Ada 4 macam sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap, yaitu :
Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi kurang sesuai untuk rumah
sakit yang besar dan memiliki daerah perawatan pasien yang menyebar sehingga
jarak antara instalasi Farmasi dengan beberapa daerah perawatan sangat jauh.
Alur sistem pendistribusian obat resep individu adalah Dokter menulis resep,
kemudian perawat menuliskan kembali resep tersebut kedalam profil pemberian
obat dan menyampaikan permintaan obat ke Instalasi farmasi. Instalasi Farmasi
menginterpresentasikan resep dan meracik obat tersebut. Obat yang sudah
disiapkan diserahkan kepada perawat. Instalasi farmasi mengendalikan pasokan
obat ke ruangan penderita. Perawat menyimpan persediaan obat tersebut di
dalam wadah obat setiap penderita yang terdapat di ruang perawat dan
memberikan kepada penderita setiap kali waktu pemberian obat.
Dalam sistem ini, obat yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang
penyimpanan obat diruang tersebut, kecuali obat yang jarang digunakan atau
obat sangat mahal. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah
sistem penyimpaanan obat yang disesuaikan dengan obat-obat yang tertera
dalam resep, yang disiapkan sendiri oleh perawat dari persediaan obat yang ada
di ruang perawatan untuk langsung diberikan kepada pasien di ruang itu.
(6) Terlalu banyak waktu perawat yang terpakai untuk menangani obat
pasien sehingga perhatian pada perawatan pasien berkurang.
Alur sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah Dokter menulis
resep kemudian diberikan kepada perawat untuk diinterpretasikan, kemudian
perawat menyiapkan semua obat yang diperlukan dari persediaan obat yang ada
diruangan sesuai resep dokter untuk diberikan kepada penderita, termasuk
pencampuran sediaan intravena. Persediaan obat di ruangan dikendalikan oleh
instalasi farmasi.
Sistem distribusi obat kombinasi persediaan ruang dan resep individual adalah
sistem penyampaian obat kepada penderita berdasarkan permintaan Dokter,
sebagaian obat disiapkan oleh instalasi farmasi sesuai dengan resep Dokter dan
sebagian lagi disiapkan dari persediaan obat yang terdapat diruangan. Obat yang
disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh banyak pasien, setiap
hari diperlukan, dan biasanya adalah obat yang harganya relatif murah.
(3) Terjadi interaksi yang dekat antara Apoteker, Perawat, dan Dokter.
Alur sistem distribusi obat kombinasi persediaan di ruang dan resep individual
adalah Dokter menulis resep untuk penderita dan resep tersebut ditindaklanjuti
oleh Apoteker dan perawat. Pengendalian oleh Apoteker dilakukan untuk resep
yang persediaan obatnya disiapkan di Instalasi Farmasi. Obat kemudian
diserahkan ke ruang perawatan penderita yang berada di bawah kendali perawat
untuk diberikan kepada penderita setiap kali waktu penderita berobat.
Pengendalian obat yang tersedia di ruang perawatan dilakukan oleh perawat dan
Apoteker. Obat disiapkan dan diberikan kepada penderita oleh perawat.
Keterbatasan dari sistem distribusi unit dose ini salah satunya adalah
diperlukannya tenaga farmasi yang lebih banyak dan membutuhkan modal awal
yang besar terutama untuk pengemasan kembali dan rak medikasi pada laci
masing-masing pasien.
Alur sistem distribusi unit dosis dimulai dengan penulisan resep oleh Dokter
untuk penderita, kemudian resep tersebut dibawa oleh perawat kepada Apoteker
untuk di interpretasikan. Apoteker memeriksa kebenaran dan kerasionalan resep
tersebut. Bila ada masalah, Apoteker akan menghubungi Dokter penulis resep
untuk membicarakan masalah tersebut dan memberikan saran penggunaan obat
lain sebagai alternatif. Apoteker juga dapat memeriksa kembali ketepatan dosis
obat yang diberikan dalam resep. Jika resep tersebut telah diberikan dan sesuai,
maka resep tersebut akan disiapkan di Instalasi Farmasi maupun depo farmasi di
bawah pengendalian Apoteker. Obat disiapkan dalam bentuk unit dosis untuk
kebutuhan penggunaan 24 jam. Selanjutnya obat-obatan tersebut disusun dalam
kereta obat dan akan diperiksa oleh Apoteker dan perawat. Perawat kemudian
memberikan obat kepada penderita.