Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jantung adalah organ vital tubuh manusia, memompa darah


oksihemoglobin keseluruh tubuh maupun kembali kejantung darah
mengandung hemoglobin reduksi kemudian disalurkan ke paru-paru.
Pemompaan ini merupakan efek dari sistem hantaran atau konduksi jantung.
kontraksi yang teratur terjadi karena sel-sel khusus dalam sistem hantaran
secara metodis membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik ke sel-sel
miokardium yaitu nodus sinoatrial (SA node), nodus atrioventrikular (AV
node), berkas atrioventrikular (berkas AV atau berkas His).
Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi
ritmik dinding otot. Disritmia dapat diidentifikasi melalui gelombang EKG.
Disritmia dinamakan berdasarkan pada tempat danasal impuls dan mekanisme
hantaran yang terlibat. Ganguan irama jantung atau aritmia merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada infark miokard.
Kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau
irama atau keduanya adalah aritmia. Aritmia dinamakan berdasarkan pada
tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Disritmia dapat
diidentifikasi melalui gelombang EKG Ganguan irama jantung atau aritmia
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokard.
Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik
jantung. Pada umumnya gangguan sistem listrik jantung akan menimbulkan
perubahan irama jantung menjadi terlalu lambat (Bradiaritmia, jantung
berdenyut kurang dari 60 kali permenit) atau terlalu cepat (Takiaritmia,
jantung berdenyut lebih dari 100 kali permenit). Kedua keadaan tersebut akan
berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh.

1
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum: agar mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan
memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis disritmia/Aritmia.
b. Tujuan Khusus :
- Mengetahui konsep penyakit (definisi)
- Mengetahui etiologi
- Mengetahui manifestasi klinis
- Mengetahui patofisiologi
- Mengetahui pemeriksaan klinis
- Mengetaui penatalaksaan
- Mengetahui klomplikasi
- Mengetahui konsep Askep
- Dapat menganalisa dari kasus

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama


jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama
kelainan sistem konduksi jantung. Aritmia adalah gangguan pembentukan
dan/atau penghantaran impuls. Terminology dan pemakaian istilah untuk
aritmia sangat bervariasi dan jauh dari keseragaman di antara para ahli.

B. Etiologi

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan


oleh :

1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard


(miokarditis karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

3
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)

C. Manifestasi Klinik

Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu :

1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;


defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
6. Palpitasi
7. Pingsan
8. Rasa tidak nyaman di dada
9. Lemah atau keletihan (perasaan)
10. Detak jantung cepat (tachycardia)
11. Detak jantung lambat (bradycardia)

4
D. Patofisiologi

Secara klinis, diagnosa aritmia berdasarkan pada interpretasi


Elektrokardiogram (EKG). Kelainan atau gangguan irama jantung dapat
digolongkan sesuai mekanisme dasar penyebab timbulnya aritmia :
1. kelainan otomatisitas nodus sinus (nodus sinotrial = NSA).
Kecepatan denyut jantung normal sekitar 60 – 100 denyut per menit
(=60 – 100 dpm). Perubahan kecepatan mengadakan impuls dari NSA
dapat terjadi dua keadaan :
 pembentukan impuls cepat maka kecepatan denyut jantung
bertambah, misanya diatas 100 dpm disebut takikardia.
 Pembentukan impuls pelan maka kecepatan denyut jantung
berkurang,misalnya dibawah 60 dpm disebut barhikardia.
2. Adanya face maker ektopik
Dalam hal ini facemake tidak pada NSA, tetapi pada tempat diluar
NSA. Jadi setiap impuls yang berasal dari luar NSA dianggap sebagai
keadaan abnormal yang menimbulkan denyut ektopik.
3. Gangguan sistem induksi
Dalam hal ini terjadi gangguan penghantar rangsangan atau impuls
pada jantung, terutama disebabkan adanya blok system konduksi
jantung. Blok jantung mengakibatkan:
 Penghambatan penghantaran impuls sehingga periode waktu
penghantaran impuls memanjang (menjadi lebih lama),
menyebabkan kecepatan denyut jantung dapat berkurang sampai
dibawah normal.
 Pemutusan (penghentian) penghantar impuls, dapat terjadi henti
jantun (=cardiac arrest).

5
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat
jantung.
2. Monitor Halter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana
disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto dada
Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokardia
Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes stress latihan
Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
disritmia.
6. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas jantung, adanya obat jalanan atau dugaan
interaksi obat, contoh digitalis, quinidin dan lain-lain.
8. Pemeriksaan Tiroid
Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkan/
meningkatnya disritmia.

6
9. Laju Sedimentasi
Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut/aktif, contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus untuk disritmia.
10. GDA/Nadi Oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Scan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

7
10. GDA/ nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/
mengeksaserbasi disritmia.

G. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS


1. Komplikasi
Aritmia tertentu dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi
seperti:
 Stroke.
 Gagal jantung
 fibrilasi ventrikel.
 Tekanan darah menurun secara drastis, dapat merusak organ vital,
termasuk otak, yangsangat membutuhkan suplai darah.
 Dalam kasus yang parah, irama jantung dapat menjadi begitu kacau
sehingga menyebabkankematian mendadak.
2. Prognosis
Sebagian besar aritmia tidak menyebabkan gejala atau menganggu
kemampuan jantung untuk memompa darah. Jadi biasanya aritmia
menimbulkan resiko yang sedikit atau tidak ada, meskipun aritmia dapat
menyebabkan kecemasan yang besar , jika seseorang menyadari aritmia.

H. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
 Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi
atau flutter.

8
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmia yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
 Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
 Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,
angina pektoris dan hipertensi.
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

2. Terapi Mekanis
a). Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan
prosedur elektif.
b). Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
c). Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d). Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi
jantung.

9
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas dan Istirahat


Gejala : kelemahan dan kelelahan umum dan karena
kerja

Tanda : perubahan frekuensi jantung/TD dengan


aktivitas/olahraga.

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat IM sebelumnya/akut (90%-95


mengalami distrimia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi.

Tanda : Perubahan TD, contoh hipertensi atau


hipotensi selama periode distrimia.
Nadi: mungkin tidak teratur, contoh denyut
kuat; pulsus alternant (denyut kuat
teratur/denyut lemah) nadi begeminal (denyut
kuat tak teratur /denyut lemah).
Defisit nadi(perbedaan antara nadi apical dan
nadi radial).
Bunyi jantung: irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun.
Kulit: warna dan kelembaban berubah, contoh
pucat, sianosis, berkeringat (gagal jantung ,
syok).

10
Edema: dependen, umum, DVJ (pada adanya
gagal jantung)
Haluaran urine: menurun bila curah jantung
menurun berat.

3. Integritas Ego

Gejala : perasaan gugup (disertai takidistrmia),


perasaan terancam.
Stressor sehubungan dengan masalah medic.
Tanda : cemas, akut, menolak, marah gelisah
menangis.

4. Makanan/Cairan

Gejala : hilang napsu makan, anoreksia


Tidak toleran terhadap makanan (karena
adanya obat)
Mual/muntah
Perubahan berat badan.
Tanda : perubahan berat badan.
Edema
Perubahan pada kelembaban kulit/turgor
Pernapasan krekels

5. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut, sakit kepala.
Tanda : status mental/ sensori berubah, contoh
disorientasi, bingung, bingung, kehilangan

11
memori, perubahan pola bicara/kesadaran,
pingsan, koma.
Perubahan perilaku, contoh, menyerang,
latergi, halusinansi.
Perubahan pupil (kesamaan dan reaksi
terhadap sinar)
Kehilangan reflex tendon dalam dengan
distrimia yang mengancam hidup (takikardia
ventrikel, brakikardi berat)

6. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat
atau tidak bisa hilang oleh obat antiangina.
Tanda : perilaku distraksi, contoh gelisah

7. Pernapasan
Gejala : penyakit paru kronis
Riwayat atau penggunaan tembakau berulang.
Napas pendek
Batuk (dengan /tanpa produksi sputum)
Tanda : perubahan kecepatan/kedalam pernapasan
selama episode distrimia
Bunyi napas: bunyi tambahan (krekels, ronki,
mengi) mungkin ada menunjukan komplikasi
pernapasan, seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal.
Hemoptisis.

12
8. Keamanan
Tanda : demam
Kemerahan kulit (reaksi obat)
Inflamasi, eritema, edema (thrombosis
superfisial).
Kehilangan tonus otot/kekuatan.

9. Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : factor risiko keluarga contoh, penyakit


jantung, stroke.
Penggunaan/tak menggunakan obat yang
diresepkan, contoh obat jantung (digitalis);
antikoagulan (Coumadin); atau obat yang
dijual bebas, contoh sirup batuk dan analgesik
berisi ASA.
Kurang pemahaman tentang proses
penyakit/program terapeutik.
Adanya kegagalan untuk memperbaiki, contoh
distrimia berulang/tak dapat sembuh yang
mengancam hidup.

Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: 3,2 hari

Rencana pemulangan : perubahan pengguaan obat/terapi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


gangguan konduksi eliktrikal; penurunan kontraktilitas miokardial.

13
2. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi;
tidak mengenal sumber informasi; kurang mengungat
3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
5. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat
suplay oksigen ke jaringan.

C. INTERVENSI

1. Curah jantung menurun resiko tinggi terhadap gangguan konduksi elektrikal


dan penurunan kontraktilitasn miokard
 Raba nadi (radial, carotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekwensi,
keteraturan, amplitude (penuh/kuat) dan simetris. Catat adanya pulsus
alternan, nadi bigeminal atau defisit nadi
R/ mengetahui perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi.
 Auskultasi bunyi jantung, catat frekwensi, irama. Catat adanya denyut
jantung ekstra, penurunan nadi.
R/ lebih terdeteksi dengan pendengaran daripada dengan palpasi
 Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
Laporkan variasi penting pada TD/frekwensi nadi, kesamaan, pernapasan,
perubahan pada warna kulit/suhu, tingkat kesadaran/sensori, dan haluaran
urine selama episode disritmia.
R/ penanganan cepat untuk mengakhiri aritmia diperlukan pada adanya
gangguan curah jantung dan perfusi jaringan
 Tentukan tipe disritmia dan catat irama (bila pantau jantung /telemetri
tersedia).
R/ berguna dalam menentukan kebutuhan / tipe intervensi
Takikardia
Bradikardia

14
Disritmia atrial
Disritmia ventrikel
Blok jantung
 Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama
fase akut.
R/ untuk menurunkan rangsang dan penghilangan stres akibat
katekolamin.
 Demonstrasikan /dorong penggunaan perilaku pengaturan stress, contoh
tehnik relaksasi , bimbingan imajinasi, napas lambat/dalam.
R/ membantu pasien untuk mengeluarkan rasa kontrol dalam situasi
penuh stres.
 Selidiki laporan nyeri dada, catat lokasi, lamanya, intensitas, dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal, contoh wajah
mengkerut, menangis, perubahan TD/frekwensi jantung.
R/ untuk mengetahui sebab nyeri.
 Siapkan /lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.
R/ memerlukan upaya intervensi untuk mencegah kerusakan
iskemi/kematian.

Kolaborasi

R/untuk mengetahui ketidakseimbangan elektrolit.


 Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit.
Kadar obat
 Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
 Berikan obat sesuai indikasi.
Kalium,
Antidisritmia :
 Kelompok Ia, contoh disopiramid (norpace), prokainamid (pronestly),
quinidin (quinagulate).

15
Kelompok Ib contoh lidokain, fenitoin, tokainidin, meksiletine.
Kelompok Ic, contoh enkainid, flekainid, propafenon.
Kelompok II, contoh propranolol, nadolol, asebutolol, esmolol.
Kelompok III, contoh bretilium toslat, aminodaron.
Kelompok IV, contoh verapamil, nifedipin, diltiazem.
Lain-lain, contoh atropine sulfat, isoproterenol, glkosid jantung , digitalis.
 Siapkan untuk/Bantu kardioversi elektif.
 Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung.
 Masukan/pertahankan masukan IV
 Siapkan untuk prosedur diagnostic invasive/bedah sesuai indikasi.
 Siapkan untuk/Bantu penanaman otomatik kardioversi atau defibrilator
(AICD) bila diindikasikan.

2. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan.


 Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal.k memahami fariasi
individual dan memahami intervensi terapeutik
R/ memberikan dasar pengetahuan un
 Jelaskan/tekankan masalah disritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/orang terdekat.
R/penjelasan berulang diperlukan karena kecemasan dan atau hambatan
informasi baru dapat menghambat/ membatasi belajar
 Identifikasi efek merugikan/komplikasi disritmia khusus, contoh
kelemahan, edema dependen, perubahan mental lanjut, vertigo.
R/ disritmia dapat menurunkan curah jantungdimanifestasikan oleh gejala
gagal jantung/ gangguan perfusi serebral
 Anjurkan /catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat
diperlukan (tindakan yang dibutuhkan), bagaimana dan kapan minum
obat, apa yang dilakukan bila dosis terlupakan (informasi dosis dan
penggunaan), efek samping yang diharapkan atau kemungkinan reaksi
merugikan, interaksi dengan obat lain/obat yang dijual bebas atau

16
substansi (alcohol, tembakau), sesuai dengan apa dan kapan melaporkan
ke dokter.informasi perlu untuk pasien dalam membuat pilihan
berdasarkan informasi dan menangani program pengobatan
R/informsi perlu untuk membuat pilihan berdasarkan informasi dan
menangani program pengobatan
 Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan.
Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan aktivitas cepat, contoh pusing,
silau, dispnea, nyeri dada.
R/program latihan berguna dalam memperbaiki kesehatan kardiovaskuler
 Kaji ulang kebutuhan diet individu/pembatasan, contoh kalium dan kafein.
R/ pasien perlu meningkatkan diet kalium dan kafien dibatasi untuk
mencegah eksitasi jantung
 Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/orang terdekat
untuk dibawa pulang.
R/ instruksi tulisan membantu pasien dalam kontak tak langsung dengan
tim kesehatan
 Anjurkan pasien melakukan pengukuran nadi dengan tepat. Dorong
pencatatan nadi harian sebelum minum obat/latihan. Identifikasi situasi
yang memerlukan intervensi medis cepat.
Observasi atau pemantauan sendiri terus menerus memberikan intervensi
berkala untuk menghindari komplikasi
 Kaji ulang kewaspadaan keamanan, tehnik untuk
mengevaluasi/mempertahankan pacu jantung atau fungsi AICD dan gejala
yang memerlukan intervensi medis.
R/meningkatkan perawatan mandiri, memberikan intervensi berkala untuk
mencegah komplikasi serius
 Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
karotis/sinus maneuver. Valsalva bila perlu.
R/kadang-kadang prosedur ini perlu pada beberapa pasien untuk
memperbaiki irama tertentu/curah jantung pada situasi darurat

17
D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan klien distritmia/aritmia
meliputi hal-hal berikut :
 Menunjukkan peningkatan curah jantung
 Tanda-tanda vital kembali normal
 Terhindar dari resiko penurunan prfusi perifer.
 Terpenuhinya aktifitas sehari-hari.
 Menunjukkan penurunan kecemas
 Memahami penyakit dan tujuan perawatannya.
 Mematuhi semua aturan medis.
 Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau
sifatnya berubah.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

- Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
- Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh
Peradangan jantung,Gangguan sirkulasi koroner, Karena obat, Gangguan
keseimbangan elektrolit Gangguan pada pengaturan susunan saraf
autonom, Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.Gangguan
metabolic, Gangguan Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau
tumor jantung,Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi
- Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu :Perubahan TD ( hipertensi
atau hipotensi Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil. Nyeri dada ringan sampai berat, Nafas
pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan. Demam; Palpitasi Pingsan Rasa tidak nyaman di dada Lemah
atau keletihan (perasaan) Detak jantung cepat (tachycardia) Detak jantung
lambat (bradycardia)
- Secara klinis, diagnosa aritmia berdasarkan pada interpretasi
Elektrokardiogram (EKG).
- Komplikasi Aritmia tertentu dapat meningkatkan risiko mengembangkan
kondisi seperti: Stroke., Gagal jantung, fibrilasi ventrikel., Tekanan darah
menurun secara drastis, dapat merusak organ vital, termasuk otak,
yangsangat membutuhkan suplai darah., Dalam kasus yang parah, irama
jantung dapat menjadi begitu kacau sehingga menyebabkankematian
mendadak.
- Penatalaksanaan di lakukan dengan terapi medis dan terapi mekanik

19
- Konsep keperawatan penyakit arirmia ada beberapa tahap meliputu,
pengkajian, diagnose intervensi dan evaluasi

B. SARAN
Disampaikan kepada seluruh mahasiswa khususnya dari STIKES agar
mempelajari askep terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan keperawatan,
dan di himbau kepada pembaca untuk kritik dan saran yang membangun demi
kelengkapan isi askep ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern.2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:


Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC
Sylvia A. Price dan Lorraine M. Willson. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta: EGC
Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
www.scribd.com/doc/40727697/askep-isk
www.scribd.com/doc/82262229/askep-isk

21

Anda mungkin juga menyukai