Anda di halaman 1dari 6

PENGUJIAN SIANIDA

ANITAWATI UMAR, S.KH


C034171018

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
1. Pendahuluan

Kasus kematian ternak umumnya disebabkan oleh penyakit, baik yang


infeksius (virus, bakteri, dll) maupun yang non infeksius (gangguan metabolit,
keracunan, tumor, dll). Pada kasus keracunan, hewan dapat mati secara mendadak.
Salah satu racun yang dapat mematikan ternak dan banyak terdapat pada tanaman
pakan ternak adalah sianida. Menurut Yuningsih (2012), Hidrogen sianida (HCN)
atau sianida merupakan senyawa kimia yang bersifat toksik dan merupakan jenis
racun yang paling cepat aktif di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan
kematian yang cepat dalam waktu singkat (beberapa menit). Namun di Indonesia,
kasus keracunan pada hewan kebanyakan dilakukan secara sengaja dengan
menambahkan racun sianida ke dalam pakan.
Gejala klinis ternak yang keracunan sianida antara lain tremor, ataksia,
kemudian ternak akan jatuh dan konvulsi. Pupil mata mengalami dilatasi,
membrane mukosa merah cerah (oksigen dalam darah tidak dapat dilepaskan),
hipersalivasi serta mengeluarkan feses dan urin (Bahri dan Tarmudji, 1984).
Sianida merupakan gas tak berwarna, dingin dan tidak berbau. Dalam
konsentrasi yang kecil di dalam tubuh, sianida akan diubah menjadi tiosianat dan
berikatan dengan vitamin B12. Namun dalam konsentrasi yang besar, sianida akan
mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksda dan mengakibatkan terhentinya
metabolism sel secara aerobic. Sianida dapat diproduksi oleh jamur, ganggang
maupun bakteri serta makanan seperti singkong, umbi, kacang, sorgum, maupun
kacang almond (Wulandari dan Zulfadli, 2017).
Salah satu metode yang sering digunakan untuk memperoleh hasil
diagnosa keracunan sianida yang cepat dan tepat yaitu pengujian picrate paper
method dengan mengambil sampel pakan yang dikonsumsi maupun sampel isi
rumen dalam keadaan segar atau beku di laboratorium. Hasil uji dikatakan sampel
mengandung asam sianida apabila warna pikrat menjadi merah (Yuningsih,
2012;Riyadi,et.al. 2014).
2. Materi dan Metode

2.1 Materi
Alat Bahan
Gunting Sodium bikarbonat
Kertas saring Asam fikrat
Pipet tetes Aquades
Cawan petri HCL 30%
Tabung Sampel isi rumen
Pinset

2.1 Metode
Pembuatan Kertas Pikrat
- Gunting kertas saring ukuran (0,75x2cm) yang dicelupkan ke dalam
larutan yang berisi 2,5 gr Sodium Bikarbonat dan 0,25 gr asam pikrat
dalam 50ml aquades.
- Setelah kertas mengalami perubahan warna, kertas diambil menggunakan
pinset lalu dikeringkan.

Pengujian Sianida
- Sampel (isi rumen) diambil kemudian dimasukkan ke dalam tabung.
- Masukkan beberapa tetes HCL 30% sampai seluruh sampel tercelup.
- Selipkan kertas pikrat pada tabung tetapi tidak mengenai sampel,
kemudian tutup dengan rapat
- Hasil positif sianida apabila terjadi perubahan warna menjadi merah bata
pada kertas pikrat dalam beberapa jam
3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dalam metode kertas pikrat yaitu negatif sianida,
dimana kertas pikrat tidak mengalami perubahan warna.

A B

Gambar 1. (a) Kontrol positif, (b) Hasil uji sianida (negatif)

3.2. Pembahasan
Pada hari Kamis, 4 Januari 2018 di Lab Toksikologi & Kesmavet BBVet
Maros, dilakukan pengujian sianida dengan metode kertas pikrat (uji cepat)
dengan sampel isi rumen dari ternak. Prinsip dari metode ini yaitu melihat hasil
perubahan warna dari kuning menjadi merah bata pada positif sianida dan negatif
sianida apabila kertas pikrat tetap berwarna merah.
Uji kertas pikrat dilakukan dengan memasukkan sampel (isi rumen diduga
mengandung sianida) yang telah ditetesi dengan HCL menggunaka pipet tetes.
Penambahan HCL dilakukan untuk menghasilkan uap HCN jika sampel
mengandung sianida. Uap HCN dihasilkan oleh Hidrogen dari asam klorida
(HCL) bereaksi dengan CN- sehingga dihasilkan uap HCN dengan reaksi
2CN- + 2H 2HCN.
Selanjutnya, kertas pikrat diselipkan pada tabung lalu ditutup rapat. Kertas saring
yang dicelupkan ke dalam asam pikrat bertujuan agar uap HCN terperangkap di
dalam asam sehingga uap HCN yang dihasilkan dapat mengubah kertas saring
menjadi warna merah bata (Riyadi, et.al. 2014). Namun, pada pengujian di Lab
Toksikologi dan Kesmavet, tidak terjadi perubahan warna kertas pikrat menjadi
merah bata yang artinya tidak terjadi penguapan HCN dan tidak ada ikatan dengan
asam pikrat pada kertas.
4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Pada pengujian sianida menggunakan sampel isi rumen di Lab
Toksikologi & Kesmavet BBVet Maros didapatkan hasil negatif sianida yang
dilihat dari tidak adanya perubahan warna menjadi merah bata pada kertas pikrat.
Hal ini menandakan bahwa kemungkinan besar ternak mati bukan karena
keracunan sianida, namun karena hal lain.

4.2 Saran
Sebaiknya dilakukan analisis sianida seperti analisis HCN metode
spektrofotometri atau metode argentometri. Selain itu, sampel juga dapat diambil
dari pakan ternak yang terakhir dikonsumsi sebelum ternak keracunan.

5. Daftar Pustaka

Bahri, Sjamsul dan Tarmudji. 1984. Keracunan Sianida pada Ternak dan Cara
Mengatasinya. Wartazoa Vol.1 No.3

Riyadi, et.al. 2014. Pengujian Asam Sianida Secara Kualitatif. Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah

Wulandari dan Zulfadli. 2017. Uji Kualitatif Kandungan Sianida dalam Rebung
(Dendrocalamus asper), Umbi Talas (Colocasia esculenta), dan
Daun Singkong (Manihot utilissima phol). J.Edu.Kim 2(1),41-47.

Yuningsih, 2012. Keracunan Sianida pada Hewan dan Upaya Pencegahannya.


Jurnal Litbang Pertanian, 31(1).
Lampiran

Asam pikrat Sodium bikarbonat

Campuran asam pikrat, sodium Perendaman kertas saring yang setelah


bikarbonat & aquades. kering menjadi kertas pikrat

Sampel isi rumen HCL yang diteteskan pada sampel

Hasil pengujian sianida

Anda mungkin juga menyukai