Anda di halaman 1dari 5

Tema : E-Learning Sebagai Sistem Socio-Technical

Judul : Membangun Dimensi Manusia-Teknologi dalam Pengembangan E-learning.

Abstrak
Pada pembelajaran e-learning, seringkali guru juga harus berperan sebagai
pengembang materi belajar dalam format eletronik, baik secara langsung, sebagai
pemberi maupun sebagai pemberi masukan bagi ahli media profesional, dalam peran
tersebut guru dituntut untuk memiliki keterampilan khusus dan pengetahuan TIK
yang berkaitan dengan perangkat lunak pengembangan materi ajar. Trend E-learning
sering diimplentasikan dengan pembelajaran on-Line terpadu dengan menggunakan
LMS. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menguasai TIK khususnya
ketrampilan penggunaan LMS untuk pengelolaan kelas virtual (virtual learning
environment/VLE). Guru diharapkan dapat memanfaatkan TIK dalam aktivitas
pembelajaran yang inovatif. Sehingga guru dapat mengantarkan peserta didik
memenuhi kompetensi yang diinginkan.
Kata Kunci : Guru, E-Learning, LMS

A. Pendahuluan
Teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi bagian dari gaya hidup
masyarakat Indonesia saat ini, kemajuannya luar biasa terutama dalam bidang
komputer baik desainernya maupun softwarenya. Seiring dengan perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat, kebutuhan akan
suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak
terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini
membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam
bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning
sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya
implementasi e-learning khususnya di lembaga pendidikan (lembaga, training dan
universitas).
Yang perlu diperhatikan sebelum memilih menggunakan/memanfaatkan e-
learning untuk kegiatan pembelajaran adalah studi kelayakan. Ketersediaan TIK
seperti internet, infrastruktur pendukung (listrik, komputer), sumber daya manusia
pengelola (producers, admin), dengan e-learning apakah kegiatan yang dilakukan
menguntungkan.
Penggunakan E-learning sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran
melalui media elektronik atau internet sehingga peserta didik dapat mengaksesnya
kapan saja dan dimana saja dari seluruh penjuru dunia. Ciri pembelajaran e-learning
adalah terciptanya lingkungan belajar yang flexible dan berdistribusited. Peserta
didik menjadi sangat fleksibel dalam memilih waktu dan tempat belajar karena
mereka tidak harus datang disuatu tempat pada waktu tertentu. Selain itu juga,
pengajar dapat mengupdate materi pembelajarannya kapan saja dan dimana saja. Isi
materi pembelajaran yang disajikan pun dapat di buat fleksible mulai dari materi yang
berbasis teks sampai materi pembelajaran yang berbasis multimedia. Sehingga peserta
didik dapat memahami materi pembelajaran dengan cepat. Pembelajaran e-learning
di katakan berdistributed learning karena pengajar, peserta didik dan materi
pembelajaran terletak dilokasi yang berbeda, sehingga peserta didik dapat belaja
kapan saja dan dimana saja.
Implentasi sistem e-learning saat ini sangat bervariasi. Trend E-learning sering
diimplentasikan dengan paradigma pembelajaran on-Line terpadu dengan
menggunakan LMS. LMS adalah perangkat lunak yang digunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran dan resources multimedia secara online berbasis
web, mengelolah kegiatan pembelajaran serta hasil-hasilnya, menfasilitasi interkasi,
komunikasi, kerja antar pengajar dan peserta didik. (Herman , 2013:14).

B. Pembahasan Utama
E-learning dipandang sebagai SST (Sistem Socio-Technical) karena dalam
implementasinya melibatkan guru, siswa, dan pemangku kepentingan lain (manusia),
sekolah dan lingkungan (struktur), konten pembelajaran(tasks), dan infrastruktur
teknologi dan pendukungnya (teknologi) (Upadhyaya & Mallik, 2013:1). Oleh sebab
itu, dalam pengembangaan e-learning dan pengukuran tingkat penerimaannya perlu
melibatkan empat unsur tersebut dimana manusia (guru) berfungsi sebagai aktor
utama .
Priyanto et al. (2017: 165-166) menjabarkan keempat dimensi tersebut menjadi
enam dimensi relasi yaitu (1) dimensi Struktur-Teknologi, (2) dimensi Struktur-
Tugas, (3) dimensi Teknologi-Tugas, (4) dimensi Manusia-Teknologi, (5) dimensi
Manusia-Tugas, dan (6) dimensi Manusia-Struktur.
Dimensi Manusia-teknologi
Salah satu enam dimensi relasi tersebut adalah dimensi manuasi – teknologi.
Dimensi Manusia-Teknologi, adalah mengembangkan keterampilan guru, mencakup
ketrampilan dasar dan keterampilan menggunakan LMS untuk pengelolaan kelas
virtual (virtual learning environment/VLE (priyanto : 2017).
1. Keterampilan Dasar
Pada pembelajaran e-learning, guru berperan sebagai pengembang materi
belajar dalam format eletronik, baik secara langsung, sebagai pemberi maupun
sebagai pemberi masukan bagi ahli media profesional, dalam peran tersebut guru
dituntut untuk memiliki keterampilan khusus atau setidak-tidaknya pengetahuan
yang mendalam dalam hal TIK yang berkaitan dengan perangkat lunak
pengembangan materi ajar.
Materi e-Learning sebenarnya tidak harus di distribusikan secara on-line baik
melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan
media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning dan materi belajar dikembangkan
sesuai kebutuhan dan di distribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya
siswa/pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di manapun.
Keberhasilan proses pembelajaran secara e-learning tergantung dari Sumber
Daya Manusianya yaitu guru dan siswa ataupun dosen dan mahasiswa yang
terlibat di dalamnya. Proses pembelajaran e-learning tersebut akan lebih berhasil
jika guru memenuhi ciri berikut: (1) Memiliki semangat yang tinggi, (2) Dapat
mengatur sesi belajar dengan baik, (3) Mencintai subjek yang diajarkan, (4) Dapat
mengkonseptualisasi topik yang dibahas, (5) Berempati terhadap siswa, (6)
Memahami bagaimana cara manusia belajar, (7) Memiliki keterampilan mengajar
dan mengelola pembelajaran, (8) Mengajar dengan gaya pengajaran yang ia sukai
(9) Mampu membekali diri dengan keterampilan TIK dan pengetahuan terkait
teknologi yang cukup mumpuni.
Sedangkan proses pembelajaran e-learning tersebut akan lebih berhasil jika
siswa memenuhi ciri :
1. Mahir dalam menggunakan teknologi terutama dalam mengakses internet
2. Tidak malas atau rajin membuka e-learning
3. Mempunyai semangat yang tinggi untuk terus belajar secara online
Dalam pelaksanaan pembelajaran e-learning, interaksi antar siswa, siswa
dengan guru dan siswa dengan institusi merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan. Guru harus memiliki ketrampilan untuk membimbing siswa baru
yang belum memahami seluk beluk e-learning, mengurangi keraguan dan
keengganan siswa dan membiasakan mereka untuk berinteraksi melalui media.
Berbasis pada pengelolaan kegiatan belajar yang efektif dan efesian, guru harus
mendorong pastisipasi siswa, membuat siswaa mau menaati jadwal kerja yang
telah disetujui, menekankan pentingya waktu pengerjaan tugas, mengevaluasi
kemajuan belajar siswa dan memberikan umpan balik yang sesuai.
Pada akhir pelaksanaan e-learning Guru menilai dan mengukur hasil belajar
siswa dan penilaian dilakukan secara adil dan didasarkan pada kriteria objektif
yang telah ditentukan terlebih dahulu. Selain itu guru juga mengevaluasi kegiatan
belajar mengajar secara keseluruhan untuk melakukan perbaikan bagi kelas
berikutnya. Pada akhir kegiatan, guru harus menyelesaikan tugas yang meliputi
mencatat dan mentransfer nilai siswa ke dalam sistem administasi sekolah dan
menyusun laporan akhir tentang pelaksanaan kegiatan belajar yang telah terjadi.

2. Keterampilan menggunakan LMS untuk pengelolaan kelas virtual (virtual


learning environment/VLE)
Tersedianya bermacam-macam perangkat lunak LMS (Learning management
System) merupakan salah satu penyebab meningkatnya pemanfaatan e-learning
baik dilembaga pendidikan maupun industri. LMS adalah perangkat yang
digunakan untuk menyampaikan materi pemelajaran dan resoucer multimedia
secara online berbasis web, mengelola kegiatan pembelajaran serta hasil-hasilnya,
menfasilitasi interaksi, komunikasi, kerjasama antar pengajar dan pendidikan.
Penggunaan LMS mendukung berbagai aktivitas yaitu, administrasi, penyampaian
materi pembelajaran, penilaian (tugas, Quis), pelacakan/tracking dan monitoring,
kolaborasi dan komunikasi/ interaksi .
Terdapat tiga buah LMS yang paling populer yaitu blackboard, web system’s
Topclass, dan webCT. Namun banyak sistem e-learning yang diimplementasikan
menggunakan LMS Moodle. Moodle (modulator object-oriented dynamic
learning Environment) merupalan salah satu LMS open Source yang didesain
menggunakan prinsip-prinsip pedagogis untuk membantu pendidik dalam
membuat sistem e-learning yang efektif. Oleh karena itu Guru dituntut untuk
memiliki keterampilan khusus atau setidak-tidaknya pengetahuan yang mendalam
dalam hal TIK yang berkaitan dengan perangkat lunak pengembangan materi ajar.
Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menguasai TIK khususnya
ketrampilan penggunaan LMS untuk pengelolaan kelas virtual (virtual learning
environment/VLE) sehingga dalam penggunaan e-learning, guru dapat mengelola
materi pembelajaran seperti : menyusun silabus, meng-upload materi, membuat
quiz, memberikan nilai, memonitor keaktifan, mengolah nilai, berinteraksi dengan
peserta didik dan sesama pengajar melalui forum diskusi dan chat dan lain-lain.
Dengan adanya e-learning peserta didik dapat mengakses materi pelajaran,
berinteraksi dengan guru dan peseta didik lainnya , menyelesaikan tugas-tugas,
mengerjakan quiz, melihat hail belajar, dan lain-lain. Guru diharapkan dapat
memanfaatkan TIK dalam aktivitas pembelajaran yang inovatif. Strategi dan
motode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menjadi pendorong
pengembangan pengetahuan dan skill peserta didik. Sehingga guru dapat
mengantarkan peserta didik memenuhi kompetensi yang diinginkan.

C. Kesimpulan
Membangun manusia – teknologi dalam pengembangan e-learning dapat
dilakukan dengan mengembangkan keterampilan guru baik keterampilan dasar
maupun ketrampilan menggunakan LMS. Moodle merupakan salah satu LMS yang
sering digunakan dalam Sistem E-learning. Guru dituntut untuk memiliki
kemampuan dalam menguasai TIK khususnya ketrampilan penggunaan LMS untuk
pengelolaan kelas virtual (virtual learning environment/VLE). Guru diharapkan dapat
memanfaatkan TIK dalam aktivitas pembelajaran yang inovatif. Sehingga guru dapat
mengantarkan peserta didik memenuhi kompetensi yang diinginkan.

Daftar Pustaka
Endang Nugraheni. Perang dan Kompetensi guru dalam E-learning, FMIPA,
Universitas Terbuka. Diunduh tanggal 27 April 2017 Pukul 10.24 Yogyakarta.

Herman Dwi Surjono, 2013. Membangun Course E-Learning berbasis Moodle edisi
kedua. UNY Press. Di unduh tanggal 23 Februari 2017 Pukul
08.49Yogyakarta

Priyanto, 2017. E-learning sebagai sistem sosio-teknis:Strategi pengembangan e-


learning di pendidikan vokasiUntuk meningkatkan penerimaan pengguna. .
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Vokasional (SNPV). 6 Februari 2017.
Di unduh http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/47445 tanggal 2 Maret 2017 Pukul
16.07 Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai