Anda di halaman 1dari 11

STUDI SEBARAN SEDIMEN DI PERAIRAN SUNGAI DUA

LAUT KABUPATEN TANAH BUMBU

Ferdinan Erlando Sahata Tanjung


G1F115016

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan


Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari
proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi,
tertansportasi oleh air, angin, dan pada akhirnya terendapkan atau
tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan
sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik
secara mekanik maupun secara kimia dan organik.
Studi tekstur sedimen di dalam sedimentologi umum digunakan untuk
mengetahui ukuran dan persentase butir, proses sedimentasi serta arah transpor
sedimen. Transportasi sedimen di pantai merupakan proses yang perlu
diperhatikan, karena angkutan sedimen dapat merubah kodisi mintakat pantai.
Ukuran partikel-partikel sedimen ini sangat berbeda tergantung dari sifat fisik
yang dimiliki oleh partikel-partikel tersebut. Untuk mengetahui ukuran butiran
sedimen maka perlu dilakukan analisis dengan berbagai macam metode.
Sifat-sifat transportasi sedimen berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri
yaitu mempengaruhi pembentukan struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini
penting untuk diketahui karena sebenarnya struktur sedimen merupakan suatu
catatan (record) tentang proses yang terjadi sewaktu sedimen tersebut diendapkan.
Umumnya proses itu merupakan hasil langsung dari gerakan media pengangkut.
Namun demikian sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan berat jenis) butiran
sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai dari erosi,
transportasi sampai ke pengendapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi, diantaranya adalah
kecepatan arus sungai, kondisi dasar sungai, turbulensi dan lainnya. Terjadinya
sedimentasi di muara sungai atau estuaria menyebabkan daerah tersebut akan
mengalami pendangkalan atau memungkinkan berbagai ukuran partikel sedimen
pada daerah tersebut akan mengalami erosi dan terbawa arus. Begitu arus
melemah sedimen yang berukuran agak besar seperti pasir akan mengendap
terlebih dahulu, sedangkan sedimen yang berukuran halus masih akan terbawa
arus. Partikel tersebut akan mengendap ketika arus sudah cukup lemah, yakni di
daerah sekitar estuaria, di mana arus sungai dan air laut bertemu. Laju sedimentasi
dan kecepatan endapan sedimen tergantung dari ukuran partikel. Kebanyakan
sedimen yang terbawa ke daerah estuaria berada dalam bentuk suspensi dan
berukuran kecil. Sedimen yang berukuran besar seperti pasir, dapat mengendap
dalam satu siklus pasang, sedangkan sedimen yang lebih kecil kecepatan
endapannya lambat.
Sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir dan muara-muara sungai. Pola-
pola sedimentasi tergantung pada pola pergerakan air, apabila gerakan air
horizontal tinggi, sedimen akan tetap dalam bentuk larutan. Namunbila gerakan
air perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar sedimen tetap larut
maka akan terjadi proses pengendapan bahan-bahan sedimen. Selain itu energi
gerakan air juga berpengaruh terhadap ukuran bahn-bahan sedimentasi yang akan
di endapkan. Tingginya proses sedimentasi ini akanberdampak kembali pada
manusia itu sendiri seperti terganggunya transportasi laut karena telah terjadi
pendangkalan, terjadinya pengurangan lahan/areal, dan sebagainya.
Perairan Sungai Dua Laut Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan
yang memiliki kekayaan alam biotanya termasuk terumbu karang didalamnya.
Pantai terletak berbatasan dengan laut jawa di bagian selatan selat laut di bagian
utara sehingga menyebabkan pengaruh sedimentasi sangat kuat dan sangat
beragam.
Melihat kondisi wilayah Perairan Sungai Dua Laut yang mempunyai
karakteristik pantai berpasir dan merupakan pantai terbuka, serta sungai yang
bermuara di pantai sehingga bentuk sedimennya jadi lebih beragam. Sehingga
untuk mengetahui, perlu dikaji analisis sebaran butir dan transport sedimen.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui kondisi fisik oseanografi di Perairan Sungai Dua Laut.
2. Mengetahui transport sedimen di Perairan Sungai Dua Laut.
3. Mengetahui ukuran butir dan sebaran sedimen.
4. Mengetatahui budget sedimen.
5. Dapat menggambarkan pola sebaran sedimen.

1.3. Ruang Lingkup

1.3.1. Ruang Lingkup Lokasi

Adapun lingkup lokasi karya tulis ilmiah ini adalah di wilayah Perairan
Sungai Dua Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

1.3.2. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam karya tulis ilmiah meliputi:


1. Oseanografi meliputi pengukuran gelombang dan arus.
2. Ukuran butir sedimen meliputi pengambilan sampel sedimen pada 22 stasiun
menggunakan alat grab sampler.
3. Transpor sedimen meliputi pengukuran sedimen menggunakan sedimen trap
dilakukan di 6 stasiun dalam jangka waktu pemasangan alat sedimen trap
selama 4 hari.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Fisik Oseanografi


Pengukuran pasang surut dilakukan pada tanggal 8 November 2017
pukul 17:30 dengan ketinggian muka air setinggi 162 cm dan berakhir pada
tanggal 11 November 2017 pukul 06:00 sebesar 146 cm. Pengukuran dilakukan
tiap 30 menit selama 61 jam. Dari data primer yang diperoleh pada kegiatan
praktek lapang semester ganjil kali ini dapat diketahui pasang tertinggi terjadi
pada tanggal 9 November 2017 pada pukul 22:30 setinggi 202 cm dan surut
terendah pada tanggal 10 November 2017 pukul 14:00 setinggi 56 cm.
Dari hasil analisis pasang surut di perairan Desa Sungai Dua Laut dapat
dikatakan tipe pasang surut di perairan tersebut yaitu pasang surut campuran
condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal). Dalam satu hari
terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya
berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di perairan Indonesia bagian Timur.
Pada saat air pasang, arus datang dari arah selatan menuju ke utara.
Sedangkan pada saat kondisi surut arus datang dari utara menuju ke selatan. Hasil
pengukuran arah dan kecepatan arus dilapangan dilakukan pada satu stasiun yaitu
di daerah jembatan, hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana arah dan
kecepatan arus di dekat pantai, dikemukakan oleh Rahim (1998), bahwa arus
merupakan penyebab timbulnya sirkulasi air baik dalam bentuk penyebaran
(diffusion) maupun arus vertikal, sehingga terjadi proses percampuran partikel-
partikel dalam air, dengan adanya arus laut serta proses difusi, maka faktor
pencemar dapat menyebar secara horizontal seiring dengan perjalanan waktu.
Proses masuknya bahan pencemar ke dalam perairan laut dan kemudian dialirkan
melalui tingkat-tingkat tropik yang terdapat pada lingkungan tersebut dipicu
melalui adukan atau turbulensi oleh arus laut tersebut.
Selain karena arus, adukan atau turbulensi sedikit tidaknya dapat
dipengaruhi oleh gelombang. Menurut dari hasil pengamatan di lokasi studi,
gelombang datang dari arah barat daya menuju barat laut. hal tersebut disebabkan
karena praktek berlangsung pada saat angin muson barat (musim barat)
berhembus dari arah Laut Cina Selatan menuju Samudera Hindia. Pada saat
terjadinya angin muson barat, energi yang membangkitkan gelombang sangat
besar sehingga terjadi pengadukan sedimen dalam jumlah atau volume yang besar
pada beberapa titik di lokasi penelitian, seperti pada titik di sebelah barat daya dan
timur laut.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai
akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut.
Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian
bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Hal tersebut terbukti
dari perolehan data primer yang diambil di perairan Sungai Dua Laut bahwa
kedalaman paling dangkal berada pada daerah pesisir dengan nilai 0 m – 1 m,
sedangkan pada perairan lepas pantai arah barat daya terukur 9,5 m dari hasil
pembacaan GPS Map Sounder. Hal tersebut pula menunjukkan bahwa perairan
yang mendekati pantai memiliki level kedalaman yang rendah karena pergerakan
gelombang yang melambat, sedangkan kondisi kedalaman pada perairan lepas
pantai memiliki level kedalaman yang tinggi karena kuatnya pengaruh hembusan
angin muson barat tanpa hambatan yang bergesekan dengan permukaan air laut
dan memicu timbulnya energi gelombang yang besar. Dalam kata lain, pada
perairan lepas pantai arah barat daya terjadi pengadukan sedimen dalam jumlah
besar karena seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa semakin besar energi
gelombang yang terjadi pada suatu perairan maka akan semakin besar pula
volume pengadukan sedimen yang ditimbulkan.
Kedalaman juga mempengaruhi tingkat kecerahan pada suatu perairan.
Pada daerah perairan dekat pantai Desa Sungai Dua Laut, tingkat kecerahan yang
dapat terlihat dari permukaan yaitu 0,4 – 1,2 meter. Hal ini disebabkan karen pada
kawasan perairan tersebut tidak ada kehidupan biota laut melainkan hanya ada
endapan sedimen di dasar permukaan saja sehingga cahaya matahari yang diserap
dan dibelokkan menghasilkan visualisasi yang keruh sesuai dengan warna
endapan sedimen yang terpantul. Berbeda dengan kondisi perairan lepas pantai
yang memiliki nilai kisaran kecerahan yang dapat terlihat dari permukaan yaitu
4,4 – 6 meter. Hal tersebut disebabkan karena perairan lepas pantai tersebut
berlokasi di sebelah barat daya pantai yang mana merupakan lokasi tutupan
gosong terumbu karang, dalam kata lain terdapat kehidupan biota laut sehingga
cahaya matahari yang masuk akan terpantul oleh terumbu karang dan biota
asosiasinya seperti plankton dan oleh karena itu tingkat kecerahan di lokasi ini
dapat dikatakan baik.

2.2. Ukuran dan Sebaran Butir Sedimen

Jenis sedimen yang dominan di Perairan Sungai Dua Laut berupa pasir
(sand), dengan persentase antara 8,97% sampai 99,6%. Sedangkan sisanya adalah
berupa kerikil dengan persentase berkisar antara 0,3 sampai 29,4% dan lumpur
dengan persentase berkisar antara 0% sampai 2%.
Klasifikasi ukuran butiran yang digunakan adalah klasifikasi dari The
Subcommittee on Sediment Terminology of AGU (American Geophysical Union).
Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran kasar) dan
ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus). Klasifikasi butiran dilakukan
berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari material dasar.

Gambar 1. Peta sebaran D50 di Perairan Sungai Dua Laut

Berdasarkan dari kontur D50 yang telah diolah menggunakn software


Surfer 13 seperti di atas, dapat dilihat bahwa semakin jauh pantai makan ukuran
butiran sedimen akan semakin halus, seperti pada arah barat daya yang tertera di
peta sebaran D50. Halusnya ukuran butiran sedimen pada wilayah tersebut
dikarenakan adanya pengadukan sedimen yang dibawa dari arah timur laut atau
muara sungai dan mengenai tebing tanjung kandang haur. Sedangkan pada arah
barat dan selatan pantai, ukuran butiran sedimen bertekstur agak besar yakni
kerikil berpasir, disebabkan karena arus yang membawa butiran sedimen dalam
proses pengadukan berbelok arah menjauhi formasi gosong terumbu karang
sehingga butiran sedimen jatuh terhempas langsung ke dasar permukaan laut.

2.3. Transpor Sedimen

Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen yang disebabkan oleh


gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Triatmodjo 1999). Transport sedimen
pantai dapat diklasifikasikan menjadi transport menyusur pantai (longshore
transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport).
Perbedaan kecepatan arus berpengaruh terhadap transpor sedimen,
dimana semakin besar arus yang terbentuk maka transpor sedimennya juga besar,
baik berupa bed load (sedimen dasar) maupun suspended load (sedimen
tersuspensi) selain faktor lain seperti karakteristik butir sedimen dan kemiringan
pantai.
Dari hasil perhitungan volume transport sedimen, terdapat volume
transpor sedimen sejajar pantai yang paling tinggi terdapat pada stasiun 3 dengan
laju transpor mencapai 0,34 cm3/jam dengan arah sedimen menuju ke Timur
sedangkan volume transpor terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu sekitar 0,06
cm3/jam dengan arah sedimen menuju ke Barat. Sedangkan nilai Q total atau
resultan tertinggi terjadi pada stasiun 3B dengan nilai resultan mencapai 8,216
kemudian nilai resultan terendahnya terdapat pada stasiun 4A yaitu mencapai
1,448. Transpor sedimen menyusur pantai banyak menyebabkan permasalahan
pada daerah pantai, sehingga pemahaman akan hal tersebut sangat penting
diketahui dan kemungkinan permaslahan dalam dampak pemanfaatan pantai dapat
diketahui dan dapat mengurangi dampaknya bagi pantai itu sendiri.
Pengukuran volume transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut
menggunakan sedimen trap dilakukan di 10 stasiun dalam jangka waktu
pemasangan alat sedimen trap selama 3 hari menghasilkan Qx (sejajar pantai), Qy
(tegak lurus), arah dan Qtotal perhari, perbulan dan pertahun. Jumlah dari Qx
(sejajar pantai) adalah -7,529, Qy (tegak lurus) adalah -1,147, dan Qtotal perhari
adalah 45,051, perbulan adalah 1351,524 dan pertahun adalah 16.218,287. Berikut
titik sedimen trap yang dapat ditampilkan secara visual melalui peta di bawah ini:

Gambar 2. Peta Titik Sedimen Trap di Perairan Sungai Dua Laut

Pengukuran prediksi transpor sedimen di perairan Sungai Dua Laut,


menunjukkan volume arah timur terjadi abrasi (minus) dan arah barat terjadi
sedimentasi. Dari pengukuran budget menghasilkan terjadinya sedimentasi lebih
dominan dari pada abrasi.
Dari hasil pengukuran volume transpor sedimen di perairan Sungai Dua
Laut dan prediksi transpor sedimen di perairan Sungai Dua Laut dapat di
simpulkan bahwa mengalami abrasi dan sedimentasi. Abrasi diduga karena
berdekatan dengan posisi pantai yang terbuka terhadap pengaruh angin tenggara,
selatan dan barat daya sehingga kekuatan gelombang dari arah tersebut yang
mengakibatkan abrasi. Sedangkan sedimentasi diduga karena pertumbuhan kelapa
sawit menyebabkan tingginya run up menyebabkan adanya sedimentasi dan
berdampak negatif terhadap perairan yaitu kekeruhan sehingga menghambat
pertumbuhan ekosistem perairan. Akan tetapi pengukuran budget sedimen di
perairan Sungai Dua Laut dan prediksi transpor sedimen di perairan Sungai Dua
Laut menghasilkan sedimentasi hal ini diduga karena sedimentasi lebih dominan
daripada abrasi.
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang telah di dapat pada karya tulis ilmiah di


Perairan Sungai Dua Laut adalah sebagai berikut :
1. Kondisi fisik oseanografi yang diamati di Perairan Desa Sungai Dua Laut
meliputi pasang surut, arus, gelombang, kedalaman dan kecerahan. Semua
kondisi fisik oseanografi yang telah diamati tersebut dipengaruhi oleh adanya
distribusi angin muson barat karena pelaksanaan praktikum bertepatan dengan
musim barat.
2. Volume transport sedimen yang paling tinggi terdapat pada garis lurus dengan
pantai dengan laju transpor mencapai 5,952cm3/jam dengan arah sedimennya
yaitu -18,097sehingga menuju ke arah Utara. Dengan memiliki nilai
resultannya yaitu mencapai 19,162.
3. Semakin jauh pantai, maka ukuran butiran sedimennya akan semakin halus
seperti yang terdapat pada sebelah barat daya pantai. Namun, pada wilayah
perairan sebelah barat dan selatan pantai mengalami perbedaan ukuran butiran
sedimen yakni kerikil berpasir karena proses pembelokkan arah arus pada saat
pengadukan sedimen berlangsung yang disebabkan oleh adanya formasi
gosong terumbu karang.

3.2. Saran
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memperluas pengetahuannya
mengenai materi sedimentologi dengan memerbanyak membaca berbagai
referensi agar benar-benar menguasai materinya. Sehingga, dalam pendataan di
lapangan maupun di karya tulis ilmiah dapat betul-betul memahami nilai-niai
yang dihasilkan dari pengamatan objek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Hallock P, Barnes K, Fisher EM. 2004. Coral Reef Risk Assessment From atelites
To Molecules: A Multiscale Approach to Environmenttal Monitoring and
Risk Assessment of Coral Reef. Environmental Micropaleontology,
Microbiology and Meionenthology. University South Florida. USA. P 11-
39.

Hutabarat, Sahala.et.al. 2008. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas


Indonesia. Jakarta

Rositasari, Ricky. 2011. Karakteristik Komunitas Foraminifera di Perairan Teluk


Jakarta. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal.
100-111, Desember 2011. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan 100
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB.

Sulaiman, A. dan I. Soehardi. 2008. Pendahuluan Geomorfologi Pantai Kualitatif.


BPPT. Jakarta.

Sugeng, Widada, 2002, Modul Mata Kuliah. Universitas Diponegoro: Semarang.

Triatmojo, B. 1999. Teknik Pantai Edisi Kedua. Beta Offset. Yogyakarta.

Wibisono, M.S.2011. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo.Jakarta.

Wildan Ghiffary. 2011. Dampak Sedimentasi di Daerah Pesisir.


http://blogs.unpad.ac.id

Anda mungkin juga menyukai