Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkolusis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection.
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, demikian
juga tuberkulosis pada kehamilan. Insidens TBC pada kehamilan adalah 1/10.000
kehamilan.Penelitian pada tahun 1985-1990 di New York, memperlihatkan insidens TBC
pada kehamilan adalah 12 kasus per 100.000 kelahiran dan pada tahun 1991-1992
insidens meningkat menjadi 95 kasus per 100.000 kelahiran. Penelitian di London tahun
1997-2001, menunjukkan 32 wanita hamil menderita TBC, dengan insidens 252/100.000
kelahiran. Lima puluh tiga persen didiagnosis sebagai TBC ekstrapulmonal, 38% TBC
pulmonal dan 9% TBC ekstra dan intra pulmonal.
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi TB ke 3 tertinggi di dunia setelah
cina dan india berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survei kesehatan
nasional 2001 TB menempati rangking no 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di
Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, banyak diantanya yang terserang adalah wanita yang
berpotensi hamil. Sehingga menimbulkan banyak pertanyaan akan perkembangan serta
keselamatan janin yang dikandungnya.Faktor lain yang berperan adalah pemberian
regimen terapi yang tepat. Risiko yang dihadapi oleh ibu dan janin lebih besar bila tidak
mendapatkan pengobatan TBC dibandingkan risiko pengobatan itu sendiri. Pemberian
regimen kemoterapi yang tepat dan adekuat akan memperbaiki kualitas hidup ibu,
mengurangi efek samping obat anti tuberculosis (OAT) terhadap janin dan mencegah
infeksi yang terjadi pada bayi yang baru lahir.
Maka dari itu, sesuai kasus yang diberikan oleh dosen pembimbing, penulis
berusaha menguraikan tentang kaitan antara penyakit TB paru dengan kondisi ibu yang
sedang hamil (antenatal).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari tuberculosis paru ?
2. Bagaimana etiologi dari tuberkolosis pada ibudengan TBC?
3. Apa saja menifestasi klinis tuberculosis pada ibu dan janin?
4. Bagaimana patofisiologi tuberculosis paru?
5. Bagaimana Diagnosis Tuberkulosis Pada Kehamilan?
6. Apa saja komplikasi TBC apad ibu hamil dan Janin?
7. Apa saja tes diagnostic TB pada ibu hamil?
8. Penatalaksaan tuberculosis pada ibu hamil?
9. Bagaimana asuhan keperawatan tuberkolosis?
C. Tujuan
Agar dapat mengetahui pengetian TBC, Etiologi TBC pada ibu dan janin, menifestasi
klinis TBC apada ibu dan janin, Patofisiologi TBC, penatalaksanaan TB Pada ibu
hamil.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tuberculosis paru
1. Pengertian Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium
tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer,
2000).
Tuberkolusis adalah penyakit menular yang menyereng paru.(Dep.Les. RI,
2001 : 7)
Tuberkolusis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.(Kapita Selakta, 2001 : 472)
Tubercolosis adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara pernafasan
yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tubercolosis. (Infeksi Saluran Nafas,
1989:37)
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
2. Etiologi
3. Penularan TBC
IBU
Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA
positif.Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam
bentuk Droplet (percikan Dahak).Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan
diudara pada suhu kamar selama beberapa jam.Orang dapat terinfeksi bila droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam
tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut.Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Janin
Tuberkulosis dapat ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim, menghirup
atau menelan cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup udara yang
mengandung kuman TBC setelah lahir.
4. Manifestasi Klinis
TBC pada kehamilan mempunyai gejala klinis yang serupa dengan TBC
perempuan tidak hamil. Diagnosis mungkin ditegakkan terlambat karena gejala awal
yang tidak khas. Keluhan yang sering ditemukan batuk, demam, malaise, penurunan
berat badan dan hemoptisis (perdarahan dari saluran napas bawah).
5. Patofisiologi
7. Komplikasi
a. IBU
Sejak zaman Hippokrates, adanya kehamilan dianggap menguntungkan pada
pasien-pasien tuberkulosis paru, tetapi sejak pertengahan abad 19 pendapat
berubah berlawanan. Kehamilan dianggap memperburuk penyakit tuberkulosis.
Wanita yang mengidap tuberkulosis paru dianjurkan untuk tidak hamil atau bila
telah terjadi konsepsi maka dianjurkan untuk dilakukan aborsi. Tetapi saat ini,
aborsi terapetik jarang dilakukan kecuali atas indikasi komplikasi TB paru pada
kehamilan. Pada kenyataannya, terdapat perburukan penyakit sebesar 15%-30%
pada pasien yang tidak diobati. Tidak terdapat peningkatan reaktivasi pada pasien
TB paru pada saat kehamilan. Jumlah reaktivasi berkisar antara 5%-10% pada saat
kehamilan atau pada saat tidak hamil. Beberapa penelitian sebelum era kemoterapi
terhadap tuberkulosis menunjukkan, selama kehamilan perjalanan penyakit
tuberkulosis paru relatif stabil, tetapi perjalanan penyakit menjadi progresif sejak
± 6 minggu setelah melahirkan. Beberapa teori diajukan untuk menjelaskan
fenomena ini antara lain faktor kadar estrogen yang meningkat pada bulan
pertama kehamilan, kemudian tiba-tiba menurun segera setelah melahirkan.
Disamping faktor lain yang memperburuk tuberkulosis paru pada masa nifas
adalah trauma pada waktu melahirkan, kesibukan atau kelelahan ibu siang dan
malam mengurus anak yang baru lahir dan faktor-faktor sosial ekonomi.
a) Pemeriksaan radiologi
c) Pemeriksaan Darah
d) Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin
PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan,
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit
yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberkulin.
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat
seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.
Risiko tersebut akan meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi
ginjal. Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing
dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera
dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka
kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan
dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai
sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan
(jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat
terjadi segera setelah suntikan. Streptomisin dapat menembus barrier plasenta
sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf
pendengaran janin.
Kurangi aktivitas fisik (bedrest); Terpenuhinya kebutuhan nutrisi (tinggi kalori tinggi
protein); Pemberian vitamin dan Fe; Dukungan keluarga & kontrol teratur.
Dianjurkan penderita datang sebagai pasien permulaan atau terakhir dan segera
diperiksa agar tidak terjadi penularan pada orang-orang disekitarnya. Dahulu pasien
tuberkulosis paru dengan kehamilan harus dirawat dirumah sakit, tetapi sekarang
dapat berobat jalan dengan pertimbangan istirahat yang cukup, makanan bergizi,
mencegah penularan pada keluarga dll.
Pasien sejak sebelum kehamilan telah menderita TB paru, maka obat diteruskan tetapi
penggunaan rifampisin di stop.
Bila pada pemeriksaan antenatal ditemukan gejala klinis tuberkulosis paru (batuk-
batuk/batuk berdarah, demam, keringat malam, nafsu makan menurun, nyeri dada,dll)
maka sebaiknya diperiksakan PPD (Purified Protein Derivate), bila hasilnya positif
maka dilakukan pemeriksaan foto dada dengan pelindung pada perut, bila tersangka
tuberkulosis maka dilakukan pemeriksaan sputum BTA 3 kali dan biakan BTA.
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala klinis dan kelainan bakteriologis, tetapi
diagnosis dapat juga dengan gejala klinis ditambah kelainan radiologis paru.
Lakukan pemeriksaan PPD bila PPD (+) lakukan pemeriksaan radiologis dengan
pelindung pada perut :
INH 400 mg/hr selama 1 bulan, dilanjutkan 700 mg 2 kali seminggu 5-8 bln
Pada penderita TB paru yang tidak aktif, selama kehamilan tidak perlu dapat
pengobatan. Sedangkan pada yang aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan
wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal dan ketika mendekati persalinan
sebaiknya dirawat di rumah sakit; dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah
penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan yang cukup serta pengobatan yang
intensif dan teratur. Dianjurkan untuk menggunakan obat dua macam atau lebih untuk
mencegah timbulnya resistensi kuman. Untuk diagnosis pasti dan pengobatan selalu
bekerja sama dengan ahli paru-paru. Penatalaksanaan sama dengan masa kehamilan
trimester pertama tetapi pada trimester kedua diperbolehkan menggunakan rifampisin
sebagai terapi.
Medikamentosa :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75
mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg.
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg
dan pirazinamid 400 mg.
Dosis OAT
Atau
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X
seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg:750 mg
Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
Streptomisin:15mg/kgBB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 – 60 kg : 750 mg
Uterus semakin
Tidak pernah Mycobacterium menetap membesar
memeriksakan /dormant
kesehatan
Terdesaknya diagfragma keatas sehingga
Imunitas tubuh menurun
paru – paru terdorong ke atas
Kurang informasi
inflamasi
Reaksi sistemik Kebutuhan O2
Kurang tubuh meningkat
pengetahuan
Produksi secret
Malaise meningkat
Residu pernapasan
berkurang CO2
Bersihan jalan menurun
Anoreksia
Berat badan napas tidak Hasil konsepsi mendapat
menurun efektif O2 menurun
Asupan gizi berkurang Hiperventilasi
buat janin , sesaknapas
Nutrisi kurang Resiko kematian
dari kebutuhan janin
tubuh Resiko Bayi lahir Gangguan
premature / BBLR cemas pertukaran
gas
1. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penunoukan secret
pada jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas b.d hiperventilasi
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d reaksi sistematik tubuh
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi proses
penyakit
e. Resti infeksi pada janin b.d bakterimia yang masuk dari ibu secara
transplasenta
f. Resiko terjadi abortus/kematian janin b.d sepsis akibat trnsmisi bakterimia dari
ibu
Monitor Respirasi
Aktifitas:
1. monitor frekuensi,
ritme, dan usaha
respirasi
2. catat pergerakan
dada, lihat
kesimetrisan,
gunakan aksesori
otot, dan
supraclavicular juga
intercostal retraksi
otot
3. monitor pola nafas:
bradipnea, takipnea,
hyperventilation,
pernafasan
kussmaul, cheyne
stokes, apnuestic,
pernafasan biot, dan
pola attaxic.
4. monitor kebisingan
respirasi
5. monitor sekresi
respirasi pasien
6. Auskultasi bunyi
paru setelah
perawatan dan catat
hasilnya
7. Monitor kemampuan
pasien untuk batuk
secara efektif
2. Gangguan Pertukaran Gas B.d Status respiratori Monitor pernapasan
Hiperventilasi :pertukaran gas Aktivitas :
DO : Kadar CO2 Menurun Indicator : 1. monitor frekuensi,
DS : sesak saat bernapas 1. Mudah bernafas ritme, dan usaha
2. Tidak ada dispnea respirasi
saat istirahat
2. catat pergerakan
3. Tidak ada
kegelisahan dada, lihat
4. Tidak ada kesimetrisan,
sianosis gunakan aksesori
5. PaO2 dalam batas otot, dan
normal supraclavicular juga
6. PaCO2 dalam
intercostal retraksi
batas normal
7. pH arteri dalam otot
batas normal 3. monitor pola nafas:
bradipnea, takipnea,
Status respiratori hyperventilation,
:ventilasi pernafasan
Indikator : kussmaul, cheyne
1. Rata- rata stokes, apnuestic,
pernapasan pernafasan biot, dan
2. ritme perafasan pola attaxic.
3. kedalaman 4. monitor kebisingan
inspirasi respirasi
4. suara perkusi 5. monitor sekresi
5. volume tidal respirasi pasien
6. kapasitas vital 6. Auskultasi bunyi
paru setelah
perawatan dan catat
hasilnya
7. Monitor dyspnea
dan hal-hal yang
meingkatkan atau
memperburuknya
Airway
management
Aktivitas :
1. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Terapi oksigen
Terapi Nutrisi
Aktivitas:
1. Mengontrol
penyerapan
makanan/cairan dan
menghitung intake
kalori harian, jika
diperlukan
2. Menentukan jimlah
kalori dan jenis zat
makanan yang
diperlukan untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi,
ketika
berkolaborasi
dengan ahli
makanan, jika
diperlukan
3. Anjurkan pasien
untuk memilih
makanan ringan,
jika kekurangan air
liur mengganggu
proses menelan
4. Membantu pasien
untuk memilih
makanan lembut,
lunak dan tidak
asam, jika
diperlukan
5. Mengatur
pemasukan
makanan, jika
diperlukan
4 Kurangnya pengetahuan b.d Pengetahuan Proses Mengajarkan
kurangnya informasi Penyakit Proses
Do : - Indikator : Penyakit
Ds : 1 Kenal dengan Aktivitas :
nama 1 Gambarkan
penyakit tanda dan
2 Deskripsi gejala yang
dari proses biasa muncul
penyakit pada penyakit
3 Deskripsi dengan cara
dari yang benar.
penyebab 2 Gambarkan
atau faktor proses penyakit
kontribusi dengan cara
4 Deskripsi yang tepat
dari faktor 3 Identifikasi
resiko kemungkinan
5 Deskripsi penyebab,
dari efek dengan cara
penyakit yang tepat
6 Deskripsi 4 Hindarkan
dari tanda harapan yang
dan gejala kosong
7 Deskripsi 5 Diskusikan
untuk pilihan terapi
meminimalka atau
n efek penanganan
penyakit 6 Instruksikan
8 Deskripsi pasien
dari tanda mengenai tanda
dan gejala dan gejala
komplikasi untuk
melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan
dengan cara
yang tepat
janin(kolaborasi medis)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
TUBERCULOSIS, Jakarta
WIB
PERTANYAAN
Jawaban:
terhadap janin karena obat anti tuberkulosis seperti streptomisin yang diberikan