Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

Daftar Isi ...................................................................................................... 1

Kata Pengantar ............................................................................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4

BAB III. PEMBAHASAN .......................................................................... 7

3.1 Penjabaran Tragedi Trisakti ................................................................... 7

3.2 Jalan Keluar Penyelesaian Kasus Trisakti............................................. 12

BAB IV. PENUTUP ................................................................................... 15

4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15

4.2 Saran ...................................................................................................... 15

Daftar Pustaka .............................................................................................. 16

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana yang
telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-
Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang membimbing umatnya dengan suri tauladan yang baik.
Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugerah,
kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan pengetahuan tentang TRAGEDI BERDARAH
TRISAKTI, semua ini dirangkum dalam makalah ini, agar pemahaman terhadap
permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi
atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, pembaca
akan masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran
makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang
TRAGEDI BERDARAH TRISAKTI. Akhirnya, kami penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Untuk
menjadi lebih sempurna lagi kami membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain
untuk membagikannya kepada kami demi memperbaiki kekurangan pada makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 22 Desember 2015

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hak Asasi Manusia merupakan unsur normatif yang melekat pada diri
setiap manusia sejak manusia masih dalam kandungan sampai akhir
kematiannya. Di dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar
individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang
kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap
individu lain, kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam
bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun
didirikan sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih
optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga
sering terjadi di sekitar kita. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat
makalah tentang pelanggaran HAM di Indonesia. Salah satu pelanggaran HAM
yang dianggap cukup berat di Indonesia adalah kasus Trisakti.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul makalah ini “Tragedi Berdarah Trisakti”, maka


masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Apa pengertian pelanggaran HAM?
2. Apa yang melatarbelakangi mahasiswa Trisakti melakukan aksi demonstrasi?
3. Bagaimana kronologi terjadinya kasus Trisakti?
4. Bagaimana solusi terhadap penanganan kasus Trisakti?

1.3 TUJUAN PERMASALAHAN

Tujuan dari mengangkat materi ini tentang kasus hak asasi manusia di
Indonesia yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.
2. Untuk mengetahui latarbelakang mahasiswa Trisakti melakukan aksi
demonstrasi.
3. Untuk mengetahui kronologi terjadinya kasus Trisakti.
4. Untuk mengetahui solusi terhadap penanganan kasus Trisakti.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap mansia
yang dibawa sejak lahir. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia
maka negara wajib memberikan perlindungan. Hak Asasi Manusia bukanlah hak
yang absolute. Dalam pelaksanaannya HAM dibatasi oleh kebebasan orang lain,
moral, keamanan dan ketertiban. HAM muncul dan menjadi bagian dari
peradaban dunia diilhami oleh rendahnya pengakuan dan perlakuan terhadap
harkat dan martabat manusia. Indonesia sebagai negara hukum sesuai dengan
penjelasan UUD 1945 wajib memberikan perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri negara hukum. Perkembangan pesat akan
pengakuan dan penghargaan akan HAM di Indonesia dimulai sejak amandemen
kedua UUD 1945yang secara eksplisit memasukkan ketentuan HAM menjadi
bagian dari batang tubuh UUD 1945. Pengakuan dan penghargaan HAM di
Indonesia ditindak lanjuti dengan upaya pemberian perlindungan hukum kepada
warga negara dengan didirikanya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(KOMNAS HAM) yang diikuti dengan didirikanya peradilan HAM di Indonesia.
PBB mengemukakan bahwa konsep hak asasi manusia ada dua pengertian
yaitu; pertama, ialah bahwa hak asasi manusia tidak bisa dipisahkan dan dicabut
adalah hak manusia karena ia seorang manusia. Hak adalah hak-hak moral yang
berasal dari kemanusiaan setiap insan dan hak-hak itu bertujuan untuk menjamin
martabat setiap manusia. Kedua, hak asasi manusia adalah hak-hak menurut
hukum, yang dibuat melalui proses pembentukan hukum dari masyarakat itu
sendiri, baik secara nasional maupun secara internasional. Dasar dari hak-hak ini
adalah persetujuan dari para warga negara, yang tunduk kepada hak-hak itu dan
tidak nyata tata tertib alamiah yang merupakan dasar dari arti yang pertama.
a. Menurut Tilaar (2001)
Hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia.
b. Menurut Kaelan (2002)
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai
dengan kodratnya. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM
PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana
dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah
hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai
hak yang dikodrati.
c. Menurut Mansyur Effendi (1994)
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan sebagai hak yang dikodrati (Mansyur Effendi, 1994).

4
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan
yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
A. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan masal (genosida)
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan
(UUD No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM).
2. Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan
berupa serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil
seperti pengusiran penduduk secara paksa, pembunuhan, penyiksaan,
perbudakkan dll.
B. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain

5
Pengertian HAM tidaklah statis melainkan dinamis. Hak asasi manusia
yang semula hanya merupakan kepedulian akan perlindungan individu dalam
menghadapi absolutisme Negara, berkembang kepada hak asasi penciptaan
kondisi social, ekonomi, politik dan budaya, yang diperhitungkan sehingga
memungkinkan individu mengembangkan dirinya menjadi pribadi manusia yang
multidimensional.
Menurut Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1999 tentang HAM, hak asasi
manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati
dan universal sebagai karunia Tuhan Yng Maha Esa dan berfungsi untuk
menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan
masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu oleh sispapun.
Dalam UU No.39 Tahun 1999 tentang pelaksanaan hak asasi manusi,a, dipertegas
bahwa hak asasi manusia ialah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esadan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai berikut :
1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat
manusia adalah sama derajar dan martabatnya. Semua manusia adalah
sederajat tanpa membedakan ras, agama,suku, bahasa, dan sebagainya.
2. Landasan kedua dan yang lebih dalam, Tuhan menciptakan manusia.
Semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan
Yang Maha Esa. Karena itu di hadapan Tuhan manusia adalah sama
kecuali nanti pada amalnya.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PENJABARAN TRAGEDI TRISAKTI

Jatuhnya perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 membuat pemilihan


pemerintahan Indonesia saat itu sangat menentukan bagi pertumbuhan ekonomi
bangsa ini supaya dapat keluar dari krisis ekonomi. Pada bulan Maret 1998 MPR
saat itu walaupun ditentang oleh mahasiswa dan sebagian masyarakat tetap
menetapkan Soeharto sebagai Presiden. Tentu saja ini membuat mahasiswa
terpanggil untuk menyelamatkan bangsa ini dari krisis dengan menolak
terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden. Hanya dengan jalan demonstrasi
supaya suara mereka didengarkan. Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal
1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi
demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa
Universitas Trisakti.
Tujuh belas tahun yang lalu, enam mahasiswa Universitas Trisakti tewas
tertembus peluru polisi. Mereka menjadi martir saat melakukan aksi demonstrasi
menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden, pada 12 Mei 1998 silam.
Kematian pejuang pro demokrasi itu, dengan cepat menyebar dan membakar
amarah rakyat.
Peristiwa itu terjadi saat ribuan mahasiswa menggelar longmarch dari
kampus Trisakti di Grogol, menuju Gedung DPR/MPR di Slipi Jakarta. Namun,
baru sampai depan kampus, mereka sudah dihadang ratusan polisi bersenjata
lengkap dengan posisi siap menembak. Meski dihadapkan dengan moncong
sejata, pemuda-pemudi pemberani ini tak gentar.
Mereka tetap melangsungkan aksi demonstrasi dengan menggelar mimbar
bebas di jalan selama berjam-jam. Polisi yang kesal kemudian menyuruh
mahasiswa masuk, sambil mengancam akan menembak jika mereka tak
mendengar.
Mahasiswa pun setuju untuk kembali ke dalam kampus dengan damai.
Namun, saat akan masuk ke dalam kampus, mereka mendapat provokasi hingga
berujung pada bentrokan fisik. Suasana berubah menjadi chaos, dan terdengar
suara rentetan tembakan ke arah massa pro demokrasi itu.
Enam orang dinyatakan tewas dalam peristiwa penembakan itu. Sementara
16 orang mahasiswa lainnya, termasuk pelajar, dan masyarakat yang ikut dalam
aksi mengalami luka parah. Mereka dipukuli, diinjak, dan menjadi korban
penembakan brutal polisi.

7
Para mahasiswa yang tewas tertembak dalam tragedi Trisakti adalah Elang
Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi 96),
Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin 95), Hendriawan
(Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen 96), Vero (Fakultas Ekonomi 96), dan
Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil 95).
Selain mahasiswa, Samsul Bahri, siswa STM juga tewas. Dia terkena
peluru tajam pada bagian perutnya hingga terburai, dan langsung dilarikan ke
rumah sakit untuk operasi. Sayang, nyawa pelajar pemberani ini tak tertolong.
Pada saat yang sama, di kampus Atmajaya, massa mahasiswa yang
tergabung dalam Forum Kota (Forkot) tengah melakukan aksi mimbar bebas di
dalam kampus. Saat mendengar rekannya tewas tertembus timah panas, mereka
berencana bergabung dengan mahasiswa Trisakti. Namun, baru sampai depan
kampus, mereka dihadang polisi.

Kronologi kejadian :
*10.30 -10.45: Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang
bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai
dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen,
pejabat fakultas dan universitas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di
depan mimbar.
*10.45-11.00: Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara
penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang
dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan
mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa
dan rakyat Indonesia sekarang ini.
*11.00-12.25: Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para
pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut
terus berjalan dengan baik dan lancar.
*12.25-12.30: Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa
anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan
menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan menyampaikan
aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang
arah Jl. Jend. S. Parman.
*12.30-12.40: Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis
barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta
memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.
*12.40-12.50: Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar
secara perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati kampus Untar.
*12.50-13.00: Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu
masuk kantor Walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan
tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.

8
*13.00-13.20: Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara
beberapa wakil mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan
negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol (Inf) A
Amril, dan Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negoisasi berlangsung, massa
terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus tertahan tak
dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah
kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.
*13.20-13.30: Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di
mana long march tidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan terjadinya
kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa
karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus
mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir bersamaan datang
tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.
*13.30-14.00: Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di
jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota
Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa. Sementara
rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu
pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.
*14.00-16.45: Negoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan
Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR.
Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun
nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang
terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa
mulai berkurang dan menuju ke kampus. Polisi memasang police line. Mahasiswa
berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.
*16.45-16.55: Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana
hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya
massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti,
Adi Andojo SH, serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.
*16.55-17.00: Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan
mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus
dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur
terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa.
Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib.
Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke
kampus. Saat itu hujan turun dengan deras. Mahasiswa bergerak mundur secara
perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama
Mashud yang mengaku sebagai alumni berteriak dengan mengeluarkan kata-kata
kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk bergerak karena
oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang menyamar.

9
*17.00-17.05: Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan
aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan
ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua
SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk
mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala
Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar
masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.
*17.05-18.30: Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam
kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta
mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga sebagian massa
mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan
bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas
mahasiswa Usakti. Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung
menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata
sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat
kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta,
pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan
dan popor, penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para
mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada diantara aparat dan massa
mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan. Kemudian
datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan
URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke
jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar
massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan
mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di
tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan dengan melepaskan
tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada
di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang
berlarian di dalam kampus. Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan
merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris
(jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam
kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban
baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam
kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam
kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima
belas orang. Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga
dilemparkan ke dalam kampus.
*18.30-19.00: Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan
mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa
tempat yang berbeda-beda menuju RS.

10
*19.00-19.30: Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada
beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper
(penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian
kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat
yang dirasa aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk
sembunyi.
*19.30-20.00: Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai
berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk
diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing. Terjadi
negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa
mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit
demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.
*20.00-23.25: Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat
rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang. Jumpa pers
oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM datang ke lokasi
*01.30: Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di
Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI
Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Usakti Prof Dr
Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan
Bambang W Soeharto.

Pasca peristiwa itu, amuk massa terjadi dimana-mana, hingga 15 Mei


1998. Ribuan gedung, toko, dan rumah dihancurkan. Bahkan ada yang dibakar
oleh massa. Sasaran kemarahan massa saat itu dialihkan kepada etnis China.
Tidak hanya menjarah, massa juga membunuh, dan memperkosa para wanita
keturunan etnis minoritas itu.
Situasi benar-benar tidak terkendali. Mahasiswa ada yang coba
menenangkan, namun gagal. Sedang aparat kepolisian, dan tentara yang berjaga-
jaga di lokasi saat itu, hanya menonton dari kejauhan. Alhasil, ribuan orang
menjadi korban. Ada yang tewas dalam bentrok, hilang diculik, hingga
terpanggang api saat melakukan penjarahan.
Berdasarkan data Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), pelaku kerusuhan
pada 13-15 Mei 1998 dibagi menjadi dua golongan. Terdiri dari massa pasif
(massa pendatang) yang karena diprovokasi berubah menjadi massa aktif, dan
kedua kelompok provokator.
Para provokator ini, umumnya bukan dari wilayah setempat. Secara fisik,
mereka tampak terlatih, dan sebagian memakai seragam sekolah seadanya (tidak
lengkap). Bahkan mereka tidak ikut menjarah, dan segera meninggalkan lokasi
setelah gedung atau barang terbakar. Belum diketahui siapa provokator ini.
Mereka juga membawa dan menyiapkan sejumlah barang untuk keperluan
merusak dan membakar, seperti jenis logam pendongkel, bahan bakar cair,
kendaraan, bom molotov, dan sebagainya.

11
Kelompok inilah yang menggerakkan massa dengan memancing
keributan, memberikan tanda-tanda tertentu pada sasaran, melakukan perusakan
awal, pembakaran, dan mendorong aksi penjarahan. Kelompok ini datang dari
luar, dan bukan penduduk setempat. Jumlah mereka hanya belasan, tetapi sangat
terlatih.
Kelompok ini mempunyai kemampuan ahli dan terbiasa menggunakan alat
untuk kekerasan. Mereka juga memiliki mobilitas yang tinggi dan kerja yang
sistematis. Dalam aksinya, mereka kerap menggunakan sarana transportasi,
seperti motor, mobil/Jeep, dan alat komunikasi (HT/HP).
Pada umumnya, kelompok ini sulit dikenali walaupun di beberapa kasus
dilakukan oleh kelompok dari organisasi pemuda. TGPF juga menemukan fakta
adanya keterlibatan anggota aparat keamanan dalam kerusuhan di Jakarta, Medan,
dan Solo.
Dalam kesimpulannya, TGPF menyatakan, kerusuhan Mei bersifat saling
terkait antar-lokasi, dengan model yang mirip provokator. Skala kerusuhan ini
sangat besar dan terdapat keseragaman waktu. Lebih jauh, kerusuhan terjadi
secara berurutan, dan sistematis.
Tim juga menemukan, dugaan adanya faktor kesengajaan yang
mengandung unsur penumpangan situasi. Dimana para provokator diduga sengaja
menciptakan kerusuhan, sebagai bagian dari pertarungan politik di tingkat elite.
Kesimpulan itu merupakan penegasan bahwa terdapat keterlibatan banyak
pihak, mulai dari preman lokal, organisasi politik dan massa, hingga adanya
keterlibatan sejumlah anggota dan unsur di dalam ABRI yang ada di luar kendali
dalam kerusuhan itu.

3.2 JALAN KELUAR PENYELESAIAN KASUS TRISAKTI

Solusi dari kasus ini yaitu :


1. Pemerintah perlu melakukan penyelidikan lanjutan terhadap sebab-sebab pokok
dan pelaku utama peristiwa kerusuhan 13-14 Mei 1998, dan kemudian
menyusun serta mengumumkan buku putih mengenai peranan dan tanggung
jawab serta keterkaitan satu sama lain dari semua pihak yang bertalian dengan
kerusuhan tersebut.
2. Pemerintah perlu sesegera mungkin menindaklanjuti kasus-kasus yang
diperkirakan terkait dengan rangkaian tindakan kekerasan yang memuncak
pada kerusuhan 13-14 Mei 1998, yang dapat diungkap secara yuridis baik
terhadap warga sipil maupun militer yang terlibat dengan seadil-adilnya,guna
menegakkan wibawa hukum, termasuk mempercepat proses Yudisial yang
sedang berjalan.

12
3. Pemerintah harus segera memberikan jaminan keamanan bagi saksi dan korban
dengan membuat undang-undang dimaksud. Sementara undang- undang
tersebut belum terbentuk, pemerintah segera membuat badan permanen untuk
melaksanakan program perlindungan terhadap para korban dan saksi (victim
and witness protection program).
4. Pemerintah harus memberikan rehabilitas dan kompensasi bagi semua korban
dan keluarga kerusuhan. Pemerintah juga untuk mengurus surat- surat berharga
milik korban. Terhadap gedung-gedung yang terbakar, pemerintah perlu segera
membantu pembangunan kembali gedung- gedung tersebut, terutama sentra-
sentra ekonomi dan perdagangan serta fasilitas-fasilitas sosial.
5. Pemerintah perlu segera meratifikasi konvensi internasional mengenai anti
diskriminasi rasial dan merealisasikan pelaksanaanya dalam produk hukum
positif, termasuk implementasi konvensi anti penyiksaan.
6. Pemerintah perlu segera menyusun undang-undang tentang intelejen negara
yang menegaskan tanggung jawab pokok, fungsi dan batas ruang lingkup
pelaksanaan operasi intelejen pada badan pemerintah/negara yang berwenang,
sehingga kepentingan keamanan negara dapat dilindungi dan di pihak lain hak
asasi manusia dapat dihormati. Yang tak kurang penting adalah bahwa kegiatan
operasi intelejen dapat diawasi secara efektif oleh lembaga-lembaga pengawas,
sehingga tidak berubah menjadi instrumen kekuasaan bagi kepentingan politik
dari pihak tertentu.
7. Pemerintah perlu membentuk mekanisme pendataan lanjutan yang dapat
menampung proses pemuktahiran data-data tentang semua aspek yang
menyangkut kerusuhan tanggal 13-15 Mei 1998.

Penyelesaian kasus Trisakti nasibnya kurang lebih sama dengan reformasi,


yaitu mati suri. Bertahun-tahun sudah kasus Trisakti terjadi, tapi para pelaku tidak
pernah terungkap dengan terang benderang, sehingga mereka tak pernah dibawa
ke meja hijau.
Padahal Komnas HAM menengarai adanya pelanggaran HAM berat pada
penangan demonstrasi mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998. Salah satu indikasi
sulitnya membongkar kasus ini adalah keterlibatan orang-orang penting
(berkuasa) pada saat itu atau bahkan sampai saat ini sehingga ada banyak
kepentingan yang menghalang-halangi penuntasan kasus ini.
Tahun demi tahun terus bergulir. Pemerintah (presiden) pun telah beberapa
kali berganti, namun penyelesaian kasus trisakti tidak tahu rimbanya. Komnas
HAM menyatakan bahwa mereka telah menyerahkan laporan penyelidikan kasus
itu sejak 6 Januari 2005 kepada Kejaksaan Agung. Namun sampai saat ini tidak
ada tindak lanjut yang jelas yang dapat diketahui masyarakat terutama keluarga
korban.

13
Untuk itu diperlukan keseriusan, kejujuran, dan keberanian berbagai pihak
untuk menuntaskan kasus ini. Presiden serta Menkopolhukam dan Kementrian
Hukum dan HAM yang ada dibawahnya harus bertindak. DPR memberikan
pengawasan dan meningkatkan pemerintah, Kejaksaan Agung harus mengambil
langkah strategis. Demikian juga keberadaan Komnas HAM dan pihak lainnya
untuk sama-sama mencari solusi penyelesaian kasus ini. Tanpa itu semua,
sepertinya kita masih harus menunggu bagaimana akhir dari tragedi Trisakti.
Namun ada beberapa cara lagi yang menurut kami bisa dilakukan untuk
mengatasi kasus pelanggaran HAM pada kasus Trisakti ini.
Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus menyelidiki dengan
seksama apa yang terjadi saat itu, siapa yang menembaki mahasiswa itu dan
mengapa mereka harus ditembaki. Komnas HAM harus segera menuntaskannya
agar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap pemerintahnya tidak hilang akibat
janji-janji kosong mengenai tindakan lanjut dari tragedi di Trisakti.
Kedua, tidak hanya Komnas HAM, pemerintah pun harus mendukung
penyelesaian kasus ini, yaitu dengan mendukung Komnas HAM dalam investigasi
dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam investigasi.
Para pejabat tinggi militer pun harus mendisiplinkan mereka yang saat itu
bertugas “menjaga ketertiban massa”, karena ternyata mereka membunuh enam
mahasiswa dengan peluru bermesiu, bukan peluru karet. Dan suatu hal yang tidak
biasa menertibkan massa dengan peluru karet.
Saat penyelidikan usai, giliran lembaga yudikatif kita untuk mengadili
dengan adil tiap mereka yang bertanggung jawab akan aksi kekerasan dan
penembakan yang terjadi. Jangan sampai keputusan yang diambil tidak sebanding
denagn perbuatan mereka.
Bila ternyata Komnas HAM dan pemerintah ternyata tidak sanggup
melakukan penegakan HAM di Indonesia, masyarakat kita harus meminta
lembaga yang lebih tinggi lagi, yaitu PBB, untuk mengambil alih kasus ini
sebelum kasus ini kadaluarsa dan ditutup sehingga mengecewakan masyarakat
Indonesia.
Yang terakhir yang dapat saya uraikan agar menjadi suatu cara untuk
mengatasi terulangnya kejadian ini adalah pembenahan akan jiwa pemerintah agar
menghargai hak-hak asasi dari warga Indonesia, melalui mengusahakan secara
maksimal agar hak mereka untuk hidup dijunjung tinggi, begitu pula hak asasi
lain seperti hak mereka untuk memperoleh penghidupan yang layak,
perekonomian yang baik, kebebasan individu diakui sesuai nilai Pancasila yang
berkembang dalam masyarakat. Maka dari itu pemerintah Indonesia harus
memperbaiki hidup bangsa ini.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu


hal yang perlu kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM
orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh
perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara
akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang Pengadilan HAM. Tragedi Trisakti adalah salah satu
contoh pelanggaran HAM berat yang masih diperdebatkan pro kontranya yaitu
peristiwa penembakan pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat
demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan
enam mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta serta puluhan lainnya luka.

4.2 SARAN

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan


memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/kasus-trisakti.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti
http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/14/15/748499/tragedi-trisakti-sulut-
api-reformasi-1998
http://lylanet.blogspot.com/2013/09/kasus-pelanggaran-ham.html
http://sikkabola.wordpress.com/2012/08/28/kasus-pelanggaran-ham-tragedi-
trisakti/

16
17

Anda mungkin juga menyukai