Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERSPEKTIF TEORI KOMUNIKASI

Disusun Oleh

Ahmad Andari

2015230096

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP)


UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG (UNITRI)
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran.
Tidak menutup kemungkinan Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu
mudah-mudahan para pembaca dapat memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
BAB II ISI...................................................................................................................2
komunikasi dalam perspektif positivisme....................................................................2
komunikasi dalam post-positivisme.............................................................................4
komunikasi dalam perspektif interpretif ......................................................................5
komunikasi dalam perspektif konstruktivisme ............................................................7
komunikasi dalam teori kritis ......................................................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengetahui definisi komunikasi, dengan contoh kasusnya yang sederhana dalam
pemahamannya merupakan komunikasi dalam proses pertumbuhannya merupakan studi
retorika dan jurnalistik yang banyak berkaitan dengan pembentukan pendapat umum (opini
public), dimana isu-isu filsafat dalam ontology, epistemology dan aksiologi dalam
pengembangan ilmu komunikasi menjadi hal yang penting.
Komunikasi sebagai ilmu yang dapat diterapkan dalam hidup bermasyarakat,
komunikasi telah lama menarik perhatian para ilmuwan dari luar bidang komunikasi sendiri,
dalam peran penting dan fundamental serta kompleks dalam kehidupan manusia dan
lingkungan/dunianya
Adamya lima genre teori berkaitan dengan fokus teori dan berkorelasi dengan
epistemologi dan ontology yang disebabkan bagaimana teoritisi memandang pengetahuan,
pengaruhnya terhadap perspektif teori.dalam ilmu komunikasi dan contoh masing-masing
dapat disebutkan dalam pembahasan.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu komunikasi dalam perspektif positivisme?


2. Apa itu komunikasi dalam post-positivisme?
3. Apa itu komunikasi dalam perspektif interpretif ?
4. Apa itu komunikasi dalam perspektif konstruktivisme ?
5. Apa itu komunikasi dalam teori kritis ?
BAB II
PERSPEKTIF TEORI KOMUNIKASI

A. PERSPEKTIF POSITIVISME

Paradigma positivisme, mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses
sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau komunikator untuk mengubah
perilaku penerima pesan yang pasif. Ini berarti komunikasi terjasi secara sengaja dilakukan
oleh seseorang untuk menyampaikan rangsangan dalam membangkitkan respon orang lain.

SEJARAH POSITIVISME

Positivisme dicetuskan oleh dua pemikir perancis, Henry Sain Simon (1760-1825) dan
muridnya Auguste Comte (1798-1857).Pemikiran Comte merupakan reaksi terhadap situasi
Perancis. Revolusi Perancis dan semangat pencerahan dalam banyak hal menghasilkan
perubahan sosial. Gagasan dasar Comte dapat dikenali dari pemikirannya mengenai 3 tahap
perkembangan sejarah manusia yaitu :
• Teologis,
• Metafisis, dan
• Positivis

TEOLOGIS

Pada tahap ini manusia memahami gejala-gejala alam sebagai hasil campur tangan langsung
kekuatan ilahi. Tahap ini dimulai dari animisme yang menganggap benda-benda berjiwa dan
diperlakukan suci.

METAFISIS

Pada tahap ini gejala alam diyakini berjalan berdasar pada prinsip-prinsip metafisika. Prinsip-
prinsipini dihasilkan melalui pemikiran spekulatif yaitu berdasarkan percobaan-percobaan.
POSITIVIS

Pada tahap ini yaitu cara memahami kehidupan dan semesta dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Alam dan kehidupan bukan lagi dipahami sebagai hasil campur tangan yang ilahiah
atau berdasar pada prinsip-prinsip spekulasi, melainkan sebagai sesuatu yang pasti, nyata dan
berguna.

GAGASAN POSITIVISME

Positivisme adalah aliran filsafat ilmu yang didasarkan atas keyakinan atau asumsi-asumsi
dasar:
1. Ontologi (realisme):semesta digerakkan oleh hukum alam secara mekanis dalam hukum
jika……maka…….
2. Epistemologi (dualisme):teori ini menggambarkan semesta apa adanya tanpa keterlibatan
nilai-nilai subjective peneliti
3. Metodologi (experimental):hipostesis dirumuskan lebih awal dalam bentuk proposisi yang
lalu dihadapkan pada verifikasi di bawah situasi yang benar-benar terkontrol

CIRI-CIRI POSITIVISME

Bebas Nilai, berarti ketika si pengamat mengamati sesuatu maka nilai-nilai yang dimiliki si
pengamat tidak dilibatkan sehingga menghasilkan kesimpulan apa adanya Fenomenalisme,
berarti apa yang kita amati merupakan fenomena belaka,sementara sesuatu yang berdiri
dibelakang fenomena (sebagaimana diyakini metafisika) tidak dilibatkan Nominalisme,
berarti kebenaran berdasarkan lama atau ukuran, dalam hal ini kebenaran kenyataan terletak
pada penamaan bukan kenyataan itu sendiri Reduksionisme, berarti konsekuensi dari cara
penelitian yang menyederhanakan atau mereduksi kenyataan menjadi fakta-fakta yang dapat
dipersepsi Naturalisme, berarti semua gejala berjalan secara alamiah tanpa campur tangan
hal-hal metafisis Mekanisme, berarti semua gejala dapat dijelaskan secara mekanis-
determinis layaknya sebuah mesin.
POSITIVISME LOGIS
Positivisme logis adalah aliran positivisme yang lebih memfokuskan lebih pada logika dan
bahasa ilmiah. Salah satu prinsip yang diyakini kaum positivisme logis adalah prinsip
isomorfi, yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia nyata.

PRINSIP POSITIVISME LOGIS

•Menolak perbedaan ilmu alam dan sosial


•Menganggap pernyataan yang tidak dapat diverifikasikan secara empiris sebagai non sense
•Berusaha menyatukan semua ilmu pengetahuan dalam suatu bahasa ilmiah yang universal
•Memandang tugas filsafat sebagai analisis atas kata-kata atau pernyataan

B. POST-POSITIVISME
Sejarah Post-Positivisme
Penyamarataan ilmu –ilmu manusia dengan ilmu-ilmu alam mendapat tantangan keras
dari filsuf-filsuf sesudah muncul aliran positivisme. Hal ini dikarenakan manusia bukanlah
benda mati atau makhluk yang statis. Manusia selalu berubah, tindakannya tak bisa diprediksi
dengan satu penjelasan yang mutlak pasti. Gugatan - gugatan ini muncul dengan nama
Postpositivisme yaitu pada tahun 1970/1980-an. Pemikiran ini muncul dari Karl R. Popper,
Thomas Kuhn, para filsuf dari Frankfurt School, Feyerabend dan Richard Rotry. Pemikiran
ini banyak dipengaruhi oleh penemuan Neils Bohr, Werer Heisenberg, dan Einstein. Pemikir
Postpositivisme , salah satunya Popper mengkritik objektivisme Comte, namun tetap
mengikuti prinsip-prinsip lain yang ada pada positivisme.

Prinsip-prinsip Post-Positivisme
Meski terdapat perbedaan pemikiran antara aliran positivisme dengan aliran post-
positivisme, untuk prinsip dari alirannya tetap sama meski terdapat kritisasi dari aliran post-
positivisme. Prinsip-prinsip post-positivisme, meliputi
Ontologi ; bersifat critical realism yaitu memandang realitas memang ada dalam kenyataan
sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil bila peneliti dapat melihat realitas
itu secara benar(apa adanya). Ontologi kalangan post-positivis lebih menekankan kepada
kepercayaan tentang keteraturan dan pola dalam interaksi manusia dengan yang lainnya.
Bentuk ontologi paradigma ini meliputi realism, nominalisme, dan konstruksionisme sosial.
Epistemologi dan Aksiologis; meyakini bahwa subjek tidak mungkin dapat mencapai atau
melihat kebenaran, apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan
objek secara langsung.

Struktur dan Fungsi Teori Post-Positivisme


Struktur teori dalam tradisi post-positivisme mensyaratkan bahwa teori-teori yang ada mesti
menyediakan penjelasan abstrak fenomena empiris dalam bentuk konsep-konsep spesifiik
ataupun definisi-definisi, relasi-relasi spesifik antara konsep-konsep tersebut, serta hubungan
eksplisit antara konsep-konsep abstrak dan observasi empiric suatu fenomena.

Stuktur seperti ini menekankan pendekatan deduktif dalam teori dimana abstraksi tentang
dunia diolah untuk kemudian diuji melalui observasi dalam dunia sosial.
Fungsi-fungsi teori yang diyakini kaum Post-positivisme:
a. Fungsi explanation, berarti teori harus dapat menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi.
b. Fungsi prediction, upaya teori menyediakan penjelasan abstrak mengenai suatu fenomena
yang akhirnya digunakan untuk memprediksi hal serupa.
c. Fungsi control, upaya teori mampu mengontrol peristiwa yang akan terjadI
Kesimpulan dan Hubungannya dengan Komunikasi
Perspektif post-positivisme mambawa pengaruh yang besar pada ilmu sosial termasuk Ilmu
Komuniasi. Melalui kritik yang mendasar terhadap positivisme yang terlalu realis, bebas
nilai, dan memisahkan subjek dan objek penelitian, post-positivisme memberikan model
penelitian khas ilmu sosial.
Post positivisme memberikan andil dalam memberikan pemikiran bahwa tidak semua hal di
bumi ini bisa ditentukan secara pasti dengan penelitian. Fenomena sosial adalah fenomena
yang paling sulit untuk ditentukan secara pasti, karena unsur utama pembentuk fenomena
sosial adalah manusia.

C. PERSPEKTIF INTERPRETIF
Tumbuh berdasarkan ketidakpuasan dengan teori Post Positivis, karena dianggap
terlalu umum, terlalu mekanis dan tidak mampu menangkap keruwetan, nuansa, dan
kompleksitas dari interaksi manusia. Perspektif interpretif mencari sebuah pemahaman
bagaimana kita membentuk dunia pemaknaan melaui interaksi dan bagaimana kita berprilaku
terhadap dunia yang kita bentuk itu. Dalam pencarian jenis pemahaman ini, teori interpretif
mendekati dunia dan pengetahuan yang sangat berbeda dengan cara teori post positivis.
Pandangan dasar Perspektif Interpretif
Meliputi tiga bagian utama yakni :
(a) Fenomenologi
(b) Hermeunetika
(c) interaksionis simbolik

Fenomenologi;
Dunia kehidupan (lebenswelt) adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan.
Begitulah ujar Hussel[14]. Dunia kehidupan adalah unsur sehari-hari yang membentuk
kenyataan kita, unsur-unsur dunia sehari-hari yang kita libati dan hadapi sebelum kita
meneorikan atau mereflesikannya sehari-hari. Jadi pemikirannya bukan merupakan sebuah
gerakan yang kohern. Ia mungkin lebih merfleksikan pemikiran dari beberapa filsuf,
termasuk didalamnya Edmund Husselr, Maurice Marleu Ponty, Martin Haidger dan Alfred
Schutz.
Secara singkat dapat dikatakan, fenomenolgi adalah kajian pemaknaan berdasaran
kehidupan sehari-hari. Terbagi atas dua bagian, yakni Klasik (trasendantal) dan Modern.

Hermeuneutika;
Adalah kajian yang menunjukkan para ilmuwan pada pentingnya teks dalam dunia
sosial dan pada metode analisis yang menekankan keterhubungan antara teks, pengarang,
konteks dan kalangan teorisi. Dengan demikian Heurmeneutika pada dasarnya menyediakan
suatu jalan untuk menghindar dari tekanan dalam penjelasan dan kontrol pada kalangan
positivis serta pemahaman subjektif atas penelitian sosial.
Pengkajian teks yang dianalis terus mengalami perkembangan dan kini stdui
komunikasinya meluas pada beberapa hal diantaranya, pidato, acara televisi, pertemuan
bisnis, percakapan yang intim, prilaku nonverbal atau arsitektur dan dekorasi sebuah rumah.

Interaksionis Simbolik;
Berorienberinteraksi tasi pada prinsip bahwa orang merespon makna yang mereka
bangun sejauh mereka satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia
sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi
instrumen penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang
memengaruhi mereka.

D. KONSTRUKTIVISME

Konstruktivisme Adalah Teori Komunikasi Yang Berusaha Untuk Menjelaskan


Perbedaan Individu Dalam Kemampuannya untuk Berkomunikasi Terampil Dalam Situasi
Sosial. (Jesse Delia (1982)). Anggapan inti dari constructivism adalah bahwa seseorang akan
mengambarkan dunia melalui sistem dari gagasan mereka sendiri. Gagasan-gagasan berupa
komponen-komponen kognitif yang dilengkapi atas realita-realita yang ada.

Asumsi Konstruktivisme
Orang memahami dunia melalui sistem konstruksi pribadi, Konstruksi adalah konsep yang
berlokasi di pikiran kita. Role Category Questionaire (RCQ) dibuat sebagai sample gagasan-
gagasan interpersonal untuk menjelaskan suatu makna.

Kompleksitas Kognitif Yaitu variabel pengolahan informasi. Diferensiasi yaitu ada


banyaknya gagasan mengenai kepribadian yang terpisah-pisah digunakan untuk
mendeskripsikan seseorang. Abstraksi yaitu derajat yang melihat pada tingkah laku yang
tampak dalam kaitannya dengan sifat internal, motivasi, dan disposisi. Integrasi yaitu
berkenaan dengan pengakuan dan perdamaian pada kesan-kesan konflik.

Person-Centered Message
Jesse Delia mengungkapkan bahwa Person-Centered Message sebagai pesan yang secara
reflek dan adaptasi pada subyek, afeksi dan aspek hubungan dari konteks komunikasi.
Constructivist mengungkapkan bahwa Person-Centered Message ditujukan pada
kompleksitas kognitif.

Desain Pesan Logis


Expresive Desain Logic, yaitu bahwa bahasa merupakan media untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan. Mereka hanya berpikir dan meraakan yang lainnya akan mengetahui
apa yang mereka pikirkan dan rasakan.
Conventional Design Logic, yaitu bahwa komuniasi merupakan permainan secara bersama,
sesuai pada hukum-hukum dan prosedur sosial konvensional.
Rhetorical Design Logic, yaitu komunikasi merupakan kreasi dan negosiasi dari pribadi
sosial dan situasi yang ada. Artinya ketika seseorang menyempaikan gagasannya mereka
mengungkapkn kenyataan-kenyataan sosial yang ada.

Rhetorical Design Logic


Orang-orang ini dapat menggunakan desain logika ekspresif ketika mereka percaya hal itu
akan mencapai tujuan mereka;
Orang-orang ini dapat menggunakan desain konvensional dan beradaptasi dengan adat;
Mereka memiliki kemampuan tambahan untuk mendefinisikan situasi dengan cara yang
meredakan konflik;
Mereka proaktif dalam mencari konsensus, meski turun bermain penggunaan baku
kekuasaan;

TIGA MACAM KONSTRUKTIVISME


Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk
itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan
hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan
bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif, namun sebuah realitas yang
dibentuk oleh pengalaman seseorang
Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang
mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami
pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang
sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri.

Validitas Skor
Jesse Delia berpendapat dari data yang dikumpulkan (penelitian) bahwa RCQ tidak
mengukur kompleksitas kognitif;
Jesse Delia berpendapat bahwa kompleksitas kognitif meningkat dengan usia pada anak-anak
Jesse Delia berpendapat bahwa perbedaan individu pada orang dewasa tetap stabil dari waktu
ke waktu (test-retest);
Hipotesis Utama Dalam Konstruktivisme
Orang yang kognitif kompleks dalam persepsi mereka tentang orang lain memiliki
keunggulan komunikasi atas mereka dengan struktur mental kurang berkembang;
Orang yang Memiliki kemampuan untuk menghasilkan pesan canggih yang memiliki
kesempatan terbaik untuk mencapai tujuan komunikasi mereka;

Efek Logic Design Retoris Dalam Komunikasi


Efektivitas Organisasi: Hasil studi longitudinal (Sypher dan Zorn, 1986) pada pekerja di
sebuah perusahaan asuransi menunjukkan bahwa lebih kognitif kompleks pekerja
memperoleh pekerjaan yang lebih baik-membayar dan bergerak naik melalui jajaran
perusahaan lebih cepat daripada rekan-rekan mereka kurang kompleks.

E . KRITIS
Kritik merupakan knsep kunci untuk memahami teori kritis. Teori ini dikembangkan
oleh Mashab Frankfrut. Konsep kritik dupergunakan mazhab ini memiliki kaitan dengan
sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada masa-masa Rennaisance.

(1) Teori Marxist


Tokohnya Karl Marx (1818-1883). Teorinya terus memberikan inspirasi bagi
perkembangan ilmu sosial juga ilmu komunikasi. Model analisisnya adalah model khas Marx
atau Marxisme, yaitu model analisis yang mencoba menemukan keuntungan pihak tertentu
(dan kerugian pihak lain) di balik fenomena yang dianggap biasa-biasa.
Marxisme mengembangkan dua istilah pokok yakni;
(1) substrkutur atau faktor ekonomi yang berkembang dimasyarakat.
(2) Superstruktur atau faktor nonekonomi seperti agama, politik, seni dan literatur. Maxs
berpendapat bahwa kondisi-kondisi ekonomi dipengaruhi faktor-faktor superstrukrur.
Atas dasar analisa ini, Marx mengarahkan pemikirannya untuk melakukan REVOLUSI
(perubahan secara mendasar dan cepat) struktur masyarakat.

(2). Frankfrut School


Mazhab Frankfurt ialah sebuah nama yang diberikan kepada kelompok filsuf yang
memiliki afiliasi dengan Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, Jerman, dan pemikir-pemikir
lainnya yang dipengaruhi oleh mereka. Tahun yang dianggap sebagai tahun kemulaian
Mazhab Frankfurt ini adalah tahun 1930, ketika Max Horkheimer diangkat sebagai direktur
lembaga riset sosial tersebut.
Beberapa filsuf terkenal yang dianggap sebagai anggota Mazhab Frankfurt ini antara lain
Theodor Adorno, Walter Benjamin, dan Jürgen Habermas. Perlu diingat bahwa para pemikir
ini tidak pernah mendefinisikan diri mereka sendiri di dalam sebuah kelompok atau 'mazhab',
dan bahwa penamaan ini diberikan secara retrospektif.
Walaupun kebanyakan dari mereka memiliki sebuah ketertarikan intelektual dengan
pemikiran neo-Marxisme dan kritik terhadap budaya (yang di kemudian hari memengaruhi
munculnya bidang ilmu Studi Budaya), masing-masing pemikir mengaplikasikan kedua hal
ini dengan cara-cara dan terhadap subyek kajian yang berbeda.
Ketertarikan Mazhab Frankfurt terhadap pemikiran Karl Marx disebabkan antara lain oleh
ketidakpuasan mereka terhadap penggunaan teori-teori Marxisme oleh kebanyakan orang
lain, yang mereka anggap merupakan pandangan sempit terhadap pandangan asli Karl Marx.
Menurut mereka, pandangan sempit ini tidak mampu memberikan 'jawaban' terhadap situasi
mereka pada saat itu di Jerman. Setelah Perang Dunia Pertama dan meningkatnya kekuatan
politik Nazi, Jerman yang ada pada saat itu sangatlah berbeda dengan Jerman yang dialami
Karl Marx. Sehingga jelaslah bagi para pemikir Mazhab Frankfurt bahwa Marxisme harus
dimodifikasi untuk bisa menjawab tantangan zaman.
Patut dicatat bahwa beberapa pemikir utama Mahzab Frankfurt beragama Yahudi, dan
terutama di perioda awal secara langsung menjadi korban Fasisme Nazi. Yang paling tragis
ialah kematian Walter Benjamin, yang dicurigai melakukan bunuh diri setelah isi
perpustakaannya disita oleh tentara Nazi. Beberapa yang lainnya, seperti Theodor Adorno
dan Max Horkheimer terpaksa melarikan diri ke negara lain, terutama Amerika Serikat.

(3) Teori Feminist Media


Menurut Stephen W. Littlejohn, studi-studi feminis merupakan sebuah sebutan
generik bagi sebuah perspektif yang menggali pengertian dari gender dalammasyarakat.
Dimulai dengan asumsi bahwa gender adalah kategori yang luas untuk memahami
pengalaman manusia, pembahasan feminis bertujuan untuk mengekspos kekuatan-kekuatan
dan batasan-batasan dari pembagian dunia berdasarkan gendernya.
Fatalnya, banyak teori feminis yang memberi penekanan pada sifat mengekang dari
hubungan jenis kelamin di bawah dominasi patriarki. Dengan sendirinya, feminisme dalam
banyak hal merupakan sebuah studi tentang distribusi kekuasaan di antara jenis-jenis
kelamin.
Para feminis sepertinya meminta adanya persamaan hak bagi perempuan, sebuah pengakuan
publik bahwa perempuan memiliki kualitas dan kekuatan yang sama, yang dapat tampil sama
baiknya di segala bidang kehidupan. Di lain pihak, mereka sepertinya ingin mengatakan
bahwa perempuan berbeda dengan laki-laki, dan bahwa kekuatan dan bentuk2 ekspresi
mereka harus dihargai dalam sisi mereka sendiri. Hal tersebut menimbulkan sebuah paradoks
murni, supaya perempuan dihargai dan memiliki hak-hak yang sama, kekuatan perempuan
harus diakui, tetapi penyorotan pada kekuatan-kekuatan perempuan ternyata semakin
memperkuat pandangan patriarkis bahwa perempuan memiliki tempat sendiri.

(4). Teori Political Economi Media


Vincent Mosco dalam bukunya “The Political Economi of Communication” secara
tersirat menyebutkan bahwa Posmodernitas dengan ekonomi politik tidak dapat dipisahkan
keberadaannya. Hal tersebut terbukti dari beberapa teori dalam buku Mosco yang mengupas
tentang adanya keterkaitan hal tersebut diatas. Diantara teori-teori tersebut adalah
komodifikasi, spasialisasi dan strukturalisasi.
Komodifikasi menurut Karl Marx ialah kekayaan masyarakat dengan menggunakan produksi
kapitalis yang berlaku dan terlihat seperti “kumpulan komoditas (barang dagangan) yang
banyak sekali”; lalu komoditi milik perseorangan terlihat seperti sebuah bentuk dasar. Oleh
karena itu kami mulai mengamati dengan sebuah analisis mengenai komoditi (barang-barang
dagangan) (Mosco,1996:140). Komodifikasi diartikan sebagai transformasi penggunaan nilai
yang dirubah ke dalam nilai yang lain. Dalam artian siapa saja yang memulai kapital dengan
mendeskripsikan sebuah komoditi maka ia akan memperoleh keuntungan yang sangat besar.
Spasialisasi ialah sebuah sistem konsentrasi yang memusat. Dijelaskan jika kekuasaan
tersebut memusat, maka akan terjadi hegemoni. Hegemoni itu sendiri dapat diartikan sebagai
globalisasi yang terjadi karena adanya konsentrasi media. Sebagai contoh, media barat yang
menyebarkan budaya mereka melalui media elektronik. Dari adanya hal tersebut
memunculkan translator (orang-orang yang tidak dapat menyaring budaya) yang akirnya
berakibat budaya barat menjadi budaya dunia.

Kelompok hegemoni itu sendiri adalah kelompok yang menguasai politik, media dan
teknologi sekaligus.
Strukturalisasi merupakan salah satu karakteristik yang penting dari teori struktural. Yang
didalammya menggambarkan tentang keunggulan untuk memberi perubahan sosial sebagai
proses yang sangat jelas mendeskripsikan bagaimana sebuah struktur diproduksi dan
diproduksi ulang oleh manusia yang berperan sebagai pelaku dalam struktur ini.

(5). Teori Cultural Studies

Bidang ilmu pengetahuan yang relatif baru ini dengan sengaja mengambil kata
majemuk sebagai penamaan diri, yakni studies (kajian-kajian), bukannya study (kajian).
Penamaan ini dengan sendirinya menyiratkan sikap dan positioning para penggagas cultural
studies terhadap kondisi ilmu pengetahuan di era modern yang terkotak-kotak, saling
mengklaim kebenaran, meskipun lambat laun dimengerti juga bahwa kebenaran yang
dihasilkan disiplin ilmu pengetahuan bersifat parsial. Kondisi semacam itu dijawab oleh
cultural studies dengan menempuh strategi inter dan multidisipliner. Cultural studies
memasukkan kontribusi teori maupun metode dari berbagai disiplin ilmu yang dipandang
strategis untuk mengedepankan realita kehidupan umat manusia maupun representasinya
yang dipandang krusial dalam kehidupan mutakhir. Karena cultural studies merupakan
bidang keilmuan yang multi, maka wilayah kajian, pendekatan, teori dan konsep, maupun
pendekatan metodologisnya pun sangat bervariasi; sehingga tidak mungkin dibahas
selengkap-lengkapnya dalam makalah ini. Berikut hanya akan dibahas beberapa hal yang
saya pandang berkaitan dengan sejarah sosial Salah satu ciri terpenting cultural studies adalah
pemahamannya terhadap dunia sehari-hari sebagai bagian dari budaya yang perlu dicermati.
Hal-hal yang biasa dilakukan, dirasakan, diomongkan, didengar, dilihat, digunjingkan, dalam
kehidupan sehari-hari oleh orang kebanyakan merupakan wilayah amatan cultural studies.

(6). Analisis Framing


Dalam analisis framing yang ditekankan adalah bagaimana berita dibingkai? sisi mana
yang ditekankan dan sisi mana yang hendak dilupakan analisis framing dapat digambarkan
sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, paktor, kelompok, atau apa
saja) dibingkai oleh media.pembingkaian tersebut melalui proses yang disebut kontruksi.
Disini, realitas sosial dimaknai dan dikontruksi dengan makna tertentu. Dalam ranah
penelitian media, analisis framin g masuk dalam pradikma kontruksionis. Pandangan ini
dipengaruhi oleh berger dan luckman. Media bukanlah satu saluran yang bebas memberitakan
sesuatu apa adanya.mediajustru bersipat subyektip dan cenderung mengkonstruksi realitas.
Analisis framing bertijuan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi oleh
media.dengan cara dan teknik peristiwa itu ditekankan dan ditonjolkan. Apakah dalam berita
itu ada bagian yang dihilangkan, lupuk,atau sengaja disembunyikan dalam pemberitaan.
Analisis framing adalah metode untuk melihat cara bercerita(histori telling)media atas suatu
peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada ’cara melihat’temadak realitas yang dijadikan
berita. Sebagai suatu metode, analis framing banyak mendapat pengaruh dari sosiologi dan
pisiologi.dan sosiologi, terutama sumbangan pemikiran dari peterberger dan erfing goffman.
Dari psikologi adalah sumbangan dari teori yang berhubungan deng skema dan kognisi,dalam
ranah penelitia media, analisis framing masuk dalam pradikma konstruksionis. Pandangan ini
dipengaruhi oleh berger dan lukman. Media dan berita dilihat dari para dogma
konstruksionis. Fakta peristiwa adalah hasil konstruksi realitas itu bersifat subjektif. Realitas
hadir karena konsep subjektif wartawan. Realitas hadir sudut pandang tertera dari wartawan.

(7). Analisis Wacana


Banyak model dan teori analisis wacana yang dikembangkan oleh para ahli. Seperti
yang dijabarkan oleh Eriyanto (2001) dalam buku Analisis Wacana, ada beberapa model
analisis wacana yang populer dan banyak digunakan oleh para peneliti, diantaranya adalah
model dan teori analisis wacana yang dikembangkan oleh Roger Fowler dkk (1979), The van
Leeuwen (1986), Sara Mills (1992), Norman Fairclough (1998) dan Teun A. Van Dijk
(1998).
Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks
semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Melalui
berbagai karyanya, van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan.
Van Dijk membaginya kedalam tiga tingkatan :
Stuktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami
dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi
tertentu dari suatu peristiwa.
Superstuktur, adalah kerangka suatu teks : bagaimana stuktur dan elemen wacana itu disusun
dalam teks secara utuh.
Stuktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisa kata, kalimat,
proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah beberapa aspek sekitar proses komunikasi dalam perpsektif yang patut
dipahami oleh mereka yang mengajar atau belajar Ilmu Komunikasi atau mereka yang sering
berperan sebagai komunikator. Proses komunikasi dalam perspektif dapat diklasifikasikan
menjadi proses komunikasi secara primer dan secara sekunder.
Proses komunikasi primer menggunakan lambang verbal dan nirverbal. dalam proses
komunikasi secara primer untuk efektifnya komunikasi acapkali oleh para komunikator
dipadukan, misalnya dalam kuliah atau ceramah disajikan gambar, bagan, tabel, dan lain-lain
sebagai ilustrasi untuk memperjelas pesannya.
Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama. Semua bentuk komunikasi dalam
perspektif memiliki perannnya masing-masing dalam menciptkan komunikasi yang bisa
menjelaskan hubungan-hubungan yang terbentuk di dalam komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hafied Cangara , 2009, Pengantar Teori Komunikasi, Ed,1-10, Rajawali Jakarta; Pers
McQuail, 1987, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga
Little John, S.W. 1995. Theories of Human Communication (nine edition). Wadsworth
publishing Company, Belmont California
Werner J. Severin & James W. Tankard, 2001, Communication Theories: Origins, Methods,
& Uses in the Mass Media, ed. 5th, penerj. Sugeng Hariyanto, Addison Wesley Longman Inc.
Wayne Parsons, 2008, Public Policy : Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan,
Jakarta, Kencana

Anda mungkin juga menyukai