Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka kejadian atau
prevalensi penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun dengan hipertensi adalah sebesar
31,7%. Ternyata hipertensi tidak hanya terjadi pada penduduk berusia di atas 18 tahun,
namun juga pada penduduk berusia 15-17 tahun. Jika dilihat berdasarkan kriteria
hipertensi sesuai JNC VII, terdapat 4050 (8,4%) penduduk berusia 15-17 tahun dengan
hipertensi. Prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan provinsi terdapat di Kalimantan
Selatan (39,6%), dan terendah di Papua Barat (20,1%). Hasil dari Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi beberapa penyakit jantung dan
pembuluh darah seperti hipertensi sangat tinggi yaitu 31,7%, diikuti stroke sebesar 8,3%
dan penyakit jantung sebesear 7,2% per 1.000 penduduk. Aceh "Juara Stroke" Penyakit
kardiovaskular juga erat kaitannya dengan penyakit stroke. Di Indonesia, angka
prevalensi stroke juga cukup tinggi yaitu sekitar 72,3%, dengan provinsi Aceh menduduki
angka prevalensi tertinggi yaitu 16,6% dan terendah di Papua (3,8%). Data Riskesdas
memperlihatkan bahwa penyebab kematian utama untuk semua umur adalah stroke
(15,4%), hipertensi (6,8%), penyakit jantung iskemik (5,1%), dan penyakit jantung lainya
(4,6%). Angka kematian pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan akibat
stroke sebesar 15,9%, kemudian penyakit jantung sistemik sebesar 8,7% dan hipertensi
serta penyakit jantung lainya sebesar 7,1%. Sementara itu di pedesaaan, angka kematian
tertinggi diakibatkan oleh penyakit menular yaitu tuberkulosis (TBC) diikuti oleh stroke
sebesar 11,5% dan hipertensi 9,2% dan penyakit jantung iskemik 8,8%. Pada penduduk
usia 55-64 tahun yang tinggal di daerah perkotaan, stroke tetap menjadi penyebab
kematian utama (26,8%), kemudian penyakit jantung iskemik (5,8%), hipertensi (8,1%),
dan penyakit jantung lainnya (4,7%). Bagaimana dengan penduduk di pedesaan? Ternyata
pola penyebab kematian di pedesaan dan perkotaan menunjukkan pola yang serupa
dengan stroke (17,8%) sebagai penyebab kematian utama, diikuti oleh beberapa penyebab
lain antara lain hipertensi (11,4%), penyakit jantung iskemik (5,7%), dan penyakit
jantung lain (5,1%). Benarkah Penyakit Jantung adalah Penyakit Orang Kaya? Masalah
lain yang harus dihadapi adalah kenyataan bahwa semakin meningkatnya usia, diikuti
dengan meningkatnya jenis penyakit yang menghampiri. Hal ini membuat beban terhadap
ekonomi penderita dimana usia lanjut kebanyakan mengalami penurunan produktifitas,
sehingga beban ekonomi yang ditanggung akan meningkat. Faktor ekonomi tidak
memiliki korelasi terhadap penyakit jantung dan pembuluh, tidak sedikit penderita
penyakit jantung dan pembuluh berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah,
kurang, sampai tidak mampu. Ketidaktahuan terhadap faktor resiko penyakit jantung, dan
gaya hidup yang serba cepat menjadi salah satu penyebab tingginya angka penyakit
jantung dan pembuluh. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2007, menunjukan
prevalensi terhadap beberapa faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti
berat badan lebih (obesitas) 19,1% dan obesitas sentral 18,8%, diabetes mellitus ( kencing
manis ) di daerah perkotaan 5,7%, konsumsi makanan asin (24,5%) dan makanan
berlemak tinggi (12,8%), kurang mengkonsumsi serat seperti buah-buahan dan sayuran
(93,6%), kurang aktivitas fisik 48,2%, gangguan mental emosional 11,6%, perokok aktif
setiap hari 23,7%, dan konsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir sebesar 4,6%. Seperti
kita ketahui, aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan
menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Data Riskesdas 2007 juga
memperlihatkan bahwa di Indonesia 48,2% penduduk ternyata kurang melakukan
aktivitas fisik. Berdasarkan provinsi, Kalimantan Timur (61,7%) dan Riau (60,2%)
merupakan dua provinsi dengan aktivitas fisik paling tinggi. Sedangkan provinsi Nusa
Tenggara Timur (27,3%), Sulawesi Tengah (39,4%), dan Bengkulu (40,1%) merupakan
provinsi dengan aktivitas fisik kurang. Kategorisasi aktivitas fisik dilihat dari aktivitas
fisik yang dilakukan dalam seminggu terakhir untuk penduduk usia 10 tahun ke atas.
Dikatakan “cukup” bila dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu
kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu.
Berdasarkan kelompok umur, kurang aktivitas fisik paling tinggi terdapat pada kelompok
75 tahun ke atas (76,0%) dan umur 10-14 tahun (66,9%). Selain usia, ternyata faktor
risiko jenis kelamin juga berperan. Kurang aktivitas fisik pada perempuan (54,5%) lebih
tinggi dibanding laki-laki (41,4%). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, semakin
tinggi pendidikan ternyata semakin tinggi prevalensi kurang aktifitas fisik. Kemudian,
secara umum penduduk perkotaan memperlihatkan angka prevalensi kurang aktivitas
fisik (57,6%) lebih tinggi dibandingkan penduduk yang tinggal di pedesaan (42,4%). Hal
lain yang teranalisis adalah semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita per bulan maka
semakin meningkat prevalensi kurang aktivitas fisik. Maka, Penyakit jantung bukanlah
penyakit yang dapat dipandang sebelah mata. Ayo, kita bergerak dan bertindak untuk
mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung di Indonesia.

1.2. Tujuan Penulisan


BAB 2
ISI
2.1. Besar Masalah
Besar Masalah :
A. Orang
B. Tempat
1. Global
30% Kematian Dunia Disebabkan oleh Penyakit Jantung? Menurut WHO,
17,5 juta (30%) dari 58 juta kematian di dunia, disebabkan oleh penyakit jantung
dan pembuluh darah pada tahun 2005. Dari seluruh angka tersebut, penyebab
kematian antara lain disebabkan oleh serangan jantung (7,6 juta penduduk), stroke
(5,7 juta penduduk), dan selebihnya disebabkan oleh penyakit jantung dan
pembuluh darah (4,2 juta penduduk). Berdasarkan seluruh data yang telah
dikumpulkan dari WHO, pada tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit
jantung dan pembuluh darah meningkat menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan tetap
meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan meninggal
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Angka yang cukup besar mengingat
penyakit jantung dan pembuluh darah dikategorikan sebagai penyakit tidak
menular. Penyakit ini sebenarnya dapat dimodifikasi dan dicegah
Lebih dari tiga perempat dari kematian CVD berlangsung di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah.
Dari 16 juta kematian di bawah usia 70 akibat penyakit tidak menular, 82%
berada di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan 37% disebabkan
oleh CVDs.
2. Regional
3. Indonesia
Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis
dokter dan gejala sekitar 1,5%, gagal jantung 0,3%, sedangkan prevalensi stroke
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala sebesar 1,2%.
59,5% Kematian Akibat Penyakit Tak Menular, Termasuk Jantung Di
Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang ternyata masih berjuang
menghadapi berbagai masalah kesehatan. Penyakit infeksi masih menjadi prioritas
utama dalam pembangunan kesehatan, di sisi lain perubahan gaya hidup yang serba
cepat tidak menahan laju perkembangan penyakit tidak menular seperti penyakit
jantung dan pembuluh darah. Hal ini diperkuat dengan data yang diperoleh pada
tahun 2007, angka kematian akibat penyakit jantung dan tidak menular pada tahun
1995 sebesar 41,7% meningkat menjadi 59,5% pada tahun 2007. Kalimantan
Selatan "Juara Hipertensi" Penyakit hipertensi sebagai salah satu "kawan" dari
penyakit jantung, ternyata dinilai cukup tinggi di Indonesia.

C. Waktu

2.2. Penyebab Masalah

Penyebab Penyakit Jantung


 Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya untuk mengidap penyakit jantung.
Hal ini dikarenakan pembuluh darah, terutama arteri akan cenderung lebih kaku dan
kehilangan daya elastisnya seiring bertambahnya usia.
 Jenis Kelamin
Secara umum, penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria dibandingkan
wanita. Namun, di atas usia 50 tahun, pria maupun wanita memiliki risiko yang sama
untuk terkena penyakit ini.
 Keturunan
Jika memiliki keluarga inti seperti ayah, ibu, adik, atau kakak yang mengidap
penyakit jantung, risiko Anda untuk terkena penyakit jantung akan lebih tinggi
dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarganya.
 Penyakit Lain
Diabetes dapat menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah sehingga
berpotensi menghambat aliran darah. Karena itu, penderita diabetes memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung.
 Zat – Zat Konsumtif
Perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung. Karbon
monoksida dalam asap rokok dan kandungan nikotin pada rokok dapat meningkatkan
risiko munculnya gumpalan darah serta memacu jantung untuk bekerja lebih cepat
sehingga membebani jantung. Senyawa kimia lain dari asap rokok juga dapat merusak
dinding arteri jantung yang akan memicu terjadinya penyempitan. Perokok
mempunyai risiko 24 persen lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung
dibandingkan mereka yang tidak merokok sama sekali.

2.3. Perawatan Masalah

Perawatan Untuk Penderita Penyakit Jantung

 Aktivitas Fisik
Dengan memperbaiki pola hidup, pengidap dapat terhindar dari risiko terjadinya
gejala-gejala penyakit jantung. Mengubah pola hidup dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sederhana, misalnya:
 Menerapkan pola makan yang sehat.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Mengurangi konsumsi minuman keras.

 Istirahat

2.4. Pencegahan Masalah


Pencegahan Penyakit Jantung

Sebagian besar penyakit kardiovaskular dapat dicegah dengan mengatasi faktor risiko
perilaku seperti penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat dan obesitas, aktivitas fisik dan
penggunaan berbahaya dari alkohol menggunakan strategi populasi-lebar.
Orang dengan penyakit kardiovaskular atau yang berada pada risiko kardiovaskular tinggi
(karena kehadiran satu atau lebih faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia atau
penyakit yang sudah mapan) perlu deteksi dini dan manajemen menggunakan konseling dan
obat-obatan, yang sesuai. Berikut beberapa cara umum untuk mencegah penyakit jantung :
 Kontrol Asupan Zat Kedalam Tubuh misalnya lebih banyak mengonsumsi buah-
buahan, sayur-sayuran dan mengurangi makanan bersantan
 Perhatikan Masalah Psikologis
 Pengendalian Tekanan Darah tinggi dengan cara mengonsumsi makanan rendah
garam dan obat antihipertensi secara teratur.
 Perngendalian Berat Badan
 Mengatur Aktivitas Fisik seperti berolahraga secara teratur (minimal 2-3 jam
seminggu)
 Pengendalian Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dihindari

Sumber :
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar –
RISKESDAS, 2007. Beltrame JF, Dreyer R, Tavella R. Epidemiology of Coronary
Artery Disease. Whelton PK. Epidemiology and the Prevention of Hypertension. J
Clin Hypertens 6 (11):636-642, 20
2. https://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/penyakit-jantung-di-indonesia-dalam-
angka
3. http://www.jitunews.com/read/35580/berdasarkan-data-who-penyakit-kardiovaskular-
penyebab-kematian-nomor-satu#ixzz4dI9wI6nM

Anda mungkin juga menyukai