Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GONNOREA
Pembimbing :
Diajukan Oleh :
GONNOREA
Disusun Oleh :
Pembimbing:
dr. Sunaryo, Sp.KK ( )
dipresentasikan di hadapan
dr. Sunaryo, Sp.KK ( )
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A Definisi
Gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang bersifat akut dan
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae suatu kuman gram negatif berbentuk
seperti biji kopi dan letaknya dapat intra maupun ekstraseluler. [1,3,4]
Gonore merupakan penyakit kelamin yang pada permulaan keluar nanah
dari OUE ( Orifisium Uretra Eksternum ) sesudah melakukan hubungan kelamin.
[6]
B. Etiologi
Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser
pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut
termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies yaitu : [1]
1. Neisseria gonorrhoeae
2. Neisseria meningitides
3. Neisseria pharyngitis
4. Neisseria catarrhalis
Neiserria gonorrhoeaea dan Neisseria meningitidis bersifat patogen
sedangkan yang dua lainnya bersifat komensalisme. Neisseria merupakan cocus
gram negatif yang biasanya berpasangan. Ciri Neisseria adalah bakteri gram
negatif, diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 μm. Ketika organisme
berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan. Bakteri ini adalah patogen pada
manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear.
Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog, tidak memiliki kapsul
polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada media yang
mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan,
hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2.
Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae lain.
Gonococcus biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan
neisseria lain. [1]
Neisseria gonorrhoeae adalah kokus gram negatif, diameter 0,6 sampai
1,5 μm, biasanya terlihat berpasangan dengan sisi datar yang berdekatan.
Organisme ini sering kali ditemukan intraseluler dalam leukosit polimorfonuklear
( neutrofil ) dari bahan eksudat pustular. Fimbriae, yang memainkan peranan yang
penting pada proses perlekatan, memanjang beberapa mikrometer dari permukaan
sel. [1]
Neisseria gonorrhoeae merupakan organisme yang relatif fragil, rentan
terhadap perubahan suhu, kering, sinar ultra violet dan kondisi lingkungan
lainnya. Media yang berisi hemoglobin, NAD, ekstrak jamur dan suplemen
lainnya diperlukan untuk isolasi dan pertumbuhan organisme ini. [1]
Morfologi
Penyebabnya adalah kuman Neisseria gonorrhoeae . Neiserria gonorrhoeae
merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran 0,6 sampai 1,5 μm, berbentuk
diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadap-hadapan. Kuman ini
tidak motil dan tidak membentuk spora. Neisseria gonorrhoeae dapat dibiakkan
dalam media Thayer Martin dengan suhu optimal 35- 37ºC, pH 6,5-7,5, dengan
kadar CO2 5%. Koloni yang kecil karena mempunyai pili diberi tanda p+,
sedangkan koloni besar diberi tanda p¯. Makin kecil Neisseria gonorrhoeae
makin tinggi virulensinya, karena sel bakteri ini memiliki pili yang memudahkan
perlekatannya dengan dinding sel selaput lendir.[1,4]
Gambar 1. Neiserria gonorrhoeae
C. Epidemiologi
Gonore dapat terjadi pada semua ras, usia dan tidak memandang strata
sosial tetapi sering didapatkan pada usia dewasa dan bayi yang baru lahir.
Kejadian penyakit ini meningkat dengan adanya kontak seksual dengan banyak
mitra. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru gonore setiap tahunnya.
Dimana pria 1,5 kali lebih banyak daripada wanita. Di Amerika Serikat
diperkirakan terdapat 600.000 kasus baru gonore setiap tahunnya, kira-kira 240
kasus per 100.000 populasi. Insiden gonore tertinggi terjadi di negara-negara
berkembang. Lebih banyak mengenai penduduk dengan sosial ekonomi rendah.
[1,4]
E. Patogenesis
Gonokokus (Neiserria gonorrhoeae) dapat bertahan didalam uretra
meskipun proses hidrodinamik akan membilas organisme dari permukaan
mukosa. Oleh karena itu gonokokus harus dapat melekat dengan efektif pada
permukaan mukosa. Perlekatan gonokokus dengan perantaraan pili, dan mungkin
permukaan epitel lainnya. Hanya mukosa yang berlapis epitel silindris dan kubis
yang peka terhadap infeksi gonokokus. [1,4]
Gonokokus akan melakukan penetrasi permukaan mukosa dan
berkembang biak dalam jaringan subepitelial. Gonokokus akan menghasilkan
berbagai produk ekstraseluler seperti fosfolipase, peptidase yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel. Adanya infeksi gonokokus akan menyebabkan
mobilisasi leukosit PMN (Polymorpho nuclear), menyebabkan terbentuknya
mikro abses subepitelial yang pada akhirnya akan pecah dan melepaskan PMN
dan gonokokus. [1,4]
Kuman ini mempunyai pili dan beberapa protein permukaan, sehingga
dapat melekat pada sel epitel kolumner dan menuju ruang subepitelial. Dengan
adanya lipooligosakarida akan menimbulkan invasi dan destruksi sel epitel
mukosa dan lapisan submukosa secara progresif, disertai dengan respons dari
leukosit polimorfonuklear yang hebat. Peradangan dan destruksi sel epitel tersebut
menimbulkan duh tubuh mukopurulen. Neisseria gonorrhoeae merupakan gram
negatif, intraselular, diplokokus aerobik yang mempengaruhi epitel kuboid atau
kolumner host. Berbagai macam faktor yang mempengaruhi cara gonokokus
memediasi virulensi dan patogenisitasnya. [1,4]
Pili dapat membantu pergerakan gonokokus ke permukaan mukosa.
Membran protein luar seperti protein opacity-associated (Opa) meningkatkan
perlekatan antara gonokokus (bentuk koloni padat pada kultur media) dan juga
meningkatkan perlekatan dengan fagosit. Produksi yang dimediasi plasmid tipe
TEM-1 beta laktamase (penisilinase) juga berperan pada virulensinya. Gonokokus
melekat pada sel mukosa host (dengan bantuan pili dan protein Opa) dan
kemudian penetrasi seluruhnya dan di antara sel dalam ruang subepitel. [1,4]
Karakteristik respon host oleh invasi dengan neutrofil, diikuti dengan
pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosal, dan discharge
purulen. Apabila tidak diobati, infiltrasi makrofag dan limfosit digantikan oleh
neutrofil. Beberapa strain menyebabkan infeksi asimptomatik. [1,4]
Patogenesisnya melibatkan perlekatan bakteri pada sel epitel kolumner
melalui pili. Pili membantu perlekatan gonokokus ke permukaan mukosa dan
membantu bakteri terhindar dari fagositosis PMN ( Polimorpho nuclear ).
Membran protein terluar berupa protein Opacity-associated (Opa) meningkatkan
kesatuan antar gonokokus (membentuk koloni opaque pada media kultur) dan
juga meningkatkan kesatuan untuk melekat. Bakteri mensekresikan IgA protease
untuk melindungi diri dari antibodi sel mukosa yang memisahkan dan
menonaktifkan IgA yang terdapat pada sebagian besar selaput lendir manusia. [1,4]
Protease, dapat membelah rantai dari imunoglobulin manusia dan
memblok sistem imun terhadap bakteri. RMP (Reduction Modifiable Protein)
yang terdapat pada permukaan sel bakteri berfungsi untuk melindungi antigen
permukaan bakteri seperti POR ( Porin Protein ) atau LOS ( Lipo Oligosakarida )
dari antibodi host. Setelah gonokokus melekat pada mukosa sel inang (dengan
bantuan pili dan protein Opa), bakteri masuk ke dalam sel host melalui endositosis
yang diperantarai oleh adhesin dan sphingomyelinase serta melakukan replikasi
intraseluler. Kemudian bakteri melakukan penetrasi terus-menerus di antara sel-
sel ke dalam ruang subepithelial. LOS dan komponen dinding sel bakteri seperti
peptidoglikan menyebabkan produksi TNF α sehingga mengakibatkan respon
inflamasi yang memberikan simptom local invasi neutrofil, diikuti oleh kerusakan
epitel, pembentukan mikroabses submukosa dan discharge purulen. [1,4]
F. Gejala Klinik
Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonore. Masa
tunas penyakit berkisar antara 2-5 hari . Sesudah lewat masa tunas penderita
mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing. Kemudian keluar nanah yang
berwarna putih susu dari uretra dan muara uretra membengkak. Pada wanita dapat
timbul fluor albus. [1,2,3,4,5,6]
1. Pada laki-laki
Infeksi Neiserria gonorrhoeae pada laki-laki bersifat akut yang didahului
rasa panas dibagian uretra anterior, diikuti rasa nyeri pada penis, keluhan
berkemih seperti disuria dan polakisuria. Terdapat duh tubuh yang bersifat
mukopurulen ( pus kental kuning kehijauan ). Kadang-kadang juga terdapat
ektropion. Pada beberapa keadaan duh tubuh baru keluar bila dilakukan pemijatan
atau pengurutan korpus penis kearah distal, tetapi pada keadaan penyakit yang
lebih berat nanah tersebut menetes sendiri keluar. Jika gejala tidak diobati dengan
tepat lebih dari 2 minggu maka infeksi dapat menjalar ke uretra posterior. [1,2,3,4,5,6]
Sekali kontak dengan wanita yang terinfeksi, 25% akan terkena uretritis
gonore dan 85% berupa uretritis yang akut. Sebanyak 10% pada laki-laki dapat
memberikan gejala yang sangat ringan atau tanpa gejala klinis sama sekali pada
saat diagnosis, tetapi hal ini sebenarnya merupakan stadium presimptomatik dari
gonore, oleh karena waktu inkubasi pada laki-laki bisa lebih panjang . Bila
keadaan ini tidak segera diobati, maka dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu maka sering menimbulkan komplikasi lokal berupa epididimitis, seminal
vesiculitis dan prostatitis, yang didahului oleh gejala klinis yang lebih berat yaitu
sakit waktu kencing, frekuensi kencing meningkat, dan keluarnya tetes darah pada
akhir kencing. [1,2,3,4,5,6]
2. Pada wanita
Pada wanita gejala uretritis ringan atau bahkan tidak ada, karena uretra
pada wanita selain pendek, juga kontak pertama pada cervix sehingga gejala yang
menonjol berupa servisitis dengan keluhan berupa keputihan. Karena gejala
keputihan biasanya ringan, seringkali disamarkan dengan penyebab keputihan
fisiologis lain, sehingga tidak merangsang penderita untuk berobat. Dengan
demikian wanita seringkali menjadi carrier dan akan menjadi sumber penularan
yang tersembunyi. [1,2,3,4,5,6]
Masa tunas pada wanita sulit ditentukan karena biasanya asimptomatis.
Gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari endoservisitis dimana
bersifat purulen, tipis dan agak berbau. Beberapa pasien dengan servisitis gonore
kadang mempunyai gejala yang minimal. Disuria atau keluar sedikit duh tubuh
dari uretra yang mungkin disebabkan oleh uretritis yang menyertai servisitis.
Dispareunia dan nyeri perut bagian bawah. Jika servisitis gonore tidak diketahui
atau asimptomatis maka dapat berkembang menjadi PID. Nyeri ini bisa
merupakan akibat dari menjalarnya infeksi keendometrium, tuba fallopi, ovarium
dan peritoneum. Nyeri bisa bilateral, unilateral dan tepat pada garis tengah. Dapat
disertai panas badan, mual dan muntah. Nyeri perut bagian kanan atas dari
perihepatitis ( Fitz-Hugh-Curtis syndrome) bisa terjadi melalui penyebaran bakteri
keatas lewat peritoneum. [1,2,3,4,5,6]
Pada kasus-kasus yang simtomatis dengan keluhan keputihan harus
dibedakan dengan penyebab keputihan yang lain seperti trichomoniasis,
vaginosis, candidiasis maupun uretritis non gonore yang lain. Pada wanita,
infeksi primer tejadi di endocerviks dan menyebar kearah uretra dan vagina,
meningkatkan sekresi cairan yang mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba
uterine, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Ketidak suburan (
infertilitas ) terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonococci.
[1,2,3,4,5,6]
3. Pada bayi
Ophtalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu
infeksi mata pada bayi yang baru lahir yang didapat selama bayi berada dalam
saluran lahir yang terinfeksi. Conjungtivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan
bila tidak diobati dapat menimbulkan kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia
neonatorum ini, pemberian tetracycline atau erythromycin ke dalam kantung
konjungtiva dari bayi yang baru lahir banyak dilakukan. [1,2,3,4,5,6]
4. Ekstra Genital
Gonore tidak hanya mengenai genitalia saja tetapi dapat pula terjadi diluar
genitalia diantaranya adalah : [1,2,3,4,5,6]
a. Orofaringitis
Terdapat pada fellatio dan cunillingus gejalanya seperti faringitis
biasa.[1,2,3,4,5,6]
b. Prokitis Gonore
Pada laki-laki dapat terjadi karena homoseksual, pecahnya
prostatitis dan cowperitis yang pecah ke rektum, sedangkan pada wanita
dikarenakan komplikasi gonore perkontinuitatum gejalanya adalah nyeri
pada perineum, nyeri pada waktu defekasi dan kadang-kadang keluar
darah. [1,2,3,4,5,6]
c. Gonoblenore
Timbul pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita gonore karena
penularan langsung sewaktu proses persalinan. Juga pada orang-orang
dengan perilaku yang jelek sehingga ia menularkan kematanya sendiri dari
gonore genitalnya. [1,2,3,4,5,6]
d. Komplikasi sistemik
Komplikasi sistemik dapat berupa meningitis , endokarditis, arthritis,
tenosynovitis dan dermatitis. [1,2,3,4,5,6]
a. Anamnesa [3]
1) Adanya coitus suspectus
2) Fellatio
3) Cunilingus
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pria[3,4,6]
i. Sakit waktu kencing
ii. Orifisium uretra yang edema dan eritematosus
iii. Sekret uretra yang purulen
iv. Ektropion keluar ecoulement
2) Wanita [3,4,6]
i. Saluran Urogenital Bawah
a) Sekret mukopurulen atau purulen dari serviks
b) Sekret atau perdarahan dari vagina [3,4,6]
ii. Saluran Urogenital Atas
a) PID (Pelvic Inflammatory Disease)
b) Nyeri abdomen bagian bawah dengan atau tanpa
penyebaran rasa nyeri
c) Nyeri pada waktu serviks digerakkan
d) Nyeri tekan adneksa
e) Panas badan
f) Nyeri tekan abdomen bagian kanan atas [3,4,6]
c. Pemeriksaan Penunjang
1). Pemeriksaan laboratorium
Cara pengambilan specimen:
a) Spesimen pada penderita servisitis gonore diambil dari
endoserviks, digunakan pada pemeriksaan Gram dan kultur.
b) Pengambilan duh tubuh endoserviks dilakukan dengan memakai
alat spekulum yang telah dibasahi air, kemudian dimasukkan
kedalam vagina.
c) Swab (lidi kapas) steril dimasukkan kedalam kanalis servikalis
sedalam 2-3 cm, kemudian swab diputar selama 10 detik dan
diangkat. [1,3,4]
i. Sediaan Langsung ( Pengecatan Gram )
a) Pengecatan gram adalah test yang cepat dan tidak mahal.
b) Sediaan diwarnai dengan pewarnaan gram untuk melihat adanya
kuman Diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak
intra dan ekstraseluler.
c) Bahan pemeriksaan diambil dari pus diuretra yang keluar spontan
ataupun melalui pemijatan, sedimen urin, secret dari massase
prostat ( pada pria ), muara uretra , muara kelenjar bartolin,
serviks, rectum ( pada wanita ) dan sekret mata ( pada bayi )
d) Pada wanita dengan hasil kultur serviks yang positif, hasil
pengecatan gram dari endoserviks mempunyai sensitivitas 50-60%
dan spesifisitas 82-97%. Adanya lebih dari 30 sel PMN
( Polymorphonuclear) per high-power field dari hapusan
endoserviks mencerminkan adanya servisitis.
e) Sensitifitas dan spesifisitas pengecatan gram lebih rendah pada
spesimen endoservikal dan rektal. [1,3,4]
H. Diagnosis Banding
a). Uretritis non-gonore akut
Dapat disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum, atau yang lain.; Mycoplasma genitaslium, Trichomonas
vaginalis, jamur, Herpes simplex virus. Diagnosis pasti uretritis gonore
harus dengan ditemukannya kuman Neiserria gonorrhoeaea sebagai
penyebabnya. Secara klinis antara uretritis gonore dan uretritis non-
gonore sangat sulit dibedakan karena sama-sama memberikan gejala
duh tubuh uretra, disuria, atau gatal pada uretra, kadang-kadang
terdapat hematuria. [4]
Beberapa penulis menyebutkan bahwa pada uretritis gonore duh
tubuh uretra lebih profuse dan biasanya purulen sedangkan pada
uretritis non-gonore duh tubuh uretra lebih mukoid dan mungkin hanya
keluar pada pagi hari atau didapatkan pada celana dalam berupa noda
atau krusta pada meatus. Inkubasi pada uretritis gonore juga lebih
pendek antara 2-5 hari setelah terpapar sedangkan pada uretritis non
gonore berkembang antara 1-5 minggu setelah terpapar dengan puncak
antara 2-3 minggu. [4]
b). Artritis bakteri non gonore
Untuk menentukan artritis gonore maka harus disingkirkan juga
kemungkinan artritis bakteri non-gonore. Perbedaan keduanya dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut : [4]
Tabel 2.2 beberapa parameter berbeda artritis gonore dan artritis non
gonore
Karateristik Artritis Gonore Artritis non Gonore
Usia Dewasa muda, sehat Anak-anak, orangtua,
imunocompromised
Tenosynovitis + -
Polyarthritis Polyarthritis Monoarthritis
Lesi Kulit + pada 2/3 kasus +
Lokasi Sering pada pergelangan Umumnya pada sendi
tangan dan sendi kecil besar
Kultur Cairan - +
Sinovial
Kultur Darah Jarang + + pada 50% pasien
Respon Cepat Lambat
Antibiotika
Drainase Cairan Tidak perlu Penting
Synovial
I. Penatalaksanaan
Pengobatan yang benar meliputi : pemilihan obat yang tepat serta dosis
yang adekuat untuk menghindari resistensi kuman. Melakukan tindak lanjut
secara teratur sampai penyakitnya dinyatakan sembuh. Sebelum penyakitnya
benar-benar sembuh dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual.
Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar tidak terjadi “ fenomena
pingpong “. [1,3,4,5,6]
Obat-obat yang digunakan sebagai terapi gonore tergantung beberapa
faktor :
i. Pola resistensi menurut area geografi maupun sub populasi
ii. Obat-obatan yang tersedia
iii. Efektivitas yang dikaitkan dengan harga obat
iv. Bila kemungkinan ada concomitant [1,3,4,5,6]
a). Terapi gonore tanpa komplikasi :
i. Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal
ii. Ceftriaxone 250 mg im dosis tunggal
iii. Ciprofloxacine 500 mg per oral dosis tunggal
iv. Ofloxacin 400 mg per oral dosis tunggal
v. Spectinomycin, 2 g im injeksi, dosis tunggal
vi. Bila diduga ada infeksi campuran dengan Chlamydia dapat
ditambahkan :
o Erytromycine 500 mg sehari 4 kali peroral selama 7 hari
o Doxycycline 100 mg/ sehari 2 kali peroral selama 7 hari [1,3,4,5,6]
Untuk Ciprofloxacin CDC menganjurkan untuk tidak diberikan pada area
geografi tertentu karena sudah resisten seperti Inggris, Wales, Kanada sedangkan
Asia, Kepulauan Pasifik, California dilaporkan masih peka dan sensitif.
Ciprofloxacin kontraindikasi untuk ibu hamil dan tidak dianjurkan untuk anak-
anak. [1,3,4,5,6]
b). Terapi gonore dengan komplikasi:
i. Meningitis dan Endocarditis
Ceftriaxone 1-2 g IV setiap 12 jam untuk meningitis dilanjutkan 10-14
hari dan untuk endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu. [1,3,4,5,6]
ii. Arthritis , tenosynovitis dan dermatitis
o Ciprofloxacin : 500 mg IV setiap 12 jam
o Ofloxacin : 400 mg IV setiap 12 jam
o Ceftriaxone : 1 g im/iv tiap 24 jam
o Cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam [1,3,4,5,6]
c). Komplikasi ( lokal)
o Ciprofloxacin : 500 mg oral selama 5 hari
o Ceftriaxone 125 mg im selama 5 hari
o Cefixime 400 mg oral selama 5 hari
o Spectinomycin 2 g im selama 5 hari [1,3,4,5,6]
d). Regimen terapi untuk disseminated gonococcal :
o Ceftriaxone : 1 g im/iv satu kali sehari selama 7 hari
o Spectinomycin 2 g im dua kali sehari selama 7 hari[1,3,4,5,6]
e). Terapi Gonore pada bayi dan anak
Sepsis, arthritis , meningitis atau abses kulit kepala pada bayi
o Ceftriaxone 25-50 mg/kg/hari im/iv 1 kali sehari selama 7 hari
o Cefotaxime 25 mg/kg iv/im setiap 12 jam selama 7 hari
o Bila terbukti meningitis lama pengobatan menjadi 10-14 hari
[1,3,4,5,6]
2. Pada wanita
a). PID ( Pelvic Inflammatory Disease )
Salpingitis akut atau penyakit radang panggul ( PID ) adalah
komplikasi gonore yang tersering pada wanita. Kejadiaannya diperkirakan
10-20% dari infeksi gonore akut. Wanita dengan PID gonore sering
tampak akut dibandingkan dengan wanita dengan PID non gonore. PID
merupakan komplikasi yang paling umum dari semua komplikasi yag
disebabkan gonore hal ini disebabkan manifestasinya yang akut dan
kecacatannya pada jangka waktu yang lama ( infertilitas, kehamilan
ektopik, dan nyeri panggul yang kronis ).
Dapat simptomatik maupun asimptomatik. Dapat mengenai
endometrium, salping, ovarium dan peritoneum dengan gejala nyeri perut
bagian bawah, nyeri pada menstruasi dan nyeri pada waktu koitus. Gejala
ini biasanya ringan dan kurang diperhatikan. [1,2,3,4,5,6]
b). Bartholinitis
Bartholinitis adalah suatu proses infeksi yang terjadi pada kelenjar
Bartolin. Peradangan pada kelenjar ini biasanya disebabkan oleh Gonococcus
atau bakteri lainnya. Gejala yang dapat ditemukan adalah sangat nyeri,
akibatnya sukar berjalan, pembengkakan labium mayus dengan tanda radang
aktif lainnya dan pada muara kelenjar tampak nanah yang purulen, bila
berlanjut dapat terjadi abses yang bila pecah dapat terjadi ulkus., ostium
berwarna merah seperti gigitan kutu yang disebut dengan sanger point, nyeri
unilateral dan lebih panas dari daerah sekitarnya. [1,2,3,4,5,6]
c). Uretritis
Gejala utama berupa disuria. Pada pemeriksaan ditemukan uretra yang
merah dan edematous serta bila ditekan dapat keluar pus. [1,2,3,4,5,6]
d). Servisitis
Sering didapatkan tanpa keluhan kadang ada fluor albus. Pada
inspekulo ditemukan serviks yang merah, erosif, pus mukopurulen. [1,2,3,4,5,6]
K. Edukasi
a). Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada
keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular
kembali dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas.
b). Tidak ada cara pencegahan terbaik kecuali menghindari kontak seksual
dengan pasangan yang beresiko.
c). Penggunaan kondom masih dianggap yang terbaik.
d). Pendidikan moral, agama dan seks perlu diperhatikan [1,4]
L. Prognosis
a). Sebagian besar infeksi gonore memberikan respon yang cepat terhadap
pengobatan dengan antibiotik.
b). Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap. [4]
BAB III
KESIMPULAN
1. Djuanda, A. 2007. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi lima. Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI: Jakarta.
2. Wolf, K. 2008. Fitzpatrick’s in General Medicine Seventh Edition. Mc
Graw Hill: New York.
3. Listawan Yulianto, Indropo Agusni, Sunarko Martodiharjo. 2005.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kulit dan Penyakit
Kelamin Edisi III. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.
4. Murtiastutik,Dwi.2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual.Surabaya.
Airlangga University Press.
5. Murtiastutik,Dwi, dkk. 2011. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi II.
Surabaya. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair
6. Siregar, Prof.Dr.R.S.Sp.KK. 2005. Saripati Penyakit Kulit. Edisi II.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.