Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Heuvel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De Corte (1977) menyatakan

bahwa pendidikan matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada

siswa untuk “menemukan kembali” matematika dengan berbuat matematika.

Pembelajaran matematika harus mampu memberi siswa situasi masalah yang

dapat dibayangkan atau mempunyai hubungan dengan dunia nyata. Lebih lanjut

mereka menemukan adanya kecenderungan kuat bahwa dalam memecahkan

masalah dunia nyata siswa tergantung pada pengetahuan yang dimiliki siswa

tentang dunia nyata tersebut.

Pembelajaran matematika haruslah lebih berkembang, tidak hanya terfokus

pada kebiasaan dengan strategi atau urutan penyajian sebagai berikut: diajarkan

definisi, diberikan contoh-contoh dan diberikan latihan soal. Namun hasil

perolehan nilai beberapa mata pelajaran dalam kenyataannya masih ada yang

belum memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran matematika.

Salah satu faktor penyebabnya adalah latihan soal umumnya jarang sekali

berbentuk soal cerita yang berkaitan dengan terapan matematika atau kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu sangat memungkinkan siswa telah mengalami

kesulitan dalam menerima konsep matematika, karena cenderung tidak

berasosiasi dengan pengalaman sebelumnya.

Fenomena umum dibanyak sekolah ini, terjadi pula pada SMPN I

Pageruyung. Beberapa hal yang lazim terjadi pada pembelajaran matematika di

SMPN I Pageruyung adalah (1) Teknik mengajar masih relatif monoton. Metode

guru dalam menyampaikan materi masih terbatas dengan metode ceramah,


hanya mendikte atau menuliskan catatan atau tugas siswa, demikian halnya pada

saat pembahasan soal-soal latihan. (2) Interaksi belajar mengajar antara guru

dan siswa yang ada di SMPN I Pageruyung termasuk lemah. Guru tidak ubahnya

seperti pendongeng cerita, yang akan berakhir dengan soal atau pertanyaan dan

seolah-olah tidak begitu bermakna. Hal yang menyebabkan kegiatan kosultatif

antara guru dan siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang berkategori sulit

jarang terjadi. (3) Di dalam kelas, guru jarang sekali berkeliling melihat pekerjaan

siswa dibarisan belakang, guru lebih sering berinteraksi dengan anak-anak

dibarisan depan. Bagi siswa yang ada dibarisan belakang, baru akan

mendapatkan peran apabila ada giliran untuk maju ke depan mengerjakan soal.

Padahal beberapa siswa yang ada dibelakang mungkin sekali mengalami

kesulitan belajar matematika yang apabila dibiarkan dapat melemahkan motivasi

belajar siswa. (4) Matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang

menakutkan atau bahkan membosankan. Siswa-siswa SMPN I Pageruyung

seringkali masih merasa kesulitan, ragu-ragu, agak takut, dan kuatir salah jika

menjawab pertanyaan dari guru, dan terlebih lagi siswa malu untuk bertanya. Hal

ini salah satu hal yang menyebabkan disetiap jam pelajaran matematika siswa

cenderung merasa enggan dan malas.

Keadaan ini jika dibiarkan maka nilai pelajaran matematika akan semakin

menurun dan gagal dalam memperoleh nilai ketuntasan minimal yang telah

ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus mampu

memberikan motivasi terhadap siswa melalui pengelolaan kelas yang menarik

dan melibatkan siswa dalam menemukan konsep.

Pengalaman peneliti sebagai guru matematika di SMPN I Pageruyung

sebelum melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari

persiapan RPP, media hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas.

2
Namun disisi lain peneliti sebagai guru memang masih cenderung menggunakan

metode mengajar yang monoton yaitu metode ceramah, kondisi ini ternyata

membuat siswa menjadi bosan, jemu dan tidak tertarik untuk belajar. Guru kurang

mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga banyak diantara siswa yang acuh

tak acuh terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan oleh guru bahkan

sebagian diantaranya lebih sering mengerjakan tugas lain. Dalam pembelajaran

guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah yang diduga

menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar

matematika, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang

dapat dilaksanakan baik oleh siswa maupun guru. Bentuk dari tindakan guru

dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa ini diwujudkan dengan memilih

metode diskusi dan penemuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, rumusan masalah yang dapat

disimpulkan adalah:

1. Bagaimana penggunaan metode diskusi dan penemuan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika kelas VIII SMPN I

Pageruyung Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal ?

2. Bagaimanakah aktivitas siswa dengan penggunaan metode diskusi dan

penemuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses

pembelajaran matematika kelas VIII SMPN I Pageruyung Kecamatan

Pageruyung Kabupaten Kendal ?

3
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan penggunaan metode diskusi dan penemuan yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika

kelas VIII SMPN I Pageruyung Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal

2. Menjelaskan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui penggunaan metode

diskusi dan penemuan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

proses pembelajaran matematika kelas VIII SMPN I Pageruyung Kecamatan

Pageruyung Kabupaten Kendal

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

a. Bagi Guru

Dapat memilih metode dan alat bantu pembelajaran yang sesuai.

b. Bagi Siswa

1) Dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa bergairah belajar

sehingga hasil belajar meningkat.

2) Membangkitkan minat siswa untuk mempelajari matematika.

c. Bagi lembaga (SD)

Memberikan masukan terhadap pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas

dan hasil belajar siswa.

d. Sebagai sarana pemberdayaan untuk meningkatkan kerjasama dan

kreatifitas guru dan siswa.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar menurut Nana Sudjana (1988; 28), adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut

Slamento (1995; 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Pasaribu (1983;59) belajar diartikan sebagai suatu

proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut

tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan

sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan oleh obat-obatan.

Perubahan kegiatan yang dimaksud mencangkup pengetahuan, kecakapan,

tingkah laku. Perubahan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan

perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau

karena keadaan sementara seperti mabuk.

Belajar menurut Engkoswara (1988; 2) adalah suatu proses perubahan

tingkah laku, yaitu dalam bentuk prestasi yang telah direncanakan terlebih

dahulu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu pola

penguasaan terhadap suatu pengetahuan .

1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai

prosedur. Prinsip dari belajar adalah terjadinya perubahan terhadap diri

seseorang. Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor


kondisional yang ada, diantaranya adalah: seperti yang dikemukakan oleh

A. Tabrani ( 1992; 23-24 ) yaitu :

a) Peserta didik yang belajar harus melakukan banyak kegiatan.

b) Belajar memerlukan latihan dengan Relearning, Recall, dan Review,

agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai, dan yang belum

dikuasai akan menjadi milik peserta didik.

c) Belajar akan lebih berhasil jika peserta didik merasa berhasil dan

mendapat kepuasan.

d) Peserta didik yang belajar mengetahui apakah ia gagal atau berhasil

dalam belajar.

e) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua

pengalaman belajar, antara yang lama dan yang baru secara berurutan

diasosiasikan .

f) Pengalaman masa lampau dan pengertian yang dimiliki siswa besar

peranannya dalam proses belajar.

g) Kesiapan belajar. Maksudnya peserta didik yang telah siap belajar akan

dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar lebih mudah dan lebih

berhasil.

h) Minat dan Usaha. Maksudnya adalah dengan minat dan usaha yang

baik akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.

i) Fisiologis. Kondisi badan peserta didik sangat mempengaruhi proses

belajar mengajar .

6
B. Pengertian Hasil Belajar

Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar.

Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah

salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan

keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk

menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar

penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses

pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam

kurikulum yang berlaku.

b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan

yang telah dipelajari.

c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-

aspek tingkat belajar yang diharapkan.

d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses

belajar mengajar.

A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu

proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi

melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan , terutama

bila diinginkan hasil yang lebih baik .

C. Tipe Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai

dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan

7
psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak

terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-

54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek

pengajaran adalah sebagai berikut :

Tipe hasil belajar bidang kognitif

Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :

a. Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang

sifatnya faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar

lainnya.

b. Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap

makna atau arti dari suatu konsep

c. Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan

mengabtraksikan suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi yang

baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus

tertentu.

d. Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu

intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang

mempunyai arti .

e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian

menjadi satu integritas.

f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang

nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang

dipakainya.

Tipe hasil belajar afektif

8
Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang

diperhatikanoleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini

didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap

seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai

bidang kognitif tingkat tinggi.

Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar

dari yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :

a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam

menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam

bentuk masalah situasi dan gejala.

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan

seseorang terhadap stimulus dari luar .

c. Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap stimulus.

d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system

organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya

dan kemantapan prioritas yang dimilikinya .

e. Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari

semua nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah lakunya

Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan,

kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :

a. Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.

b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

9
c. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan

visual , adaptif, motorik, dan lain-lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan

keharmonisan dan ketetapan.

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana

sampai pada ketrampilan yang kompleks .

f. Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive

seperti gerakan ekspresif, interpretatif.

D. Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu “sub-system” dalam “sistem pembelajaran”,

yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara yang dianggap efisien

yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu

kepada siswa-siswa agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam

proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Setiap mata

pelajaran mempunyai metode tertentu sesuai dengan kekhususan mata pelajaran

tersebut. Oleh sebab itu guru hendaknya dapat menentukan metode apa yang

paling efisien bagi mata pelajarannya sehingga tujuan pengajaran tercapai secara

maksimal dan efektif. Metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang

digunakan dalam mengajar. Penggunaan sebuah metode mengajar harus tepat,

efisien dan efektif, sehingga siswa dapat menerima, memahami, menguasai, dan

mengembangkan bahan pelajaran.

E. Pengertian Belajar Matematika

Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika seperti yang

dikemukakan oleh Herman Hudoyo (1990:25-27) :

10
a. Robert Gane berpendapat bahwa belajar matematika harus didasarkan

kepada pandangan bahwa tahap belajar yang lebih tinggi berdasarkan atas

tahap belajar yang lebih rendah.

b. J. Bruner berpendapat bahwa belajar matematika ialah belajar tentang

konsep-konsep dan struktur matematikanyang terdapat dalam materi yang

dipelajari serta mencari hubungan antara konsep - konsep dan struktur-

struktur matematika.

c. Z.P Dienes berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat

dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada siswa

dalam bentuk konkrit.

d. Sedangkan menurut Aussebel, bahan pelajaran yang dipelajari harus

bermakna, artinya bahan pelajaran itu cocok dengan kemampuan siswa harus

sesuai dengan struktur koginitif yang dimiliki siswa. Denga kata lain pelajaran

baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada sedemikian

sehingga konsep-konsep yang sudah aaa sedemikian sehingga konsep-

konsep itu benar-benar terserap.

Sementara itu Sri Wardani (2003:3-4) mengemukakan pendapat

beberapa pakar seperti berikut :

a. Kolb (1949) mendefinisikan belajar matematika sebagai proses memperoleh

pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui

transformasi pengalaman individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya

menekankan bahwa dalam belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-

luasnya mengkontruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus

didorong untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga

dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya.

11
b. Heuvel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De Corte (1977) menyatakan bahwa

pendidikan matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa

untuk “menemukan kembali” matematika dengan berbuat matematika.

Pembelajaran matematika harus mampu mmeberi siswa situasi masalah yang

dapat dibanyangkan atau mempunyai hubungan dengan dunia nyata. Lebih

lanjut mereka menemukan adanya kecenderungan kuat bahwa dalam

memecahkan masalah dunia nyata siswa tergantung pada pengetahuan pada

pengetahuan yang dimiliki siswa tentang dunia nyata tersebut.

c. Goldin (1992) menyatakan bahwa matematika ditemukan dan dibangun oleh

manusia sehingga dalam pembelajaran matematika harus lebih dibangun oleh

siswa daripada ditanamkan oleh guru. Pembelajaran matematikan menjadi

lebh aktif bila guru membantu siswa menemukan dan memecahkan masalah

dengan menerapkan pembelajaran bermakna.

d. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika

adalah belajar tentang rangkaian-rangkaian pengertian (kosnep) dan

rangkaian pertanyaan-pertanyaan (sifat, teorema, dalili, prinsip). Untuk

mengungkapkan tentang pengertian dan pernyataan diciptakan lambang-

lambang, nama-nama, istilah dan perjanjian-perjanjian (fakta). Konsep yaitu

pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang dapat membedakan suatu

obyek dengan yang lain.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN I Pageruyung, Kecamatan Pageruyung,

Kabupaten Kendal, dari kota kecamatan berjarak kurang lebih 4 km. Adapun

subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN I Pageruyung, sebanyak 38

siswa. Pelaksanaan penelitian ini melibatkan 1 orang rekan guru sebagai

pengamat terhadap aktivitas dan kegiatan pengelolaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru.

B. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011

1) Persiapan pada minggu I bulan Februari 2011

2) Pelaksanaan tindakan I pada bulan Februari minggu II yaitu tanggal 12,14,16

3) Pelaksanaan tindakan II pada bulan Februari minggu II yaitu tanggal 19, 21,

23

4) Penyusunan data pada tanggal 22 sampai dengan 26 Februari 2011

5) Pelaporan pada tanggal 7 Maret 2011

C. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya

realistik dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun hasil penelitian dapat

diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang sama dengan peneliti.

Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom Action Research (CAR)

19
atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK Depdiknas (2001:5) disebutkan penelitian

bersiklus, tiap siklus terdiri dari:

a) Persiapan/perencanaan (Planning)

b) Tindakan/pelaksanaan (Acting)

c) Observasi (Observing)

d) Refleksi (Reflecting)

a. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 siklus yaitu :

1) Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan bahan pembelajaran

2. Menyusun silabus dan RPP tentang sistem persamaan linear dua

variabel

3. Menyiapkan alat bantu pembelajaran

4. Menyiapkan lembar tes sistem persamaan linear dua variabel

5. Menyiapkan lembar observasi

b. Tindakan / pelaksanaan (Acting)

Dalam tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah

tertuang dalam rencana pembelajaran dengan modifikasi

pelaksanaan sesuai dengan situasi yang terjadi :

20
1. Tindakan Siklus 1

Pertemuan 1, 2 dan 3 tentang persamaan linear 2 variabel (PLDV)

dan sistem persamaan linear 2 variabel (SPLDV)

Materi Pembelajaran :

1. Persamaan PLDV dan SPLDV

(konsep)

2. Bentuk soal-soal latihan PLDV

dan SPLDV

3. Cara penyelesaian soal-soal

latihan PLDV dan SPLDV dengan teknik eliminasi dan

substitusi

Langkah-langkah tindakan:

Pertemuan dan Langkah tindakan Tujuan


Materi
1. √ guru memotivasi √ menghi
Persamaan PLDV dan siswa untuk antuasias dalam dupkan suasana
SPLDV (konsep) mengikuti materi PLDV dan pembelajaran
SPLDV dengan cara guru √ mengga
mengajukan pertanyaan li pengetahuan
pada siswa siswa
√ guru membagi √ member
siswa dalam beberapa ikan peluang
kelompok kerjasama kepada
siswa
√ guru memberikan √ mengua
tugas kepada masing-masing tkan penguasaan
siswa untuk menunjukkan konsep siswa
persamaan dan perbedaan
PLDV dan SPLDV
√ bersama siswa
guru memulai diskusi kelas
√ guru menunjuk
salah seorang siswa untuk
mempresentasikan hasil
pekerjaan kelompoknya
√ guru dan siswa
bersama-sama
menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah

21
dilakukan
2. √ guru menunjukkan √ pengen
Bentuk soal-soal kepada siswa bentuk-bentuk alan bentuk soal
latihan PLDV dan soal PLDV dan SPLDV PLDV dan SPLDV
SPLDV √ guru menunjukkan √ memba
kepada siswa yang bukan ntu siswa dalam
merupakan bentuk-bentuk menganalisa soal
soal PLDV dan SPLDV
√ guru menunjuk √ menum
salah seorang siswa untuk buhkan
memberikan contoh seperti kemampuan dan
yang telah ditunjukkan guru keberanian siswa
kepadanya
√ guru membagikan √ menum
tugas kepada masing-masing buhkan kerjasama
kelompok diantara siswa
√ melatih
√ bersama siswa kemampuan
guru memulai diskusi kelas komunikasi siswa
√ guru menunjuk √ menum
salah seorang siswa untuk buhkan
mempresentasikan hasil keberanian siswa
pekerjaan kelompoknya dalam
menyatakan
√ guru dan siswa pendapat
bersama-sama
menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah
dilakukan
3. √ guru menunjukkan √ pengen
Teknik penyelesaian kepada siswa bentuk-bentuk alan bentuk –
soal-soal latihan teknik penyelesaian soal bentuk teknik
PLDV dan SPLDV PLDV dan SPLDV penyelesaian soal
√ guru menunjukkan kepada siswa
kepada siswa beberapa
tahapan teknik penyelesaian √ membel
bentuk soal PLDV dan ajarkan teknik
SPLDV, kemudian siswa penyelesaian soal
diminta membandingkan
mana yang menurutnya lebih
mudah √ menguji
√ guru menunjuk kemampuan dan
salah seorang siswa untuk pemahaman
mengerjakan contoh soal siswa
yang telah ditunjukkan guru
kepadanya di depan kelas
√ guru membagikan √ menum
tugas kepada masing-masing buhkan kerjasama
kelompok diantara siswa
√ melatih
√ bersama siswa kemampuan

22
guru memulai diskusi kelas komunikasi siswa
√ guru menunjuk √ menum
salah seorang siswa untuk buhkan
mempresentasikan hasil keberanian siswa
pekerjaan kelompoknya dalam
menyatakan
√ guru dan siswa pendapat
bersama-sama
menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah
dilakukan

Beberapa hal yang diharapkan dalam siklus ini adalah:

1. Siswa mengalami peningkatan minat

belajar dan aktivitas di kelas selama guru melakukan kegiatan

pembelajaran

2. Terdapat peningkatan pemahaman

konsep tentang PLDV dan SPLDV dengan baik, agar nantinya

memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan

oleh guru

3. Terjalin komunikasi dan kerjasama

yang baik antara siswa dalam kelas

4. Siswa memiliki keberanian dalam

menyampaikan gagasan dan mampu berinisiatif

c. Observasi (Observing)

Dalam tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama

kegiatan berlangsung, juga teman guru yang diminta bantuan untuk

ikut mengamati selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung

dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar

observasi aktifitas guru.

23
d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan tahap menganalisa hasil catatan selama

kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar

observasi keaktifan siswa, lembar observasi aktivitas guru dan hasil

tes siswa. Dalam refleksi melibatkan guru peneliti, siswa, dan teman

sejawat yang membantu mengamati selama kegiatan pembelajaran.

Refleksi dilakukan dengan mendiskusikan kekurangan - kekurangan

yang dilakukan oleh guru selama kegiatan pembelajaran di kelas

serta masalah - masalah yang muncul pada saat itu. Hasil refleksi ini

digunakan untuk melakukan perbaikan perencanaan pada siklus

berikutnya.

2) Siklus II

a. Persiapan/ perencanaan (Planning)

Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti melakukan

perbaikan-perbaikan terkait dengan temuan-temuan pada siklus I

yang menyangkut hal-hal sebagai berikut :

1. Bahan ajar

2. Alat peraga

3. RPP

4. Soal tes

5. Lembar observasi

b. Tindakan/ pelaksanaan (Acting)

Pertemuan 1, 2 dan 3 tentang persamaan linear 2 variabel (PLDV)

dan sistem persamaan linear 2 variabel (SPLDV)

24
Materi Pembelajaran :

1. Teknik substitusi persamaan PLDV dan SPLDV (konsep)

2. Teknik eliminasi PLDV dan SPLDV

3. Teknik grafik soal-soal latihan PLDV dan SPLDV

Langkah-langkah tindakan:

PERTEMUAN DAN
LANGKAH TINDAKAN TUJUAN
MATERI
1. Teknik substitusi √ guru menunjukkan √ menghi
persamaan PLDV kepada siswa bentuk-bentuk dupkan suasana
dan SPLDV teknik penyelesaian soal pembelajaran
(konsep) PLDV dan SPLDV √ mengga
√ guru menunjukkan li pengetahuan
kepada siswa yang tahapan siswa
teknik penyelesaian metode √ member
substitusi pada bentuk- ikan peluang
bentuk soal PLDV dan kerjasama kepada
SPLDV, kemudian siswa siswa
diminta membandingkan √ mengua
mana yang menurutnya lebih tkan penguasaan
mudah konsep siswa
√ guru menunjuk
salah seorang siswa untuk
mengerjakan contoh soal
yang telah ditunjukkan guru
kepadanya didepan kelas
√ guru membagikan
tugas kepada masing-masing
kelompok
√ bersama siswa
guru memulai diskusi kelas
√ guru menunjuk
salah seorang siswa untuk
mempresentasikan hasil
pekerjaan kelompoknya
√ guru dan siswa
bersama-sama
menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah
dilakukan
2. Teknik eliminasi √ guru menunjukkan √ pengen

25
PERTEMUAN DAN
LANGKAH TINDAKAN TUJUAN
MATERI
PLDV dan SPLDV kepada guru menunjukkan alan bentuk soal
kepada siswa bentuk-bentuk PLDV dan PSDV
teknik penyelesaian soal √ memba
PLDV dan SPLDV ntu siswa dalam
√ guru menunjukkan menganalisa soal
kepada siswa yang tahapan
teknik penyelesaian metode √ menum
eliminasi pada bentuk-bentuk buhkan
soal PLDV dan SPLDV, kemampuan dan
kemudian siswa diminta keberanian siswa
membandingkan mana yang
menurutnya lebih mudah √ menum
√ guru menunjuk bukan kerjasama
salah seorang siswa untuk diantara siswa
mengerjakan contoh soal √ melatih
yang telah ditunjukkan guru kemampuan
kepadanya didepan kelas komunikasi siswa
√ guru membagikan √ menum
tugas kepada masing-masing buhkan
kelompok keberanian siswa
√ bersama siswa dalam
guru memulai diskusi kelas menyatakan
√ guru menunjuk pendapat
salah seorang siswa untuk
mempresentasikan hasil
pekerjaan kelompoknya
√ guru dan siswa
bersama-sama
menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah
dilakukan
3. Teknik grafik √ guru menunjukkan √ pengen
soal-soal latihan kepada siswa bentuk-bentuk alan bentuk
PLDV dan SPLDV teknik penyelesaian soal penyelesaian soal
PLDV dan PSDV kepada siswa
√ guru menunjukkan
kepada siswa yang tahapan √ membel
teknik penyelesaian metode ajarkan teknik
grafik pada bentuk-bentuk penyelesaian soal
soal PLDV dan SPLDV,
kemudian siswa diminta
membandingkan mana yang
menurutnya lebih mudah
√ guru menunjuk √ menguji
salah seorang siswa untuk kemampuan dan
mengerjakan contoh soal pemahaman
yang telah ditunjukkan guru siswa
kepadanya didepan kelas
√ guru membagikan

26
PERTEMUAN DAN
LANGKAH TINDAKAN TUJUAN
MATERI
tugas kepada masing-masing √ menum
kelompok bukan kerjasama
√ bersama siswa diantara siswa
guru memulai diskusi kelas √ melatih
√ guru menunjuk kemampuan
salah seorang siswa untuk komunikasi siswa
mempresentasikan hasil √ menum
pekerjaan kelompoknya buhkan
√ guru dan siswa keberanian siswa
bersama-sama dalam
menyimpulkan hasil menyatakan
pembelajaran yang telah pendapat
dilakukan

Harapan yang dimungkinkan muncul dalam siklus II ini adalah bahwa :

1. Siswa mampu menyelesaikan soal PLDV dan SPLDV dengan

menggunakan metode substitusi, eleminasi dan grafik

2. Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dapat

meningkat dengan baik

3. Inisiatif siswa dalam menyelesaikan soal dengan metode yang

menurutnya mudah semakin meningkat

c. Observasi (Observing)

Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama

kegiatan berlangsung, peneliti juga meminta bantuan teman guru

untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan lembar observasi aktifitas guru dan lembar keaktifan

siswa.

d. Refleksi (Reflecting)

27
Dari hasil pengamatan pada siklus kedua dapat digunakan untuk

melakukan refleksi apakah hasil ulangan siswa sudah memenuhi

ketuntasan secara klasikal maupun individual.

D. Perangkat penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas digunakan beberapa perangkat

penelitian sebagai berikut :

a. Rencana Pembelajaran

Skenario pembelajaran dengan pokok bahasan perpangkatan dan akar

yang berisi tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran di dalam kelas,

tentang bagaimana menerapakan metode variasi sehingga mampu

meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran

b. Media Pembelajaran

Alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh peneliti, dalam rangka

mempermudah proses pembelajaran dengan metode variasi

E. Instrumen Penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan beberapa

analisa, antara lain :

1. Lembar observasi

Lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada

lampiran.

2. Soal tes

28
Berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes

dikerjakan secara invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan

gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, tes

diadakan setiap akhir siklus. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua dapat

ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan.

Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui

hasil ketuntasan klasikal maupun individual.

3. Angket/ Kuisioner

Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus.

Tujuannya untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan

atau kendala yang ada serta saran siswa terhadap proses pembelajaran.

Contoh angket dapat dilihat dalam lampiran.

F. Teknik Analisis Data

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas teknik analisis terhadap data

yang telah dikumpulkan sebagai berikut :

1. Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

selanjutnya diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori;

Baik apabila tercatat ≥ 10 tally

Sedang apabila tercatat ≥ 6 tally

Rendah apabila tercatat ≤ 6 tally

Indikator observasi ini meliputi; memperhatikan penjelasan guru, mengajukan

pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan soal ke papan tulis,

29
dan menyelesaikan tugas mandiri. (Lebih lanjut dapat dilihat dalam lampiran

form pengamatan)

2. Data Hasil Tes Belajar Siswa

Data hasil tes adalah data yang diperoleh oleh peneliti setelah melakukan tes

formatif terhadap siswa setelah pembelajaran. Tes belajar siswa dilakukan

selama 2 (dua) kali, pada setiap siklus yang dilakukan. Dari hasil tes pada

siklus satu dan dua nantinya akan dibandingkan sehingga dapat ditarik

kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang

diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil

ketuntasan klasikal maupun individual. Ketuntasan individiual ditentukan

dengan ketentuan:

Adapun rumusan yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah

sebagai berikut :

a). Ketuntasan secara individu


Rumus persentase
Jumlah skor yang diperoleh
x 100 %
Jumlah skor maksimal

b) Ketuntasan secara klasikal


Rumus persentase ketuntasan :
Jumlah siswa yang tuntas
X 100 %
Jumlah seluruh siswa

Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase

ketuntasan minimal mencapai 65 %, sedangkan untuk tingkat klasikal

minimal mencapai 85 % (Depdikbud, 1994, dalam Kustantini:10)

3. Angket/ Kuisioner

30
Data yang diperoleh melalui angket siswa dianalisis dengan menggunakan

jumlah responden yang telah menjawab setiap pertanyaan angket. Kategori

jawaban terbagi menjadi 3 (tiga) macam: ya, tidak dan cukup.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus, dimana tiap siklusnya

terdiri dari satu tindakan yang diwujudkan dalam satu kali pertemuan

pembelajaran yang lamanya 2 x 40 menit. Jadi pada penelitian tindakan kelas ini

diadakan proses pembelajaran sebanyak tiga pertemuan.

1. Pelaksanaan Siklus 1

1) Perencanan ( planning )

Kegiatan yang dilakukan pada siklus I adalah :

a. Membuat rencana pembelajaran atau skenario metode variasi, sesuai

materi yang diajarkan

b. Membuat instrumen penelitian

c. Membuat silabus
31
d. Membuat lembar kerja sesuai materi

Pertemuan I : Persamaan PLDV dan SPLDV (konsep)

Guru memotivasi siswa untuk antuasias dalam mengikuti materi PSDV dan

PLDV. Kepada beberapa siswa guru mengajukan pertanyaan siswa

seputar PLDV dan PSDV. Dari pertanyaan-pertanyaan ini guru ingin

mengetahui sejauhmana kemampuan siswa awal sebelum melaksanakan

pembelajaran. guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, guru

memberikan tugas kepada masing-masing siswa untuk menunjukkan

persamaan dan perbedaan PLDV dan PSDV. Pada saat 15 setelah itu

dilakukan kegiatan bersama siswa guru memulai diskusi kelas. Dalam hal

ini guru menunjuk salah seorang siswa untuk mempresentasikan hasil

pekerjaan kelompoknya. Dan pada sesi akhir guru dan siswa bersama-

sama menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan

Pertemuan II : Bentuk-bentuk soal-soal latihan PLDV dan SPLDV

Pembelajaran dimulai dengan guru menunjukkan kepada siswa bentuk-

bentuk soal PLDV dan PSDV dengan menggunakan media pembelajaran

yang ada. Guru menunjukkan kepada siswa yang mana persamaan PLDV

dan yang mana yang bukan merupakan bentuk-bentuk soal PLDV dan

PSDV. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk memberikan contoh

seperti yang telah ditunjukkan guru kepadanya. Guru membagikan tugas

kepada masing-masing kelompok, dan dilanjutkan pada 15 menit

kemudian bersama siswa guru memulai diskusi kelas. Dan seperti halnya

pertemuan kemarin guru menunjuk salah seorang siswa untuk

mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Guru dan siswa

bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan

32
Pertemuan III : Teknik penyelesaian soal-soal latihan PLDV dan

SPLDV

Guru menunjukkan kepada siswa bentuk-bentuk teknik penyelesaian soal

PLDV dan PSDV. Guru menunjukkan kepada siswa yang tahapan teknik

penyelesaian bentuk-bentuk soal PLDV dan PSDV, kemudian siswa

diminta membandingkan mana yang menurutnya lebih mudah, guru

menunjuk salah seorang siswa untuk mengerjakan contoh soal yang telah

ditunjukkan guru kepadanya didepan kelas, guru membagikan tugas

kepada masing-masing kelompok. Bersama siswa guru memulai diskusi

kelas dan guru menunjuk salah seorang siswa untuk mempresentasikan

hasil pekerjaan kelompoknya

Terakhir, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran

yang telah dilakukan

Beberapa hal yang dapat dicatat dalam siklus 1 adalah sebagai berikut:

a. Temuan positif

a) Melalui penggunaan metode variasi ini siswa terlihat lebih

bergairah dalam belajar

b) Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski

masih ada siswa yang masih kurang karena hanya beberapa orang

saja

c) Motivasi siswa dalam memahami konsep meningkat hal ini terlihat

dengan adanya beberapa siswa bertanya terkait dengan simulasi

yang dilakukan oleh siswa-siswa yang lain

b. Temuan negatif

33
a) Sebagian siswa masih ada yang belum bisa menjelaskan kepada

teman-temannya dalam menyampaikan pengalamannya

b) Kualitas tanya jawab yang dihasilkan dari hasil diskusi belum maksimal.

2. Pelaksanaan Siklus 2

1) Perencanan ( planning )

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah :

a. Membuat rencana pembelajaran atau skenario metode variasi, sesuai

materi yang diajarkan

b. Membuat instrumen penelitian

c. Membuat RPP

d. Membuat lembar kerja sesuai materi

Pertemuan I : teknik substitusi persamaan PLDV dan SPLDV (konsep)

Guru menunjukkan kepada siswa bentuk-bentuk teknik penyelesaian soal

PLDV dan PSDV. Guru menunjukkan kepada siswa yang tahapan teknik

penyelesaian metode substitusi pada bentuk-bentuk soal PLDV dan PSDV,

kemudian siswa diminta membandingkan mana yang menurutnya lebih

mudah. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk mengerjakan contoh

soal yang. telah ditunjukkan guru kepadanya didepan kelas. Guru

membagikan tugas kepada masing-masing kelompok. Bersama siswa guru

memulai diskusi kelas. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk

mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Guru dan siswa

bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan

Pertemuan II : Teknik eliminasi PLDV dan SPLDV

Guru menunjukkan kepada guru menunjukkan kepada siswa bentuk-

bentuk teknik penyelesaian soal PLDV dan PSDV. Guru menunjukkan

34
kepada siswa yang tahapan teknik penyelesaian metode eliminasi pada

bentuk-bentuk soal PLDV dan PSDV, kemudian siswa diminta

membandingkan mana yang menurutnya lebih mudah. Guru menunjuk

salah seorang siswa untuk mengerjakan contoh soal yang telah

ditunjukkan guru kepadanya didepan kelas. Guru membagikan tugas

kepada masing-masing kelompok, bersama siswa guru memulai diskusi

kelas. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk mempresentasikan hasil

pekerjaan kelompoknya, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan

hasil pembelajaran yang telah dilakukan

Pertemuan III : Teknik grafik soal-soal latihan PLDV dan SPLDV

Guru menunjukkan kepada siswa bentuk-bentuk teknik penyelesaian soal

PLDV dan PSDV. Guru menunjukkan kepada siswa yang tahapan teknik

penyelesaian metode grafik pada bentuk-bentuk soal PLDV dan PSDV,

kemudian siswa diminta membandingkan mana yang menurutnya lebih

mudah

guru menunjuk salah seorang siswa untuk mengerjakan contoh soal yang

telah ditunjukkan guru kepadanya didepan kelas. Guru membagikan tugas

kepada masing-masing kelompok bersama siswa guru memulai diskusi

kelas. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk mempresentasikan hasil

pekerjaan kelompoknya. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan

hasil pembelajaran yang telah dilakukan

Beberapa hal yang dapat dicatat dalam siklus 2 adalah sebagai berikut:

1. Temuan positif

a) Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski

peran siswa masih kurang karena hanya beberapa orang saja

35
b) Jumlah siswa yang aktif meningkat hal ini terlihat dengan adanya

bertambahnya siswa yang bertanya

c) Inisiatif siswa dalam menemukan metode penyelesaian soal

semakin kreatif

d) Kemandirian siswa dalam menyelesaikan soal meningkat sebaab

dalam menyelesaikan soal siswa jarang bertanya kepada guru

namun kepada rekan lain dalam kelompoknya

C. Deskripsi Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar dari siklus I, II dan III

menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Dan secara terperinci ditunjukkan

dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1
Hasil Observasi Keaktifan Siswa

No. Tingkat Keaktifan Siklus I Siklus II


1. Rendah 4 -
2. Sedang 20 15
3. Tinggi 8 17
Jumlah 32 32

D. Deskripsi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepad siswa diperoleh kesimpulan

bahwa metode variasi terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

terhadap pembelajaran matematika. Berikut disajikan lengkap pad tabel dibawah

ini:

Tabel 2. Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

36
KRITERIA
NO. PERTANYAAN
Y T
1. Apakah kamu suka pelajaran matematika ? 18 2
2. Apakah kamu selalu bertanya jika ada materi yang
tidak kamu pahami ? 14 6
3. Apakah kamu selalu menjawab pertanyaan guru ? 12 8
4. Apakah kamu selalu membantu temanmu, jika
temanmu tidak bisa menjawab pertanyaan guru ? 14 6
5. Apakah kamu menyukai bekerja dalam kelompok ? 15 5
6. Apakah kamu berperan dalam diskusi kelompok ? 15 5
7. Apakah kamu menyukai jika guru membimbing
kerja kelompok ? 16 4
8. Apakah kamu memahami materi yang diajarkan
metode yang disampaikan guru ? 18 2
9. Apakah kamu senang dengan metode guru ini ? 18 2
10. Apakah kamu selalu menulis rangkuman ? 14 6

E. Deskripsi Hasil Belajar Siswa

Dalam segi hasil belajar, berdasarkan hasil tes belajar yang dilakukan oleh siswa

maka diperoleh kesimpulan bahwa metode variasi terbukti dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika. Hasil belajar sikap

ditunjukkan dengan dikuasainya sikap-sikap ilmiah oleh siswa dalam

mengerjakan soal-soal dikerjakan dengan langkah-langkah yang tepat dan benar.

Berdasarkan hasil rata-rata belajar matematika pada siklus I, II, dan III yang

selalu mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa penggunaan variasi metode

ceramah, tanya jawab dan diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar.

1. Data Hasil Tes Pada Siklus I


Terlihat pada data siklus I dalam mengikuti pembelajaran siswa masih pasif,

masih banyak siswa kelas II yang mendapat nilai yang kurang memuaskan

yaitu dengan rata-rata kelas 5,875dengan jumlah siswa yang tuntas secara

individual 13 orang.

37
2. Data Hasil Tes Pada Siklus II

Dalam pelaksanaannya pada siklus II, guru melalui metode variasi ternyata

mampu meningkatkan kembali perolehan hasil belajar siswa. Dalam

pembelajran siklus II ini guru terbukti mampu melalui metode variasi

meningkatkan motivasi dan kualitas diskusi yang dilakukan oleh siswa. Data

menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II mulai ada peningkatan, hal

ini ditandai dengan aktifnya murid bertanya sehingga ada interaksi antara guru

dan murid sehingga nilai rata-ratanya menjadi 6,90.

38
B. Pembahasan Hasil Temuan

1. Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan tes yang dilaksanakan dapat diketahui hasilnya, yaitu :

1. Siklus pertama nilai rata-rata kelas 5,875

2. Siklus kedua nilai rata-rata kelas 6,90

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada siklus pertama persiapan

partisipasi siswa untuk mengikuti pelajaran matematika sangat rendah, hal ini

berpengaruh pada tingkat pemahaman dan penguasaan materi, sehingga

mengakibatkan siswa sulit menjawab soal tes formatif yang disajikan guru.

Nilai pada siklus I kurang memuaskan dengan rata-rata kelas 5,875.

Pada siklus kedua dan ketiga terjadi peningkatan dalam pembelajaran. Siswa

lebih siap dan aktif mengikuti pembelajaran, sehingga materi yang diberikan

guru lebih menarik sehingga lebih cepat diserap murid. Nilai tes akhir siswa

meningkat, yaitu pada siklus kedua 6,90. Dengan melihat nilai rata-rata kelas

tersebut menunjukkan bahwa variasi metode ceramah, tanya jawab, dan

diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar. Siswa mudah memahami dan

mengingat materi yang disampaikan karena menarik dalam penyajiannya.

2. Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran

matematika

Pada siklus I aktivitas siswa masih belum nampak, baru pada siklus II

siswa mulai menunjukkan aktivitasnya yaitu sering ada interaksi antar siswa

dengan peneliti. Dan pada siklus III, siswa tampak antusias dalam proses

39
belajar mengajar karena penggunaan metode variasi yang dikemas dengan

menarik.

3. Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran

matematika

Pada siklus I aktivitas siswa masih belum nampak, baru pada siklus II siswa

mulai menunjukkan aktivitasnya yaitu sering ada interaksi antar siswa dengan

peneliti. Dan pada siklus III, siswa tampak antusias dalam proses belajar

mengajar karena penggunaan metode variasi yang dikemas dengan menarik.

4. Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil rata-rata belajar matematika sebagai produk pada siklus I

dengan rata-rata kelas 5,875 ni disebabkan siswa kurang termotivasi

belajarnya. Pada siklus II rata-rata hasil belajarnya ada peningkatan yaitu

6,90Kenaikan ini karena adanya tanya jawab dan media chart

Tabel 6
Data Nilai Rata-rata Kelas
No. Siklus Nilai rata-rata kelas tes formatif
1. Siklus I 5,875
2. Siklus II 6,90

40
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa

kesimpulan antara lain:

1. Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran matematika melalui metode inovasi dari

siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan secara bertahap.

2. Respon siswa melalui pelaksanaan metode variasi dalam pembelajaran

matematika terbukti positif.

3. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika melalui metode inovasi

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I dengan rata-rata

kelas 5,875meningkat pada siklus II menjadi 6,9

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa hal yang perlu disampaikan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai masukan dalam proses belajar

mengajar:

1. Bagi Siswa

Siswa hendaknya berusaha lebih giat belajar baik secara berkelompok,

sendiri-sendiri maupun bertanya pada guru sehingga tidak mengalami

kesulitan dalam mempelajari matematika.

2. Bagi Guru

Dalam melaksanakan pembelajaran guru hendaknya lebih aktif dan kreatif

dalam memilih metode serta media pembelajaran agar siswa siswa dapat

termotivasi dalam belajar.

41
3. Bagi Sekolah

Jika pembelajaran ingin tercapai, sekolah hendaknya berusaha memenuhi

kebutuhan media yang dibutuhkan semua guru dalam proses belajar

mengajar.

42
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1993. GBBP SD 1994. Jakarta : Depdikbud.

Eman Suherman dan Udin S. Winatapura. 1993. Materi Pokok Strategi Mengajar. Jakarta :
Depdikbud.

Holstein. 1986. Murid Belajar Mandiri. Bandung : Remadja Karya.

IG.A.K. Wardani, Kuswaya W, Noehi Nasoetion. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Sudiyono, Triyo Supriyatno, Padil. 2000. Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan


Tinggi. Malang : UIN Malang.

Syaodih, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda.

Sunardi. 2006. Mengakrabkan MATEMATIKA Pada Anak. Yogyakarta : Kedaulatan rakyat.

Wagiman, Setiyandoko, dkk. 2005. Belajar dan Bermain MATEMATIKA untuk SD/MI Kelas
5. Malang : Universitas Negeri Malang.
Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA

Siklus I Siklus II Siklus III


No. Kegiatan Siswa
Tally Jumlah Tally Jumlah Tally Jumlah
1. Memperhatikan

penjelasan guru.

2. Mengajukan

3. pertanyaan.

4. Menjawab pertanyaan

guru.

5. Mengerjakan soal ke

papan tulis.

Menyelesaikan tugas

mandiri

44
Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER SISWA

Berilah tanda ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawabanmu !

Kriteria
No Pertanyaan
1 2 3
1. Apakah kamu suka pelajaran MATEMATIKA ?
2. Apakah kamu selalu bertanya jika ada materi
yang tidak kamu pahami ?
3. Apakah kamu selalu menjawab pertanyaan
guru ?
4. Apakah kamu selalu membantu temanmu, jika
temanmu tidak bisa menjawab pertanyaan
guru ?
5. Apakah kamu menyukai bekerja dalam
kelompok ?
6. Apakah kamu berperan dalam diskusi
kelompok ?
7. Apakah kamu menyukai jika guru
membimbing kerja kelompok ?
8. Apakah kamu memahami materi yang
diajarkan metode yang disampaikan guru ?
9. Apakah kamu senang dengan metode guru
ini?
10. Apakah kamu selalu menulis rangkuman ?

Catatan :
1 = Ya
2 = Cukup/sedang/kadang-kadang
3 = Tidak

45

Anda mungkin juga menyukai