Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam

tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah terserang

penyakit, karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh.

Beberapa penyakit yang timbul akibat kurangnya gizi antara lain diare, disentri,

gondok, busung lapar, Defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP), Defisensi

Vitamin A, Defisiensi Yodium, Anemia, Marasmus, Kwashiorkor dan beberapa

penyakit lainnya. Meskipun kekurangan gizi bukan merupakan hal baik, bukan

berarti apabila seorang diberikan asupan gizi secara berlebih (misalnya

memberikan berbagai pil vitamin) akan membuat tubuhnya menjadi kebal

terhadap berbagai penyakit. Tubuh justru akan mengalami kehilangan

kemampuan untuk ‘membentengi’ tubuh, sehingga mempermudah masuknya

penyakit. Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi dapat juga

mempengaruhi kecerdasan. Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak

terpenuhi, otak akan mengalami pengaruh sehingga tidak dapat berkembang

secara optimal, sesuai dengan potensi genetiknya.

Sejak masa kanak-kanak, otak manusia sudah mempunyai dendrit, yang

berfungsi untuk menghantarkan rangsangan. Lebih banyak dendrit yang terbentuk

dalam otak berarti lebih banyak sinapsis yang berkemampuan dalam belajar. Jika

pada puncak pembentukan dendrit gizi yang tersedia tidak cukup, maka jumlah

sinapsis yang terbentuk akan berkurang, sehingga mengakibatkan fungsi


mentalnya berkurang, seperti: daya ingat dan kapasitas belajar kurang. Pada anak

usia dua sampai tiga tahun, mulai mendapatkan masukan gizi-gizi yang khusus,

seperti seng dan vitamin A. Hal ini perlu diwaspadai, karena mempunyai

relevansi dengan perbanyakan sel tertentu dan bagian dari otak, yang pada

akhirnya mengakibatkan gangguan kemampuan anak dalam memecahkan

masalah dan mengingat informasi serta mengurangi daya cipta. Zat lain yang

perlu diwaspadai adalah zat besi, karena dapat mengakibatkan kelainan fungsi

otak dan kelainan pertumbuhan balita serta mudah terkena infeksi. ASI

merupakan sumber gizi pertama dan yang paling alami yang diberikan ibu kepada

anaknya. ASI banyak mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan air

yang berubah menjadi sebuah fondasi yang sangat kokoh untuk melindungi tubuh

dari penyakit.

Ajaran Islam mencangkup seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali masalah

makan. Oleh karena itu bagi kaum muslimin, makanan di samping berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan fisik, juga berkaitan dengan rohani, iman dan

ibadah juga dengan identitas diri, bahkan dengan perilaku.

Makanan dalam islam meliputi status dan atau standar makanan.Islam

menganjurkan manusia mengkonsumsi makanan yang halal, bersih dan sehat.

Selain itu islam juga melarang berlebih-lebihan makan. Demikian pula, islam

menegaskan bahwa makanan mempengaruhi moral dan mental manusia, kita

membutuhkan makanan dan minuman lebih dari yang lainnya, terkait hal ini Al-

quran menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berbeda dan lebih mulia

dari hewan, keistimewaan manusia dibandingkan makhluk lain terletak pada


karakteristik spiritual dan mentalnya. Quran dan hadits menegaskan dampak gizi

dan moral dan mental umat manusia.

Makanan atau tha'am dalam bahasa Al'Qur an adalah segala sesuatu yang di

makan atau di cicipi. Karena itu "minuman" pun termasuk dalam pengertian

tha'am. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 249, menggunakan kata Syariba (minum)

dan yath'am (makan) untuk objek yang berkaitan dengan air minum. Kata tha'am

dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al-Quran sebanyak 48 kali yang antara

lain berbicara tentang berbagai aspek berkaitan dengan makanan. Belum lagi

ayat-ayat lain yang menggunakan kosa kata selainnya.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi makanan.

Adalah makanan adalah zat yang diperlukan kehidupan yang mengandung

energi untuk keperluan metabolisme.

Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, di makan

oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Cairan di pakai untuk

maksud ini sering di sebut minuman, tetapi kata "makanan" juga bisa di pakai.

Istilah ini kadang-kadang di pakai dengan kiasan, seperti "makanan untuk

pemikiran".

B. Definisi gizi.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi.

Gizi menurut Islam berasal dari bahasa Arab "Al-Gizzal" yang artinya

makanan dan mamfaatnya untuk kesehatan. Al Ghazzai juga dapat di artikan dari

sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi

secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi penyimpanan,

metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak di gunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,


serta menghasilkan energi. Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua

zat gizi, yang mampu membuat seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan

produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam

makanan. Makan makanan yang beranekaragaman sangat bermanfaat bagi

kesehatan.

Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur

zat gizi yang di perlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam

pelajaran ilmu gizi biasa di sebut dengan triguna makanan yaitu, makanan yang

mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan

atau kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada suatu jenis makanan, akan di

lengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang

beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat

pembangun dan zat pengatur.

Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu (QS Al Baqarah (29 .
168).

Dari ayat di atas, dapat disimak bahwa Allah menyuruh manusia memakan

apa saja di dunia ini yang diciptakanNya, sepanjang batas-batas yang halal dan

baik (thayibah). Selain ayat-ayat di atas banyak lagi ayat dalam Al Qur´an yang

berisi suruhan atau perintah agar manusia berhati-hati dalam memilih makanan,

dapat memisahkan mana yang halal (dibolehkan) dan mana yang haram (tidak

diijinkan).
C. Makanan yang dihalalkan

Makanan yang halal, yaitu makanan yang diijinkan bagi seorang muslim

untuk memakannya. Islam menghalalkan sesuatu yang baik-baik. Banyak

pendapat yang menterjemahkan makanan "halal" tersebut. Akan tetapi pada

umumnya dapat dikatakan makanan tersebut halal bila :

a. Tidak berbahaya atau mempengaruhi fungsi tubuh dan mental yang normal

b. Bebas dari "najis (filth)" dan produk tersebut bukan berasal dari bangkai dan

binatang yang mati karena tidak disembelih atau diburu

c. Bebas dari bahan-bahan yang berasal dari babi dan beberapa binatang lain yang

tidak dapat dimakan oleh seorang muslim kecuali dalam keadaan terpaksa

d.Diperoleh sesuai dengan yang sudah ditentukan dalam Islam

e.Najis (Filth) dalam hal di atas, didefinisikan dalam 3 golongan :

- Pertama, bersih dari sesuatu yang diperuntukkan untuk upacara-

upacara/berhala,

- Kedua yang dapat ditoleransi karena sulit untuk menghindarinya seperti darah

dari nyamuk, dan insek lainnya,

- Ketiga yang tak dapat ditoleransi seperti minuman yang memabukkan dan

beracun serta bangkai. Makanan yang halal berdasarkan Al Qur’an dan

Hadits, dapat dikategorikan ke dalam beberapa macam, antara lain:

1. Tidak termasuk Najis dan Bangkai.

Allah swt telah mengharamkan darah yang mengalir, babi, dan

bangkai (kecuali ikan dan belalang) untuk dimakan oleh manusia, karena

hal itu termasuk najis. Dalam hal ini seluruh bentuk najis menjadi haram
hukumnya untuk dimakan. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan Allah swt

dalam Al Qur’an. “Katakanlah: ‘Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang

diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak

memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang

mengalir, atau daging babi karena semua itu najis, atau binatang yang

disembelih atas nama selain Allah.“(QS Al An’am: 145). Sesuatu bagian

yang dipotong dari binatang itu masih hidup statusnya sama seperti

bangkai, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Apa yang dipotong

dari binatang selagi ia masih hidup adalah bangkai” (HR Abu Dawud dan

Ibnu Majah).

Hewan yang telah dibunuh oleh hewan buas termasuk jenis

bangkai, kecuali hewan tersebut telah dilatih dan pada saat melepaskannya

untuk menangkap buruan kita menyebutkan nama Allah swt, maka

hukumnya adalah halal untuk hewan hasil tangkapannya. Hal ini

berdasarkan firman Allah swt dalam Al Qur’an. “Mereka menanyakan

kepadamu: ‘Apakah yang dihalalkan bagi mereka?’

Katakanlah: ‘Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang

ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya

untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah

kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan

sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya). Ada dua

jenis bangkai dan darah yang dihalalkan untuk dimakan, yaitu yang

termasuk dua bangkai adalah ikan dan belalang, dan yang termasuk dua
darah adalah hati dan limpa. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits

Rasulullah. Dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar, Rasulullah saw

bersabda:”Dihalalkan untuk dua bangkai dan dua darah. Adapun dua

bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang dua darah yaitu hati dan limpa.”

(HR Ibnu Majah dan Ahmad)

2. Tidak Menimbulkan Dharar (Bahaya) Bagi Fisik.

Yang termasuk makanan ataupun minuman yang memiliki efek

bahaya bagi fisik manusia adalah racun. Dan golongan minuman yang

memabukkan, menghilangkan pikiran sehat, atau melalaikan adalah

termasuk jenis ini. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an.

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,

dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang berbuat baik.” (QS Al Baqarah: 195). Allah berfirman, “Hai orang-

orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah

perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-

perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS Al Maidah:

90).Rasulullah saw bersabda, “Tidak dibolehkan melakukan sesuatu yang

membahayakan (dharar) diri sendiri dan orang lain (dhirar).” (HR Ibnu

Majah dan Ahmad.). Beliu juga bersabda, “Barangsiapa yang mereguk

racun lalu membunuh dirinya sendiri, maka racunnya akan tetap berada di
tangannya seraya ia mereguknya di neraka Jahannam selama-lamanya.”

(HR Bukhari)

3.Tidak termasuk jenis hewan buas.

Dalam sebuah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah

saw bersabda: “Setiap binatang buas yang bertaring adalah haram dimakan”

(HR. Muslim). Dari hadits di atas, secara tegas dijelaskan bahwa hewan

buas yang bertaring adalah haram dimakan. Yang termasuk hewan buas

golongan ini seperti harimau, singa, buaya, serigala, kucing, anjing, kera,

ular, dan setiap hewan buas pemangsa. Hewan tersebut di atas juga

merupakan hewan yang berkuku tajam, termasuk dari jenis burung (berkuku

tajam), yang menggunakan cakarnya dalam memakan mangsa, adalah

hewan yang tidak halal untuk dimakan. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw

bersabda, Dari Ibnu Abbas berkata: “Rasulullah melarang dari setiap hewan

buas yang bertaring dan berkuku tajam” (HR Muslim).

4.Hewan yang berasal dari laut.

Hewan-hewan buruan yang berasal dari laut dan semua makanan

dari laut adalah halal untuk dimakan, yakni dari berbagai spesies ikan laut

ataupun makhluk hidup air. Karena Laut itu sesungguhnya suci airnya dan

halal bangkainya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam Al Qur’an.

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari

laut sebagai makanan yang lezat bagimu…” (QS Al Maidah : 96). Dan
hadits Rasulullah saw, ketika ditanya tentang air laut, “Ia(laut) suci airnya

dan halal bangkainya.” (HR Abudawud, An-Nasa’i dan At-Tirmidzi).

5. Hewan halal yang mati karena disembelih.

Hewan-hewan halal yang halal dimakan jika penyebab kematian

hewan tersebut adalah karena disembelih, sehingga jika penyebab kematian

hewan tersebut bukan dikarenakan disembelih maka, hewan tersebut

termasuk dalam golongan bangkai dan hukumnya tidak halal untuk

dimakan. Hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam Al Qur’an,

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging

hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang

terpukul, yang jatuh, yang ditanduk dan diterkam binatang buas, kecuali

yang sempat kamu menyembelihnya. dan (diharamkan bagimu) yang

disembelih untuk berhala…” (QS Al Maidah : 3)

6. Hewan halal yang disembelih atas nama Allah.

Hewan yang dasar hukumnya atau hakikatnya halal menjadi sah

kehalalan jika hewan tersebut disembelih dengan menyebut nama Allah

ketika menyembelihnya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam Al

Qur’an, “Maka makanlah binatang-binatang yang halal yang disebut nama

Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayatnya.

Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang halal) yang disebut

nama Allah ketika menyembelihnya, padahal Allah telah menjelaskan


kepada kamu apa-apa yang diharamkan-Nya atas kamu…” (QS Al An’am :

118-119).

Allah juga mengharamkan hewan-hewan yang disembelih tanpa

menyebutkan nama Allah ketika menyembelihnya atau dengan nama selain

Allah seperti sesembahan, sesajen ataupun tumbal. Hal ini sebagaimana

termaktub dalam Al Qur’an, “Dan janganlah kamu makan binatang-

binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya,

sesungguhnya yang demikian itu adalah kefasikan” (QS Al An’am :121).

D. Makanan yang diharamkan

Makanan yang haram adalah terlarang seorang muslim untuk memakannya.

Sebaliknya makanan tersebut haram bila :

• Berbahaya dan berpengaruh negativ pada fisik dan mental manusia

• Mengandung najis (filth) atau produk berasal dari bangkai, babi dan binatang

lain yang tidak dapat dimakan oleh seorang muslim berasal dari binatang yang

diijinkan, tetapi tidak disembelih dengan aturan yang telah ditetapkan (secara

islam) dan tidak dilakukan sepatutnya.

Haram Dengan Sendirinya (‫)حرام لذاته‬

Berdasarkan firman Allah SWT di dalam kitab suci Al Qur’an dan Hadits

Nabi Muhammad SAW, maka dapat diketahui beberapa jenis makanan yang

haram dikonsumsi manusia, antara lain:

1. Bangkai

Bangkai yang haram dimakan adalah semua binatang darat yang mati bukan

karena disembelih dengan tata cara penyembelihan yang dibenarkan syari’at


Islam. Misalnya binatang yang mati karena tertabrak mobil, ditusuk dengan

besi, dipukul dan tercekik. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah,

5:3.

Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah], daging babi, (daging


hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah], (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging

hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul,

yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang

sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih

untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,

(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.

Berdasarkan ayat di atas, maka binatang ternak seperti kambing, sapi,

kerbau, unta, dan ayam baru halal dimakan dagingnya jika disembelih dengan

tata cara penyembelihan menurut syari’at Islam, yang memenuhi syarat-syarat

sbb:

- Orang yang menyembelih harus beragama Islam.

- Ketika menyembelih harus membaca basmalah (Ibn Rusyd, Bidayatul

Mujtahid Wa Nihayatul Muqtasid, juz I, h. 328).

- Alat penyembelih harus tajam.


- Penyembelihan hewan ternak harus memutuskan saluran pernafasan

(trachea/ hulqum), saluran makan (oeshophagus/marik), dan dua urat nadi

(wadajain)-nya.

2. Darah

Darah yang mengalir dari binatang atau manusia haram dikonsumsi,

baik secara langsung maupun dicampurkan pada bahan makanan karena

dinilai najis, kotor, menjijikkan, dan dapat mengganggu kesehatan. Demikian

juga darah yang sudah membeku yang lazim disebut maros atau didih.

Adapun darah yang melekat pada daging halal, boleh dimakan karena sulit

dihindari. Hal ini berdasarkan surat Al An’am, 6:145.

Artinya : Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan


kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali
kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena
Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain
Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

3. Daging Babi

Ulama sepakat, daging babi haram dikonsumsi. Demikian pula lemak

babi yang dipergunakan dalam industri makanan yang dikenal dengan istilah

shortening, serta semua zat yang berasal dari babi yang biasanya dijadikan

bahan campuran makanan (food additive). Kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi telah memungkinkan manusia memproduksi bahan campuran

makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetika dalam bentuk gelatin, lemak,

pepsin, rennin, rennet, dan lain-lain. Kebanyakan sumber gelatin adalah

hewan, dan hewan yang banyak digunakan di dunia Barat adalah babi. Gelatin
tidak hanya digunakan untuk memproduksi makanan, tetapi juga manisan,

obat-obatan dan produk-produk lainnya. Sesungguhnya Allah hanya

mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika

disembelih) disebut (nama) selain Allah.

4. Binatang Buas

Binatang buas yang memiliki gigi taring atau burung yang mempunyai

kuku mencengkeram adalah haram dimakan dagingnya, misalnya: harimau,

anjing, kera, gajah, dan kucing. Rasulullah SAW melarang memakan

(daging) setiap binatang buas yang memiliki gigi taring dan burung yang

mempunyai kuku tajam (mencengkeram). (Al-Mundziri, Mukhtashar Shahih

Muslim, 2000:356)

5. Makanan Yang Najis Atau Terkena Najis

Semua makanan yang najis atau terkena najis (mutanajjis) adalah

haram dikonsumsi. Misalnya telur yang keluar dari binatang yang haram

dimakan dagingnya, atau keluar dari hewan yang halal dimakan dagingnya

tetapi belum keras. Adapun telur yang keluar dari hewan yang halal dimakan

dagingnya dalam keadaan keras, hukumnya halal, meskipun hewan tersebut

sudah mati (Ath- Thuraiqy, Ahkam al Ath’imah, 1984:419). Demikian juga

susu yang keluar dari hewan yang haram dimakan dagingnya. Akan tetapi jika

keluar dari hewan yang halal dimakan dagingnya adalah halal.

6. Makanan Yang Membahayakan Kesehatan Manusia


Semua jenis makanan yang membahayakan kesehatan manusia, baik

berupa nabati maupun hewani, haram dikonsumsi karena salah satu tujuan

mengkonsumsi adalah untuk menjaga kesehatan. Dan belanjakanlah (harta

bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke

dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang berbuat baik. Berdasarkan ayat di atas, seseorang yang

mengidap penyakit tertentu diharamkan mengkonsumsi makanan yang dapat

menghambat penyembuhannya, apalagi jika menyebabkan semakin parahnya

penyakit yang diderita, meskipun makanan tersebut halal bagi orang sehat.

Misalnya, daging kambing. Meskipun halal dimakan bagi kebanyakan orang,

tetapi dapat berubah menjadi haram kalau dikonsumsi orang yang berpenyakit

darah tinggi. Makanan dan minuman yang mengandung kadar gula tinggi,

halal dikonsumsi kebanyakan orang, tetapi dapat berubah menjadi haram jika

dikonsumsi orang berpenyakit diabetes karena dapat memperparah

penyakitnya.

7. Makanan Yang Berpotensi Memabukkan

Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Rahman dan Rahim, Yang

melindungi kesehatan makhlukNya. Oleh karena itu, Dia mengharamkan

segala sesuiatu yang dapat mengganggu kesehatan manusia, terutama

kesehatan akal fikiran yang sangat vital bagi kehidupan mereka. Misalnya

minuman keras (khamar), yang berpotensi memabukkan dan semua yang


membius, misalnya ganja (hashisy), putauw, narkotika, dan obat-obatan

terlarang lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sesungguhnya Allah swt telah menciptakan segala jenis makanan

untuk dikonsumsi oleh umat manusia, namun hanya sebagian orang yang mau

berfikir makna perintah dan larangan Allah swt mengenai halal dan haramnya

makanan untuk dikonsumsi. Dia telah menurunkan rasul-Nya, Rasulullah saw,

yang menjelaskan kepada kita apa-apa yang tidak kita pahami.

Dia-lah Allah, yang telah memerintahkan manusia untuk memakan

makanan yang halal lagi baik dan bersyukur kepada-Nya, sebagai bukti

kecintaan kita sebagai hamba-Nya. Allah swt telah berfirman, “Maka

makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah

kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja

menyembah.” (QS An Nahl: 114).

Anda mungkin juga menyukai