Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkolusis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection.
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, demikian
juga tuberkulosis pada kehamilan. Insidens TBC pada kehamilan adalah 1/10.000
kehamilan.Penelitian pada tahun 1985-1990 di New York, memperlihatkan insidens TBC
pada kehamilan adalah 12 kasus per 100.000 kelahiran dan pada tahun 1991-1992
insidens meningkat menjadi 95 kasus per 100.000 kelahiran. Penelitian di London tahun
1997-2001, menunjukkan 32 wanita hamil menderita TBC, dengan insidens 252/100.000
kelahiran. Lima puluh tiga persen didiagnosis sebagai TBC ekstrapulmonal, 38% TBC
pulmonal dan 9% TBC ekstra dan intra pulmonal.
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi TB ke 3 tertinggi di dunia setelah
cina dan india berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survei kesehatan
nasional 2001 TB menempati rangking no 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di
Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, banyak diantanya yang terserang adalah wanita yang
berpotensi hamil. Sehingga menimbulkan banyak pertanyaan akan perkembangan serta
keselamatan janin yang dikandungnya.Faktor lain yang berperan adalah pemberian
regimen terapi yang tepat. Risiko yang dihadapi oleh ibu dan janin lebih besar bila tidak
mendapatkan pengobatan TBC dibandingkan risiko pengobatan itu sendiri. Pemberian
regimen kemoterapi yang tepat dan adekuat akan memperbaiki kualitas hidup ibu,
mengurangi efek samping obat anti tuberculosis (OAT) terhadap janin dan mencegah
infeksi yang terjadi pada bayi yang baru lahir.
Maka dari itu, sesuai kasus yang diberikan oleh dosen pembimbing, penulis
berusaha menguraikan tentang kaitan antara penyakit TB paru dengan kondisi ibu yang
sedang hamil (antenatal).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari tuberculosis paru ?
2. Bagaimana etiologi dari tuberkolosis pada ibudengan TBC?
3. Apa saja menifestasi klinis tuberculosis pada ibu dan janin?
4. Bagaimana patofisiologi tuberculosis paru?
5. Bagaimana Diagnosis Tuberkulosis Pada Kehamilan?
6. Apa saja komplikasi TBC apad ibu hamil dan Janin?
7. Apa saja tes diagnostic TB pada ibu hamil?
8. Penatalaksaan tuberculosis pada ibu hamil?
9. Bagaimana asuhan keperawatan tuberkolosis?

C. Tujuan
Agar dapat mengetahui pengetian TBC, Etiologi TBC pada ibu dan janin, menifestasi
klinis TBC apada ibu dan janin, Patofisiologi TBC, penatalaksanaan TB Pada ibu
hamil.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tuberculosis paru
1. Pengertian Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium
tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer,
2000).
Tuberkolusis adalah penyakit menular yang menyereng paru.(Dep.Les. RI,
2001 : 7)
Tuberkolusis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.(Kapita Selakta, 2001 : 472)
Tubercolosis adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara pernafasan
yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tubercolosis. (Infeksi Saluran Nafas,
1989:37)
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).

2. Etiologi

Penyebab tubercolosis adalah Microbakterium Tubercolosis sejenis kuman


berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 -4/ um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian
dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam(BTA). Ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupaun dalam keadaan dingin
(dapat bertahan tahun tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan penyakit tuberculosis menjadi aktif lagi. Didalam jaringan, kuman hidup
sebagai parasit intraseluler yakni salam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositosi malah disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat lain
kuman ini adalah aerob. Sifat ini menujukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi kandungan oksigenny. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical
lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan tempata predileksi
penyakit tuberculosis. Bakteri ini sangat lambat pertumbuhannya, mereka memecah
diri setiap 16-20 jam.

3. Penularan TBC

 IBU
Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA
positif.Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam
bentuk Droplet (percikan Dahak).Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan
diudara pada suhu kamar selama beberapa jam.Orang dapat terinfeksi bila droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam
tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut.Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

 Janin
Tuberkulosis dapat ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim, menghirup
atau menelan cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup udara yang
mengandung kuman TBC setelah lahir.

4. Manifestasi Klinis
TBC pada kehamilan mempunyai gejala klinis yang serupa dengan TBC
perempuan tidak hamil. Diagnosis mungkin ditegakkan terlambat karena gejala awal
yang tidak khas. Keluhan yang sering ditemukan batuk, demam, malaise, penurunan
berat badan dan hemoptisis (perdarahan dari saluran napas bawah).
5. Patofisiologi

Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi


percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil menembus
mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati saluran napas
bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan yang kuat.
Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka hanya sekitar 5 %
orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberculosis aktif. Penderita TBC yang
bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberculosis
aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah
mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih untuk
mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya.Respons selular
melibatkan sel T serta makrofag.Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan
jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut.Tuberkel akhirnya
mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada
pemeriksaan sinar-x toraks.Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami
perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem
trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah
dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan
nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk ke
organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk
sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar bronkus.Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah
disebabkan oleh basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema
interstisium dan pembentukan jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan
jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas
menurun.(Corwin, 2001: 414).
Pada ibu hamil mycobacterium tuberkolosis ini menular pada janin melaui
plasenta.Selama kehamilan terjadi transmisi basil ke janin.Transmisi ini biasanya
terjadi secara limfatik, hematogen atau secara langsung.Janin dapat terinfeksi melalui
darah yang berasal dari infeksi plasenta melalui vena umbilikalis atau aspirasi cairan
amnio.

6. Diagnosis Tuberkulosis PadaKehamilan


Diagnosis TBC pada kehamilan samadengan TBC tanpa kehamilan.
Diagnosismungkin terlambat ditegakkan karenamanifestasi klinis yang tidak khas,
tertutup olehgejala-gejala pada kehamilan.Good et almelaporkan bahwa dari 27
wanita hamil denganpemeriksaan biakan sputum yang positif,didapatkan 74% gejala
batuk, 41% penurunanberat badan, 30% demam, malaise dan lelah,19% batuk darah
dan 20% tanpa gejala. Oleh karena itu perlu dilakukan penapisan pada perempuan
hamil dengan risiko tinggi terkena TBC melalui pemeriksaan antenatal. Pemeriksaan
yang dianjurkan adalah uji tuberkulin, sputum BTA dan pemeriksaan biakan.

7. Komplikasi
a. IBU
Sejak zaman Hippokrates, adanya kehamilan dianggap menguntungkan pada
pasien-pasien tuberkulosis paru, tetapi sejak pertengahan abad 19 pendapat
berubah berlawanan. Kehamilan dianggap memperburuk penyakit tuberkulosis.
Wanita yang mengidap tuberkulosis paru dianjurkan untuk tidak hamil atau bila
telah terjadi konsepsi maka dianjurkan untuk dilakukan aborsi. Tetapi saat ini,
aborsi terapetik jarang dilakukan kecuali atas indikasi komplikasi TB paru pada
kehamilan. Pada kenyataannya, terdapat perburukan penyakit sebesar 15%-30%
pada pasien yang tidak diobati. Tidak terdapat peningkatan reaktivasi pada pasien
TB paru pada saat kehamilan. Jumlah reaktivasi berkisar antara 5%-10% pada saat
kehamilan atau pada saat tidak hamil. Beberapa penelitian sebelum era kemoterapi
terhadap tuberkulosis menunjukkan, selama kehamilan perjalanan penyakit
tuberkulosis paru relatif stabil, tetapi perjalanan penyakit menjadi progresif sejak
± 6 minggu setelah melahirkan. Beberapa teori diajukan untuk menjelaskan
fenomena ini antara lain faktor kadar estrogen yang meningkat pada bulan
pertama kehamilan, kemudian tiba-tiba menurun segera setelah melahirkan.
Disamping faktor lain yang memperburuk tuberkulosis paru pada masa nifas
adalah trauma pada waktu melahirkan, kesibukan atau kelelahan ibu siang dan
malam mengurus anak yang baru lahir dan faktor-faktor sosial ekonomi.

Sejak ditemukannya obat-obat anti tuberkulosis, kontroversi pengaruh kehamilan


terhadap tuberkulosis paru dianggap tidak begitu penting. Pasien tuberkulosis aktif
dengan kehamilan dan mendapat kemoterapi adekuat mempunyai prognosis yang
sama seperti pasien tuberkulosis paru tanpa kehamilan. Kecepatan dalam
diagnosis dan tatalaksana sangat berperan dalam prognosis penyakit tuberkulosis.
Mortalitas wanita hamil yang baru diketahui menderita tuberkulosis paru sesudah
hamil adalah 2x lipat dibandingkan wanita hamil yang telah diketahui menderita
tuberkulosis paru sebelum dia hamil. Pasien-pasien yang tidak mendapat
kemoterapi adekuat, yang resisten terhadap terapi, sesudah melahirkan karena
diafragma turun mendadak, komplikasi yang sering dijumpai adalah hemoptisis
atau penyebaran kuman secara hematogen atau tuberkulosis milier.

Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan pada sistem hormonal, imunologis,


peredaran darah, sistem pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke atas sehingga paru-paru
terdorong ke atas oleh uterus yang gravid menyebabkan volume residu pernafasan berkurang.
Pemakaian oksigen dalam kehamilan akan bertambah kira-kira 25% dibandingkan diluar
kehamilan, apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia sehingga
hasil konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi partus prematur atau kematian janin.
b. JANIN
Dulu pernah dianggap bahwa wanita dengan tuberkulosis paru aktif mempunyai
insidensi yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan wanita hamil tanpa infeksi
tuberkulosis paru dalam hal abortus spontan dan kesulitan persalinan. Banyak sumber
yang mengatakan peranan tuberkulosis terhadap kehamilan antara lain
 meningkatnya abortus, pre-eklampsi, serta sulitnya persalinan. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa hal tersebut tergantung dari letak tuberkulosis
apakah paru atau nonparu serta apakah tuberkulosis terdiagnosis semasa
kehamilan.
 Pada penelitian terhadap wanita-wanita Indian yang mendapat pengobatan
selama 6-9 bulan semasa kehamilan maka kematian janin 6 kali lebih besar
dan insidens dari: prematuritas, KMK ( kecil untuk masa kehamilan), BBLR
(berat badan lahir rendah) (<2500g) adalah 2 kali lipat.
 Pengaruh tidak langsung tuberkulosis terhadap kehamilan ialah efek
teratogenik terhadap janin karena obat anti tuberkulosis yang diberikan kepada
sang ibu. Mengakibatkan kematian pada janin
 Tuba falopii biasanya merupakan tempat pertama yang terinfeksi terutama
tuba falopii bagian distal. bila infeksinya menyebar maka tuba falopii bagian
proximal dan bahkan uterus dapat terinfeksi. Infeksi jarang mengenai cervix
atau tractus genitalia bagian bawah. Tidak seperti TB paru, infeksi pada
genital biasanya tidak menunjukkan gejala yang berarti, memerlukan beberapa
tahun bisa menimbulkan kerusakan yang besar dan terjadinya perlengketan
pada rongga pelvis, walaupun pasien dengan TB pelvis biasanya steril, tetapi
kadang-kadang dapat terjadi konsepsi tetapi implantasinya lebih sering terjadi
pada tuba daripada intra uterin.
 penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB
congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu
ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan
rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih
belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
 Encefalopati pada janin
8. Tes Diagnosis TB pada Kehamilan
Berikut ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menguji
seseorang positif terkena TB Paru:

a) Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai kelainan TB yang masih


aktif, bila didapatkan gambaran bayangan berawan / nodular di bagian tas paru,
gambaran kavitas (lubang pada paru), terutama lebih dari satu yang dikelilingi
oleh bayangan opak (putih) berawan atau nodular, bayangan bercak milier
(berbintik-bintik putih seukuran jarum pentul) yang berupa gambaran nodul-
nodul (becak bulat) miliar yang tersebar pada lapangan paru, dan gambaran
berupa efusi pleura (terdapatnya cairan pada selaput paru).

Sedangkan pada gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif,


bila didapatkan gambaran fibrotik (jaringan penyembuhan luka seperti serabut
putih yang halus) pada bagian atas paru, gambaran kalsifikasi (perkapuran yang
tampak putih), atelektasis (jaringan paru yang tidak mengembang), fibrothorax
dan atau penebalan pleura (selaput pelapis paru-paru). Pada tuberkulosis kronis
dapat terjadi pneumothoraks (timbulnya udara yang mendesak jaringan paru-
paru)dengan atau tanpa efusi (cairan), yang secara radiologis memberikan
gambaran radiolusen (lebih hitam) dengan corakan bronkovaskuler (paru)
menghilang pada pleura yang terisi udara, gambaran kolaps, cairan, atau
desakan jantung.
b) Pemeriksaan Dahak

Spesimen dahak dikumpulkan/ditampung dalam pot dahak yang bermulut


lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan
tidak bocor, pot ini harus selalu tersedia di Unit pelayanan kesehatan. Diagnosa
tubercolosis ditegakkan dengan pemeriksaan spesimen dahak sewaktu pagi sewaktu
(SPS). Spesimen dahak sebaiknya dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan yang
berurutan ( Depkes RI, 2002 ).

Adapun waktu pelaksanaan pengumpulan dahak sebagai berikut: Sewaktu


yaitu Dahak dikumpulkan pada saat suspek TBC paru datang berkunjung pertama kali
pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak
hari kedua. Pagi yaitu dahak dikumpulkan di rumah pada hari kedua, segera setelah
bangun tidur pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Unit pelayanan
kesehatan. Sewaktu yaitu dahak dikumpulkan di Unit pelayanan kesehatan pada hari
kedua, saat menyerahkan dahak pagi ( Depkes RI, 2002).

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman


BTA.Diagnosis tuberkolusis dapat ditegakkan. Kriteria BTA sputum positif adalah
bila sekurang-kurangnya ditemukan tiga batang kuman BTA pada satu sedian dengan
kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mL sputum .

c) Pemeriksaan Darah

Pemeriksaaan ini kurang mendapatkan perhatian, karena hasilnya kadang-


kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat
tuberkolusis mulai aktif, akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi
dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal.Laju
endap darah mulai meningkat.Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali
normal dan jumlah limfosit masih tinggi.Laju endap darah perlahan turun sampai
normal. Hasil pemeriksaan darah didapatkan, anemia ringan dengan gambaran
normokrom dan normositer, gama globulin meningkat, kadar natrium dan darah
menurun (Zulkifli, 2007).

d) Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin
PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan,
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit
yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberkulin.
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat

Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux yamg positif


(99,8%) Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni pemberian BCG atau
terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak ditemukan
daripada positif palsu .
Kehamilan tidak akan menurunkan respons uji tuberkulin. Untuk mengetahui
gambaran TB pada trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di perut bisa
dilakukan, terutama jika hasil BTA-nya negatif.

9. Penatalaksaan TBC Pada Kehamilan

Kehamilan Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan


pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk
kehamilan, kecuali golongan Aminoglikosida seperti streptomisin atau kanamisin
karena dapat menimbulkan ototoksik pada bayi (permanent ototoxic) dan dapat
menembus barier placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan.
Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya
Streptomisin

Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat
seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.

Risiko tersebut akan meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi
ginjal. Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing
dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera
dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka
kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan
dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai
sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan
(jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat
terjadi segera setelah suntikan. Streptomisin dapat menembus barrier plasenta
sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf
pendengaran janin.

Masa Kehamilan Trimester I

Kurangi aktivitas fisik (bedrest); Terpenuhinya kebutuhan nutrisi (tinggi kalori tinggi
protein); Pemberian vitamin dan Fe; Dukungan keluarga & kontrol teratur.

Dianjurkan penderita datang sebagai pasien permulaan atau terakhir dan segera
diperiksa agar tidak terjadi penularan pada orang-orang disekitarnya. Dahulu pasien
tuberkulosis paru dengan kehamilan harus dirawat dirumah sakit, tetapi sekarang
dapat berobat jalan dengan pertimbangan istirahat yang cukup, makanan bergizi,
mencegah penularan pada keluarga dll.

Pasien sejak sebelum kehamilan telah menderita TB paru, maka obat diteruskan tetapi
penggunaan rifampisin di stop.

Bila pada pemeriksaan antenatal ditemukan gejala klinis tuberkulosis paru (batuk-
batuk/batuk berdarah, demam, keringat malam, nafsu makan menurun, nyeri dada,dll)
maka sebaiknya diperiksakan PPD (Purified Protein Derivate), bila hasilnya positif
maka dilakukan pemeriksaan foto dada dengan pelindung pada perut, bila tersangka
tuberkulosis maka dilakukan pemeriksaan sputum BTA 3 kali dan biakan BTA.
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala klinis dan kelainan bakteriologis, tetapi
diagnosis dapat juga dengan gejala klinis ditambah kelainan radiologis paru.

Lakukan pemeriksaan PPD bila PPD (+) lakukan pemeriksaan radiologis dengan
pelindung pada perut :

Bila radiologi (-) Berikan INH profilaksis 400 mg selama 1 tahun

Bila radiologi suspek TB periksa sputum sputum BTA (+)

INH 400 mg/hr selama 1 bulan, dilanjutkan 700 mg 2 kali seminggu 5-8 bln

Etambutol 1000 mg/hr selama 1 bulan

Rifampisin sebaiknya tidak diberikan pada kehamilan trimester pertama


Pada penderita dengan proses yang masih aktif, kadang-kadang diperlukan perawatan,
untuk membuat diagnosis serta untuk memberikan pendidikan. Perlu diterangkan pada
penderita bahwa mereka memerlukan pengobatan yang cukup lama dan ketekunan
serta ada kemauan untuk berobat secara teratur. Penyakit akan sembuh dengan baik
bila pengobatan yang diberikan dipatuhi oleh penderita. Penderita dididik untuk
menutup mulut dan hidungnya bila batuk, bersin dan tertawa. Pengobatan terutama
dengan kemoterapi, dan sangat jarang diperlukan tindakan operasi. TBC paru tidak
merupakan indikasi untuk abortus buatan dan terminasi kehamilan.

Masa Kehamilan Trimester II dan III

Pada penderita TB paru yang tidak aktif, selama kehamilan tidak perlu dapat
pengobatan. Sedangkan pada yang aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan
wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal dan ketika mendekati persalinan
sebaiknya dirawat di rumah sakit; dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah
penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan yang cukup serta pengobatan yang
intensif dan teratur. Dianjurkan untuk menggunakan obat dua macam atau lebih untuk
mencegah timbulnya resistensi kuman. Untuk diagnosis pasti dan pengobatan selalu
bekerja sama dengan ahli paru-paru. Penatalaksanaan sama dengan masa kehamilan
trimester pertama tetapi pada trimester kedua diperbolehkan menggunakan rifampisin
sebagai terapi.

Medikamentosa :

Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

Rifampisin, INH, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol

Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)

Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :

Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75
mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg.

Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg
dan pirazinamid 400 mg.

Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)


Kanamisin, Kuinolon

Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,

amoksilin + asam klavulanat

Derivat rifampisin dan INH

Dosis OAT

Rifampisin. 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu.

Atau

BB > 60 kg : 600 mg

BB 40-60 kg : 450 mg

BB < 40 kg : 300 mg

Dosis intermiten 600 mg / kali

INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2 X


semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali

Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu,

50 mg /kg BB 2 X semingggu atau :

BB > 60 kg : 1500 mg

BB 40-60 kg : 1 000 mg

BB < 40 kg : 750 mg

Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X
seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :

BB >60kg : 1500 mg

BB 40 -60 kg : 1000 mg

BB < 40 kg:750 mg
Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali

Streptomisin:15mg/kgBB atau

BB >60kg : 1000mg

BB 40 – 60 kg : 750 mg

BB < 40 kg : sesuai BB.

Ibu menyusui dan bayinya


Pada prinsipnya paduan pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan
pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu
menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara adekuat.
Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman
TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus
menyusu. Pengobatan pencegahan dengan INH dapat diberikan kepada bayi tersebut
sesuai dengan berat badannya selama 6 bulan. BCG diberikan setelah pengobatan
pencegahan.

Wanita penderita TB pengguna kontrasepsi.


Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk
KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Seorang wanita
penderita TB seyogyanya mengggunakan kontrasepsi nonhormonal, atau kontrasepsi
yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg).
Pahtway
Gravid terkena Droplet nucler/dahak
yang mengandung basil TBC
(Mycobacterium Tuberculosis)

Uterus semakin
Tidak pernah Mycobacterium menetap membesar
memeriksakan /dormant
kesehatan
Terdesaknya diagfragma keatas sehingga
Imunitas tubuh menurun
paru – paru terdorong ke atas
Kurang informasi

inflamasi
Reaksi sistemik Kebutuhan O2
Kurang tubuh meningkat
pengetahuan
Produksi secret
Malaise meningkat
Residu pernapasan
berkurang CO2
Bersihan jalan menurun
Anoreksia
Berat badan napas tidak Hasil konsepsi mendapat
menurun efektif O2 menurun
Asupan gizi berkurang Hiperventilasi
buat janin , sesaknapas
Nutrisi kurang Resiko kematian
dari kebutuhan janin
tubuh Resiko Bayi lahir Gangguan
premature / BBLR cemas pertukaran
gas
1. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penunoukan secret
pada jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas b.d hiperventilasi
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d reaksi sistematik tubuh
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi proses
penyakit
e. Resti infeksi pada janin b.d bakterimia yang masuk dari ibu secara
transplasenta
f. Resiko terjadi abortus/kematian janin b.d sepsis akibat trnsmisi bakterimia dari
ibu

No. DIAGNOSA NOC NIC

1. Bersihan jalan napas tidak efektif Status respirasi : Airway Management


b.d penumpukan secret kepatenan jalan Aktifitas :
DO : batuk produktif (secret) nafas 1. Buka jalan nafas,
DS : klien mengeluh sudah 2 bulan
Indikator: gunakan teknik chin
batuk tapi belum sembuh
1. rata- rata lift atau ut;ter thrust
pernafasan bila perlu
2. ritme pernafasan 2. Posisikan pasien
3. kedalaman untuk
inspirasi memaksimalkan
4. kemampuan ventilasi
membersihkan 3. Identifikasi pasien
sekresi perlunya
pemasangan alat
Status Respirasi : jalan nafas buatan
Ventilasi 4. Lakukan fisioterapi
Indikator : dada jika perlu
1. rata-rata 5. Keluarkan sekret
pernafasan dengan batuk atau
2. ritme perafasan suction
3. kedalaman 6. Auskultasi suara
inspirasi nafas, catat adanya
4. volume tidal suara tambahan
5. kapasitas vital 7. Berikan
bronkodilator bila
perlu
8. Monitor respirasi
dan position O2

Monitor Respirasi
Aktifitas:
1. monitor frekuensi,
ritme, dan usaha
respirasi
2. catat pergerakan
dada, lihat
kesimetrisan,
gunakan aksesori
otot, dan
supraclavicular juga
intercostal retraksi
otot
3. monitor pola nafas:
bradipnea, takipnea,
hyperventilation,
pernafasan
kussmaul, cheyne
stokes, apnuestic,
pernafasan biot, dan
pola attaxic.
4. monitor kebisingan
respirasi
5. monitor sekresi
respirasi pasien
6. Auskultasi bunyi
paru setelah
perawatan dan catat
hasilnya
7. Monitor kemampuan
pasien untuk batuk
secara efektif
2. Gangguan Pertukaran Gas B.d Status respiratori Monitor pernapasan
Hiperventilasi :pertukaran gas Aktivitas :
DO : Kadar CO2 Menurun Indicator : 1. monitor frekuensi,
DS : sesak saat bernapas 1. Mudah bernafas ritme, dan usaha
2. Tidak ada dispnea respirasi
saat istirahat
2. catat pergerakan
3. Tidak ada
kegelisahan dada, lihat
4. Tidak ada kesimetrisan,
sianosis gunakan aksesori
5. PaO2 dalam batas otot, dan
normal supraclavicular juga
6. PaCO2 dalam
intercostal retraksi
batas normal
7. pH arteri dalam otot
batas normal 3. monitor pola nafas:
bradipnea, takipnea,
Status respiratori hyperventilation,
:ventilasi pernafasan
Indikator : kussmaul, cheyne
1. Rata- rata stokes, apnuestic,
pernapasan pernafasan biot, dan
2. ritme perafasan pola attaxic.
3. kedalaman 4. monitor kebisingan
inspirasi respirasi
4. suara perkusi 5. monitor sekresi
5. volume tidal respirasi pasien
6. kapasitas vital 6. Auskultasi bunyi
paru setelah
perawatan dan catat
hasilnya
7. Monitor dyspnea
dan hal-hal yang
meingkatkan atau
memperburuknya

Airway
management
Aktivitas :
1. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Terapi oksigen

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan Status nutrisi Menajemen Nutrisi


tubuh b.d reaksi sistemik Indikator : Aktivitas :
tubuh 1. Asupan zat gizi 1. Mengontrol
Do : BB :35 kg , Tb : 140 cm 2. Asupan penyerapan
Ds : klien mengatakan nafsu makanan dan makanan/cairan dan
makan menurun, sering cairan menghitung intake
mual mual 3. Energi kalori harian, jika
4. Indeks masa diperlukan
tubuh 2. Memantau
5. Berat badan ketepatan urutan
6. Biochemical makanan untuk
measures memenuhi
Status nutrisi: intake kebutuhan nutrisi
makanan dan cairan harian
Indikator : 3. Menentukan jimlah
1. Intake makanan di kalori dan jenis zat
mulut makanan yang
2. Intake di saluran diperlukan untuk
makanan memenuhi
3. Intake cairan di kebutuhan nutrisi,
mulut ketika
4. Intake cairan berkolaborasi
5. Intake TPN* dengan ahli
makanan, jika
diperlukan
4. Menetukan
kebutuhan makanan
saluran nasogastric
5. Anjurkan pasien
untuk memilih
makanan ringan,
jika kekurangan air
liur mengganggu
proses menelan
6. Memastikan bahwa
makanan berupa
makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
7. Mengatur
pemasukan
makanan, jika
diperlukan
8. Menyarankan
pemeriksaan
eliminasi makanan
yang mengandung
laktosa, jika
diperlukan
Monitor Nutrisi
Aktivitas :
1. Timbang berat
badan klien
2. Monitor kehilangan
dan pertambahan
berat badan
3. Monitor tipe dan
kuantitas olah raga
4. Jadwalkan
perawatan, dan
tindakan
keperawatan agar
tidak mengganggu
jadwal makan
5. Monitor adanya
mual dan muntah
6. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
7. Monitor tingkat
energi, lelah, lesu,
dan lemah
8. Monitor intake
kalori dan nutrisi

Terapi Nutrisi
Aktivitas:
1. Mengontrol
penyerapan
makanan/cairan dan
menghitung intake
kalori harian, jika
diperlukan
2. Menentukan jimlah
kalori dan jenis zat
makanan yang
diperlukan untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi,
ketika
berkolaborasi
dengan ahli
makanan, jika
diperlukan
3. Anjurkan pasien
untuk memilih
makanan ringan,
jika kekurangan air
liur mengganggu
proses menelan
4. Membantu pasien
untuk memilih
makanan lembut,
lunak dan tidak
asam, jika
diperlukan
5. Mengatur
pemasukan
makanan, jika
diperlukan
4 Kurangnya pengetahuan b.d Pengetahuan Proses Mengajarkan
kurangnya informasi Penyakit Proses
Do : - Indikator : Penyakit
Ds : 1 Kenal dengan Aktivitas :
nama 1 Gambarkan
penyakit tanda dan
2 Deskripsi gejala yang
dari proses biasa muncul
penyakit pada penyakit
3 Deskripsi dengan cara
dari yang benar.
penyebab 2 Gambarkan
atau faktor proses penyakit
kontribusi dengan cara
4 Deskripsi yang tepat
dari faktor 3 Identifikasi
resiko kemungkinan
5 Deskripsi penyebab,
dari efek dengan cara
penyakit yang tepat
6 Deskripsi 4 Hindarkan
dari tanda harapan yang
dan gejala kosong
7 Deskripsi 5 Diskusikan
untuk pilihan terapi
meminimalka atau
n efek penanganan
penyakit 6 Instruksikan
8 Deskripsi pasien
dari tanda mengenai tanda
dan gejala dan gejala
komplikasi untuk
melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan
dengan cara
yang tepat

5 Resiko cedera pada janin/kematian NOC: NIC:


janin b.d bakterimia yang masuk Bakteri salmonella  Istirahatkan ibu
kejanin melalui plasenta tidak masuk ke darah  Anjurkan ibu
janin agar tidak miring
kekiri.
Dengan kriteria hasil:  Pantau tanda-
- Tidak ada tanda- tanda vital ibu
tanda sepsis dan KU ibu.
- Detak jantungj janin  Memantau bunyi
normal
jantung janin dan
- Gerakan janin
normal gerakan janin
 Atasi masalah
kesehatan ibu
Berikan oksigen bila ada

tanda-tanda distress pada

janin(kolaborasi medis)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan


persalinan nifas, kecuali penyakitnya tidak terkonrol, berat, dan luas yang wanita hamil
yang menderita TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Dengan disertai sesak napas dan
hipoksia.Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan,
karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta
sisa udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih
parah.TBC paru merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian yang lebih
terutama pada seorang wanita yang sedang hamil, karena penyakit ini dapat dijumpai
dalam keadaan aktif dan keadaan tenang. Karena penyakit paru-paru yang dalam keadaan
aktif akan menimbulkan masalah bagi ibu, bayi, dan orang-orang disekelilingnya

B. Saran

Dari pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca agar lebih


memahami apa itu tuberculosis paru khususnya pada ibu hamil. Saran bagi calon ibu agar
sering meriksakan kesehatan ibu dan janin agar terhindar dari risiko penularan penyakit
dari ibu ke anak .
DAFTAR PUSTAKA
http://www.edukia.org/web/kbibu/7-5-3-tuberkulosis/

Jurnal // Meiyanti, penatalaksanaan tuberculosis pd kehamilan, UNIVERSA MEDICA,

Juli – September 2007

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit

Dan Penyehatan Lingkungan 2014, PEDOMAN NASIONAL PENGENDALIAN

TUBERCULOSIS, Jakarta

Sari, amna.2011.karya tulis ilmiah. Medan. stikes rs haji medan

http://zainalabidin-stikes.Scrib.com/ diunduh tanggal 23 September 2012 pukul 11.11

WIB

PERTANYAAN

Moderator : Usi Renelia Yesgemo


Pertanyaan :

1. Jika ibu hamil pada trimester pertama tidak mengetahui kalau

terjangkit TBC, komplikasi apa yang terjadi pada janin karena

pembaerian streptomisin? (Elisabeth Mebri)

Jawaban:

Pengaruh tidak langsung tuberkulosis terhadap kehamilan ialah efek teratogenik

terhadap janin karena obat anti tuberkulosis seperti streptomisin yang diberikan

kepada sang ibu.

Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan


pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.
2. Terapi bagaimana yang diharapkan agar TBC tidak menular
kejanin?
(Bambang Kristianto)
Wanita yang mengidap tuberkulosis paru dianjurkan untuk tidak hamil atau bila
telah terjadi konsepsi maka dianjurkan untuk dilakukan aborsi.
Beberapa penelitian sebelum era kemoterapi terhadap tuberkulosis menunjukkan,
selama kehamilan perjalanan penyakit tuberkulosis paru relatif stabil, tetapi
perjalanan penyakit menjadi progresif sejak ± 6 minggu setelah melahirkan.
Beberapa teori diajukan untuk menjelaskan fenomena ini antara lain faktor kadar
estrogen yang meningkat pada bulan pertama kehamilan, kemudian tiba-tiba
menurun segera setelah melahirkan. Disamping faktor lain yang memperburuk
tuberkulosis paru pada masa nifas adalah trauma pada waktu melahirkan,
kesibukan atau kelelahan ibu siang dan malam mengurus anak yang baru lahir
dan faktor-faktor sosial ekonomi.
Pada lini pertama Pengobatan TB ibu hamil :
Rifampisin, INH, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol
Rimfampisin adalah antibiotik, pada kehamilan trimester 1,2,3 pengobatan lini
pertama diberikan pada ibu hamil, tetapi rimfampisin memberi efek tetagonik
pada janin. Sedangkan pada pengobatan TBC harus diberikan antibiotic agar
mencegah penyebaran kuman mycobacterium tuberculosis tidak menyebar sampai
ke janin. Jadi ibu hamil dengan TBC ibarat buah simalakama.

Anda mungkin juga menyukai