjangnya tersebut. BUP yang ada saat itu masih bersifat
waktu perizinan di KEK. sementara (ad hoc) dan menurutnya tidak
Ini juga terkait dengan banyaknya jenis memiliki kemampuan untuk melakukan
perizinan yang perlu diselesaikan bahkan pemasaran.2
dalam tahap memulai usaha. Pada saat Hal ini kemungkinan menjadi salah satu
diresmikan, Administrator KEK Sei Mangkei alasan mengapa sampai saat itu baru hanya
menerima pelimpahan kewenangan untuk ada satu perusahaan yang mulai membangun
mengurus 65 perizinan dari berbagai lembaga pabriknya di KEK tersebut. Pengalaman ini juga
di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota menggaris bawahi pentingnya faktor pemasaran
dan masih terus bertambah. Tanpa adanya bagi keberhasilan suatu KEK dan yang sebaiknya
peningkatan kapasitas dan pemahaman dari dilakukan sedini mungkin, bahkan sebelum KEK
pihak administrator mengenai karakteristik dari bersangkutan diresmikan.
berbagai perizinan tersebut, pihak Administrator Dalam beberapa hal pihak Administrator
akan sulit melaksanakan fungsi dan tugas dan BUP KEK seperti Sei Mangkei bisa belajar
mereka, bahkan hanya akan memperpanjang dari pengalaman Kawasan Industri Kabil
proses perizinan. Penyederhanaan jenis di Batam (lihat Box 6). Kabil menyediakan
perizinan juga perlu mendapatkan perhatian layanan one-stop services, yang antara lain
dari pihak pemerintah pusat dan daerah untuk mencakup jasa konsultasi bagi investor
mendukung KEK. yang mau menjalankan usaha disana, yang
disebutnya project management consultation.
Badan Usaha Pengelola Dalam konsultasi tersebut calon investor bisa
Badan lain yang juga menentukan mendapatkan informasi mengenai biaya yang
keberhasilan KEK dalam menarik investasi adalah dibutuhkan untuk masuk, penjelasan tentang
Badan Usaha Pengelola (BUP). Masih ada tugas- semua peraturan yang harus dipenuhi, izin-
tugas lain yang tidak disebutkan dalam tabel izin apa saja yang dibutuhkan dsb. Dengan
di atas. Tugas Badan Usaha Pengelola (BUP), demikian, calon investor mendapat gambaran
misalnya, juga mencakup pemasaran, membuat yang jelas dan menyeluruh baik tentang biaya
perjanjian sewa-menyewa dengan perusahaan; maupun tentang segala persyaratan yang harus
menjamin tersedianya sarana listrik, air, gas dan dipenuhi untuk masuk di Kabil. Perlu dicatat
telekominikasi untuk memenuhi kebutuhan bahwa konsultasi ini disediakan oleh Kabil
para penyewa; menyediakan layanan jasa- secara cuma-cuma, sebagai bagian dari upaya
jasa lainnya seperti sarana-sarana pelatihan, pemasarannya.
angkutan, kesehatan, dan sebagainya. BUP Kabil juga menyediakan layanan jasa logistik
menjadi bagian menentukan sampai sejauh yang terintegrasi berbasis pelabuhan atau yang
mana berbagai sarana yang diperlukan dapat disebutnya one-stop clearance atau customs-
berkualitas tinggi dan befungsi dengan baik. immigration-quarantine port (CIQP) untuk
Salah satu pembelajaran yang bisa barang. Pada dasarnya dengan layanan jasa ini
dipetik dari pengalaman Sei Mangkei adalah Kabil mempermudah lalu lintas keluar-masuk
pentingnya membentuk BUP yang permanen barang milik para investor sehingga mereka
sedini mungkin. Ketika wawancara untuk bisa memusatkan perhatian pada produksi dan
studi ini dilakukan dengan para pihak yang tidak perlu kuatir tentang pengiriman ataupun
bertanggung jawab untuk pengembangan KEK 2 Ada juga kemungkinan bahwa karena BUP yang ada hanya
tersebut, BUP permanen di Sei Mangkei belum bersatus sementara, maka BUP bersangkutan juga tidak
berupaya sungguh-sungguh untuk melakukan pemasaran.
58
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
membangun jalur KA di dalam kawasan bekerja pengembangan KEK. Seperti yang telah
sama dengan PT Kereta Api (PTKA), pemerintah disebutkan di atas, dana untuk pembangunan
pusat untuk menghubungkan kawasan dengan infrastruktur tersebut akan datang baik dari
daerah pelabuhan, dan PT Pelindo II dan PTKA pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten,
untuk membangun fasilitas KA di dalam sesuai dengan pembagian kewenangan yang
pelabuhan. Meskipun ada nota kesepahaman ada. Ada juga wacana untuk melibatkan sektor
antara berbagai pihak mengenai pembangunan swasta dalam pengadaan infrastruktur.
jalur KA tersebut, hanya bagian dari pemerintah Khusus mengenai insentif fiskal, sampai saat
pusat yang hampir diselesaikan. Hingga Juni tulisan ini dibuat, belum ada rumusan yang
2015, pembangunan jalur dan fasilitas KA jelas tentang keuntungan fiskal apa saja yang
di dalam kawasan masih belum dimulai, bisa dinikmati oleh perusahaan–perusahaan
begitu pula dengan fasilitas di pelabuhan yang berada di dalam suatu KEK. Demikian
Kuala Tanjung. pula dengan besarannya. Ini mungkin menjadi
Hal yang serupa juga terjadi dalam salah satu alasan mengapa, misalnya, baru ada
pembangunan fasilitas lainnya di KEK Sei satu perusahaan yang telah mulai membangun
Mangkei seperti untuk penyediaan pembangkit pabriknya di Sei Mangkei. Perusahaan-
listrik. Kesulitan dalam penentuan luasan lahan perusahaan lain yang berminat untuk masuk
yang akan digunakan sebagai KEK Bitung bahkan di sana mungkin masih menunggu kejelasan
masih menjadi masalah bagi pihak provinsi tentang insentif yang mereka bisa peroleh
Sulawesi Utara dan kota Bitung. Hingga setahun sebelum mereka mulai menanamkan modal.
sejak ditetapkan sebagai KEK, masih ada sekitar Di samping itu, belum ditetapkannya insentif
seperlima dari lahan peruntukan KEK yang fiskal untuk KEK telah mendorong Jababeka
belum jelas statusnya. Pihak pemerintah daerah yang akan mengembangkan KEK Morotai untuk
hingga saat ini juga belum bisa mendapatkan meminta pembebasan pajak (tax holiday)
pihak yang akan membangun dan mengelola selama 15 tahun bagi investasi yang masuk ke
kawasan tersebut. KEK Morotai 4.
Masalah koordinasi antara lembaga akan Insentif fiskal memang seharusnya
menjadi masalah besar dalam operasional KEK, tidak menjadi satu-satunya atau daya tarik
karena bahkan pada tingkatan pusat juga masih utama KEK. Bukti empiris secara global
banyak lembaga pemerintahan yang belum memperlihatkan bahwa jika dirancang dengan
sepakat untuk memberikan dukungan kepada baik, insentif fiskal dapat menjadi elemen
KEK. Termasuk di dalamnya adalah pemberian untuk meningkatkan investasi dan FDI (lihat
insentif fiskal serta fasilitasi lainnya yang akan misalnya James (2009) dan Klemm & van Parys
dijelaskan di bawah ini. (2009). Akan tetapi, ada berbagai hal yang perlu
diperhatikan untuk membuat insentif fiskal
4.5.3. Sistem Insentif dan Peraturan menjadi lebih efektif. Untuk kasus Indonesia,
kajian dari Samosir & Wibowo (2004) mengenai
Untuk menarik perusahaan-perusahaan KAPET Pare-Pare memperlihatkan bahwa
agar mau menempatkan kegiatan mereka di insentif fiskal belum dapat digunakan untuk
dalam KEK, pemerintah telah mencanangkan mendorong pembangunan ekonomi dan
sistem insentif dalam bentuk insentif fiskal, investasi di daerah tersebut5 .
pengecualian dari daftar negatif investasi (DNI),
khususnya yang menyangkut kepemilikan asing 4 Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus: ‘Kembangkan
KEK Morotai, Jababeka minta 2 insentif pemerintah’, http://
dan kemudahan-kemudahan lain. Di samping kek.ekon.go.id/kembangkan-kek-morotai-jababeka-minta-2-
itu pemerintah juga akan memberikan bantuan insentif-pemerintah/
lain seperti pembangunan infrastruktur 5 Studi ini tidak melihat dampak dari penerapan KAPET dengan
metode statistik, tetapi lebih sebagai review dari kinerja wilayah
di luar kawasan khusus untuk menunjang dan regulasi yang berlaku.
60
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
Isu kedua yang erat kaitannya dengan isu industri yang sedang dipromosikan oleh
pertama ialah keterbatasan dana yang tersedia pemerintah7 . Wilayah yang terpencil seperti
untuk membangun prasarana dan sarana Morotai akan membutuhkan dana yang besar
bahkan dihadapi pula oleh pemerintah pusat.
Tabel 4.7 memberikan gambaran besaran 7 Di samping program KEK, Pemerintahan Presiden Joko
Widodo juga mempromosikan program untuk membangun 14
dana yang diperlukan untuk membangun kawasan industri di berbagai wilayah, di mana sebagian besar
infrastruktur pendukung di beberapa kawasan berada di kawasan ekonomi khusus, seperti KEK Sei Mangkei
dan KEK Bitung.
62
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
untuk membangun berbagai prasarana seperti Lazimnya jika ada dua pihak yang membuat
listrik, pelabuhan, lapangan terbang, jalan, perjanjian kerja, khususnya jika kedua belah
telekomunikasi, dan sebagainya. pihak tersebut adalah badan swasta, hak
Biaya per unit untuk membanguan dan dan kewajiban masing-masing pihak telah
mengelola infrastruktur di daerah terpencil ditetapkan dalam perjanjian tersebut. Jika
dengan kepadatan penduduk yang rendah ada salah satu pihak yang ingkar, maka pihak
seperti ini diperkirakan akan lebih tinggi tersebut bisa digugat (accountable) oleh pihak
daripada di daerah lain. Kondisi ini diperparah lain yang merasa dirugikan. Di Sei Mangkei, hal
oleh karakteristik Indonesia sebagai negara ini tidak terjadi, mungkin karena semua pihak
kepulauan. Tidak mungkin, misalnya, untuk yang terlibat adalah badan milik negara. Oleh
menghubungkan setiap pulau dengan jaringan karena itu, tampaknya tidak ada mekanisme
listrik nasional. yang bisa dipergunakan oleh pihak BUP
Ada wacana untuk melibatkan pihak Sei Mangkei yang merasa dirugikan untuk
swasta di dalam pembanguan infrastruktur menggugat PT KAI dan PT PLN yang dianggap
melalui pola Kerjasama Pemerintah dan gagal memenuhi komitmen mereka.
Swasta (KPS), tetapi sampai saat ini belum
ada kepastian terkait kerangka peraturan. 4.5.5. Lokasi dan Aglomerasi
Memang ada kegiatan usaha yang pihak swasta
enggan masuk karena dari sudut bisnis tidak Seperti diketahui kedelapan lokasi KEK
menguntungkan sehingga selama ini manjadi yang telah ditetapkan itu tersebar di berbagai
monopoli perusahaan milik pemerintah. Dalam wilayah Indonesia. Ada yang letaknya dekat
skema KPS yang dicanangkan, penyertaan dengan pusat kegiatan ekonomi setempat,
modal oleh pihak swasta mungkin untuk tetapi ada pula yang letaknya jauh dari pusat
dilakukan sehingga diharapkan bisa mengatasi kegiatan eknomi. Kriteria yang dijabarkan dalam
keterbatasan modal pemerintah, khususnya peraturan yang ada cenderung bersifat sangat
untuk pembangunan infrastruktur. Masih harus luas. Masih diperlukan berbagai indikator yang
ditunggu kapan wacana ini bisa diwujudkan. lebih spesifik dan terarah untuk menetapkan
Isu atau tantangan lain yang perlu lokasi-lokasi KEK. Ini juga termasuk tolak
diwaspadai ialah yang menyangkut lemahnya ukur yang dipergunakan untuk menentukan
koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat di bahwa mereka memiliki potensi untuk
dalam pekerjaan pembangunan infrastruktur menjadi kawasan ekonomi yang berkembang.
tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, Di samping itu, perlu pula ditentukan tolak ukur
tampaknya tidak semudah dengan yang yang akan dipergunakan untuk menentukan
mungkin dibayangkan oleh banyak orang. Ini apakah suatu KEK telah mencapai sasaran yang
bisa dilihat dari pengalaman KEK Sei mangkei. telah ditetapkan.
Pembangunan jalur kereta api sepanjang 2,95 km Dari pengamatan di berbagai wilayah di
dari Sei Mangkei ke jalur yang sudah ada masih Indonesia maupun di negara-negara lain, ada
tersendat karena PT KAI yang bertanggung kecenderungan bagi industri untuk berkumpul
jawab untuk membangun rel tersebut belum di tempat yang sama. Ini dikenal dengan
melakukannya. Demikian pula dengan PT PLN istilah aglomerasi. Tabel 4.8 memperlihatkan
yang diharapkan menyediakan listrik untuk KEK bagaimana kecenderungan konsentrasi
dianggap gagal unuk memenuhi kewajibannya perusahaan manufaktur di beberapa tempat
sesuai waktu. Sebagai akibatnya, perusahaan di Indonesia. Berbagai insentif yang diberikan
Unilever yang sedang membangun pabriknya terkait dengan program KAPET juga belum
di sana harus mempergunakan pembangkit dapat meningkatkan aktivitas industri
listrik sendiri. manufaktur di berbagai kawasan.
DKI Jakarta 18.4 18.8 27.6 34.2 20.6 23.3 18.8 15.2
Lokasi Lain di Jawa 42.9 45.0 36.6 26.7 38.6 38.4 38.9 49.1
Pulau Lainnya 8.3 9.2 6.8 14.0 7.5 11.3 10.8 12.7
Gejala ini sudah lama diamati dan ada perusahaan lain di lokasi tersebut.
alasan-alasan tertentu yang mendasarinya. Tidak diketahui dengan pasti apakah
Alasan-alasan tersebut berkaitan dengan pemerintah juga mempertimbangkan faktor-
biaya transportasi, yakni biaya memindahkan faktor keunggulan lokasi berdasarkan kriteria
barang dan orang. Untuk memperkecil biaya di atas ketika menetapkan kedelapan lokasi
pengiriman produk maupun pasokan mereka, KEK tersebut. Akan tetapi, dari pengamatan
perusahaan-perusahaan cenderung memilih sekilas tentang karakteristik lokasi-lokasi
lokasi yang dekat dengan pembeli maupun KEK tersebut, tampaknya faktor-faktor di
pemasok mereka. Perlu ditambahkan bahwa atas bukanlah menjadi faktor penentu dalam
untuk negara kepulauan seperti Indonesia, biaya penetapan tersebut.
transportasi cenderung lebih mahal daripada di Sebagai contoh, di Kabupaten Morotai
negara-negara daratan. akan dikembangkan KEK dengan luas sekitar
Selain itu, perusahaan-perusahaan juga 1102 ha dan akan mencakup kegiatan-kegiatan
cenderung memilih lokasi di mana ada pengolahan ekspor, logistik, industri dan
konsentrasi tenaga kerja yang tinggi. Dengan pariwisata. Namun, perlu dicatat bahwa sebagai
demikian mereka lebih mudah mendapatkan salah satu pulau terluar di Maluku Utara, letak
pekerja yang sesuai dengan kebutuhan Morotai relatif terpencil. Penduduknya saat
mereka. Sementara itu, pencari kerja pun lebih ini diperkirakan hanya sekitar 55.000 orang.
tertarik untuk bekerja di lokasi di mana ada Dengan demikian, untuk pengembangan KEK di
banyak perusahaan, sehingga memudahkan sana yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti
mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai yang disebut di atas, KEK bersangkutan perlu
dengan keterampilan mereka. Jika mereka mendatangkan tenaga kerja dari jauh.
kehilangan pekerjaan, mereka akan lebih Ini berarti ada tambahan biaya bagi
mudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan- perusahaan-perusahaan yang akan beroperasi
64
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
di sana di atas biaya yang mereka akan bayar masing-masing lokasi8. Banyak dari FDI yang
seandainya mereka beroperasi di daerah di mana ditempatkan di negara berkembang, termasuk
banyak tenaga kerja yang tersedia. Sementara Indonesia, terkait dengan basis produksi dalam
biaya bagi para pencari kerja yang mau ke sana jaringan produksi internasional suatu perusahaan
pun akan lebih tinggi daripada di tempat lain multinasional. Lokasi menjadi penting bukan
seperti di Jawa. Selain biaya transportasi yang saja untuk alasan logistik internasional, tetapi
tinggi, ada tidak kepastian bahwa mereka bisa juga bagaimana mendukung manajemen lintas
mendapatkan pekerjaan di sana. batas yang efektif.
Laporan World Bank (2012) mengenai industri Selain itu, kedekatan dengan industri
manufaktur di Indonesia menemukan bahwa pemasok di dalam negeri juga menjadi faktor
perusahaan yang berlokasi di daerah aglomerasi penting untuk menjaga rantai produksi tetap
“tradisional” mempunyai tingkat produktivitas bekerja dengan baik. Perusahaan multinational
lebih tinggi 30% daripada perusahaan yang biasanya telah mempunyai jaringan pemasok
diluar daerah aglomerasi. Namun, laporan yang yang juga akan membuka operasinya di
sama juga menyebutkan bahwa perusahaan kawasan yang berdekatan. Agar KEK juga dapat
yang berada di daerah aglomerasi “baru” berkembang menjadi bagian dari jaringan
cenderung mempunyai tingkat produktivitas produksi internasional, lokasi merupakan
lebih tinggi 10% daripada yang di luar daerah bagian penting untuk diperhatikan.
aglomerasi. Ini menunjukkan bahwa program
KEK dapat berhasil jika pihak yang terkait dapat 4.5.7. Ketenagakerjaan
membangun aglomerasi yang dibutuhkan oleh
aktivitas ekonomi dan industri di kawasan Masih ada beberapa isu lain yang perlu
tersebut. diperhatikan. Yang pertama menyangkut
ketenagakerjaan. Ada dua aspek
4.5.6. Akses ke Pasar Internasional ketenagakerjaan yang perlu dicermati. Aspek
pertama adalah hubungan ketenagakerjaan.
Tambahan biaya yang lebih besar lagi akan UU KEK menyebutkan bahwa di KEK akan
ditanggung oleh perusahaan-perusahaan yang dibentuk Lembaga Kerja Sama Tripartit
bergerak di bidang pengolahan ekspor dan Khusus oleh gubernur yang mempunyai tugas:
industri karena mereka harus memasarkan a) melakukan komunikasi dan konsultasi
produk mereka ke pasar yang jauh. Lokasi mengenai berbagai masalah ketenagakerjaan; b)
menjadi sangat penting untuk akses ke pasar melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan
internasional. Dari delapan KEK yang telah dan timbulnya permasalahan ketenagakerjaan;
akan dibangun, hanya KEK Sei Mangkei yang dan c) memberikan saran dan pertimbangan
dekat dengan jalur pelayaran internasional – mengenai langkah penyelesaian permasalahan
melalui pelabuhan Kuala Tanjung yang berjarak (Pasal 43).9
60 km. Biaya logistik tentunya akan meningkat Salah satu hal yang harus diperhatikan
bagi KEK yang belum terintegrasi dengan jalur ialah bahwa walaupun lembaga tripartit itu
pelayaran internasional yang ada. juga ada diberbagai tempat, tetapi hubungan
Lokasi juga menjadi penting mengingat saat ketenagakerjaan tidak selalu berjalan dengan
ini model produksi dan bisnis banyak tergantung mulus. Sebagai contoh, salah satu masalah
kepada jaringan produksi internasional, di mana yang dihadapi oleh pengusaha di Batam adalah
rantai produksi dan nilai ditempatkan di banyak pekerja yang sering mogok. Ini terjadi meskipun
lokasi di berbagai negara sesuai dengan intensitas
8 Model bisnis tersebut biasa juga dikenal sebagai rantai
faktor produksi dan keunggulan komparatif nilai global (global value chain). Salah satu contoh adalah
produksi komponen dan suku cadang kendaraan bermotor yang
mengambil tempat di berbagai negara sebelum mengalami
proses manufacturing di negara lain. Untuk pengantar
mengenai fenomena tersebut lihat Baldwin (2006).
9 Lembaga tripartit dimaksud akan melibatkan unsur
pemerintah, serikat pekerja dan asosiasi pengusaha.
66
BAB 5
Pengalaman Pengembangan KEK
di Negara Lain
Walaupun berbagai jenis kawasan bebas China dan India, dalam pengembangan KEK
telah ada dalam sejarah sejak lama, baru dan mencoba menarik pelajaran yang dapat
di tahun 1970 kawasan-kawasan tersebut digunakan dalam pembangunan KEK di
digunakan sebagai pendorong pertumbuhan Indonesia.
ekonomi di negara berkembang. Kebijakan
ini berkembang terutama di negara-negara
berkembang yang merubah kebijakannya dari 5.1. Kawasan Ekonomi Khusus di China
kebijakan pertumbuhan yang berdasarkan
substitusi impor. Dimulai pada tahun 1978, pemerintah
Di tahun 1970-an dan 1980-an, negara-negara pusat China mulai menerapkan serangkaian
di Asia dan Amerika Latin mulai membentuk reformasi ekonomi yang bertujuan untuk
kawasan-kawasan ini. Pembentukan ini mengembangkan perekonomian negara
ditujukan untuk menarik industri padat karya di tersebut. Cara yang ditempuh oleh pemerintah
daerah pesisir. Selanjutnya, kawasan tersebut China adalah dengan mengambil tindakan yang
diubah menjadi kawasan poros penggerak berani untuk “membuka” ekonominya secara
pendorong pertumbuhaan ekonomi melalui langsung bagi investasi asing dari luar negeri
ekspor. Pergerakan pembentukan kawasan dalam rangka meningkatkan standar hidup
ini semakin cepat di tahun 1990-an di mana warganya. Tanpa adanya kepastian akan hasil
negara-negara lain mencoba untuk mereplikasi dari reformasi ekonomi, pemerintah China
kawasan-kawasan yang terbukti sukses, seperti memutuskan untuk tidak membuka seluruh
beberapa kawasan di Asia dan Amerika Latin. perekonomian sekaligus, tapi untuk segmen
Melihat pendirian kawasan-kawasan dan wilayah tertentu saja. Oleh karena itu,
tersebut didasari atas alasan yang sama, banyak pihak berwenang China menetapkan empat
dari kawasan ini yang memiliki karakteristik kota pesisir sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
kunci yang sama. Kawasan ini dibentuk di daerah (KEK) sebagai proyek percontohan untuk
kantong yang terisolasi yang diberikan insentif reformasi ekonomi dan pembangunan kawasan
dan hak istimewa dari pemerintah. Kawasan ini industri lainnya.
sering berada di daerah terpencil namun dekat Jadi, motivasi awal yang terutama dari
dengan pusat transportasi. Melihat kawasan ini pembangunan KEK di China adalah eksperimen
dirancang untuk menarik industri padat karya dalam menjalankan reformasi dan pembukaan
maka industri yang terkonsentrasi di kawasan ekonomi. Pengaturan yang dilakukan bertujuan
ini adalah industri tekstil, pakaian, dan barang untuk menarik investasi asing dan teknologi
elektronik (Cling & Letilly, 2001). (melalui pengaturan usaha patungan atau
Di bagian ini, penulis akan mencoba melihat joint venture), menyediakan lapangan kerja,
pengalaman dari beberapa negara, terutama memanfaatkan sumber daya domestik dari
Tabel 5.1. Kinerja Ekspor dan FDI di 5 Kawasan Ekonomi Khusus di China
68
Pengalaman Pengembangan KEK di Negara Lain
Ekspor
Pertumbuhan
Tahun Nilai Nilai dari tahun
dalam dalam sebelumnya
Milyar Rupee Milyar USD
2005-2006 228 5,08 -
2006-2007 346 7,69 52%
2007-2008 666 14,81 93%
2008-2009 997 22,15 50%
2009-2010 2.207 49,05 121%
2010-2011 3.159 70,19 43%
2011-2012 3.645 81,00 15%
2012-2013 4.762 88,18 31%
2013-2014 4.941 82,35 4%
5.3. Perbandingan KEK di China, India aglomerasi dan klaster industri, serta kedekatan
dan Indonesia dengan pasar internasional. Sehingga lokasi
KEK dipilih yang berada di di daerah pesisir dan
Tabel 5.3. memperlihatkan beberapa sangat dekat dengan hub internasional, seperti
perbedaan karakteristik antara kebijakan KEK Hongkong.
yang berada di India, China dan Indonesia. India tidak memiliki kebijakan khusus
Pemilihan lokasi merupakan aspek pertama mengenai lokasi dan dapat berada di mana
yang cukup berbeda antara kebijakan KEK di saja. Sementara Indonesia, dikarenakan tujuan
tiga negara tersebut. KEK di China mempunyai untuk pemerataan, lebih mengutamakan
fokus pada fasilitasi logistik, pembentukan pemilihan lokasi daerah tertinggal, meskipun
70
Pengalaman Pengembangan KEK di Negara Lain
72
BAB 6
Rekomendasi Kebijakan
Dengan melihat kondisi yang ada dalam Perumusan kebijakan KEK berada di bawah
pelaksanaan kebijakan Kawasan Ekonomi kendali Menteri Koordinator Perekonomian
Khusus di Indonesia, ada beberapa aspek sebagai kepala Dewan Nasional KEK. Dengan
yang perlu mendapatkan perhatian untuk koordinasi pada tingkatan yang sangat tinggi
meningkatkan keberhasilan program ini. tersebut, semestinya perumusan kebijakan
Bagian terakhir dalam penelitian ini mencoba di tingkat pusat bukan merupakan suatu hal
untuk memberikan beberapa rekomendasi. yang menjadi masalah besar, asalkan ada
Ini diawali dengan meninjau kesenjangan keinginan kuat dan dukungan penuh dari
kebijakan dalam upaya pelaksanaan program pemangku kebijakan tertinggi. Yang diperlukan
KEK, disertai dengan beberapa langkah yang adalah komitmen dan komunikasi intensif
dapat diambil untuk memperbaiki hal tersebut. dengan seluruh kelembagaan terkait. Berbagai
Bagian ini akan ditutup dengan memberikan kajian mengenai dampak dan potensi dari
perspektif mengenai pengembangan KEK ke kebijakan khusus yang dirumuskan juga dapat
depan mengambil beberapa aspek ekonomi meningkatkan keyakinan serta memfasilitasi
yang belum atau sedikit sekali disentuh dalam proses penetapan kebijakan tersebut.
kebijakan KEK ini. Kebijakan khusus dalam masalah
penggunaan lahan, ketenagakerjaan dan
investasi asing akan meningkatkan daya tarik
6.1. Rekomendasi Untuk Kesenjangan bagi investasi asing di KEK. Di beberapa negara,
Kebijakan KEK menjadi daerah eksperimen reformasi
ekonomi yang menerapkan kekhususan dalam
Peningkatan koordinasi antar lembaga berbagai bidang. Salah satu yang dapat dilakukan
terkait merupakan langkah utama yang perlu adalah dengan memperkenalkan kebijakan
dilakukan segera. Jika di dalam kasus Batam, ketenagakerjaan yang lebih fleksibel. Ini dapat
salah satu kelemahan utama adalah koordinasi dimulai dengan kebijakan untuk penerapan
antara pemerintah pusat yang diwakili oleh basis upah minimum, seperti kebutuhan hidup
Badan Pengelola dan pemerintah daerah, maka layak, untuk digunakan selama lima tahun.
dalam hal pelaksanaan program KEK, masalah Upah minimum dapat ditentukan untuk
koordinasi lebih terjadi antara lembaga di setiap tahun, dengan memasukan komponen
pemerintah pusat. Hingga lima tahun setelah lainnya, seperti inflasi maupun peningkatan
program berjalan, kebijakan mengenai ke produktivitas. Aturan kebijakan outsourcing
“kekhususan” dari KEK masih belum dapat yang lebih lugas juga perlu mendapat perhatian.
dirumuskan secara terperinci, salah satunya Tentu saja berbagai kebijakan tersebut harus
disebabkan oleh kurangnya koordinasi dapat diterapkan dalam kerangka hukum yang
kelembagaan di tingkat pusat. berlaku. Untuk itu diperlukan terobosan hukum
74
Rekomendasi Kebijakan
Kerangka kebijakan
Infrastruktur yang Insentif
investasi yang
berkualitas fiskal
menarik
6.2.1. Fasilitas Perdagangan yang Terintegrasi biaya dan waktu yang dibutuhkan. Kedua
adalah kerangka regulasi dan kelembagaan
Fasilitasi perdagangan yang terintegrasi yang memungkinkan adanya pengalihan
merupakan elemen kunci yang harus dibangun otoritas untuk seluruh lembaga yang terkait. Ini
agar KEK dapat berperan untuk meningkatkan juga harus memungkinkan adanya pengolahan
kinerja ekspor dan industri Indonesia. Fasilitasi permohonan perdagangan secara terintegrasi
perdagangan yang terintegrasi mencakup hal dibawah koordinasi satu lembaga.
yang lebih luas daripada sekedar pemberian Fasilitasi perdagangan yang terintegrasi
fasilitas bea masuk. juga harus mencakup kemampuan logistik yang
Salah satu aspek penting adalah prosedur tinggi. Di sini lokasi wilayah yang dekat dengan
ekspor dan impor yang terintegrasi. infrastruktur logistik menjadi sangat penting,
Peningkatan kemampuan fasilitas National apalagi jika berada di wilayah pelabuhan laut,
Single Window (NSW) untuk perdagangan dimana lalu lintas perdagangan dapat dilakukan
internasional di daerah KEK dapat menjadi dengan biaya yang sangat minimal. Selain
langkah awal pembangunan fasilitasi infrastruktur, pelayanan logistik yang baik juga
perdagangan yang terintegrasi. Saat ini NSW, harus tersedia dan dapat diperoleh di dalam
yang berlaku di seluruh Indonesia, masih belum kawasan, sebagai bagian terpadu pelayanan
mampu menghasilkan prosedur perdagangan yang diberikan oleh pengelola.
yang mudah, cepat, efisien dan terintegrasi. Selain itu, KEK juga dapat menyediakan
Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam berbagai kebutuhan fasilitas yang
meningkatkan kemampuan NSW di wilayah memungkinkan mereka untuk dapat
KEK. memenuhi persyaratan produk yang berlaku
Pertama adalah kemampuan teknikal dan di pasar ekspor mereka. Ini misalnya termasuk
infrastruktur yang mampu memberikan layanan fasilitas laboratorium bersertifikat untuk
secara online dan terpadu, yang mengurangi memenuhi aturan standard and conformance
Box 6: Cerita Sukses KIIE: Kabil jasa konsultasi bagi investor asing (Project
Integrated Industrial Estate Management Consultation) yang memberikan
informasi mengenai estimasi biaya yang
diperlukan serta penjelasan mengenai regulasi,
perizinan, dan proses yang perlu diikuti
untuk bisa beroperasi di dalam kawasan. KIIE
menyediakan jasa pelayanan terpadu tersebut
secara gratis untuk calon investor yang akan
masuk.
Sesuai dengan namanya, KIIE memiliki
fasilitas pelabuhan terintegrasi. Di dalamnya
terdapat jasa logistik terintegrasi serta jasa
one-stop clearance untuk barang yang keluar-
masuk dari dan ke KIIE. Fasilitas yang disebut
dengan Customs Immigration Quarantine Port
Salah satu pengalaman sukses dalam (CIQP) ini sangat membantu pelaku usaha
pengembangan kawasan strategis bisa dilihat dalam kawasan dalam lalu lintas barang,
pada salah satu kawasan industri yang terdapat Dengan demikian, pelaku usaha dalam kawasan
di Pulau Batam, yaitu Kawasan Industri hanya perlu fokus pada produksi, sementara
Terintegrasi Kabil, atau sering disebut dengan pihak pengelola KIIE akan membantu dalam
Kabil Integrated Industrial Estate (KIIE). KIIE aspek-aspek teknis lainnya (seperti lalu lintas
adalah sebuah kawasan industri seluas 500 Ha barang keluar masuk, dokumen bea cukai, dan
yang terletak di pantai timur Pulau Batam, yang logistik), yang sering menyulitkan bagi investor
juga merupakan kawasan industri dengan luas di kawasan-kawasan industri lainnya.
wilayah terbesar di Batam. KIIE berjarak kurang Pelabuhan Kabil ini memiliki 5 dermaga,
lebih 10 menit dari Bandar Udara Hang Nadim dengan kedalaman air 12,5 meter, dan mampu
dan 30 menit dari Pelabuhan Batu Ampar. KIIE menampung kapal berukuran hingga 50.000
didirikan pada tahun 1990 oleh PT Kabil Indonusa DWT. Dibandingkan dengan Pelabuhan Batu
Estate. Saat ini terdapat 48 perusahaan yang Ampar, Pelabuhan Kabil ini sangat mendukung
beroperasi di KIIE, sebagian besar terdiri dari untuk melakukan lalu lintas barang-barang
industri migas dan infrastruktur pendukung industri alat berat dan industri infrastruktur
eksplorasi migas, industri alat berat, industri pendukung migas dalam KIIE yang kebanyakan
perkapalan, dan logistik. berukuran sangat besar. Pelabuhan ini juga
Salah satu fitur unggulan dari KIIE adalah memungkinkan impor langsung bahan baku/
adanya jasa pelayanan terpadu bagi investor barang modal serta ekspor secara langsung dari
(one-stop services), terutama untuk investor barang hasil produksi dalam KIIE ke pelabuhan
asing. Jasa Pelayanan Terpadu mencakup tujuan tanpa perlu singgah di pelabuhan besar
76
Rekomendasi Kebijakan
lain seperti Singapura (transhipment). Hingga sektor migas. Fasilitas ini mencakup antara
kini, KIIE merupakan satu-satunya kawasan lain laboratorium untuk pembersihan pipa dan
industri di Indonesia yang dilengkapi dengan jasa logistik sejenis. Hal ini membantu investor
pelabuhan terintegrasi. KIIE untuk meningkatkan daya saing ekspor
Nilai tambah lain yang diberikan pengelola mereka sehingga dapat lebih efektif melakukan
KIIE bagi pelaku usaha dalam kawasan penetrasi ke pasar global sesuai dengan
adalah dengan menyediakan fasilitas yang permintaan konsumen yang spesifik, terutama
memungkinkan mereka untuk dapat memenuhi dalam industri yang sangat mementingkan
persyaratan produk yang berlaku di pasar ekspor presisi seperti yang banyak dilakukan pelaku
mereka, terutama untuk industri pendukung usaha dalam KIIE.
6.2.2. Keterkaitan ke Rantai Nilai Regional berbagai tempat, tetapi aglomerasi dan proses
dan Global klaster industri masih tetap diperlukan hingga
tingkatan tertentu. Klaster industri bahkan
Proses globalisasi pada saat ini disertai menjadi salah satu daya tarik bagi perusahaan
dengan cepatnya perkembangan rantai nilai multinasional untuk membangun basis jaring
regional dan global. Seluruh proses produksi produksinya di suatu wilayah.
barang, dari bahan baku hingga produk jadi, Klaster industri dapat berhasil terutama
“diiris” dalam proses produksi yang terinci. karena mereka dapat meningkatkan keragaman
Setiap proses kemudian dilakukan di berbagai dan kecanggihan kegiatan usaha mereka
tempat di mana keterampilan yang diperlukan untuk mencapai produktivitas dan efisiensi
dan bahan yang tersedia memungkinkan yang lebih tinggi. Banyak unsur yang dapat
proses tersebut dilakukan dengan biaya yang memberikan kontribusi bagi keberhasilan
kompetitif. klaster industri. Ini termasuk peningkatan
Dengan mengedepankan iklim investasi efisiensi dan menurunkan hambatan masuk
dan usaha yang mendukung serta fasilitasi melalui rantai nilai produksi, spesialisasi
perdagangan dan lalu lintas barang yang produksi, intensifikasi pengetahuan, spillover
terintegrasi, sebenarnya program KEK telah teknologi, dan keterampilan melalui hubungan
mendukung partisipasi di dalam rantai nilai antar-perusahaan, termasuk perusahaan asing,
regional dan global. Namun, fasilitasi tersebut semangat kewirausahaan dan dukungan dari
saja tidak dapat memastikan efektivitas dari pengetahuan dan lembaga-lembaga publik
integrasi ke dalam rantai tersebut. Persaingan serta dukungan dari asosiasi industri.
global yang begitu ketat menyebabkan tanpa
adanya kebijakan yang diarahkan untuk itu, 6.2.3. Pelayanan dan Pengembangan Bisnis
perusahaan domestik di negara-negara ini tidak Untuk Usaha Kecil Menengah
akan mampu memanfaatkan peluang untuk
dapat terintegrasi dalam jaringan tersebut. Salah satu permasalahan yang mengemuka
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dari wawancara dengan pelaku usaha adalah
adalah KEK sebagai pendorong proses kurangnya inisiatif KEK dalam mendukung
pembentukan klaster dan aglomerasi industri. pengembangan pelaku usaha daerah, terutama
Klaster industri secara umum dapat dijabarkan bagi UKM. Secara alami, KEK akan lebih
sebagai konsentrasi geografis dari perusahaan mengundang dan mendukung bisnis besar kelas
yang saling berhubungan dalam bidang dunia dengan infrastruktur yang tepat untuk
tertentu dengan keterkaitan dalam satu skala produksi besar, disertai dengan fasilitasi
institusi. Meskipun model rantai nilai global untuk impor bahan baku dan menengah.
memungkinkan proses produksi dilakukan di Namun demikian, keterkaitan dengan
78
Daftar Referensi
Bappenas (2015). Land Transport Connectivity. Presentasi Dr. Ir. Bastary Pandji
Indra, MSP. Disampaikan pada Global Infrastructure Leaders Forum, Jakarta,
31 Maret 2015.
Cling, J.P. & Letilly, G. (2001). Export Processing Zones: A Threatened Instrument
for Global Economy Insertion? Working Paper DT 2001-17. Paris Development et
Insertion International (DIAL): Paris.
Kementerian Perindustrian (2015). Isu Strategis dan Program Aksi Tahun 2015
Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri. Februari 2015: Padang.
Kundra, A. (2000). The Performance of India’s Export Zones: A Comparison with the
Chinese Approach. Sage Publications: New Delhi.
Klemm, A. & van Parys, S. (2009). Empirical Evidence on the Effects of Tax Incentives.
IMF Working Paper 2009/136. July 2009.
KPPOD. (2011). Tata Kelola Ekonomi Daerah 2011: Survei Pelaku Usaha di 245
Kabupaten/Kota di Indonesia. KPPOD & The Asia Foundation.
80
Madani, D. (1999). A Review of the Role and Impact of Export Processing Zones.
World Bank Policy Research Working Paper No 2238. The World Bank Development
Research Group November 1999.
Wong, P.K. & Ng, K.K. (2009). Batam, Bintan, and Karimun – Past History and
Current Development Towards Being an SEZ. Lee Kuan Yew School of Public Policy,
National University of Singapore, August 2009.
Zeng, D.Z. (2011). How do Special Economic Zones and Industrial Clusters Drive
China’s Rapid Development – The World Bank Policy Research Working Paper
5583. The World Bank Africa Region, Finance & Private Sectors Development.
March 2011.