Pendahukan
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Perkembangan bahasa anak (Hakikat dan fase – fase) ?
Apakah yang dimaksud Perkembangan pragmatik dalam bahasa anak ?
Apakah yang dimaksud Perkembangan semantic dan proses kognitif dalam bahasa anak ?
Apakah yang dimaksud Perkembangan morfologis dan sintaksis ?
Apakah yang dimaksud Perkembangan fonologi dalam bahasa anak ?
Apa saja Proses pemerolehan bahasa anak (tahap, strategi, dan teori) ?
Apa Pengaruh pembelajran terhadap proses pemerolean bahasa anak ?
2
Bab 2
Pembahasan
3
perkembangan bahasa yang penting. Periode ini menurut Gleason merupakan umur yang
sensitif untuk belajar bahasa. Pada usia dewasa terjadi perbedaan-perbedaan yang sangat besar
antara individu yang satu dan yang lain dalam perkembangan bahasanya.. hal ini tergantung
pada tingkat pendidikan, peranana dalam masyarakat, dan jenis pekerjaan. Keterampilan
berpikir diperlukan agar semua aspek keterampialan berbahasa berkembang. Plaget, Bruner,
dan Vygatsky telah mengemukakan teori-teori perkembangan kognitif yang paling
komprehensif ( Athey, lewat Ross dan Roe, 1990: 36).
Ketiga pakar tersebut mengetahui bahwa ada hubungan antara pikiran dan bahasa, tetapi
mereka berbeda dalam hal cara pikiran dan bahasa itu berhubungan. Vygatsky yakin bahwa
bahasa merupakan dasar bagi pembentukan konsep dan pikiran. Kegiatan berpikir tidak
mungkin terjadi tanpa menggunakan kata-kata untuk mengungkapkan buah pikiran. Dia
menegaskan bahwa bahasa diperlukan untuk setiap jenis kegiatan belajar. Berbeda dengan
Vygastsky, Plaget mengatakan bahwa bahasa itu penting untuk beberapa jenis kegiatan belajar
tetapi tidak untuk semua kegiatan belajar. Plaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif
anak melebihi perkembangan bahasanya. Bruner mengidentifikasi tiga fase perkembangan.
Yang pertama disebut periode enaktif, yang kedua adalah periode ekonik, yang terakhir disebut
periode simbolik. Piaget menawarkan fase perkembangan kognitif yaitu sensorimotor,
praoperasional, operasional konkret, dan operasional-formal. Perbandingan perkembangan
kognitif menurut Piaget dan perkembangan bahasa dapat dilihat pada figur berikut (Ross dan
Roe. 1990: 38).
Lahir- 2 tahun Periode sensorimotor, anak memanipulasi objek dilingkungannya dan mulai
membentuk konsep Fase Fonologis, anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa mulai
mengoceh sampai menyebutkan kata-kata sederhana.
2-7 tahun Periode Praoperasional, anak memahami pikiran simbolik, tetapi belum dapat
berpikir logis Fase Sintaktis, anak menunjukkan kesadarn gramatis; berbicara
menggunakan kalimah
7-11 tahun Periode Operasional, anak dapat berfikir logis mengenai benda-benda kongkrit
Fase Semantik, Anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung
dalam kata.
Awal usia sekolah merupakan periode berkembangnya kreativitas kebahasaan yang diisi
dengan sajak, nyanyian, dan permainan kata. Perkembangan bahasa yang paling jelas tampak
4
ialah perkembangan semantik dan pragmatik. Kemampuan metalinguistik, yaitu kesadaran
yang memungkinkan pengguna bahasa berpikir tentang bahasa dan melakukan refleksi, juga
menjadi semakin berkembang pada usia sekolah.
5
Pada fase ini anak sudah memiliki kemampuan untuk berjalan dan berlari. Anak
juga mulai senang memanjat, meloncat, menaiki sesuatu dan lain sebagainya.
Solehuddin (1997: 38) berpendapat bahwa pada anak usia 2-3 tahun lazimnya
sangat aktif mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya. Anak memiliki kekuatan
observasi yang tajam. Anak juga menyerap dan membuat perbendaharaan bahasa baru,
mulai belajar tentang jumlah, membedakan antara konsep satu dengan banyak dan
senang mendengarkan cerita-cerita sederhana, yang kesemuanya diwujudkan anak
dalam aktivitas bermain maupun komunikasi dengan orang lain. Kemampuan anak
menguasi beberapa patah kata juga mulai berkembang. Anak mulai senang dengan
perckapan walaupun dalam bentuk dan kalimat yang sederhana. Selain itu juga, sikap
egosentrik anak sangat menonjol. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan
yang dihadapinya dari sudut pemikiran orang lain. Anak cenderung melakukan sesuatu
menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan orang
lain. Sebagai contoh, anak sering merebut mainan dari orang lain jika anak
menginginkannya.
6
4. Anak usia 4-6 tahun
Ciri yang menonjol anak pada usia ini adalah anak mempunyai sifat berpetualang
(adventuroussness) yang kuat. Anak banyak memperhatikan, membicarakan atau
bertanya tentang apa sempat ia lihat atau didengarnya. Minatnya yang kuat untuk
mengobservasi lingkungan benda-benda di sekitarnya membuat anak senang bepergian
sendiri untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkugan disekitarnya sendiri. Pada
perkembangan motorik, anak masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Sejalan
dengan perkembangan fisiknya, anak usia ini makin berminat terhadap teman
sebayanya. Anak sudah menunjukkan hubungan dan kemampuan bekerjasama dengan
teman lain terutama yang memiliki kesenangan dan aktivitas yang sama. Kemampuan
lain yang ditunjukkan anak adalah anak sudah mampu memahami pembicaraan dan
pandangan orang lain yang disebabkan semakin meningkatnya keterampilan
berkomunikasi.
Berdasarkan tahap perkembangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
merupakan masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia
dini ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada
jenjang pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan
fisik dan psikis yang sangat pesat.
7
Anak-anak mulai mengenal adanya berbagai pandangan mengenai suatu topik. Mereka
dapat mendeskripsikan sesuatu, tetapi deskripsi yang mereka buat lebih bersifat personal dan
tidak mempertimbangkan makna informasi yang disampaikannya bagi pendengar.
Kemampuan Membuat Cerita Anak-anak berumur lima dan enam tahun menghasilkan
berbagai macam cerita. Cerita-cerita anekdot yang paling banyak menghasilkan. Isinya tentang
hal-hal yang terjadi yang terjadi di rumah mereka masing-masing dan di masyarakat
sekitarnya. Cerita-cerita tersebut mencerminkan kelompok sosial budaya dan suasana yang
berbeda-beda.
Kemampuan membuat cerita tersebut seharusnya sudah diperkenalkan pada usia
prasekolah, meskipun masih sangat sederhana, yakni selama kegiatan mengasuh anak,
bermain, dan membacakan cerita kepada anak-anak. Pada waktu berada di kelas dua, anak-
anak mulai dilatih menggunakan kalimat yang agak panjang dengan konjungsi; dan, lalu, dan
kata depan: di, ke, dari. Meskipun plot (alur) cerita belum jelas, anak-anak sudah dapat dilatih
bercerita mengenai beberapa kejadian secara kronologis.
Perkembangan Kemampuan Membuat Cerita Anak-anak berumur enam tahun sudah dapat
bercerita sederhana tentang acara televisi atau film yang mereka lihat. Kemampuan ini
selanjutnya berkembang secara teratur, sedikit demi sedikit. Mereka belajar menghubungkan
kejadian tetapi bukan yang mengandung hubungan sebab-akibat. Pada usia tujuh tahun anak-
anak mulai dapat membuat cerita yang agak padu. Pada umur delapan tahun anak-anak
menggunakan penanda awal dan akhir cerita, misalnya “Akhirnya mereka hidup rukun”.
Perbedaan Bahasa Anak Laki-laki dan Perempuan Perbedaan bahasa anak laki-laki dan
perempuan dapat dilihat pada kosakata yang digunakan dan gaya bicara.
Penggunaan Kosakata Perbedaan kosakata yang digunakan oleh anak laki-laki dan
perempuan pada umumnya ada pada pilihan katanya. Pada umumnya anak perempuan
menghindari bahasa yang berisi umpatan dalam percakapan dan cenderung menggunakan kata-
kata yang lebih sopan. Perbedaan yang cukup besar juga dapat dilihat pada ekspresi emosional
atau rasa sayang. Wanita cenderung menggunakan ekspresi: Oh Sayangku, Ya, Allah.
Sedangkan laki-laki cenderung menggunakan umpatan: sialan.
Gaya Bercerita Wanita cenderung menggunakan cara-cara tidak langsung dalam meminta
persetujuan dan lebih banyak mendengarkan, sedangkan laki-laki cenderung memberitahu.
Cara orang tua berbicara dengan anak perempuan dan anak laki-laki mereka bervarisi. Ayah
8
lebih banyak menggunakan perintah ketika berbicara dengan anak laki-lakinya. Ayahnya juga
lebih banyak mengiterupsi pembicara anak perempuan.
9
Bahasa Figuratif Anak usia sekolah juga mengembangkan bahasa figuratif yang
memungkinkan penggunaan bahasa secara benar-benar kreatif. Bahasa figuratif menggunakan
kata-kata secara imajinatif, tidak secara literal, untuk menciptakan kesan emosional atau
imajinatif. Yang termasuk jenis bahasa figuratif ialah ungkapan, metafora, kiasan, dan
perbahasa.
Anak-anak persekolahan menciptakan banyak kiasan dan metafora. Namun, hal ini tidak
berarti bahwa mereka dapat menggunakan bahasa figuratif. Kreativitas berbahasa pada anak-
anak kecil disebabkan oleh ketidak-tahuan atau keterbatasan penguasaan bahasa. Setelah
berumur lebih dari enam tahun, penggunaan metafora secara spontan dalam percakapan
menjadi semakin kurang. Dua kemungkinan sebab penurunan penggunaan metafora ini, yang
pertama anak telah memiliki sejumlah kosakata dasar, yang kedua adanya latihan berbahasa
berdasarkan kaidah bahasa yang diberikan di sekolah membatasi kreativitas.
Anak berumur 5 tahun sampai 7 tahun lebih suka menghubungkan dua istilah daripada
menyamakannya. Anak berumur 6-7, atau 8 tahun menafsirkan peribahasa secara literal.
10
Pada usia prasekolah anak-anak menjadi sensitive terhadap pola fonetik dan sering
membuat irama kata-kata dengan mengganti suatu bunyi atau suku kata, sehingga
mengucapkannya: dag, dig, dug atau ini ani, ini ima. Sebelum masa usia sekolah anak-anak
belum memahami dasar kesamaan bunyi , meskipun anak-anak prasekolah mengetahui baha
kata “sudah” berbeda dengan kata “mudah”, tetapi berbeda dengan orang orang dewasa mereka
tidak menyadari bahwa perebedaan tersebut hanya pada fonem “s” dan “m” pada awal kata.
1. Tahap satu kata Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12 – 18 bulan.
Pada masa ini anak menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili
keseluruhan idenya. Tegasnya, satu kata meakili satu atau bahkan lebih frase atau
kalimat. Oleh karena itu frase ini disebut juga tahap holofrasis.
Contoh satu kata:
mimi ! ( sambil menunjuk cangkirnya),
akut (sambil menunjukan laba-laba)
11
Fase ini berlangsung sewaktu nak berusia sekitar 18 – 24 bulan, pada masa ini,
kosakata dan gramatika berkembang dengan cepat. Anak-anak mulai menggunakan
dua kata dalam berbicara. Tuturnya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang
dituturkan anak hanyalah kata-kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan
kata kerja. Kata kata yang tidak pebting seperti halnya kalu kita menulis telegram
dihilangkan.
Contoh dua kata : bapa ana! Mamah, makan!
12
benaknya. Ketika dia menyentuh, menyerap, mencium ,mendengar, dan melihat
sesuatu, memori anak merekamnya.
Pada tahap awal belajar bahasa, anak mulai membngun pengetahuan
tentang bunyi dan kombinasi bunyi-bunyi tertentu yang merujuk pada sesuatu yang
dia dengangar atau dia alami . Ingatan itu akan semakin kuat apabila penyebutan
akan benda atau peristiwa itu terjadi berulang- ulang. Dengan cara ini anak akan
mengingat bunyi, kombinasi bunyi atau kata, tentang sesuatu sekaligus mengingat
pula cara mengungkapkannya. Hanya saja pelafalannnya tidak pas dan
mengngkapnya bunyi tidak tepat. Dalam berbahasa anak-anak biasanya dibantu
dengan ekspresi muka, gerak tangan, gerak tubuhdan konteks.
Mengingat kondisi yang seperti ini maka dalam komunikasi dengan anak,
orang tua melakukan penyederhanaan bahasa melaui cra tutur yang pelan dan
lembut, pengulangan atau memodifikasi kata-kata agar anak mudah mengingatnya
Contoh : maem –makan, Pus – kucing, Bobok – tidur, dsb
b) Meniru
Pada dasarnya, peniruan yang dialakukan anak tidak selalu berubah
pengulangannya yang persis sama atas apa yang didengarnya.
Ada dua penyebab
Penyebab pertama, berkaitan dengan perkembangan otak dan alat ucap,
penguasaan kaidah bahasa, serta adanya masukan bahasa dari sumber lain.
Sehingan anak ankan mudah merikukan yang hanya dia kuasai saja.
Penyebab kedua, berkenaan dengan kreativitas berbahsa anak. Dengan satu
sisi anak secara bertahap dapat memahami dan menggunakan tutur kata yang rumit.
Dengan demikian, peniruan bahasa yang dilakukan anak bersifat dinamis
kreatif
.
c) Mengalami langsung
Anda melakukan kegiatan berbahasa dalam situasi formal, tanpa disadari
dan tanpa beban. Dia pun melakukan eksperimen atau uji coba dalam berbahasa
tanpa takut salah, untuk memperkaya dan mempermantap system bahasa yang
13
dipelajarinya. Melaui latihan dan uji coba tersebut, secara perlahan dan bertahap si
anak mengubah, memperbaiki, dan menyimpulkan aturan bahasa itu tuturnya
sampai dirasakan benar dan mantap. Kesalahan berbahasa bagi anak dalam belajar
bahasa adalah hal yang biasa. Orang tua tidak boleh serta merta mengkritik atau
menyalahkannya.. kesalahan itu menunjukkan adanya proses pemantapan aturan
bahasa yang dipelajarinya. Kegiatan berbahsa yang dilakukan anak sekaligus
menggiringnya untuk melakukan generalisasi, apakah kesimpulannya benar atu
salah.
d) Bermain
Kegiatan bermain sangat penting mendorong perkembangan kemampuan
berbahsa anak. Dalam bermain si anak kadang berperan sebagia orang dewasa,
sebagai penjual dan pembeli dalam berbauin dagang –dagangan, sebagai guru dan
murid dalam bermain sekolah sekolahan. Tanpa disadari mereka sedang bermain
drama sekaligus mereka berlatih berbicara dan menyimak.
e) Penyederhanaan
Tuturan anak- anak
Ma acih
Mah uweh
Mam ayam mah
14
e) Model Kompetensi variable
f) Hipotesis Universal
g) Teori Neurofungsional
15
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun, sebelum dapat
mengucapkan suatu kata. Mereka memperhatikan muka orang dewasa dan menanggapi orang
dewasa, meskipun tentu saja belum menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya. Mereka
juga dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa. Lahir- 2 tahun Periode sensorimotor,
anak memanipulasi objek dilingkungannya dan mulai membentuk konsep Fase Fonologis,
anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa mulai mengoceh sampai menyebutkan kata-kata
sederhana. 2-7 tahun Periode Praoperasional, anak memahami pikiran simbolik, tetapi belum
dapat berpikir logis Fase Sintaktis, anak menunjukkan kesadarn gramatis; berbicara
menggunakan kalimah 7-11 tahun Periode Operasional, anak dapat berfikir logis mengenai
benda-benda kongkrit Fase Semantik, Anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan
konsep yang terkandung dalam kata. Awal usia sekolah merupakan periode berkembangnya
kreativitas kebahasaan yang diisi dengan sajak, nyanyian, dan permainan kata. Perkembangan
bahasa yang paling jelas tampak ialah perkembangan semantik dan pragmatik. Kemampuan
metalinguistik, yaitu kesadaran yang memungkinkan pengguna bahasa berpikir tentang bahasa
dan melakukan refleksi, juga menjadi semakin berkembang pada usia sekolah. anak usia dini
merupakan masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini
terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada jenjang
pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis
yang sangat pesat. Selama periode usia sekolah, proses kognitif meningkat sehingga
memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif. Secara umum, anak kurang
dapat menerima pandangan orang lain. Selama periode usia sekolah dan sampai dewasa, setiap
individu meningkatkan jumlah kosakata dan makna khas istilah. Dalam proses tersebut
seseorang menyusun kembali aspek-aspek kebahasaan yang telah dikuasainya. Susunan baru
yang dihasilkanya itu cerminan dalam cara seseorang menggunakan kata-kata. Sebagai
dampaknya ialah danya perkembangan penggunaan bahasa figuratif atau kreativitas berbahasa
yang cukup pesat. Keseluruhan proses perkembangan semantik yang mulai pada tahun-tahun
awal sekolah dasar ini dapat dihubungkan dengan keseluruhan proses kognitif. Perkembangan
16
bahasa pada periode usia sekolah mencakup perkembangan secara serentak (simultan) bentuk-
bentuk sintaktik yang telah ada dan pemerolehan bentuk-bentuk baru. Anak memperluas
kalimat dengan menggunakan frase nomina dan frase verba. Fungsi-fungsi kata ganti juga
diperluas. Tahap pemerolehan bahas : tahap pralinguistik, tahp satu kata, tahap dua kata, tahap
banyak kata. Strategi pemerolehan bahasa: mengingat, meniru, mengalami langsung, bermain
dan penyederhanaan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia disekolah, khususnya bagi anak-
anak di kelas rendah sekolah dasar ialah bahwa pembelajaran bahasa Indonesia disekolah tentu
juga mempunyai pengaruh yang paling besar dalam pemerolehan bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, kondisi yang sebaik-baiknya perlu diupayakan agar anak-anak memperoleh
pengalaman berbahasa sebanyak –banyaknya dengan memperhatikan kaidah bahasa yang
berlaku
17
DAFTAR PUSTAKA
Solchan, dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia Di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Pradita Rachma. 2012. Pemelorehan dan perkembangan bahasa anak.
http://praditarachman.blogspot.com/2012/11/pemerolehan-dan-perkembangan-bahasa-
anak.html . Diakses tanggal 24 juni 2015
Ganesha Bimbeem. 2013. Perkembangan bahasa anak.
http://ganeshabimbeem.blogspot.com/2013/06/perkembangan-bahasa-
anak.html#.VYpIceH3a9c. Diakses tanggal 23 juni 2015
18