Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA MASALAH UTAMA


GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Deden dan
Rusdi,2013,Hal.34 ).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negative atau mengancam (Nanda-1,2012).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan prilaku maladaktif
dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial ( Depkes RI, 2000 ).
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di
sekitarnya secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistis
(Erlinafsiah,2010,Hal.101).
Tanda dan gejala :
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi social akan ditemukan
data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar
dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain, komunikasi
kurang, klien tampak tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat,
tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk,
berdiam diri dikamar. Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin pada saat lahir, sedangkan
untuk data Subjektif sukar didapat, jika klien menolak komunikasi, beberapa
data subjektif adalah menjawab dengan singkat dengan kata-kata “tidak, “ya”
dan tidak tahu”.
Mekanisme Koping

1
Individu yang mengalami respon social maladaktif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut
berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail,W Stuart
2006).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial antara lain
proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi,
isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi.
Sumber koping
Menurut Gail W. Stuart 2006, sumber koping berhubungan dengan respon
social mal-adaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan
teman, hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, music atau
tulisan (Ernawati Dalami dkk,2009,Hal.10).

B. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri,
rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri,
(Carpenito,L.J,1998)
a. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik
diri
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga professional
untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan

2
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif
sewajarnya dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
2) Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak
produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis
terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini (Stuart and Sundeen, 1998).
b. Faktor persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain :
1) Stressor Sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas
unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya,
misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat

3
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri)
(Stuart & Sundeen, 1998)
3) Stressor intelektual
a) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
b) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
c) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang
lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada
gangguan berhubungan dengan orang lain
4) Stressor fisik
a) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
b) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
C. Tanda dan gejala
Menurut Purba, dkk.(2008) tanda dan gejala iolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara adalah
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau menolak dan ditolak orang
lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

4
D. Pohon Masalah
Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

E. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
c. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi
(Kelliat,2005)
2. Data yang Perlu Dikaji
Isolasi sosial : menarik diri
Data subyektif :
Klien mengatakan tidak mampu, tidak bisa mengungkapkan perasaan dan
enggan berbicara dengan orang lain.
Data obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, apatis, ekspresi
sedih, komunikasi verbal kurang, aktifitas menurun, posisi janin pada
saat tidur, menolak berhubungan, kurang memperhatikan kebersihan.

F. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial: menarik diri

G. Implementasi Keperawatan
Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan
klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi
keperawatan adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan

5
teknikal, intervensi harus dilakukan dengan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikollogi dilindungi dan didokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan.

H. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap
akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke
arah pencapaian hasil.

6
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6.Alih
Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Keliat, B. A.1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC
Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock. 1993.Clinical Manual of Psychiatric
Nursing.2 nd Edition.Mosby Year Book, St. Louis.
Stuart, G.W. & Michele T. Laraia. 1998.Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. 6 th Edition. Mosby Company, St. Louis.
Towsend, Mary C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih Bahasa: Novy Helena C.D., Edisi 3.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai