1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana yang
telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-
Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang membimbing umatnya dengan suri tauladan yang baik.
Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugerah,
kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan pengetahuan tentang TRAGEDI BERDARAH
TRISAKTI, semua ini dirangkum dalam makalah ini, agar pemahaman terhadap
permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi
atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, pembaca
akan masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran
makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang
TRAGEDI BERDARAH TRISAKTI. Akhirnya, kami penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Untuk
menjadi lebih sempurna lagi kami membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain
untuk membagikannya kepada kami demi memperbaiki kekurangan pada makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terima kasih.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia merupakan unsur normatif yang melekat pada diri
setiap manusia sejak manusia masih dalam kandungan sampai akhir
kematiannya. Di dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar
individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang
kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap
individu lain, kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam
bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun
didirikan sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih
optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga
sering terjadi di sekitar kita. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat
makalah tentang pelanggaran HAM di Indonesia. Salah satu pelanggaran HAM
yang dianggap cukup berat di Indonesia adalah kasus Trisakti.
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang kasus hak asasi manusia di
Indonesia yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.
2. Untuk mengetahui latarbelakang mahasiswa Trisakti melakukan aksi
demonstrasi.
3. Untuk mengetahui kronologi terjadinya kasus Trisakti.
4. Untuk mengetahui solusi terhadap penanganan kasus Trisakti.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap mansia
yang dibawa sejak lahir. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia
maka negara wajib memberikan perlindungan. Hak Asasi Manusia bukanlah hak
yang absolute. Dalam pelaksanaannya HAM dibatasi oleh kebebasan orang lain,
moral, keamanan dan ketertiban. HAM muncul dan menjadi bagian dari
peradaban dunia diilhami oleh rendahnya pengakuan dan perlakuan terhadap
harkat dan martabat manusia. Indonesia sebagai negara hukum sesuai dengan
penjelasan UUD 1945 wajib memberikan perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri negara hukum. Perkembangan pesat akan
pengakuan dan penghargaan akan HAM di Indonesia dimulai sejak amandemen
kedua UUD 1945yang secara eksplisit memasukkan ketentuan HAM menjadi
bagian dari batang tubuh UUD 1945. Pengakuan dan penghargaan HAM di
Indonesia ditindak lanjuti dengan upaya pemberian perlindungan hukum kepada
warga negara dengan didirikanya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(KOMNAS HAM) yang diikuti dengan didirikanya peradilan HAM di Indonesia.
PBB mengemukakan bahwa konsep hak asasi manusia ada dua pengertian
yaitu; pertama, ialah bahwa hak asasi manusia tidak bisa dipisahkan dan dicabut
adalah hak manusia karena ia seorang manusia. Hak adalah hak-hak moral yang
berasal dari kemanusiaan setiap insan dan hak-hak itu bertujuan untuk menjamin
martabat setiap manusia. Kedua, hak asasi manusia adalah hak-hak menurut
hukum, yang dibuat melalui proses pembentukan hukum dari masyarakat itu
sendiri, baik secara nasional maupun secara internasional. Dasar dari hak-hak ini
adalah persetujuan dari para warga negara, yang tunduk kepada hak-hak itu dan
tidak nyata tata tertib alamiah yang merupakan dasar dari arti yang pertama.
a. Menurut Tilaar (2001)
Hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia.
b. Menurut Kaelan (2002)
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai
dengan kodratnya. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM
PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana
dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah
hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai
hak yang dikodrati.
c. Menurut Mansyur Effendi (1994)
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan sebagai hak yang dikodrati (Mansyur Effendi, 1994).
4
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan
yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
A. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan masal (genosida)
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan
(UUD No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM).
2. Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan
berupa serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil
seperti pengusiran penduduk secara paksa, pembunuhan, penyiksaan,
perbudakkan dll.
B. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain
5
Pengertian HAM tidaklah statis melainkan dinamis. Hak asasi manusia
yang semula hanya merupakan kepedulian akan perlindungan individu dalam
menghadapi absolutisme Negara, berkembang kepada hak asasi penciptaan
kondisi social, ekonomi, politik dan budaya, yang diperhitungkan sehingga
memungkinkan individu mengembangkan dirinya menjadi pribadi manusia yang
multidimensional.
Menurut Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1999 tentang HAM, hak asasi
manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati
dan universal sebagai karunia Tuhan Yng Maha Esa dan berfungsi untuk
menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan
masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu oleh sispapun.
Dalam UU No.39 Tahun 1999 tentang pelaksanaan hak asasi manusi,a, dipertegas
bahwa hak asasi manusia ialah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esadan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai berikut :
1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat
manusia adalah sama derajar dan martabatnya. Semua manusia adalah
sederajat tanpa membedakan ras, agama,suku, bahasa, dan sebagainya.
2. Landasan kedua dan yang lebih dalam, Tuhan menciptakan manusia.
Semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan
Yang Maha Esa. Karena itu di hadapan Tuhan manusia adalah sama
kecuali nanti pada amalnya.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Para mahasiswa yang tewas tertembak dalam tragedi Trisakti adalah Elang
Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi 96),
Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin 95), Hendriawan
(Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen 96), Vero (Fakultas Ekonomi 96), dan
Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil 95).
Selain mahasiswa, Samsul Bahri, siswa STM juga tewas. Dia terkena
peluru tajam pada bagian perutnya hingga terburai, dan langsung dilarikan ke
rumah sakit untuk operasi. Sayang, nyawa pelajar pemberani ini tak tertolong.
Pada saat yang sama, di kampus Atmajaya, massa mahasiswa yang
tergabung dalam Forum Kota (Forkot) tengah melakukan aksi mimbar bebas di
dalam kampus. Saat mendengar rekannya tewas tertembus timah panas, mereka
berencana bergabung dengan mahasiswa Trisakti. Namun, baru sampai depan
kampus, mereka dihadang polisi.
Kronologi kejadian :
*10.30 -10.45: Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang
bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai
dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen,
pejabat fakultas dan universitas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di
depan mimbar.
*10.45-11.00: Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara
penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang
dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan
mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa
dan rakyat Indonesia sekarang ini.
*11.00-12.25: Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para
pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut
terus berjalan dengan baik dan lancar.
*12.25-12.30: Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa
anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan
menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan menyampaikan
aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang
arah Jl. Jend. S. Parman.
*12.30-12.40: Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis
barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta
memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.
*12.40-12.50: Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar
secara perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati kampus Untar.
*12.50-13.00: Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu
masuk kantor Walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan
tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.
8
*13.00-13.20: Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara
beberapa wakil mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan
negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol (Inf) A
Amril, dan Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negoisasi berlangsung, massa
terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus tertahan tak
dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah
kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.
*13.20-13.30: Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di
mana long march tidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan terjadinya
kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa
karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus
mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir bersamaan datang
tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.
*13.30-14.00: Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di
jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota
Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa. Sementara
rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu
pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.
*14.00-16.45: Negoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan
Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR.
Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun
nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang
terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa
mulai berkurang dan menuju ke kampus. Polisi memasang police line. Mahasiswa
berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.
*16.45-16.55: Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana
hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya
massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti,
Adi Andojo SH, serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.
*16.55-17.00: Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan
mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus
dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur
terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa.
Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib.
Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke
kampus. Saat itu hujan turun dengan deras. Mahasiswa bergerak mundur secara
perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama
Mashud yang mengaku sebagai alumni berteriak dengan mengeluarkan kata-kata
kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk bergerak karena
oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang menyamar.
9
*17.00-17.05: Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan
aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan
ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua
SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk
mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala
Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar
masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.
*17.05-18.30: Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam
kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta
mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga sebagian massa
mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan
bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas
mahasiswa Usakti. Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung
menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata
sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat
kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta,
pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan
dan popor, penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para
mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada diantara aparat dan massa
mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan. Kemudian
datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan
URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke
jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar
massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan
mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di
tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan dengan melepaskan
tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada
di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang
berlarian di dalam kampus. Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan
merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris
(jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam
kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban
baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam
kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam
kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima
belas orang. Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga
dilemparkan ke dalam kampus.
*18.30-19.00: Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan
mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa
tempat yang berbeda-beda menuju RS.
10
*19.00-19.30: Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada
beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper
(penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian
kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat
yang dirasa aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk
sembunyi.
*19.30-20.00: Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai
berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk
diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing. Terjadi
negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa
mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit
demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.
*20.00-23.25: Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat
rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang. Jumpa pers
oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM datang ke lokasi
*01.30: Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di
Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI
Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Usakti Prof Dr
Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan
Bambang W Soeharto.
11
Kelompok inilah yang menggerakkan massa dengan memancing
keributan, memberikan tanda-tanda tertentu pada sasaran, melakukan perusakan
awal, pembakaran, dan mendorong aksi penjarahan. Kelompok ini datang dari
luar, dan bukan penduduk setempat. Jumlah mereka hanya belasan, tetapi sangat
terlatih.
Kelompok ini mempunyai kemampuan ahli dan terbiasa menggunakan alat
untuk kekerasan. Mereka juga memiliki mobilitas yang tinggi dan kerja yang
sistematis. Dalam aksinya, mereka kerap menggunakan sarana transportasi,
seperti motor, mobil/Jeep, dan alat komunikasi (HT/HP).
Pada umumnya, kelompok ini sulit dikenali walaupun di beberapa kasus
dilakukan oleh kelompok dari organisasi pemuda. TGPF juga menemukan fakta
adanya keterlibatan anggota aparat keamanan dalam kerusuhan di Jakarta, Medan,
dan Solo.
Dalam kesimpulannya, TGPF menyatakan, kerusuhan Mei bersifat saling
terkait antar-lokasi, dengan model yang mirip provokator. Skala kerusuhan ini
sangat besar dan terdapat keseragaman waktu. Lebih jauh, kerusuhan terjadi
secara berurutan, dan sistematis.
Tim juga menemukan, dugaan adanya faktor kesengajaan yang
mengandung unsur penumpangan situasi. Dimana para provokator diduga sengaja
menciptakan kerusuhan, sebagai bagian dari pertarungan politik di tingkat elite.
Kesimpulan itu merupakan penegasan bahwa terdapat keterlibatan banyak
pihak, mulai dari preman lokal, organisasi politik dan massa, hingga adanya
keterlibatan sejumlah anggota dan unsur di dalam ABRI yang ada di luar kendali
dalam kerusuhan itu.
12
3. Pemerintah harus segera memberikan jaminan keamanan bagi saksi dan korban
dengan membuat undang-undang dimaksud. Sementara undang- undang
tersebut belum terbentuk, pemerintah segera membuat badan permanen untuk
melaksanakan program perlindungan terhadap para korban dan saksi (victim
and witness protection program).
4. Pemerintah harus memberikan rehabilitas dan kompensasi bagi semua korban
dan keluarga kerusuhan. Pemerintah juga untuk mengurus surat- surat berharga
milik korban. Terhadap gedung-gedung yang terbakar, pemerintah perlu segera
membantu pembangunan kembali gedung- gedung tersebut, terutama sentra-
sentra ekonomi dan perdagangan serta fasilitas-fasilitas sosial.
5. Pemerintah perlu segera meratifikasi konvensi internasional mengenai anti
diskriminasi rasial dan merealisasikan pelaksanaanya dalam produk hukum
positif, termasuk implementasi konvensi anti penyiksaan.
6. Pemerintah perlu segera menyusun undang-undang tentang intelejen negara
yang menegaskan tanggung jawab pokok, fungsi dan batas ruang lingkup
pelaksanaan operasi intelejen pada badan pemerintah/negara yang berwenang,
sehingga kepentingan keamanan negara dapat dilindungi dan di pihak lain hak
asasi manusia dapat dihormati. Yang tak kurang penting adalah bahwa kegiatan
operasi intelejen dapat diawasi secara efektif oleh lembaga-lembaga pengawas,
sehingga tidak berubah menjadi instrumen kekuasaan bagi kepentingan politik
dari pihak tertentu.
7. Pemerintah perlu membentuk mekanisme pendataan lanjutan yang dapat
menampung proses pemuktahiran data-data tentang semua aspek yang
menyangkut kerusuhan tanggal 13-15 Mei 1998.
13
Untuk itu diperlukan keseriusan, kejujuran, dan keberanian berbagai pihak
untuk menuntaskan kasus ini. Presiden serta Menkopolhukam dan Kementrian
Hukum dan HAM yang ada dibawahnya harus bertindak. DPR memberikan
pengawasan dan meningkatkan pemerintah, Kejaksaan Agung harus mengambil
langkah strategis. Demikian juga keberadaan Komnas HAM dan pihak lainnya
untuk sama-sama mencari solusi penyelesaian kasus ini. Tanpa itu semua,
sepertinya kita masih harus menunggu bagaimana akhir dari tragedi Trisakti.
Namun ada beberapa cara lagi yang menurut kami bisa dilakukan untuk
mengatasi kasus pelanggaran HAM pada kasus Trisakti ini.
Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus menyelidiki dengan
seksama apa yang terjadi saat itu, siapa yang menembaki mahasiswa itu dan
mengapa mereka harus ditembaki. Komnas HAM harus segera menuntaskannya
agar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap pemerintahnya tidak hilang akibat
janji-janji kosong mengenai tindakan lanjut dari tragedi di Trisakti.
Kedua, tidak hanya Komnas HAM, pemerintah pun harus mendukung
penyelesaian kasus ini, yaitu dengan mendukung Komnas HAM dalam investigasi
dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam investigasi.
Para pejabat tinggi militer pun harus mendisiplinkan mereka yang saat itu
bertugas “menjaga ketertiban massa”, karena ternyata mereka membunuh enam
mahasiswa dengan peluru bermesiu, bukan peluru karet. Dan suatu hal yang tidak
biasa menertibkan massa dengan peluru karet.
Saat penyelidikan usai, giliran lembaga yudikatif kita untuk mengadili
dengan adil tiap mereka yang bertanggung jawab akan aksi kekerasan dan
penembakan yang terjadi. Jangan sampai keputusan yang diambil tidak sebanding
denagn perbuatan mereka.
Bila ternyata Komnas HAM dan pemerintah ternyata tidak sanggup
melakukan penegakan HAM di Indonesia, masyarakat kita harus meminta
lembaga yang lebih tinggi lagi, yaitu PBB, untuk mengambil alih kasus ini
sebelum kasus ini kadaluarsa dan ditutup sehingga mengecewakan masyarakat
Indonesia.
Yang terakhir yang dapat saya uraikan agar menjadi suatu cara untuk
mengatasi terulangnya kejadian ini adalah pembenahan akan jiwa pemerintah agar
menghargai hak-hak asasi dari warga Indonesia, melalui mengusahakan secara
maksimal agar hak mereka untuk hidup dijunjung tinggi, begitu pula hak asasi
lain seperti hak mereka untuk memperoleh penghidupan yang layak,
perekonomian yang baik, kebebasan individu diakui sesuai nilai Pancasila yang
berkembang dalam masyarakat. Maka dari itu pemerintah Indonesia harus
memperbaiki hidup bangsa ini.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/kasus-trisakti.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti
http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/14/15/748499/tragedi-trisakti-sulut-
api-reformasi-1998
http://lylanet.blogspot.com/2013/09/kasus-pelanggaran-ham.html
http://sikkabola.wordpress.com/2012/08/28/kasus-pelanggaran-ham-tragedi-
trisakti/
16
17