”TENTANG
KEADILAN”
KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA :
1. ANANDA RADITYA N.
2. ARI FIRMANSYAH
3. BAGUS BAYU P.
4. JIMI PRABOWO
5. MOCHAMMAD HAFID MIFTAH FAUZI
6. PROBO HARYO K.
KEADILAN DALAM
SYARI’AT ISLAM
A. Latar Belakang
Adil terdiri dari dua suku kata, tapi berjuta kesulitan untuk
melaksanakannya.Bahkan penulis katakan bahwa hampir tidak ada manusia yang
bisa melaksanakan adil dengan sempurna.Entah kenapa adil sangat sulit dilakukan.
Keadilan ini tersurat dalam landasan hukum Islam baik Al-Qur’an maupun
hadits.Keadilan kehidupan sosial, politik, keamanan dan lainnya.Banyak di dalam
sendi kehidupan kita harus meletakkan keadilan seperti pernikahan, perceraian,
rujuk, menetapkan putusan dan lain-lain.
Tidak bisa dibayangkan jika didunia ini tanpa ada keadilan. Semua manusia
akan saling curiga dimana tidak ada orang yang bisa dipercaya. Akhirnya sebuah
kekacauan akan terjadi. Peran seorang pemimpin dalam memimpin
kepemimpinannya akan diuji apakah pemimpin itu adil atau tidak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas bahwa dapat kita ambil rumusan masalah
sebagai berikut:
PEMBAHAS AN
MENGENAI KEADILAN
A. Pengertian Adil
Adil menurut bahasa adalah tidak berat sebelah, tidak memihak atau menyamakan
yang satu dengan yang lain, meletakkan sesuatu pada tempatnya, bersikap proporsional, dan
memihak kepada yang benar.
Adil menurut istilah adalah seimbang atau tidak memihak dan memberikan hak
kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala
urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang
benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah SWT saja.Kemudian menetapkan suatu
kebenaran terhadap dua masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan sesuai dengan
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama.Dengan demikian perbuatan adil adalah
suatu tindakan yang berdasar kepada kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsu
pribadi. Allah swt berfirman dalam Q.S. Al-Maidah ayat 8 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa.Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam memberikan
hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak
orang lain., tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Ar-
Rahman/55 ayat 7-9 yang artinya:
“ Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) suapaya
kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan dengan
adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”
Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al qisth
(moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim.
Sebagai umat Islam yang beriman, kita dituntut untuk selalu menegakan kebenaran
karena Allah, bila kita menjadi saksi maka kita harus menjadi saksi yang sebenar-benarnya,
dan sejujur-jujurnya.Kita tidak boleh berbohong atau memihak pada salah satu pihak, karena
itu termasuk perbuatan yang tidak adil.Kemudian yang selanjutnya, adalah nasihat bagi para
pemimpin dan kita semua.Dimana sebagai seorang pemimpin harus adil kepada seluruh
rakyatnya dan tidak terkecuali kepada musuhnya atau rakyat yang tidak memihak kepadanya.
Contoh yang paling baik untuk berperilaku adil adalah pada diri Rasulullah SAW. Nabi
Muhammad SAW selalu berbuat adil dan menegakkan keadilan kepada seluruh umatnya,
dalam haditnya beliau bersabda yang artinya :
“Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.”(HR.
Bukhari)
Dari hadits ini dapat kita ambil kesimpulan bawa Nabi Muhammad tidak membeda-bedakan,
walaupun anaknya sendiri apabila Fatimah tertangkap mencuri Nabi Muhammad SAWakan
tetap memberikan sanksi yang tegas yaitu akan memotong tangannya.
Artinya :
3. Adil dalam arti “Perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-
hak itu kepada setiap pemiliknya”
Pengertian inilah yang didefinisikan dengan “menempatkan sesuatu pada
tempatnya” atau “memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat”. Lawannya adalah
kedzaliman dalam arti melanggar hak-hak pihak lain. Pengertian ini melahirkan keadilan
sosial.
Jadi, adil yaitu keadilan secara mutlak dalam setiap keadaan yang dihadapi oleh tiap individu
dan masyarakat, baik ia seorang hakim atau yang dihakimi, kaya atau miskin, kuat atau
lemah, lelaki atau wanita, besar atau kecil, kerabat atau orang jauh, lawan atau teman,
karena melakukan keadilan termasuk amal perbuatan yang paling utama dan termasuk
kewajiban dalam agama.[1]
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang adil berada diatas mimbar-mimbar dari cahaya disisi Ar
Rahman (Maha Penyayang), kedua tangannya sebelah kanan, mereka yang adil dalam
keputusan mereka. (HR. Muslim)
Berlaku adil dapat diklasifikasikan kepada empat bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Berlaku adil kepada Allah SWT, yaitu menjadikan Allah SWT sebagi satu-satunya
Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Kita sebagai makhluk-Nya harus senantiasa
tunduk dan patuh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.Maksud dari
berlaku adil kepada Allah adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan
yang berhak disembah. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Az-Dzariaat ayat 56 yang
artinya :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.”(QS. Az-Dzariaat:56)
Kita harus yakin bahwa nikmat yang kita terima selama hidup di dunia ini adalah
pemberian dari Allah SWT.Maka berbuat adil dalam arti berlaku proporsional kepada
Allah adalah dengan memenuhi hak-Nya.
Hak Allah SWT adalah disembah, dan kewajiban kita adalah menyembahnya.Ini
bisa dilakukan dengan menjalankan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala
larangan-Nya.
2. Berlaku adil pada diri sendiri, yaitu menempatkan diri pribadi pada tempat yang
baik dan benar.Dimana kita harus memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan norma-norma syariat.Diri kita harus terjaga dan terpelihara
dalam kebaikan dan keselamatan, tidak menganiaya diri sendiri dengan menuruti
hawa nafsu yang akibatnya dapat mencelakakan diri sendiri.
Contoh berlaku adil terhadap diri sendiri, makan makanan yang halal dan
baik.Istirahat yang cukup, tidak menyiksa diri sendiri seperti mentato, minum alkohol,
narkoba, dan lain sebagainya.
3. Berlaku adil kepada orang lain, yaitu menempatkan orang lain pada tempat yang
sesuai, layak, benar, memberikan hak orang lain dengan jujur dan benar serta
tidak menyakiti serta merugikan orang lain. Maksud dari berlaku adil kepada
orang lain artinya adalah meletakkan orang lain pada tempat yang seharusnya.
Berperilaku adil kepada orang lain harus kita lakukan, dan itu kita lakukan kepada
semuanya tidak terkecuali bahkan kepada musuh atau orang yang kita benci
sesuai dengan Q.S. Al-Maidah ayat 8.
Contoh berlaku adil kepada orang lain yaitu, tidak menghukum orang lain dengan
berlebihan (tidak sesuai dengan besar kesalahannya), tidak mengejek dan menghina
karena kita pasti juga tidak mau bila di ejek atau dihina oleh orang lain.
4. Berlaku adil kepada makhluk lain, yaitu dapat memperlakukan makhluk Allah
yang lain dengan layak sesuai syariat dan menjaga kelestariannya dengan
merawat serta tidak merusaknya. Maksud dari berlaku adil yang ke empat ini
adalah kita harus menyayangi dan merawat hewan atau tumbuhan serta
lingkungan yang ada disekitar kita.Terlebih lagi apabila kita memelihara hewan
seperti burung, kelinci, kucing atau yang lainnya maka kita harus berbuat adil,
diantaranya dengan merawatnya dengan sebaik-baiknya, memberikan makan dan
minum setiap hari, tidak menyiksanya dan lain sebagainya.
Perilaku adil adalah perilaku yang terpuji, kita dapat membiasakan dalam kehidupan
sehari-hari dengan cara yang sederhana berikut ini :
1. Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa saja yang telah di larang
oleh Allah SWT.
2. Memberikan rasa keadilan kepada orang lain, dari mulai keluarga, teman,
tetangga dan lain sebagainya.
3. Selalu mengargai dan menghormati orang lain, tanpa adanya sikap diskriminasi
(membeda-bedakan).
4. Memberikan hak-hak orang lain, misal : tidak merokok di samping orang yang
tidak merokok.
Cara menunjukkan sikap adil kepada orang lain dapat dilakukan dengan
hal-hal berikut :
1. Memberikan rasa aman kepada orang lain dengan sikap ramah,sopan dan santun.
3. Menjadi teladan dan menciptakan suasana yang kondusif, tenteram serta rukun.
5. Tidak sombong atau angkuh bila bergaul dengan masyarakat berbagai lapisan.
Sungguh kedudukan adil dalam Islam sangat agung dan pahalanya banyak di
sisi Allah.Keadilan itu banyak macamnya dan tiap orang haruslah adil sesuai dengan
tanggung jawabnya dalam kehidupan ini.Maka seorang pemimpin wajib adil terhadap
rakyatnya. Allah ta’ala berfirman :
Artinya:
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tujuh golongan yang Allah
lindungi dalam naungan Arsy-Nya pada hari kiamat yang tidak ada perlindungan
selain perlindungan-Nya yaitu pemimpin yang adil.”. (HR. Muslim) Wajib bagi Hakim
adil dalam menghakimi manusia. Allah SWT berfirman : “ Putuskanlah perkara di
antara mereka menurut hukum Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka”. (QS. Al-Maidah :49). Kemudian Allah SWT berfirman : “Hai Daud,
sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (pengganti nabi-nabi sebelumnya) di
muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah”. (QS. Shad:26) dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :Hakim itu
ada tiga: dua di neraka dan satu di surga. Hakim yang mengetahui kebenaran (Al-
Qur’an dan As-Sunnah) dan menetapkan dengannya maka ia di surga, Hakim yang
mengetahui kebenaran tetapi tidak berhukum dengannya dan ia dzalim dalam
menetapkan hukum maka ia di neraka, dan hakim yang tidak mengetahui kebenaran
lalu menetapkan hukum di atas kebodohannya maka ia di neraka”. (HR.Abu Dawud
dan lainnya, shahih). Akan tetapi apabila seorang hakim berniat adil dan mengikuti
kebenaran serta berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya maka ia
diberi pahala seandainya ia salah karena ia tidak berniat salah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata:Jika seorang hakim menetapkan hukum dengan ijtihadnya
kemudian benar maka ia mendapatkan dua pahala dan bila menetapkan hukum lalu
salah maka ia mendapatkan satu pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim)