Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FRAKTUR (MAXILA)
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Smeltzer, 2002).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.(Price, 2006).
Fraktur adalah pemecahan suatu bagian, khususnya tulang; pecahan atau
rupture pada tulang (Dorland, 1998).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Linda Juall)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh adanya rudapaksa.
Tulang-tulang tengkorak pada wajah dapat dibedakan menjadi bagian
kranium dan bagian wajah. Kranium terdiri dari sejumlah tulang yang menyatu
pada sendi yang tidak bergerak yang disebut sutura. Mandibula adalah suatu
perkecualian karena menyatu dengan kranium melalui artikulasio
temporomandibularis yang mobil.
Tulang wajah terdiri atas:
os zygomaticum (2 buah)
maksila (2 buah)
os nasale (2 buah)
os lacrimale (2 buah)
os vomer (1 buah)
os palatinum (2 buah)
konka nasalis inferior (2 buah)
os mandibula (1 buah)
- Os frontale melengkung ke bawah, membentuk margo superior orbita. Di bagian
medial, os frontale berartikulasi dengan procesus frontalis maksila dan os nasale.
Di bagian lateral, berartikulasi dengan os zygomatikum. Margo orbitalis superior
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi Fraktur Maksila
Guerin membuat deskripsi fraktur maksila 35 tahun sebelum Le Fort membuat
klasifikasi.
1. Fraktur Maksila Le Fort I
Fraktur Le Fort I (fraktur Guerin) meliputi fraktur bagian bawah. Fraktur ini bisa
unilateral atau bilateral. Garis fraktur berjalan sepanjang maksila bagian bawah
sampai bagian bawah rongga hidung. Seluruh rahang atas dapat bergerak dan
hanya tertahan oleh jaringan lunak mulut, antrum dan hidung. Kerusakan yang
mungkin terjadi pada fraktur ini berupa kerusakan pada prosesus arteroralis,
bagian dari sinus maksilaris, palatum durum, bagian bawah lamina pterigoid.
Gerakan tidak normal pada fraktur ini dapat dirasakan dengan palpasi. Garis
fraktur yang mengarah vertikal, membagi muka menjadi dua bagian.
3. ETIOLOGI
d. Cedera Torakolumbal
Penyebab tersering cedera torakolumbal adalah jatuh dari
ketinggian serta kecelakaan lalulintas.Jatuh dari ketinggian dapat
menimbulkan patah tulang vertebra tipe kompresi. Pada kecelakaan
lalulintas dengan kecepatan tinggi dan tenaga besar sering didapatkan
4. PATOFISIOLOGI
Antara Vertebra Th I dan Th X, Segmen korda lumbal pertama pada
orang dewasa berada pada tingkat vertebraT10. Akibatnya, transeksi korda
pada tingkat itu akan menghindarkan korda torakstetapi mengisolasikan
seluruh korda, lumbal dan sakral, disertai paralisis tungkai bawah dan visera.
5. MANIFESTASI KLINIS
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7. KOMPLIKASI
a. Komplikasi Awal
1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
2) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut.Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis:
Ada empat prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani
fraktur ( disebut empat R ) yaitu:
a) Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan : patah/ tidak. Meenentukan
perkiraan tulang yang patah.Kebutuhan pemeriksaan yang spesifik,
kelainan bentuk tulang dan ketidakstabilan. Tindakan apa yang harus
cepat dilaksanakan misalnya pemasangan bidai.
b) Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.
c) Cara pengobatan fraktur secara reduksi :
1. Pemasangan gips
2. Untuk mempertimbangkan posisi fragmen fraktur.
3. Pemasangan traksi
4. Menanggulangi efek dari kejang otot serta meluruskan atau
mensejajarkan ujung tulang yang fraktur.
5. Reduksi tertutup
Digunakan traksi dan memanipulasi tulang itu sendiri dan bila
keadaan membaik maka tidak perlu diadakan pembedahan.
6. Reduksi terbuka
Beberapa fraktur perlu pengobatan dengan pembedahan secara reduksi
terbuka, ini dilakukan dengan cara pembedahan.
1. Retensi Reduksi
Mempertahankan reduksi seperti melalui pemasangan gips atau traksi
2. Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan ke fungsi normal.
1) Cara operatif / pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak
keunggulannya mungkin adalah pembedahan.Metode perawatan ini disebut
fiksasi interna dan reduksi terbuka.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawat harus mewaspadai faktor-faktor praoperasi dan
pascaoperasi yang jika tidak dikenali dapat menjadi faktor penentu yang
berdampak kurang baik terhadap klien.
a) Praoperasi
Perawat harus mengajarkan klien untuk melatih kaki yang
tidak mengalami cidera dan kedua lengannya. Selain itu sebelum
dilakukan operasi klien harus diajrakna menggunakan trapeze yang
dipasangkan di atas tempat tidur dan di sisi pengaman tempa tidur
yang berfungsi untuk membantunya dalam mengubah posisi, klien
juga perlu mempraktikan bagaimana cara bangun dari tempat tidur
dan pindah ke kursi.
b) Pascaoperasi
Perawat memantau tanda vital serta memantau asupan dan
keluaran cairan, mengawasi aktivitas pernapasan, seperti napas
dalam dan batuk, memberikan pengobatan untuk menghilangkan
rasa nyeri, dan mengobservasi balutan luka terhadap tanda-tanda
infeksi dan perdarahan. Sesudah dan sebelum reduksi fraktur, akan
selalu ada resiko mengalami gangguan sirkulasi, sensasi, dan
gerakan. Tungkai klien tetap diangkat untuk menghindari
edema.Bantal pasir dapat sangat membantu untuk
mempertahankan agar tungkai tidak mengalami rotasi eksterna.
Untuk menurunkan kebutuhan akan penggunaan narkotika dapat
menggunakan transcutaneus electrical nerve stimulator (TENS).
Untuk mencegah dislokasi prosthesis, perawat harus senantiasa
menggunakan 3 bantal diantara tungkai klien ketika mengganti
posisi, pertahankan bidai abductor tungkai pada klien kecuali pada
saat mandi, hindari mengganti posisi klien ke sisi yang mengalami
fraktur. Menahan benda/beban yang berat pada ekstremitas yang
b. Sirkulasi
Tanda: hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah), Takikardi (respon stress,
hipovolemia), Penurunan/ tak ada nadi pada bagian distal yang cedera;
pengisisa kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena, Pembengkakan
jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Gejala: hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, Kebas/ kesemutan (parestesis)
Tanda: deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas atau trauma lain).
d. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan/ kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi); tak ada
nyeri akibat kerusakan saraf.
Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi).
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
memperberat dan faktor yang memperingan/ mengurangi nyeri
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi:
a. Perubahan perfusi jaringan peerifer berhubungan dengan trauma pembuluh
darah atau kompresi pada pembuluh darah
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka,
pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
d. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera jaringan lunak
e. Resiko ketidakseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan
pendarahan
f. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan
Post operasi:
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, pemasangan gips
c. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera jaringan lunak
d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer
(kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
Pre Operasi
No Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi Setelah diberikan tindakan a. Kaji adanya / kualitas nadi a. Penurunan/tidak adanya nadi
jaringan perifer keperawatan, diharapkan perifer distal terhadap cidera dapat menggambarkan cidera
berhubungan dengan tidak terjadi perubahan melalui palpasi / doopler vaskuler dan perlunya evaluasi
trauma pembuluh perfusi jaringan, dengan medik segera terhadap status
darah atau kompresi kriteria hasil : b. Kaji aliran kapiler, warna kulit sirkulasi
pada pembuluh darah a. Individu akan dan kehangatan distal pada b. Kembalinya warna harus cepat
mengidentifikasi factor- fraktur (3-5 detik) warna kulit putih
faktor yang menunjukkan gangguan arterial,
meningkatakan sirkulasi sianosis diduga ada gangguan
perifer, melaporkan c. Lakukan pengkajian venal.
penurunan dalam nyeri neuromuskuler, perhatikan c. Gangguan perasaan kebas,
perubahan fungsi motor / kesemutan, peningkatan/
sensori. Minta pasien untuk penyebaran nyeri bila terjadi
melokalisasi nyeri sirkulasi pada syaraf, tidak
d. Kaji jaringan sekitar akhir gips adekuat atau syarat pusat.
untuk titik yang kasar / tekanan d. Mengindikasikan tekanan
selidiki keluhan “rasa jaringan/iskimeal menimblkan
terbakar”dibawah gips kerusakan/nekrosis.
LINOVEA ARI PRABAWATI / 1501300019
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN BLITAR
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
e. Awasi posisi / lokasi cincin e. Alat traksi dapat menyebabkan
penyokong berat tekanan pada pembuluh darah/
f. Selidiki tanda iskemis syaraf
ekstremitas tiba-tiba,contoh f. Dislokasi fraktur sendi
penurunan suhu kulit,dan (khususnya lutut) dapat
peningkatan nyeri menyebabkan kerusakan arteri
yang berdekatan dengan akibat
g. Awasi tanda – tanda vital hilangnya aliran darah ke distal.
g. Ketidakadekuatan volume
sirkulasi
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan tempat tidur yang a. Menurunkan risiko
kulit berhubungan keperawatan diharapkan nyaman dan aman (kering, kerusakan/abrasi kulit yang
dengan fraktur intregitas kulit pasien bersih, alat tenun kencang, lebih luas.
terbuka, pemasangan normal, dengan kriteria hasil bantalan bawah siku, tumit).
traksi (pen, kawat, : b. Masase kulit terutama daerah b. Meningkatkan sirkulasi perifer
sekrup) - Klien menyatakan penonjolan tulang dan area distal dan meningkatkan kelemasan
ketidaknyamanan hilang, bebat/gips. kulit dan otot terhadap tekanan
menunjukkan perilaku yang relatif konstan pada
tekhnik untuk mencegah c. Lindungi kulit dan gips pada imobilisasi.
kerusakan daerah perianal c. Mencegah gangguan integritas
kulit/memudahkan kulit dan jaringan akibat
penyembuhan sesuai d. Observasi keadaan kulit, kontaminasi fekal.
4. Nyeri akut Setelah diberikan tindakan a. Pertahankan imobilasasi bagian a. Mengurangi nyeri dan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan yang sakit dengan tirah baring, mencegah malformasi.
spasme otot, gerakan klien mengatakan nyeri gips, bebat dan atau traksi
4. Resiko infeksi Setelah diberikan tindakan a. Lakukan perawatan pen steril dan a. Mencegah infeksi sekunderdan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan perawatan luka sesuai protokol mempercepat penyembuhan
ketidakadekuatan klien mencapai b. Ajarkan klien untuk luka.
pertahanan primer penyembuhan luka sesuai mempertahankan sterilitas insersi b. Meminimalkan kontaminasi.
(kerusakan kulit, waktu, dengan KH : bebas pen.
taruma jaringan lunak, drainase purulen atau c. Kolaborasi pemberian antibiotika c. Antibiotika spektrum luas atau
6. Gangguan body image Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien untuk a. Ekspresi emosi membantu
berhubungan dengan keperawatan diharapkan mengekspresikan ketakutan, pasien mulai menerima
perubahan pada klien dapat menerima perasaan negative dan perubahan kenyataan dan realitas hidup.
anggota tubuh pasca situasi dengan realitas, bagian tubuh. b. Memberikan kesempata untuk
post operasi dengan kriteria hasil : b. Beri penguatan informasi pasca menanyakan dan mengasimilasi
- Mulai menunjukan operasi, harapan tibdakan operasi, informasi dan mulai menerima
adaptasi dan termasuk control nyeri dan perubahan gambaran diri dan
menyatakan rehabilitas. fungsi, yang dapat membantu
penerimaan pada situasi penyembuhan.
diri c. Dukungan yang cukup dari
- Mengenali dan menyatu orang terdekat dan teman dapat
5. EVALUASI
Pre operasi:
Dx 1 :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
Dx 2 :
Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi.
Dx 3 :
Klien dapat menerima situasi dengan realitas
Dx 4 :
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
Dx 5 :
Kebutuhan volume cairan pasien yang adekuat.
Dx 6 :
Cemas pasien berkurang.
Post Operasi:
Dx 1 :