Anda di halaman 1dari 18

Bab I

Pendahukan

1.1 Latar Belakang


Lahir- 2 tahun Periode sensorimotor, anak memanipulasi objek dilingkungannya dan mulai
membentuk konsep Fase Fonologis, anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa mulai
mengoceh sampai menyebutkan kata-kata sederhana. 2-7 tahun Periode Praoperasional, anak
memahami pikiran simbolik, tetapi belum dapat berpikir logis Fase Sintaktis, anak
menunjukkan kesadarn gramatis; berbicara menggunakan kalimah 7-11 tahun Periode
Operasional, anak dapat berfikir logis mengenai benda-benda kongkrit Fase Semantik, Anak
dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata. Awal usia
sekolah merupakan periode berkembangnya kreativitas kebahasaan yang diisi dengan sajak,
nyanyian, dan permainan kata. Perkembangan bahasa yang paling jelas tampak ialah
perkembangan semantik dan pragmatik. Kemampuan metalinguistik, yaitu kesadaran yang
memungkinkan pengguna bahasa berpikir tentang bahasa dan melakukan refleksi, juga
menjadi semakin berkembang pada usia sekolah. anak usia dini merupakan masa yang kritis
dalam sejarah perkembangan manusia. Selama periode usia sekolah dan sampai dewasa, setiap
individu meningkatkan jumlah kosakata dan makna khas istilah. Dalam proses tersebut
seseorang menyusun kembali aspek-aspek kebahasaan yang telah dikuasainya. Susunan baru
yang dihasilkanya itu cerminan dalam cara seseorang menggunakan kata-kata. Sebagai
dampaknya ialah danya perkembangan penggunaan bahasa figuratif atau kreativitas berbahasa
yang cukup pesat. Keseluruhan proses perkembangan semantik yang mulai pada tahun-tahun
awal sekolah dasar ini dapat dihubungkan dengan keseluruhan proses kognitif. Perkembangan
bahasa pada periode usia sekolah mencakup perkembangan secara serentak (simultan) bentuk-
bentuk sintaktik yang telah ada dan pemerolehan bentuk-bentuk baru. Fungsi-fungsi kata ganti
juga diperluas.. Sebelum masa usia sekolah anak-anak belum memahami dasar kesamaan
bunyi , meskipun anak-anak prasekolah mengetahui baha kata “sudah” berbeda dengan kata
“mudah”, tetapi berbeda dengan orang orang dewasa mereka tidak menyadari bahwa
perebedaan tersebut hanya pada fonem “s” dan “m” pada awal kata. Tahap pemerolehan bahas
: tahap pralinguistik, tahp satu kata, tahap dua kata, tahap banyak kata. Strategi pemerolehan
bahasa: mengingat, meniru, mengalami langsung, bermain dan penyederhanaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimanakah Perkembangan bahasa anak (Hakikat dan fase – fase) ?
 Apakah yang dimaksud Perkembangan pragmatik dalam bahasa anak ?
 Apakah yang dimaksud Perkembangan semantic dan proses kognitif dalam bahasa anak ?
 Apakah yang dimaksud Perkembangan morfologis dan sintaksis ?
 Apakah yang dimaksud Perkembangan fonologi dalam bahasa anak ?
 Apa saja Proses pemerolehan bahasa anak (tahap, strategi, dan teori) ?
 Apa Pengaruh pembelajran terhadap proses pemerolean bahasa anak ?

1.3 Tujuan Makalah


 Mengetahui Perkembangan bahasa anak (Hakikat dan fase – fase)
 Mengetahui Perkembangan pragmatik dalam bahasa anak
 Mengetahui Perkembangan semantic dan proses kognitif dalam bahasa anak
 Mengetahui Perkembangan morfologis dan sintaksis
 Mengetahui Perkembangan fonologi dalam bahasa anak
 Mengetahui Proses pemerolehan bahasa anak (tahap, strategi, dan teori)
 Mengetahui Pengaruh pembelajran terhadap proses pemerolean bahasa anak

2
Bab 2
Pembahasan

2.1 Perkembangan bahasa anak


A. Hakikat perkembangan bahasa anak
Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun, sebelum dapat
mengucapkan suatu kata. Mereka memperhatikan muka orang dewasa dan menanggapi orang
dewasa, meskipun tentu saja belum menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya. Mereka
juga dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa. (Eimas, lewat Gleason, 1985: 2).
Selanjutnya ketika berumur satu tahun, bayi mulai mengoceh, bermain dengan bunyi
seperti halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari kakinya. Seperti halnya kemampuan
berjalan, kemampuan berbicara anak-anak seluruh dunia mulai pada umur yang hampir sama
dan dengan cara yang hampir sama pula. Perkembangan bahasa pada periode ini disebut
perkembangan pralinguistik (Gleason, 1985: 3).
Ketika bayi mulai dapat mengucapkan beberapa kata, perkembangan bahasa mereka juga
memiliki ciri-ciri yang universal. Bentuk ucapan yang digunakan hanya satu kata, kata-katnya
sederhana yaitu yang mudah diucapkan dan memiliki arti kongkret. Perkembangan fonologis
mulai tampak pada periode umur ini, demikian juga perkembangan semantik yaitu pengenalan
makna oleh anak..
Kira-kira ketika anak berumur dua tahun, setelah mengetahui kurang lebih lima puluh kata,
kebanyakan anak mulai mencapai tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan
mencapai tahap satu kata kombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk,
kata depan, atau bentuk-bentuk lain yang seharusnya digunakan.
Pada waktu mulai masuk taman kanak-kanak, anak-anak telah memiliki sejumlah besar
kosakata. Mereka dapat membuat pertanyaan, pernyataan negatif, kalimat majemuk dan
berbagai bentuk kalimat. Mereka memahami kosakata lebih banyak. Mereka dapat bergurau,
bertengkar dengan teman-temannya dan berbicara dengan sopan dengan orangtua dan guru
mereka. Selama periode usia sekolah dasar, anak-anak dihadapkan pada tugas utama
mempelajari bahasa tulis.
Perkembangan bahasa anak pada periode usia sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan
ke bahasa tulis. Pada masa perkembangan selanjutnya, yakni pada usia remaja, terjadi

3
perkembangan bahasa yang penting. Periode ini menurut Gleason merupakan umur yang
sensitif untuk belajar bahasa. Pada usia dewasa terjadi perbedaan-perbedaan yang sangat besar
antara individu yang satu dan yang lain dalam perkembangan bahasanya.. hal ini tergantung
pada tingkat pendidikan, peranana dalam masyarakat, dan jenis pekerjaan. Keterampilan
berpikir diperlukan agar semua aspek keterampialan berbahasa berkembang. Plaget, Bruner,
dan Vygatsky telah mengemukakan teori-teori perkembangan kognitif yang paling
komprehensif ( Athey, lewat Ross dan Roe, 1990: 36).
Ketiga pakar tersebut mengetahui bahwa ada hubungan antara pikiran dan bahasa, tetapi
mereka berbeda dalam hal cara pikiran dan bahasa itu berhubungan. Vygatsky yakin bahwa
bahasa merupakan dasar bagi pembentukan konsep dan pikiran. Kegiatan berpikir tidak
mungkin terjadi tanpa menggunakan kata-kata untuk mengungkapkan buah pikiran. Dia
menegaskan bahwa bahasa diperlukan untuk setiap jenis kegiatan belajar. Berbeda dengan
Vygastsky, Plaget mengatakan bahwa bahasa itu penting untuk beberapa jenis kegiatan belajar
tetapi tidak untuk semua kegiatan belajar. Plaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif
anak melebihi perkembangan bahasanya. Bruner mengidentifikasi tiga fase perkembangan.
Yang pertama disebut periode enaktif, yang kedua adalah periode ekonik, yang terakhir disebut
periode simbolik. Piaget menawarkan fase perkembangan kognitif yaitu sensorimotor,
praoperasional, operasional konkret, dan operasional-formal. Perbandingan perkembangan
kognitif menurut Piaget dan perkembangan bahasa dapat dilihat pada figur berikut (Ross dan
Roe. 1990: 38).
 Lahir- 2 tahun Periode sensorimotor, anak memanipulasi objek dilingkungannya dan mulai
membentuk konsep Fase Fonologis, anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa mulai
mengoceh sampai menyebutkan kata-kata sederhana.
 2-7 tahun Periode Praoperasional, anak memahami pikiran simbolik, tetapi belum dapat
berpikir logis Fase Sintaktis, anak menunjukkan kesadarn gramatis; berbicara
menggunakan kalimah
 7-11 tahun Periode Operasional, anak dapat berfikir logis mengenai benda-benda kongkrit
Fase Semantik, Anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung
dalam kata.
Awal usia sekolah merupakan periode berkembangnya kreativitas kebahasaan yang diisi
dengan sajak, nyanyian, dan permainan kata. Perkembangan bahasa yang paling jelas tampak

4
ialah perkembangan semantik dan pragmatik. Kemampuan metalinguistik, yaitu kesadaran
yang memungkinkan pengguna bahasa berpikir tentang bahasa dan melakukan refleksi, juga
menjadi semakin berkembang pada usia sekolah.

B. Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Dini


1. Anak usia 0-2 tahun
Secara umum pada masa bayi anak usia 0-2 tahun, anak mengalami perubahan yang
pesat bila dibandingkan dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Anak
sudah memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang berupa: keterampilan
lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak dan berjalan), keterampilan
memegang benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar dan merasakan
sentuhan), maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional dan sosial terhadap
orang-orang sekelilingnya.
Segala bentuk stimulus (verbal maupun nonverbal) dari orang lain akan mendorong
anak untuk belajar tentang pengalaman-pengalaman sensori dan ekspresi perasaan
meskipun anak belum mampu memahami kata-kata. Menurut Monks (1992:74-75)
menyatakan bahwa stimulasi verbal ternyata sangat penting untuk perkembangan
bahasa. Hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas vokalisasi seorang anak dapat
bertambah dengan pemberian reinforsement verbal. Stimulasi verbal yang
terusmenerus juga akan memudahkan anak untuk belajar melafalkan suara-suara dan
Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan masa yang kritis dalam sejarah
perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau
sampai anak mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini atau
prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis yang sangat pesat.
gerakan-gerakan yang mengkomunikasikan suasana emosinya, seperti marah, cemas,
tidak setuju dan lain-lain.

2. Anak usia 2-3 tahun

5
Pada fase ini anak sudah memiliki kemampuan untuk berjalan dan berlari. Anak
juga mulai senang memanjat, meloncat, menaiki sesuatu dan lain sebagainya.
Solehuddin (1997: 38) berpendapat bahwa pada anak usia 2-3 tahun lazimnya
sangat aktif mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya. Anak memiliki kekuatan
observasi yang tajam. Anak juga menyerap dan membuat perbendaharaan bahasa baru,
mulai belajar tentang jumlah, membedakan antara konsep satu dengan banyak dan
senang mendengarkan cerita-cerita sederhana, yang kesemuanya diwujudkan anak
dalam aktivitas bermain maupun komunikasi dengan orang lain. Kemampuan anak
menguasi beberapa patah kata juga mulai berkembang. Anak mulai senang dengan
perckapan walaupun dalam bentuk dan kalimat yang sederhana. Selain itu juga, sikap
egosentrik anak sangat menonjol. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan
yang dihadapinya dari sudut pemikiran orang lain. Anak cenderung melakukan sesuatu
menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan orang
lain. Sebagai contoh, anak sering merebut mainan dari orang lain jika anak
menginginkannya.

3. Anak usia 3-4 tahun


Secara umum, anak pada fase ini masih mengalami peningkatan dalam berperilaku
motorik, sosial, berfikir fantasi maupun kemampuan mengatasi frustasi. Untuk
kemampuan motorik, anak sudah menguasai semua jenis gerakan-gerakan tangan,
seperti memegang benda atau boneka. Akan tetapi sifat egosentriknya masih melekat.
Tingkat frustasi anak juga cenderung menurun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan
kemampuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya secara lebih aktif
atau sudah ada sifat kemandirian anak. Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi
yang kaya dan menuntut lebih banyak kemandirian. Dengan kehidupan fantasi yang
dimilikinya ini, anak akan memperlihatkan kesiapannya untuk mendengarkan cerita-
cerita secara lebih lama, bahkan anak juga sudah dapat mengingatnya. Selanjutnya
dengan sifat kemandirian yang dimilikinya mulai membuat anak tidak mau banyak
diatur dalam kegiatankegiatannya. Pada aspek kognitif anak juga sudah mulai
mengenal konsep jumlah, warna, ukuran dan lain-lain.

6
4. Anak usia 4-6 tahun
Ciri yang menonjol anak pada usia ini adalah anak mempunyai sifat berpetualang
(adventuroussness) yang kuat. Anak banyak memperhatikan, membicarakan atau
bertanya tentang apa sempat ia lihat atau didengarnya. Minatnya yang kuat untuk
mengobservasi lingkungan benda-benda di sekitarnya membuat anak senang bepergian
sendiri untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkugan disekitarnya sendiri. Pada
perkembangan motorik, anak masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Sejalan
dengan perkembangan fisiknya, anak usia ini makin berminat terhadap teman
sebayanya. Anak sudah menunjukkan hubungan dan kemampuan bekerjasama dengan
teman lain terutama yang memiliki kesenangan dan aktivitas yang sama. Kemampuan
lain yang ditunjukkan anak adalah anak sudah mampu memahami pembicaraan dan
pandangan orang lain yang disebabkan semakin meningkatnya keterampilan
berkomunikasi.

Berdasarkan tahap perkembangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
merupakan masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia
dini ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada
jenjang pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan
fisik dan psikis yang sangat pesat.

2.2 Perkembangan pragmatik dalam bahasa anak


Selama periode usia sekolah, proses kognitif meningkat sehingga memungkinkan anak
menjadi komunikator yang lebih efektif. Secara umum, anak kurang dapat menerima
pandangan orang lain. Kemampuan menerima (pandangan) orang lain memungkinkan
pembicara atau pendengar menggunakan dan memahami kata ‘di sini” dan ‘di sana” dengan
tepat (dari pandangan pembicara).

7
Anak-anak mulai mengenal adanya berbagai pandangan mengenai suatu topik. Mereka
dapat mendeskripsikan sesuatu, tetapi deskripsi yang mereka buat lebih bersifat personal dan
tidak mempertimbangkan makna informasi yang disampaikannya bagi pendengar.
Kemampuan Membuat Cerita Anak-anak berumur lima dan enam tahun menghasilkan
berbagai macam cerita. Cerita-cerita anekdot yang paling banyak menghasilkan. Isinya tentang
hal-hal yang terjadi yang terjadi di rumah mereka masing-masing dan di masyarakat
sekitarnya. Cerita-cerita tersebut mencerminkan kelompok sosial budaya dan suasana yang
berbeda-beda.
Kemampuan membuat cerita tersebut seharusnya sudah diperkenalkan pada usia
prasekolah, meskipun masih sangat sederhana, yakni selama kegiatan mengasuh anak,
bermain, dan membacakan cerita kepada anak-anak. Pada waktu berada di kelas dua, anak-
anak mulai dilatih menggunakan kalimat yang agak panjang dengan konjungsi; dan, lalu, dan
kata depan: di, ke, dari. Meskipun plot (alur) cerita belum jelas, anak-anak sudah dapat dilatih
bercerita mengenai beberapa kejadian secara kronologis.
Perkembangan Kemampuan Membuat Cerita Anak-anak berumur enam tahun sudah dapat
bercerita sederhana tentang acara televisi atau film yang mereka lihat. Kemampuan ini
selanjutnya berkembang secara teratur, sedikit demi sedikit. Mereka belajar menghubungkan
kejadian tetapi bukan yang mengandung hubungan sebab-akibat. Pada usia tujuh tahun anak-
anak mulai dapat membuat cerita yang agak padu. Pada umur delapan tahun anak-anak
menggunakan penanda awal dan akhir cerita, misalnya “Akhirnya mereka hidup rukun”.
Perbedaan Bahasa Anak Laki-laki dan Perempuan Perbedaan bahasa anak laki-laki dan
perempuan dapat dilihat pada kosakata yang digunakan dan gaya bicara.
Penggunaan Kosakata Perbedaan kosakata yang digunakan oleh anak laki-laki dan
perempuan pada umumnya ada pada pilihan katanya. Pada umumnya anak perempuan
menghindari bahasa yang berisi umpatan dalam percakapan dan cenderung menggunakan kata-
kata yang lebih sopan. Perbedaan yang cukup besar juga dapat dilihat pada ekspresi emosional
atau rasa sayang. Wanita cenderung menggunakan ekspresi: Oh Sayangku, Ya, Allah.
Sedangkan laki-laki cenderung menggunakan umpatan: sialan.
Gaya Bercerita Wanita cenderung menggunakan cara-cara tidak langsung dalam meminta
persetujuan dan lebih banyak mendengarkan, sedangkan laki-laki cenderung memberitahu.
Cara orang tua berbicara dengan anak perempuan dan anak laki-laki mereka bervarisi. Ayah

8
lebih banyak menggunakan perintah ketika berbicara dengan anak laki-lakinya. Ayahnya juga
lebih banyak mengiterupsi pembicara anak perempuan.

2.3 Perkembangan Sematik dan Kognitif


Selama periode usia sekolah dan sampai dewasa, setiap individu meningkatkan jumlah
kosakata dan makna khas istilah. Dalam proses tersebut seseorang menyusun kembali aspek-
aspek kebahasaan yang telah dikuasainya. Susunan baru yang dihasilkanya itu cerminan dalam
cara seseorang menggunakan kata-kata. Sebagai dampaknya ialah danya perkembangan
penggunaan bahasa figuratif atau kreativitas berbahasa yang cukup pesat. Keseluruhan proses
perkembangan semantik yang mulai pada tahun-tahun awal sekolah dasar ini dapat
dihubungkan dengan keseluruhan proses kognitif (Owens, 1992: 374).
Perkembangan Kosakata Selama periode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis
penambahan makna kata. Secara horizontal, anak-anak semakin mampu memahami dan dapat
menggunakan suatau kata dengan makna yang tepat. Dalam proses mengedintifikasikan kata-
kata baru atau mendefinisikan kata-kata lama (yang sudah diketahui salah satu artinya) pada
dasarnya anak membentuk makna. Makna ini dibentuk kembali atau ditegaskan lewat
penggunaan bahasa.
Dikelas rendah sekolah dasar juga terjadi perkembangan dalam penggunaan istilah-istilah
yang menyatajan tempat. Penggunaan istilah-istilah yang umum atau yang tidak spesifik
berkurang dan terjadi peningkatan penggunaan istilah-istilah yang menunjukan tempat yang
bersifat khas.
Kemampuan anak membuat definisi sangat dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya.
Apabila anak banyak memperoleh kesempatan untuk bercakap-cakap dengan orang tua atau
saudara-saudaranya, dia memperoleh kesempatan tantangan untuk menjelaskan maksudnya
kepada orang lain.
Pengetahuan kosakata mempunyai kolerasi (hubungan) dengan kemampuan kebahasaan
secara umum. Anak menguasai banyak kosa kata lebih mudah memahami wacana. Anak
berumur lima tahun mendefinisikan suatu kata secara sempit sedangkan anak berumur sebelas
tahun membentuk definisi dengan menggabungkan makna-makna yang telah diketahuinya.
Dengan demikian definisinya menjadi lebih luas.

9
Bahasa Figuratif Anak usia sekolah juga mengembangkan bahasa figuratif yang
memungkinkan penggunaan bahasa secara benar-benar kreatif. Bahasa figuratif menggunakan
kata-kata secara imajinatif, tidak secara literal, untuk menciptakan kesan emosional atau
imajinatif. Yang termasuk jenis bahasa figuratif ialah ungkapan, metafora, kiasan, dan
perbahasa.
Anak-anak persekolahan menciptakan banyak kiasan dan metafora. Namun, hal ini tidak
berarti bahwa mereka dapat menggunakan bahasa figuratif. Kreativitas berbahasa pada anak-
anak kecil disebabkan oleh ketidak-tahuan atau keterbatasan penguasaan bahasa. Setelah
berumur lebih dari enam tahun, penggunaan metafora secara spontan dalam percakapan
menjadi semakin kurang. Dua kemungkinan sebab penurunan penggunaan metafora ini, yang
pertama anak telah memiliki sejumlah kosakata dasar, yang kedua adanya latihan berbahasa
berdasarkan kaidah bahasa yang diberikan di sekolah membatasi kreativitas.
Anak berumur 5 tahun sampai 7 tahun lebih suka menghubungkan dua istilah daripada
menyamakannya. Anak berumur 6-7, atau 8 tahun menafsirkan peribahasa secara literal.

2.4 Perkembangan Morfologi dan Sintaktik


Perkembangan bahasa pada periode usia sekolah mencakup perkembangan secara serentak
(simultan) bentuk-bentuk sintaktik yang telah ada dan pemerolehan bentuk-bentuk baru. Anak
memperluas kalimat dengan menggunakan frase nomina dan frase verba. Fungsi-fungsi kata
ganti juga diperluas.
Anak-anak memepelajari bentuk-bentuk morfem mula-mula bersifat hafalan. Hal ini
kemudian diikuti dengan membuat kesimpulan secara kasar tengtang bentuk dan makna
fonem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada periode
prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen.

2.5 Perkembangan Fonologi


Pada awal usia sekolah anak-anak sudah dapat mengucapkan semua bunyi bahasa. Namun,
bunyi-bunyi tertentu terutama yang berupa klaster masih sulit bagi mereka yang
mengucapkannya. Kompetensi fonemik tampak jelas dalam kemampuan anak mengenal
irama.

10
Pada usia prasekolah anak-anak menjadi sensitive terhadap pola fonetik dan sering
membuat irama kata-kata dengan mengganti suatu bunyi atau suku kata, sehingga
mengucapkannya: dag, dig, dug atau ini ani, ini ima. Sebelum masa usia sekolah anak-anak
belum memahami dasar kesamaan bunyi , meskipun anak-anak prasekolah mengetahui baha
kata “sudah” berbeda dengan kata “mudah”, tetapi berbeda dengan orang orang dewasa mereka
tidak menyadari bahwa perebedaan tersebut hanya pada fonem “s” dan “m” pada awal kata.

2.6 Proses pemerolehan bahasa anak


A. Tahap tahap pemerolehan bahasa
1. Tahap Pralinguistik (masa Meraba) Pada tahap ini bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
anak belum bermakna. Bunyi-bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan
tertentu. Pada perkembangan bahasa anak terdapat beberapa
Fase yang berlangsung sejak anak lahir sampai berumur 12 bulan.
a. Pada umur 0-2 bulan anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi reflektif untuk
menyatakan lapar, sakit atau ketidaknyamanan
b. Pada umur 2 – 5 bulan anak mulai mendekut dan mengeluarkan bunyi-bunyi vocal
yang bercapur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan.
c. Pada umur 4 – 7 bulan anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi
(rentang waktu) yang lebih lama.
d. Pada umur 6 – 12 bulan anak mulai berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi
atau pengulangan konsonan dan vocal yang sama seperti ba ba ba, ma ma ma.

1. Tahap satu kata Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12 – 18 bulan.
Pada masa ini anak menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili
keseluruhan idenya. Tegasnya, satu kata meakili satu atau bahkan lebih frase atau
kalimat. Oleh karena itu frase ini disebut juga tahap holofrasis.
Contoh satu kata:
 mimi ! ( sambil menunjuk cangkirnya),
 akut (sambil menunjukan laba-laba)

2. Tahap dua kata

11
Fase ini berlangsung sewaktu nak berusia sekitar 18 – 24 bulan, pada masa ini,
kosakata dan gramatika berkembang dengan cepat. Anak-anak mulai menggunakan
dua kata dalam berbicara. Tuturnya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang
dituturkan anak hanyalah kata-kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan
kata kerja. Kata kata yang tidak pebting seperti halnya kalu kita menulis telegram
dihilangkan.
Contoh dua kata : bapa ana! Mamah, makan!

3. Tahap banyak kata


Fase ini berlangsung ketika anak berusia 3-5 tahun atau bahkan sampai mulai
bersekolah. Pada usia 3-4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya
lebih teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga kata atau lebih.
Pada umur 5-6 tahun bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa, sebagian
bear aturan gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta tuturannya semakin
bervariasi.
Pada tahap perkembangan bahasa yang dipelajarinya berkembang pula penguasaan
mereka atas system bahasa yang dipelajarinya, system bahasa itu sendiri atas subsistem
berikut;
1. Fonologi, yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan bunyi-bunyi
tersebut sebagai sesuatu yang bermakna
2. Gramatika (tata bahasa) yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsure
tuturan
3. Semantic leksikal(kosakata) yaitu pengetahuan tentang kata untuk mengacu
kepada sesuatu hal
4. Pragmatic, yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam berbagai cara
untuk berbagai keperluan. Sub-subsistem tersebut diperoleh anak secara
bersamaan dengan keterampilan berbahasanya itu sendiri.
B. Strategi proses pemerolehan bahasa
a) Mengingat
Mengingat memainkan peranan yang cukup penting dalam belajar bahasa
atau belajar apapun. Setiap pengalaman indrawi yang dilaui anak, dicatat dalam

12
benaknya. Ketika dia menyentuh, menyerap, mencium ,mendengar, dan melihat
sesuatu, memori anak merekamnya.
Pada tahap awal belajar bahasa, anak mulai membngun pengetahuan
tentang bunyi dan kombinasi bunyi-bunyi tertentu yang merujuk pada sesuatu yang
dia dengangar atau dia alami . Ingatan itu akan semakin kuat apabila penyebutan
akan benda atau peristiwa itu terjadi berulang- ulang. Dengan cara ini anak akan
mengingat bunyi, kombinasi bunyi atau kata, tentang sesuatu sekaligus mengingat
pula cara mengungkapkannya. Hanya saja pelafalannnya tidak pas dan
mengngkapnya bunyi tidak tepat. Dalam berbahasa anak-anak biasanya dibantu
dengan ekspresi muka, gerak tangan, gerak tubuhdan konteks.
Mengingat kondisi yang seperti ini maka dalam komunikasi dengan anak,
orang tua melakukan penyederhanaan bahasa melaui cra tutur yang pelan dan
lembut, pengulangan atau memodifikasi kata-kata agar anak mudah mengingatnya
Contoh : maem –makan, Pus – kucing, Bobok – tidur, dsb

b) Meniru
Pada dasarnya, peniruan yang dialakukan anak tidak selalu berubah
pengulangannya yang persis sama atas apa yang didengarnya.
Ada dua penyebab
Penyebab pertama, berkaitan dengan perkembangan otak dan alat ucap,
penguasaan kaidah bahasa, serta adanya masukan bahasa dari sumber lain.
Sehingan anak ankan mudah merikukan yang hanya dia kuasai saja.
Penyebab kedua, berkenaan dengan kreativitas berbahsa anak. Dengan satu
sisi anak secara bertahap dapat memahami dan menggunakan tutur kata yang rumit.
Dengan demikian, peniruan bahasa yang dilakukan anak bersifat dinamis
kreatif
.
c) Mengalami langsung
Anda melakukan kegiatan berbahasa dalam situasi formal, tanpa disadari
dan tanpa beban. Dia pun melakukan eksperimen atau uji coba dalam berbahasa
tanpa takut salah, untuk memperkaya dan mempermantap system bahasa yang

13
dipelajarinya. Melaui latihan dan uji coba tersebut, secara perlahan dan bertahap si
anak mengubah, memperbaiki, dan menyimpulkan aturan bahasa itu tuturnya
sampai dirasakan benar dan mantap. Kesalahan berbahasa bagi anak dalam belajar
bahasa adalah hal yang biasa. Orang tua tidak boleh serta merta mengkritik atau
menyalahkannya.. kesalahan itu menunjukkan adanya proses pemantapan aturan
bahasa yang dipelajarinya. Kegiatan berbahsa yang dilakukan anak sekaligus
menggiringnya untuk melakukan generalisasi, apakah kesimpulannya benar atu
salah.

d) Bermain
Kegiatan bermain sangat penting mendorong perkembangan kemampuan
berbahsa anak. Dalam bermain si anak kadang berperan sebagia orang dewasa,
sebagai penjual dan pembeli dalam berbauin dagang –dagangan, sebagai guru dan
murid dalam bermain sekolah sekolahan. Tanpa disadari mereka sedang bermain
drama sekaligus mereka berlatih berbicara dan menyimak.
e) Penyederhanaan
Tuturan anak- anak
 Ma acih
 Mah uweh
 Mam ayam mah

Tuturan orang dewasa


 Terima kasih
 Mah mintak kue
 Mah makan dengan daging ayam

C. Teori pemerolehan bahasa


a) Model Akulturasi
b) Teori Akomodasi
c) Teori Wacana
d) Model Monitor

14
e) Model Kompetensi variable
f) Hipotesis Universal
g) Teori Neurofungsional

2.7 Pengaruh pembelajaran terhadap proses pemerolehan bahasa


Dalam pembelajaran bahasa Indonesia disekolah, khususnya bagi anak-anak di kelas
rendah sekolah dasar ialah bahwa pembelajaran bahasa Indonesia disekolah tentu juga
mempunyai pengaruh yang paling besar dalam pemerolehan bahasa Indonesia. Oleh karena
itu, kondisi yang sebaik-baiknya perlu diupayakan agar anak-anak memperoleh pengalaman
berbahasa sebanyak –banyaknya dengan memperhatikan kaidah bahasa yang berlaku.
Namun, perlu diingat jangan sampai pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
menekankan pada penggunaan kaidah semata. Pemerolehan bahasa yang mendekati
pemerolehan bahasa yang alami perlu di usahakan. Caranya dengan menggunakan konteks-
konteks berbahasa yang sebenarnya, yang dekat dengan kehidupan anak. Misalnya saja
dimunculkan topik-topik “menjaga adik”, “membantu ayah dan ibu”, silaturahmi dengan sanak
famili”, “bermain bola”, dan sebagainya.

15
Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun, sebelum dapat
mengucapkan suatu kata. Mereka memperhatikan muka orang dewasa dan menanggapi orang
dewasa, meskipun tentu saja belum menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya. Mereka
juga dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa. Lahir- 2 tahun Periode sensorimotor,
anak memanipulasi objek dilingkungannya dan mulai membentuk konsep Fase Fonologis,
anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa mulai mengoceh sampai menyebutkan kata-kata
sederhana. 2-7 tahun Periode Praoperasional, anak memahami pikiran simbolik, tetapi belum
dapat berpikir logis Fase Sintaktis, anak menunjukkan kesadarn gramatis; berbicara
menggunakan kalimah 7-11 tahun Periode Operasional, anak dapat berfikir logis mengenai
benda-benda kongkrit Fase Semantik, Anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan
konsep yang terkandung dalam kata. Awal usia sekolah merupakan periode berkembangnya
kreativitas kebahasaan yang diisi dengan sajak, nyanyian, dan permainan kata. Perkembangan
bahasa yang paling jelas tampak ialah perkembangan semantik dan pragmatik. Kemampuan
metalinguistik, yaitu kesadaran yang memungkinkan pengguna bahasa berpikir tentang bahasa
dan melakukan refleksi, juga menjadi semakin berkembang pada usia sekolah. anak usia dini
merupakan masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini
terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada jenjang
pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis
yang sangat pesat. Selama periode usia sekolah, proses kognitif meningkat sehingga
memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif. Secara umum, anak kurang
dapat menerima pandangan orang lain. Selama periode usia sekolah dan sampai dewasa, setiap
individu meningkatkan jumlah kosakata dan makna khas istilah. Dalam proses tersebut
seseorang menyusun kembali aspek-aspek kebahasaan yang telah dikuasainya. Susunan baru
yang dihasilkanya itu cerminan dalam cara seseorang menggunakan kata-kata. Sebagai
dampaknya ialah danya perkembangan penggunaan bahasa figuratif atau kreativitas berbahasa
yang cukup pesat. Keseluruhan proses perkembangan semantik yang mulai pada tahun-tahun
awal sekolah dasar ini dapat dihubungkan dengan keseluruhan proses kognitif. Perkembangan

16
bahasa pada periode usia sekolah mencakup perkembangan secara serentak (simultan) bentuk-
bentuk sintaktik yang telah ada dan pemerolehan bentuk-bentuk baru. Anak memperluas
kalimat dengan menggunakan frase nomina dan frase verba. Fungsi-fungsi kata ganti juga
diperluas. Tahap pemerolehan bahas : tahap pralinguistik, tahp satu kata, tahap dua kata, tahap
banyak kata. Strategi pemerolehan bahasa: mengingat, meniru, mengalami langsung, bermain
dan penyederhanaan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia disekolah, khususnya bagi anak-
anak di kelas rendah sekolah dasar ialah bahwa pembelajaran bahasa Indonesia disekolah tentu
juga mempunyai pengaruh yang paling besar dalam pemerolehan bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, kondisi yang sebaik-baiknya perlu diupayakan agar anak-anak memperoleh
pengalaman berbahasa sebanyak –banyaknya dengan memperhatikan kaidah bahasa yang
berlaku

17
DAFTAR PUSTAKA

 Solchan, dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia Di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
 Pradita Rachma. 2012. Pemelorehan dan perkembangan bahasa anak.
http://praditarachman.blogspot.com/2012/11/pemerolehan-dan-perkembangan-bahasa-
anak.html . Diakses tanggal 24 juni 2015
 Ganesha Bimbeem. 2013. Perkembangan bahasa anak.
http://ganeshabimbeem.blogspot.com/2013/06/perkembangan-bahasa-
anak.html#.VYpIceH3a9c. Diakses tanggal 23 juni 2015

18

Anda mungkin juga menyukai