Abstrak
Pendahuluan : Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja
insulin atau keduanya. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat pembuluh
darah kecil (mikrovaskular) dan pembuluh darah besar (makrovaskular) yaitu pembuluh
darah serebral, pembuluh darah koroner, dan pembuluh darah perifer. Tingkat keparahan
Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) berperan penting dalam terjadinya Penyakit Arteri Perifer
(PAP). DMT2 akan meningkatkan risiko baik PAP asimtomatik maupun PAP simpomatik
sebesar 1,5-4 kali lipat dan berhubungan dengan kejadian kardiovaskular dan mortalitas
pada individu dengan PAP.
Laporan Kasus : Tn. H, 48 tahun datang ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan
keluhan sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Sejak 2 tahun yang lalu
pasien mengeluh sering kencing lebih dari 5 kali dalam sehari, terutama pada malam hari
pasien merasa sering terbangun karena harus buang air kecil. Pasien juga mengeluhkan
sering haus serta sering lapar. Biasanya pada pasien bisa minum sampai 20 kali dalam
sehari tetapi makan masih dalam batasan normal hanya tidak mudah kenyangdan
didiagnosa DM Tipe 2. 1,5 tahun SMRS pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri,
kemudian pasien dibawa ke RS dan didiagnosis sakit jantung.2 bulan SMRS pasien
mengeluhkan nyeri dan kebas pada betis ketika berjalan, rasa sakit bertambah bila pasien
ssmenaiki tangga dan nyeri berkurang bila pasien duduk atau berhenti berjalan.
PENDAHULUAN multifaktorial ini menyebabkan insidens
penyakit kardiovaskular pada DMT2
Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2)
tinggi dan terus meningkat bila
merupakan penyakit kronik dan kompleks
pengelolaannya tidak komprehensif.
yang melibatkan berbagai defek
Mekanisme terjadinya PJK pada DMT2
patofisiologis. Manifestasi komplikasi
sangat kompleks, salah satunya yaitu
kronik dapat terjadi pada tingkat pembuluh
pembentukan lesi aterosklerotik.
darah kecil (mikrovaskular) dan pembuluh
Prevalensi penyakit aterosklerosis perifer
darah besar (makrovaskular) yaitu
meningkat pada pada kasus DMT2,
pembuluh darah serebral, pembuluh darah
hiperkolesterolemia, hipertensi,
koroner, dan pembuluh darah perifer.
hiperhomosisteinemia dan perokok.1
Indonesia kini telah menduduki peringkat
keempat jumlah penyandang DM TINJAUAN PUSTAKA
terbanyak setelah Amerika Serikat, China,
2.1 Diabetes Melitus
dan India. WHO memprediksi adanya
peningkatan jumlah penyandang diabetes 2.1.1 Definisi
Perifer (PAP). DMT2 akan meningkatkan pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh
hari yang lain atau hasil Tes Toleransi tinggi akan timbul berbagai komplikasi.
Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl.4 Komplikasi pada Diabetes Melitus dibagi
menjadi dua yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronis. Komplikasi akut
meliputi ketoasidosis diabetik,
hiperosmolar non ketotik, dan
hipoglikemia. Komplikasi Diabetes
mellitus kronik terdiri dari kerusakan
mikrovaskuler dan makrovaskuler.
a. Mikrovaskuler
1. Kerusakan ginjal (Nefropati)
2. Kerusakan mata (Retinopati)
3. Kerusakan saraf (Neuropati)
b. Makrovaskuler
1. Penyakit jantung koroner
2. Penyakitpembuluh darah perifer
3. Pembuluh darah otak mengalami infark miokard, stroke iskemik
hingga kematian. Pasien dengan PAP
memiliki resiko penyakit kardiovaskular 2
2.2 Penyakit Arteri Perifer
kali lebih besar dan resiko mortalitas 2-5
2.2.1 Definisi kali lebih tinggi dibandingkan individu
Penyakit Arteri Perifer (PAP) tanpa PAP. Gejala utama PAP adalah
disebabkan oleh proses aterosklerosis atau pegal, kram, baal, atau tidak nyaman pada
tromboemboli, yang mengganggu struktur otot yang terjadi saat beraktivitas dan
maupun fungsi aorta dan cabang menghilang dengan istirahat. Nyeri timbul
viseralnya serta arteri yang memperdarahi karena pasokan darah tidak dapat
memperdarahi ekstrimitas, arteri karotis, intermiten dapat terjadi pada satu kaki saja
arteri renalis, arteri mesenterika, aorta (40%) atau mengenai kedua kaki (60%).
setelah keluar dari aorto iliaka. PAP dapat sekelompok otot yang terletak distal dari
melibatkan berbagai arteri lain, namun obstruksi arteri. Nyeri pada pantat, pinggul
secara klinis, PAP merupakan gangguan dan paha merujuk kelainan pada segmen
pada arteri yang memperdarahi ekstrimitas aorto-iliaka sementara nyeri pada betis
bawah. Arteri yang terlibat adalah arteri menunjukkan kelainan segmen femoral
Tn. H usia 48 tahun, datang dengan jika pasien dalam posisi duduk. Riwayat
keluhan sesak napas semakin memberat sesak pada malam hari (+). Pasien juga
sejak 1 hari SMRS. 2 tahun yang lalu mengaku batuk berdahak, dahak berwarna
pasien mengeluh sering kencing lebih dari kuning kental dan banyak, darah (-). Nyeri
5 kali dalam sehari, terutama pada malam dada (-). Keluhan demam disangkal
hari pasien merasa sering terbangun karena pasien. 1 hari SMRS sesak yang dirasakan
harus buang air kecil. Keluhan ini semakin berat, pasien kemudian dibawa ke
dengan berat badan 70 kg. BMI 27, Pasien Tn. H, usia 48 tahun dari
pemeriksaan tanda vital tekanan darah anamnesis didapatkan pasien menderita
150/90 mmHg, nadi 95 kali/menit, DM sejak 2 tahun yang lalu, kemudian 1,5
o
nafas 28 kali/menit, suhu 36,9 C. yang lalu didiagnosis menderita penyakit
jantung. Pasien masuk ke RSUD AA
Pada pemeriksaan fisik ditemukan
dengan keluhan sesak nafas yang semakin
JVP meningkat, pada paru ditemukan
memberat sejak 1 hari SMRS. Berdasarkan
perkusi redup pada kedua lapangan paru,
anamnesis, pemeriksaan fisik dan
ronkhi basah basal. Batas jantung kiri 2
pemeriksaan penunjang yang dilakukan
jari lateral SIK VI Linea midklavikula
pada pasien ini ditemukan tanda-tanda
sinistra, auskultasi jantung terdengar suara
gagal jantung kongestif (CHF) dengan
jantung tambahan, gallop (S3).
penyebab utamanya dapat dipikirkan
Pemeriksaan abdomen dalam batas
adalah Coronary Arterial Disease (CAD).
normal. Ekstremitas teraba hangat, tidak
ada ulserasi, pulsasi a. dorsalis pedis Dijumpai dua tipe kerusakan dari
teraba, Edema pretibial tidak ada dan vaskular pada diabetes mellitus yang
capillary refill time< 2 detik. pertama sekali yaitu tipe bukan
penyumbatan (non occlusive) dari
Hasil pemeriksaan penunjang
mikrovaskuler dimana hal ini dijumpai
didapatkan kardiomegali, CTR >50% pada
pada kapiler, arteriol, dari ginjal retina dan
foto thoraks, EKG terdapat ST Elevasi
saraf. Dan tipe kedua yaitu tipe
pada V2-V4 hasil laboratorium didapatkan
penyumbatan yang dijumpai pada
Hb 14,6 g/dl, Ht 44,3%, leukosit 9.200/ul,
makrovaskuler seperti halnya dijumpai
trombosit 156.000/uL, glu 235 mg/dl,
pada arteri koroner dan arteri perifer
ureum 15,6 mg/dl, kreatinin 1,56 mg/dl.
dimana hal ini ditandai dengan proses
Daftar Masalah arterosklerosis. Aterosklerosis
menyebabkan oklusi pada pembuluh darah
sehingga suppy O2 dan demand O2
menjadi terganggu. Proses tersebut bila dapat timbul pada saat pasien beristirahat
terus berlangsung akan menyebabkan dan semakin berat setelah beraktifitas fisik
terjadinya CAD dan PAD. meskipun sangat ringan.
P: mengukur tekanan darah dan cek kadar P: Cek tekanan darah dan kadar gula darah
gula darah setiap hari, cek ekg, pemberian
Obat : ISDN 3x5 mg, aspilet 1x80 mg,
paracetamol dan ranitidin.
CPG 1x25 mg, inj furosemide 1x1 ampul,
Obat : ISDN 3x5 mg, aspilet 1x80 mg, spironolakton 1x25 mg, Levemir 1x10
CPG 1x25 mg, inj furosemide 1x1 ampul, unit, ramipril 1x2,5 mg
spironolakton 1x25 mg, Levemir 1x10
22 Agustus 2016
unit, ramipril 1x2,5 mg
S: Tidak ada keluhan
20 Agustus 2016
0: Nafas 20x/menit, TD : 130/80 mmHG,
S: keluhan sesak sudah mulai berkurang,
GDS 117 mg/dl, ronkhi (-/-), jvp
perut terasa kembung (+), demam (-)
meningkat (-/-)
0: Nafas: 24x/menit TD : 140/90, GDS
A: DM tipe II dengan CHF
152 mg/dl, ronkhi (-/-), jvp meningkat (-),
kedua kaki teraba hangat, a. dorsum pedis P: pasien boleh pulang, edukasi pasien
teraba
DAFTAR PUSTAKA
21 Agustus 2016
1. Simatupang M. Hubungan antara 5. Sihombing B. Prevalensi Penyakit
Penyakit Arteri Perifer dengan Arteri Perifer pada Populasi
Faktor Resiko Kardiovaskuler pada Penyakit DM di Puskesmas Kota
Pasien DM Tipe 2 Medan.Universitas Sumatra Utara.
2008 [Tesis]
2. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan DM tipe II. 6. Thendria T, Natalia D. Hubungan
Perkumpulan Endokrinologi Hipertensi dan Penyakit Arteri
Indonesia (PERKENI).2011. Perifer Berdasarkan Nilai Ankle
Brachial Indeks (ABI). eJKI. 2014.
3. American Diabetes Association. 2(1);p 281-287
7. Jude EB, Chalmers M. Peripheral
Diagnosis and Classification of
Arterial Disease in Diabetic and
Diabetes Mellitus. Diabetes care;
Non Diabetic Patients. Diabetes
2012
4. Sudoyo AW et al. Buku ajar ilmu Care. 2001.24(8);p 1433
penyakit dalam, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing; 2009