PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Osteomielitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian
seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya
kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Osteomielitis ?
2. Sebutkan Etiologi Osteomielitis ?
3. Jelaskan Klasifikasi Osteomielitis ?
4. Jelaskan Patofisiologi Osteomielitis ?
5. Jelaskan Manifestasi Klinis Osteomielitis ?
6. Jelaskan Pemeriksaan Penunjang Osteomielitis ?
7. Jelaskan Pentaksanaan Osteomielitis ?
8. Jelaskan Komplikasi Osteomielitis ?
9. Jelaskan P atway Osteomielitis ?
10. Jelaskan Gizi Yang Tepat Pada Pasien Osteomielitis ?
11. Asuhan Keperawatan Osteomielitis ?
12. Jurnal Osteomielitis ?
C. MANFAAT
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Berasal dari kata osteon (tulang)
dan myelo (sum-sum tulang) dan dikombinasi dengan itis (inflamasi) untuk
menggambarkan kondisi klinis dimana tulang terinfeksi oleh mikroorganisme
(Madder dkk, 1997, Lazzarini dkk, 2004).
Osteomielitis kronis didefinisikan sebagai osteomielitis dengan gejala lebih
dari 1 bulan (Dormans & Drummond, 1994). Osteomielitis kronis dapat juga
didefinisikan sebagai tulang mati yang terinfeksi didalam jaringan lunak yang
tidak sehat (Cierny & Madder, 2003).
Gambaran patologi dari osteomielitis kronis adalah adanya tulang mati,
pembentukan tulang baru, dan eksudat dari leukosit polymorphonuclear bersama
dengan jumlah besar dari limfosit, histiosit, dan juga sel plasma (Lazzarini dkk,
2004). Pada osteomielitis kronis dapat terjadi episode infeksi klinis yang berulang
(Spiegel & Penny, 2005). Tulang tibia merupakan tempat paling sering terjadinya
infected nonunion dan osteomielitis kronis setelah trauma (Patzakis dkk, 2005)
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi
terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
4. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang
haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae,
streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya
osteomyelitis adalah infeksi lain.
B. Etiologi Osteomielitis
4
operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,
mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.
C. Klaifikasi Osteomielitis
5
c. Pneumococcus dan Gonococcus
D. Patofisiologi Osteomielitis
6
E. Manifestasi Klinis Osteomielitis
7
adanya edema, fistula intraoseus, dan defek kortikal yang mengarah ke traktus
sinus jaringan lunak.Peran utama teknik ini dalam osteomielitis adalah
mendeteksi sequestra pada osteomielitis kronik, berupa nekrosis tulang yang
pada foto polos bisa tertutupi osseous abnormal disekitarnya.
5. MRI ( Magnetic Resonance Imaging), Lebih cepat mendeteksi dan
menentukan daerah yang akan dioperasi , Sensitif : 90-100%, MRI dapat
mendeteksi dini osteomielitis dan menilai luasnya keterlibatan serta aktivitas
penyakit dalam kasus infeksi kronis tulang.
- MRI dapat memperlihatkan luas dan lokasi osteomielitis sekaligus perubahan
patologi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI memungkinkan deteksi dini
osteomielitis dan menilai perluasan dari keterlibatan dan aktivitas penyakit
pada kasus kronik.
- MRI dipertimbangkan sebagai teknik pencitraan yang paling bermanfaat untuk
mengevaluasi pasien dengan suspek osteomielitis karena kemampuannya
untuk memperlihatkan perubahan pada kandungan air di sumsum tulang
dengan resolusi struktur dan ruang yang sangat baik.
- MRI sangat sensitif untuk mendeteksi osteomielitis secara dini, 3 – 5 hari
setelah onset infeksi
6. Pemeriksaan feses : untuk kultur dilakukan apabila trerdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
7. Bone scan : pada pemeriksaan sidik tulang dengan mengggunakan tehcnetum
99 maka akan terlihat gambaran abnormal dari tulang berupa peningkatan
uptake pada daerah yang aliran darahnya meningkat dan daerah pembentukan
tulang yang cepat. Dengan sidik tulang ini juga dapat ditemukan atau
ditentukan lokasi terjadinya infeksi atau dapat juga dengan menggunakan
gallium
8. X-Ray : pada fase akut belum teerlihat kelainan-kelainan Patologis pada
tulang dan hanya dapat terlihat berupa pembekakan jaringan lunak saja ,
setelah lebih dari 10 hari baru ada perubahan pada gambar X-ray yaitu
gambaran “brodis abscess”
9. Staging Osteomielitis
8
a. Stage 1 : Melibatkan medular tulang dan biasanya
disebabkan oleh satu organisme.
b. Stage 2 : Melibatkan permukaan tulang dan bisa terjadi dengan ulkus
jaringan lunak dalam.
c. Stage 3 : Infeksi lokal tulang dan jaringan lunak yang
meluas yang sering merupakan hasil dari infeksi multimikrobial
intramedular atau fraktur terbuka.
d. Stage 4 : Menunjukkan keterlibatan tulang dan lapisan jaringan
lunak yang multipel.
G. Pentaksanaan Osteomielitis
9
diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis
steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting
dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol
hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal
selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi
ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi
dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).
Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah
kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.
Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang
H. Komplikasi
1. Dini :
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
10
c. Atritis septik
2. Lanjut :
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan
fungsi tubuh yang terkena
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
I. Patway
11
J. Gizi Yang Tepat Pada Pasien Osteomielitis
1. Kacang tanah : Kaya akan vitamin E yang menurunkan risiko kanker
kolon, paru-paru, hati, dan kanker lainnya. Selai kacang yang nikmat pada
roti gandum utuh akan membantu Anda melawan kanker.
2. Grapefruit : Jeruk, grapefruit, dan brokoli kaya akan vitamin C. Elemen ini
penting untuk mencegah pembentukan senyawa nitrogen yang merupakan
penyebab kanker. Makanan mengandung vitamin C tinggi ini menurunkan
risiko kanker esofagus, kandung kemih, payudara, serviks, lambung, dan
usus besar. Jadi, jangan lupakan makanan-makanan ini dalam diet Anda
sehari-hari.
3. Berry : merupakan pelawan kanker yang tangguh. Kandungan
antioksidannya yang tinggilah yang menyebabkan demikian.
4. Ubi jalar : kaya beta karoten yang dapat menurunkan risiko kanker kolon,
lambung, dan paru-paru. Studi menunjukkan, ubi jalar dapat menurunkan
risiko kanker payudara hingga setengahnya.
5. Teh : mengandung senyawa katekin yang menghambat pertumbuhan
kanker. Sebuah studi di China mengatakan, peminum teh hijau memiliki
risiko yang lebih rendah untuk mengembangkan kanker dibandingkan
mereka yang tidak.
6. Sayuran : Buah dan sayur mengandung fotonutrien yang sama pentingnya
dengan mineral dan vitamin. Sayuran seperti kembang kol dan kubis
mengandung fitonutrien yang dapat membantu menghambat metabolisme
karsinogen dan merangsang tubuh untuk memproduksi enzim detoksifikasi.
7. Tomat : Studi pada tahun 2009 yang dimuat dalam Journal of Clinical
Oncology menunjukkan bahwa tomat mengandung likopen yang membantu
mencegah kanker prostat. Likopen merupakan antioksidan kuat yang juga
dapat mencegah pelbagai jenis kanker lainnya.
12
BAB III
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kp. Woro – Woro Rt. 09/08 No.50
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Tanggal masuk RS : 01 Oktober 2017
Tanggal pengkajian : 01 Oktober 2017
DX Medis : Osteomielitis
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Nyeri pada bagian kaki kanan
13
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Minggu, 01 September 2017. Tn.A
Biasanya datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut (misalnya :
nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari
sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
5. Genogram
Tidak ada
14
h. Peran – Hubungan : pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang
dialaminya. Serta klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi : tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.
j. Koping – Toleransi Stress : pasien mengalami stress ysng karena kondisinya
saat itu.
k. Nilai Kepercayaan : Klien mengalami gangguan dalam beribadah karena
nyeri yang ia rasakan sehingga sholat sambil berbaring dan klien juga selalu
berdzikir
7. Pemeriksaan Fisik
a. KeadaanUmum
Penampilan umum : Lemah
Kesadaran : Komposmentis
GCS : Eye : 4 verbal : 5 motorik : 6 Total : 15
BB : 62 kg TB : 159 cm
TTV : Suhu : 38 OC R : 25 x/menit
Nadi : 80 x/menit Td : 110/80mmHg
b. Head to toe
1. Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, kulit kepala terdapat ketombe, distribusi
rambut kurang merata, warna rambut hitam dan terdapat uban , rambut
pendek, rambut lengket,rambut kurang bersiih, tidak ada lesi, tidak ada
nyeri tekan dan agak rontok.
2. Mata
Posisi mata simetris, bentuk mata bulat, sklera mata tidak ikterik,
konjungtiva anemis ,pergerakan bola mata normal, refleks pupil normal,
alis mata simetris,bulu mata sedang
3. Hidung
Posisi lubang hidung simetris, hidung bersih, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada lesi dan benjolan, tidak terdapat sekret
4. Telinga
15
Posisi telinga simetris, tidak ada nyeri tekan,tidak ada lesi dan
benjolan, terdapat serumen, pendengaran jelas
5. Mulut
Gigi bersih, gusi bersih, lidah bersih, mukosa bibir kering, tidak ada
lesi dan benjolan
6. Leher
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada lesi
dan benjolan
7. Thorax
Dada simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan benjolan
8. Abdomen
Bentuk abdomen simetris ,tidak ada pembesaran limpa dan hati,tidak
ada lesi , bising usus 12 x/menit, tidak ada edema
9. Daerah Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak ada kelainan tulang belakang, tidak
ada edema dan tidak ada nyeri tekan.
10. Daerah ekstremitas Atas
Kedua tangan simetris, terpasang alat therapi pada tangan kanan
dengan cairan ringer laktat 20 tts/menit,pergerakan tangan aktif, reflek
trisep dan bisep baik, jari jari tangan lengkap, tidak ada nyeri tekan,
kekuatan otot tangan 5 (100%),
11. Daerah ekstremitas Bawah
Kedua kaki simetris, pergerakan kaki terhambat, jari jari kaki
lengkap, ada nyeri tekan pada kaki dektra, kekuatan kaki dekstra 2 , kaki
sinistra 5 , terdapat pembekakan pada bagian kaki kanan
12. Kulit dan kuku
Kulit warna kulit sawo matang, kebersihan kurang, Turgor kulit
normal dan Kuku kotor, kuku panjang, tidak terjadi sianosis pada kuku.
13. Inguinal dan genitalia :
Tidak terdapat kelainan Laki-laki, normal
16
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Normal
Pr : <20 mm/jam
D. Analisa data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds : Adanya MO Nyeri
↓
- Klien mengataakan nyeri
pada bagian kaki kanan Melalui sirkulasi darah
↓
Do :
Jukstanepifisis tul.
- Klien terlihat meringis Panjang
kesakitan ↓
- Klien terlihat berhati hati saat Osteomielitris
menggerakan kaki kanan ↓
klien
Fagositosis
- Klien teerlihat lemas
↓
- Nafsu makan kllien menurun
Proses inflamasi ,
- Klien terlihat cemas
pembekakan
↓
Peningkatan tekanan jar.
Tulang dan medula
↓
Iskemia dan nekrosis tul
17
↓
Pembentukan abses
tulang
↓
Nyeri
↓
Pertum. Tul baru dan
pengeluaran pus
2 Ds : Gangguan
Terjadi inflamasi ,
pembekakan mobilisasi fisik
- Klien mengataakan susah
untuk berjalan kaki kanan ↓
Terjadi inflamasi ,
3 pembekakan
Ds : - Resiko
↓
terhadap
Do : Leukosit 20000/ul
Pembemtukaan pus dan perluasan
nekrosis jar
infeksi
18
↓
Penyebaran infeksi ke
organ lain
↓
Resiko penyebaran
infeksi
4 Ds : Ansietas
Do :
F. Intervensi Keperawatan
19
tgl No Dx NOC NIC
20
01/10/17 Kinerja mekanik tubuh promosi mekanik tubuh
2
a. Menggunakan postur diri yang a. menentukan komitmen
benar pasen utk belajar and
b. Menggunakan posisi duduk yang menggunakan postur yg
benar benar
c. Menggunakan cara berbaring b. berkolaborasi dg terapis
yang benar fisik untuk pembentukan
d. Menentukan kekuatan otot rencana promosi mekanik
e. Menentukan fleksibilitas sendi tubuh.
f. Mempertahankan kekuatan otot c. Tunjukkan caramenggeser
berat badan dari satu kaki
ke kaki lain sambil berdiri
d. Monitor perbaikan postur
pasien / body mekanik
e. Memberikan informasi
tentang penyebab yang
mungkin dari posisi otot
atau nyeri sendi
f. Anjurkan pasien /
keluarga tentang frekuensi
dan jumlah pengulangan
untuk setiap latihan
21
d. Menyediakan asisten untuk merubah gaya berjalan pd
bergerak pasien
e. Prosedur pemindahan i. Mengajari pasien untuk
f. Menyediakan cahaya yang cukup meminimalkan resiko
jatuh
j. Menggunakan teknik yg
tepat utk memindahakan
pasien dari /menuju kursi
roda, tempat, tidur, toilet
k. Menempatkan tempat
tidur mekanik pada posisi
terendah
22
kecoklatan bau drainase
yang tidak enak atau asam
g. Kaji tonus otot, reflek
tendon
h. Selidiki nyeri tiba-tiba
atau keterbatasan gerakan
dengan edema lokal atau
enterna ekstermitas cedera
i. Kolaborasi :
j. Lakukan pemeriksaan lab
sesuai indikasi dokter
k. Berikan obat atau
antibiotik sesuai indikasi
Kolaborasi :
23
G. Evaluasi
Tgl No. DP SOAP Ttd
A : Masalah teratasi
01/10/17 2
S : Klien mengatakan ingin ikut berpartisipasi dalam
aktivitas perawatan dirinya, Klien juga mengatakan
dapat menggunakan alat bantu dengan aman
A : Masalah teratasi
S:-
02/10/17 3
O:
24
b. Suhu badan klien 37, 50 o C
c. Pembengkakan berkurang
d. Pus sedikit
e. Hasil leukosit menjadi 12000/ul dan laju endap
darah menurun 17 mm/jam
f. Biakan darah negatif
P : Intervensi dilanjutkan
03/10/17 4
S : Klien mengatakan ingin cepat sembuh sehingga klien
akan melakukan pemeiksaan rutin dan mengikuti apa
yang dikatakan perawat dan dokter
O:
A : Masalah teratasi
P : Intervensi selesai
25
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC (25
September 2017)
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC. (25 September
2017)
Suratun Dkk (2008) . Lien Gangguan Sidtem Musculoskeletal SAK . Jakara : Penerbiit
Buku Kedokterran EGC (25 September 2017)
27