Anda di halaman 1dari 17

III.

ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

A. Analisis Tekstur Tanah.


Metode Bouyoucus / Hidrometer
1. Alat
a. Neraca analitik ketelitian 2 desimal
b. Mesin penaduk khusus dan piala logam
c. Silinder sedimentasi atau gelas ukur 500 ml
d. Pengaduk khusus suspensi
e. Alat hidrometer tanah tipe 152 H
f. Timer atau stopwatch
2. Bahan
a. Ctka lolos 2 mm
b. Larutan pendispersi natrium pirofosfat (Na4P2O7 . 10 H2O) 4 %
3. Cara Kerja
a. Menimbang ± 25 g ctka hlus < 2 mm dalam gelas piala 100 ml, kemudian
menambahkan 10 ml larutan pendispersi pirifosfat.
b. Memindahkan kedalam piala logam dan mengencerkannya dengan air
bebas ion sampai 200 ml.
c. Mengaduk dengan mesim pengaduk kecepatan tinggi selama 5 menit
d. Setelah 5 menit, pindahkan larutan ke dalam gelas ukur 500 ml,
mengencerkannya dengan air bebas ion sampai 500 ml, kemudian
mengocok dengan tangan sebanyak 20 kali
1) Catatan : bila mesin pengaduk tidak tersedia, timbang ctka ke dalam
botol kocok, kemudian menambahkan larutan pendiapersi dan kocok
dengan mesin kocok selama 1 malam, kemudian pindahkan seluruh
suspensi ke dalam gelas ukur 500 ml dan cara kerja yang sama.
2) Dengan cara yang sama, tetapi tanpa ctka, membuat penetapan
blangko.
Pengukuran fraksi campuran debu + lempung

15
16

e. Keesokan harinya mengaduk setiap suspensi tanah dalam gels ukur


selama 30 detik dengan pengaduk
f. Menyiapkan stopwatch untuk pengukuran fraksi camouran debu dan
lempung.
g. Mengocok suspensi hingga homogen dengan pengaduk (cukup 20 detik),
kemudian memasukan.
h. Mencatat angka skala hidrometer yang berhimpit dengan permukaan
suspensi, tepat setelah 40 detik (pembacaan 1). Angka tersebut adalah
jumlah gram fraksi campuran debu dan lempung dalam 1 liter suspensi.
i. Mengukur larutan blangkp untuk koreksi suhu fraksi debu dan lempung.
Pengukuran fraksi lempung
j. Membiarkan suspensi selama 2 jam agar diperoleh suspensi lempung
kemudian mengukurnya dengan alat hidrometer.
k. Mencatat angka skala hidrometer yang berhimpit dengan permukaan
suspensi, tepat setelah 40 detik (pembacaan 2). Angka tersebut adalah
jumlah gram fraksi lempung dalam 1 liter suspensi.
Perhitungan
Selain koreksi kadar air, bahan organik (BO) dalam contoh perlu
dikoreksi supaya fraksi pasir yang dihitung lebih mendekati kebenaran.
Dari hasil pengukuran pada pembacaan 1 diperoleh fraksi debu-lempung =
A g/l dan blangko = a g/l, sedangkan pada pembacaan 2 diperoleh fraksi
lempung = B g/l dan blangkonya = b g/l. Diketahui bahwa persen BO = C
(% C organik x 1,724) dan faktor koreksi kelembapan (faktor koreksi kadar
air) = fk
Dalam 25 garam tanah kering udara terdapat :
25
a. Tanah kering 105 ºC =
(𝑓𝑘 𝑔)
25
b. Bahan Organik =
100 𝑔
25 25
c. Pasir + debu + lempung = -
𝑓𝑘 100 𝑔
17

(B−b)
d. Lempung = [ ]g
2
(A−a (B−b)
e. Debu = { − }g
2 2
f. Pasir = (25 fk-1) ─ (25C 100) ─ (A ─ a) gr

B. Analisis Struktur Tanah.


1. Bobot Volume (BV) / Bulk Density
a. Alat
1) Cawan pemanas
2) Lampu bunsen
3) Pipet ukur
4) Benang
5) Timbangan analitik
6) Termometer
b. Bahan
1) Tanah bongkah asli
2) Air
3) Lilin
c. Cara Kerja
1) Mengikat bongkah tanah dengan benang dan menimbangnya (a gr).
2) Mencairkan lilin hingga 60oC, kemudian mencelupkan tanah ke dalam
cairan lilin sampai terbungkus sempurna.
3) Menimbang tanah berlilin (b gr).
4) Mengisi tabung ukur dengan air hingga volume tertentu (p cc).
5) Memasukkan tanah berlilin ke tabung ukur.
6) Menambahkan air untuk memudahkan pencatatan (q cc).
7) Mencatat air yang ditambahkan (r cc).
𝟖𝟕 𝒙 𝒂
Bobot Volume =
(𝟏𝟎𝟎+𝑲𝑳 )𝒙 [𝟎,𝟖𝟕 𝐱 (𝐪−𝐫−𝐩)− (𝐛−𝐚)]

2. Bobot Jenis (BJ) / Particle Density


a. Alat
1) Piknometer
18

2) Termometer
3) Timbangan analitik
4) Kawat pengaduk
5) Corong kaca
6) Tabel BJ
7) Tissu
b. Bahan
1) Ctka Ø 2 mm
2) Aquadest
c. Cara Kerja
1) Mengambil piknometer kosong dan kering kemudian menimbang
beserta tutupnya (a gr).
2) Mengisi piknimeter dengan aquadest sampai penuh kemudian
menutupnya hingga ada aquadest yang keluar dan mengeringkan
aquadest yang menempel pada bagian luar piknometer dengan tissu
dan menimbangnya (b gr).
3) Mengukur suhu dengan termometer dan menentukan BJ nya dengan
melihat tabel BJ sesuai suhu yang diukur (BJ1).
4) Membuang air dan membersihkannya hingga kering kemudian
mengisi piknometer dengan tanah ± 5 gram dam memasang tutupnya
serta menimbangnya (c gr).
5) Mengisi piknometer yang telah ditimbang denganaquadest hingga
separuh volume.
6) Mengaduknya sampai tidak ada gelembung udara dan membiarkannya
semalam dalam keadaan tertutup sumbatnya.
7) Membuang gelembungnya lalu mengisi piknometer dengan aquadest
sampai penuh dan menimbang (d gr).
8) Mengukur suhu dengan termometer dan menentukan BJ nya sesuai
tabel (BJ2).
𝟏𝟎𝟎 𝒙 (𝒄−𝒂)𝒙 𝑩𝑱𝟏 𝒙 𝑩𝑱𝟐
Bobot Volume =
(𝟏𝟎𝟎+𝑲𝑳 )𝒙 [𝐁𝐉𝟐 𝐱 (𝐛−𝐚)− 𝐁𝐉𝟐 𝐱 (𝐝−𝐜)]
19

3. Porositas
𝐵𝑉
n = (1 - ) x 100 %
𝐵𝐽

C. Analisis Lengas Tanah


1. Lengas Tanah Kering Angin
a. Alat
1) Botol timbang
2) Oven
3) Eksikator
4) Penimbang
b. Bahan
1) Bongkahan
2) Contoh tanah kering angin (ctka) Ø 0,5 mm dan Ø 2 mm
c. Cara Kerja
1) Botol penimbang dan tutupnya ke dalam oven selama 30 menit
kemudian mendinginkannya ke dalam eksikator dan menimbang
botol penimbang dengan tutupnya (a g).
2) Memasukkan ctka kurang lebih 2/3 tinggi botol penimbang lalu
menimbangnya (b g) dan masing-masing ctka dilakukan 2 kali
ulangan.
3) Memasukkan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu 1050C
selama 4 jam.
4) Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator dalam
keadaan tertutup, kemudian melakukan penimbangan setelah dingin
(cg).
5) Melakukan perhitungan kadar lengas.
(𝒃 − 𝒄)
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒍𝒆𝒏𝒈𝒂𝒔 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒉 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
(𝒄 − 𝒂)
Nilai c –a adalah berat contoh tanah kering mutlak (ctkm).
2. Kapasitas Lapangan
a. Alat
20

1) Botol semprong
2) Kain kassa
3) Statif
4) Gelas piala
b. Bahan
 Ctka Ø 2 mm
c. Cara Kerja
1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain
kassa.
2) Memasukkan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang
tertutup kain kassa sebagai dasarnya.
3) Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya.
4) Merendam selama kurang lebih 48 jam.
5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes
terakhir.
6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada 1/3 bagian tengah
semprong, mengukur kadar lengasnya sebanyak 2 kali ulangan.
3. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
a. Alat
1) Cawan tembaga yang dasarnya berlubang
2) Mortir porselin
3) Saringan Ø 2 mm
4) Timbangan analitik
5) Spatel
6) Oven
7) Eksikator
8) Gelas arloji
9) Kertas saring
10) Petridish
b. Bahan
1) Ctka Ø 2 mm
21

2) Aquades
c. Cara Kerja
1) Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi Ø
2 mm.
2) Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas saring
yang sudah dibasahi.
3) Menimbang dengan gelas arloji sebagai alasnya (a g).
4) Memasukkan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga kurang
lebih 1/3 nya lalu diketuk-ketukan, menambahkan lagi ctka sampai
2/3 lalu diketuk-ketukkan lagi, kemudian menambahkan lagi ctka
sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya.
5) Memasukkan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi air
sampai permukaan air mencapai kurang lebih ½ tinggi dinding
cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam permukaan tanah akan
cembung minimal rata/mendatar).
6) Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan
tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati dan
menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (b g).
7) Memasukkan ke dalam oven bersuhu 105 C selama 4 jam, lubang
pembuangan air pada oven harus terbuka.
8) Memasukkan ke dalam eksikator kemudian menimbang dengan
diberi gelas arloji (c g).
9) Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring kemudian
menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (d g).
10) Menghitung kadar lengasnya.
(𝒃 − 𝒂) – (𝒄 − 𝒅)
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒍𝒆𝒏𝒈𝒂𝒔 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒉 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
(𝒄 − 𝒅)
D. Konsistensi Tanah
1. Alat
a. Botol timbang
b. Colet
22

c. Botol pemancar
d. Eksikator
e. Cassa grande
f. Cawan penguap
g. Oven
h. Timbangan analitik
i. Spatel
j. Lempeng kaca
k. Papan Kayu
2. Bahan
a. Ctka Ø 0,5 mm
b. Aquadest
3. Cara Kerja
a. Batas Cair (BC)
1) Membuat pasta tanah dengan cara mencampur ctka  0,5 mm
dengan air pada cawan penguap.
2) Mengambil pasta tanah secukupnya dan memasukkannya ke dalam
cassagrande dan meratakan dengan colet setebal 1 cm, lalu
membelah pasta tanah dengan spatel dalam keadaan tegak lurus
sampai pada dasar cawan.
3) Mengatur tinggi rendah cawan cassagrande pada meja penumpunya,
kemudian memutar alat cassagrande dengan kecepatan 2x per detik
dan menghitung jumlah ketukan hingga pasta bertemu sepanjang 1-
2 cm.
4) Mengulangi sebanyak 4 kali (2x untuk >10-<25 ketukan dan 2x
untuk >25-<45 ketukan).
5) Mengambil tiap pasta tanah hasil ketukan dan menganalisis KL-nya.
6) Mencari log ketukan kemudian dianalisis dengan regresi (nilai BC =
KL pada ketukan 25).
b. Batas Lekat (BL)
1) Membuat gumpalan dengan pasta tanah sebesar bola pingpong.
23

2) Menusuk gumpalan dengan spatel sedalam 2,5 cm dengan


kecepatan 0,5 detik.
3) Bila tanah menempel 1/3 batas spatel (kurang lebih 8 mm) maka
tanah di sekitar tusukan diambil dan menganalisis KL-nya.
4) Melakukan ulangan sebanyak 2 kali.
c. Batas Gulung (BG)
1) Menggiling-giling pasta tanah di atas lempeng kaca hingga
terbentuk silindiris (3 mm) dan mulai retak-retak. Bila belum retak-
retak menambah sedikit tanah lalu menggilingnya lagi.
2) Menghitung kadar lengas tanah tersebut dengan analisis lengas.
3) Mengulang sekali lagi sebagai duplo.
d. Batas Berubah Warna (BBW)
1) Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan
ketinggian pada bagian tengah kurang lebih 3 mm dan makin ke tepi
makin tipis.
2) Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna diambil tanahnya
selebar 1 cm (warna terang dan gelap) untuk dianalisis KL-nya.
E. Analisis Ph Tanah
1. Bahan
a. Ctka Ø 0,5 mm sebanyak 10 gram.
b. Reagen H2O (pH actual), KCl (pH potensial), dan NaF (analisis alofan),
dengan perbandingan 1: 2,5
2. Alat
a. Flakon
b. Pengaduk kaca
c. pH meter
d. Timbangan
3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukkan kedalam dua buah
flakon.
24

b. Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisa pH H2O, 12,5 cc KCl


untuk pH KCl, dan 12,5 cc NaF untuk pH NaF.
c. Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 5 menit.
d. Mendiamkannya selama 30 menit kemudian dukur.
F. Analisis Pertukaran Kation
1. Bahan
a. ctka Ø 0,5 mm
b. NH4COOH 1 N
c. Alkohol 95 %
d. NaCl 10 %
e. NaOH 45 %
f. HCl 0,1 N
g. H3BO3 2 %
h. Indikator campuran (BCG dan MR)
i. Aquadest
j. Butir Zn
2. Alat
a. Erlenmeyer
b. Alat penggojog
c. Kertas saring
d. Corong
e. Pipet ukur
f. Labu destilasi
g. Destilator
h. Biuret dan statif
i. Timbangan
3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka Ø 0,5 mm 10 g.
b. Memasukkannya dalam erlenmeyer, menambahkan amonium asetat
dan menggojog selama 30 menit kemudian menyaring.
c. Mencuci dengan amonium asetat 8 kali masing-masing 10 cc.
25

d. Filtrat disisihkan (jangan dibuang) untuk penentuan KB dan ctka


dicuci lagi dengan alkohol 10 cc sebanyak 5 kali kemudian filtrat
dibuang.
e. Mencucinya dengan NaCl 10 % 10 cc sebanyak 8 kali dan
memindahkan filtrat ke dalam tabung destilasi.
f. Mengencerkan dengan aquadest sampai volume 150 cc.
g. Menambahkan 5 cc NaOH 45% dan 2 butir Zn.
h. Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc H3BO3 2% dan
menambah 2 tetes indikator campuran.
i. Menunggu hasil destilaasi sampai volume 40 cc.
j. Menitrasi dengan 0,1 N HCl sampai warna kehijauan.
k. Mencatat cc HCl yang habis untuk titrasi.
𝒄𝒄 𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝑵 𝑯𝑪𝒍
Perhitungan: 𝑲𝑷𝑲 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 𝒄𝒎𝒐𝒍(+)/𝒌𝒈
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒉

G. Bahan Organik
1. Alat
a. Labu takar 50 ml
b. Gelas piala 50 ml
c. Gelas ukur 25 ml
d. Pipet drop
e. Pipet ukur
2. Bahan
a. Ctka Ø 0,5 mm
b. K2Cr2O7 1 N
c. H2SO4 pekat
d. H3PO4 85 %
e. FeSO4 1 N
f. Indikator DPA
g. Aquadest
3. Cara Kerja
26

a. Menimbang ctka Ø 0,5 mm 1 gram dan memasukkan ke dalam labu


takar 50 ml.
b. Menambahkan 10 ml K2Cr2O7 1 N.
c. Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 cc H2SO4 pekat
setetes demi setetes hingga menjadi berwarna jingga. Apabila warna
menjadi kehijauan, menambah K2Cr2O7 dan H2SO4 kembali dengan
volume diketahui (melakukan dengan cara yang sama terhadap
blangko).
d. Menggojog dengan memutar dan mendatar selama 1 menit lalu
mendiamkannya selama 30 menit.
e. Menambah 5 ml H3PO4 85% dan mengencerkan dengan aquadest
hingga volume 50 ml. menggojog samapi homogen.
f. Mengambil 5 ml larutan bening dan menambah 15 ml aquadest serta
indikator DPA sebanyak 2 tetes, kemudian menggojognya bolak –
balik sampai homogen.
g. Menitrasi dengan FeSO4 1 N hingga warna hijau cerah
Perhitungan:
(𝐁−𝐀) 𝐱 𝐧 𝐅𝐞𝐒𝐎𝟒 𝐱 𝟑 𝟏𝟎𝟎
𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐂 = 𝟏𝟎𝟎 𝐱 𝟏𝟎 𝐱 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐱 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 (𝐦𝐠) 𝟕𝟕
𝟏𝟎𝟎+𝐊𝐋

𝟏𝟎𝟎
𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐠𝐚𝐧𝐢𝐤 = 𝐱 𝐤𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐂
𝟓𝟖
B = Blanko
A = Baku
KL= Kadar lengas
H. Analisis Kadar N, P Dan K Pada Tanah
1. N total tanah
a. Bahan
1) Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm 1 gr
2) H2SO4 pekat
3) CuSO4 dan K2SO4 (perbandingan 20 : 1)
4) Aquades
5) H2SO4 0,1 N
27

6) Indikator methyl red


7) NaOH pekat
8) Butir Zn
b. Alat
1) Gelas Arloji
2) Tinmbangan analitik
3) Tabung Kjeldahl
4) Erlenmeyer
5) Buret
6) Labu destilasi
c. Cara Kerja
1) Destruksi
a) Menimbang tanah kering angin diameter 0,5 mm 1 gram.
b) Memasukkan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 6 ml H 2 SO 4
pekat.
c) Menambahkan campuran serbuk K 2 SO 4 dan CuSO 4 1 sendok
kecil.
d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang
dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna.
2) Destilasi
a) Setelah larutan dalam tabung Kjeldahl dingin, menambahkan
aquades 30 ml dan menuangkan ke dalam tabung destilasi (tanah
tidak ikut) dan menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.
b) Membuat larutan penampung 10 ml ( sudah tersedia yaitu
campuran dari H 2 SO 4 0,1 N dan menambahkan 2 tetes metyl
red pada Erlenmeyer).
c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml.
3) Titrasi
a) Mengambil larutan penampung hasil destilasi 10 ml dan
melakukan titrasi pada larutan dalam gelas piala, dengan NaOH
0,1 N sampai warna hampir hilang/kuning bening.
28

b) Melakukan prosedur diatas untuk blanko.


c) Menghitung nilai N total tanah.
( B  A) xN NaOHx14 x 4
N total tanah = x 100%
100
xBerat tan ah (mg )
100  KL
2. P tersedia tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Larutan 0,025 N HCl
3) Larutan NH4F 0,03 N
4) Amonium Molibdat
5) Larutan SnCl2
6) Larutan standard P
b. Alat
1) Gelas ukur
2) Timbangan analitik
3) Tabung reaksi
4) Corong
5) Kertas whatman
6) Erlenmeyer
7) Pipet
8) Spektrofotometer
c. Cara Kerja
1) Mengencerkan larutan standar P (oleh Co-Ass)
2) Menimbang 1 gram tanah kering angin kemudian memasukkannya
ke dalam flakon.
3) Menambah 7 ml larutan Bray I (0,025 N HCl + 0,03 N NH 4 F), lalu
menggojognya selama 1 menit.
4) Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih.
5) Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquades.
6) Menambah 2 ml ammonium molybdat hingga homogen.
29

7) Menambah 1 ml SnCl 2 dan menggojognya.


8) Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660
nm.
ppm P Laru tan Tanahx35
ppm P =
100
xBerat Tanah ( gr )
100  KL
3. K tersedia tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm 2,5 gr
2) Lithium Khlorida 0,05 N
3) Amonium asetat 1 N pH 7
b. Alat
1) Gelas Ukur
2) Gelas reaksi
3) Timbangan analitik
4) Kertas saring
5) Corong
6) Flamefotometer
c. Cara Kerja
1) Menimbang contoh tanah 2,5 gram.
2) Menambah ammonium asetat 25 ml dan menggojog selama 30
menit.
3) Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml.
4) Menambah 5 ml LiCl 2 dan menjadikan volume 50 ml dengan
aquades.
5) Menembak dengan flamefotometer.

ppm K Laru tan Tanahx 50 x 50


5 1000 x100%
K tersedia tanah =
100
xBerat Tanah ( gr )
100  KL
30

I. Pengamatan Omission Test


1. Cara Kerja
a. Persiapan
1) Tanah pasir dikeringanginkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari langsung.
2) Tanah pasir diayak dengan ukuran 2 mm atau 5 mm.
3) Tanah pasir ditimbang masing-masing + 3-5 kg sebanyak perlakuan dan
ulangan (48).
4) Label disiapkan yang dimasukkan dalam plastik agak tidak basah.
5) Pupuk disiapkan untuk perlakuan sebagai berikut;
a) T1 : Tanaman Kacang Tanah
b) T2 : Tanaman Jagung
c) L0 : Tanpa diberi Legin
d) L1 : Diberi Legin
e) L2 : Diberi Mikoriza
f) M0 : Tanpa diberi pupuk anorganik
g) M1 : Urea 100 kg/ha, SP-36 50 kg/ha, dan KCl 25 kg/ha
h) M2 : SP-36 50 kg/ha dan KCl 25 kg/ha
i) M3 : Urea 100 kg/ha dan KCl 25 kg/ha
j) M4 : Urea 100 kg/ha dan SP-36 50 kg/ha
6) Tanah pasir, pupuk mikro hara, dan pupuk perlakuan dicampur,
sehingga diperoleh interaksi perlakuan sebagai berikut:
T1L0M0 T1L0M1 T1L0M2 T1L0M3 T1L0M4
T1L1M0 T1L1M1 T1L1M2 T1L1M3 T1L1M4
T2L0M0 T2L0M1 T2L0M2 T2L0M3 T2L0M4
T2L2M3
7) Benih kacang/jagung dimasukkan ke dalam setiap polybag dan menyirami
poybag dengan air hingga kapasitas lapangan.
8) Kondisi polybag harus dijaga agar tetap pada kapasitas lapangan.
b. Pengamatan (dilakukan oleh praktikan)
31

a. Setelah kurang lebih 30-40 hari setelah tanam (fase vegetatif maksimal),
tanaman diamati khususnya pada bagian daun dan batangnya untuk
mengetahui gejala kekurangan unsur hara.
b. Amati juga tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan serta
perakarannya (pada tanaman kacang diamati jumlah bintil akar dan pada
tanaman jagung diamati perakarannya.
c. Bandingkan data-data yang diperoleh antara satu perlakuan dengan
perlakuan lain.

Anda mungkin juga menyukai