INOVASI TEKNOLOGI PADI DAN PALAWUA
Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam Antisipasi
Panen pada Musim Hujan
Gangguan cuaca ekstrem pada tahun 2010 dan juga masih berlangsung
pada tahun 2011 yang diperlihatkan dengan turunnya hujan di atas pola
normal menyebabkan gangguan terhadap pertanian pangan. Terjadinya banjir
di beberapa wilayah yang menggenangi areal persawahan menjelang panen
bukan hanya menimbulkan kerusakan tanaman namun juga kehilangan hasil
padi. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan terganggunya penjemuran
gabah.
Hasil panen padi pada periode Maret di Kabupaten OKI, Sumatera
Selatan, menghadapi kendala dalam pemasaran. Hal ini disebabkan adanya
penolakan Bulog membeli beras petani dengan alasan kualitas beras sangat
tendah. Hasil identifikasi kualitas beras yang dilakukan oleh Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera pada bulan Juni 2010 di Kecamatan Lempuing
Jaya menunjukkan bahwa kualitas beras petani memang rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh kadar air yang mencapai 15,57%, butir patah 55,2%, menir
15%, butir merah mencapai 22,4%, butir kuning 65% dan butir putih 13,6%.
Bila mengacu pada Standard Nasional Indonesia (SNI 01-6128-1999) yang
terdiri dari lima kelas mutu yang dimulai dari mutu terbaik sebagai kelas 1,
maka beberapa standard pada kelas mutu 4 disyaratkan kadar air maksimum
14%, beras utuh minimum 35%, beras patah maksimum 25%, butir menir
maksimum 2%, butir merah maksimum 3%.
Rendahnya kualitas beras tersebut ternyata disebabkan oleh
beberapa hal seperti: (1) Gabah terlambat dipanen karena terbatasnya
tenaga kerja, (2) Adanya penumpukan gabah berlangsung 7-15 hari sebelum
dijemur karena keterbatasan lantai jemur dan turunnya hujan (3) Ketebalan
gabah di penjemuran mencapai 10 cm, padahal mestinya tidak melebihi 7 cm.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pasca panen gabah atau tepatnya
pengeringan muncul sebagai permasalahan yang menyebabkan kualitas
beras rendah. Di beberapa lokasi hanya sebagian kecil rumah tangga petani
yang memiliki fasilitas lantai jemur. Di Kabupaten MURA sebanyak 85% petani
tidak memiliki fasilitas lantai jemur, dan di Kabupaten OKI 80%. Karena itu
‘Inovasi Teknologi Membangun Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani —_______ 199 es
Badan Peneition dan Pengembangan PerzanianINOVAS! TEKNOLOGI PAD! DAN PALAWUA
diperlukan alat pengering, karena sinar matahari tidak mampu mengeringkan
gabah secara cepat. Terlebih lagi jika gabah tersebut akan dijadikan benih,
maka gabah calon benih yang terkena hujan atau pengeringannya terganggu
akan menyebabkan kualitas benih tersebut rendah. Tingginya curah hujan
yang mengakibatkan terhambatnya penjemuran gabah sebenarnya dapat
diantisipasi dengan penggunaan alat atau mesin pengering gabah
Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Pertanian
Tanaman Pangan sudah memberikan bantuan mesin pengering padi box
dryer bahan bakar minyak (BBM) yang disebarkan ke berbagai wilayah,
melalui Integrated Irrigation Sector Project (IISP) pada tahun 1995. Namun
mesin-mesin pengering tersebut baru efektif dimanfaatkan oleh petani setelah
tahun 2000, Badan Litbang Pertanian melalui Proyek Pengembangan Sistem
Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan telah melakukan
pelatihan-pelatihan, demonstrasi penggunaan mesin pengering untuk
pengeringan gabah bersama-sama dengan petani dan operator lokal melalui
perbaikan mesin pengering gabah berbahan bakar minyak kapasitas 3 ton.
Pada tahun 2004 penggunaan box dryer BBM oleh para petani/pemilik
RMU telah berkembang, terutama di Delta Telang dan Delta Saleh. Dalam
pengoperasiannya ternyata terdapat kendala karena: (1) Ada bau dari residu
minyak tanah karena menggunakan sistem pemanasan langsung (2) Sulit
mengontrol besar laju pembakaran pada kompor (burner) dan (3) kenaikan
harga BBM
Mesin pengering padi dengan bahan bakar sekam (BBS) merupakan
teknologi baru dengan tujuan untuk mendapatkan hasil beras yang bermutu
tinggi dan biaya operasionalnya murah, sehingga beras di petani mempunyai
daya saing yang tinggi di pasaran. Dengan cara ini diharapkan akan
meningkatkan nilai tambah bagi petani. Untuk mendapatkan kondisi seperti
diatas diperlukan teknis pengeringan yang benar sesuai dengan anjuran,
kondisi kerja yang aman (kejerian kerja yang rendah) dan efisien secara
ekonomis. Perkembangan penggunaan teknologi pengering padi BBS yang
relatif pesat, akan membuka peluang perubahan-perubahan aspek teknis
salah satunya adalah kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang tinggi, akan
dapat menekan biaya operasional dan akan mengurangi antrian gabah
kering panen.
and 200 Inovasi Teknologi Membangun Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petant
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianINOVASI TEKNOLOGI PADI DAN PALAWUA,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumsel dalam beberapa
aktivitasnya berupaya untuk mendiseminasikan alat pengering ini diantaranya
melalui kegiatan gelar teknologi pengembangan mesin pengering BBS di
lahan pasang surut dalam bentuk; (1) Paparan tentang rancang bangun mesin
pengering padi bahan bakar sekam oleh nara sumber, (2) Praktek pabrikasi
mesin pengering BBS di bengkel Alsintan dan demontrasi pengoperasian
mesin pengering padi BBS.
Prototype mesin pengering bahan bakar sekam dengan tungku ABC. kapasitas 3ton
pertama kali dikenalkan di Desa Upang, Banyuasin.
Peserta gelar teknologi terdiri dari; (1) Kelompok tani, (2) Pengurus
Gapoktan, (3) Pemilik/pengusaha RMU, (4) Pemilik bengkel alsintan, (5)
etugas penyuluh lapangan (PPL),(6) Dinas/instansi lingkup Pemerintah
Daerah Prov Sumsel, Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin, dan
derlokasi di Plaju, Palembang. Pada kegiatan ini, peserta gelar dijelaskan
foses pembuatan mesin pengering padi BBS oleh nara sumber yaitu Bapak
Santoso. Mesin pengering BBS pada dasarnya terdiri dari beberapa
ponen utama yaitu: (1) Bak pengering, (2) Tungku sekam, (3) Blower,
dan (4) Engine penggerak blower.
Pelaksanaan demo pengeringan gabah dilaksanakan di lokasi kelompok
ni penangkar benih dan lumbung pangan Suka Ratu Desa Sungai Dua
amatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. Kelompok tani ini telah
goperasikan mesin pengering BBS sejak tahun 2008. Mesin pengering
kan untuk mengeringkan gabah dan benih hasil panen petani anggota
mirbomacenoandtesahewn ts ogy
‘Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianINOVAS! TEKNOLOGI PADI DAN PALAWI
Untuk kepentingan penangkaran benih dan lumbung pangan digunaken
mesin pengering dengan kapasitas 5 ton/operasi. Tidak ada perbedaan teknis
pengeringan gabah dan benih, kecuali suhu pengeringan yang digunakan,
Untuk pengeringan gabah suhu maksimal dapat mencapai 45°C, sedangken
untuk produksi benih suhu maksimal adalah 40°C.
Rancang bangun box dryer bahan bakar sekam
Rancang bangun tungku sekan Model ABC (nama ini berasal dari
APESSI, Bimasakti, dan Cilamaya) kapasitas 3 ton dilakukan di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) pada tahun 2003. Pada prinsipnya box
dryer BBS terdiri dari 5 komponen, yaitu (1) bak pengering, (2) tungku sekam,
(3) blower, dan (4) engine penggerak blower. Sketsa rangkaian dari ke-4
komponen tersebut dapat dilihat pada gambar.
Prototipe box dryer BBS
(1) Bak pengering
Bak pengering berbentuk kotak mempunyai panjang (p), lebar (I), dan
tinggi (t) tergantung kepada kapasitas yang diinginkan. Bak pengering dari
box dryer umumnya sudah ditetapkan setinggi 110 cm, dengan pembagian
ED 2: ina Tekolg NembogunKetahanen Pagan dn Reeterane Pea
Badan Peneltian dan Pengembangan PertanianINOVASI TEKNOLOG! PADI DAN PALAWJA
50 cm untuk ruang plenum, 50 cm untuk tebal gabah, dan 10 cm untuk
pengamanan agar gabah tidak tumpah.
Ruang pengering berfungsi untuk menempatkan gabah basah yang
akan dikeringkan, permukaan diratakan, tebal maksimum 50 cm, dan tidak
diperlukan pembalikan. Antara ruang pengering (bagian atas dan ruang
plenum (bagian bawah) dibatasi oleh besi pelat porus (pelat lubang) dengan
garis tengah lubang 2 mm. Ini dimaksudkan agar udara panas dengan mudah
masuk ke dalam gabah basah, tetapi butir gabah tidak dapat jatuh ke ruang
plenum. Pada dinding ruang plenum dipasang sebuah termometer jarum
dengan kapasitas ukur 100°C untuk mengontrol suhu pengeringan sesuai
dengan yang diinginkan (tergantung kepada komoditas dan tujuan dari
pengeringan). Ruang plenum berfungsi menampung udara panas dengan
suhu dan tekanan tertentu. Tekanan udara panas di dalam ruang plenum
merupakan tekanan statis, sehingga memungkinkan tekanan terhadap
semua titik pada luas permukaan gabah di dalam ruang pengering sama. Hal
ini sangat penting sehingga kecepatan aliran udara pengering menembus
tumpukan gabah di semua titik sama dan seluruh gabah gakan kering secara
bersamaan.
esi pelat lubang,@ 2mm a
ge pint unloading,
TAMPAK ATAS
10cm
so.cm
Gabah
Ud panas masuk
soem Plenum O (
Termomete|
TAMPAK DEPAN
~
Bak pengering
Inovasi Teknologi Membangun Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani 203 i=:
Badon Peneltian dan Pengembangan PertanianINOVASI TEKNOLOG! PADI DAN PALAWIJA,
Kelemahan utama pengeringan gabah menggunakan box dryer yaitu
kadar gabah pada akhir pengeringan tidak seragam. Proses pengeringan
gabah dengan box dryer BBS menggunakan metoda “Pengeringan biji-
bijian lapisan tipis, ketebalan gabah di dalam bak pengering dibagi menjadi
3 lapisan yaitu lapisan bawah (B), lapisan tengah (T), dan lapisan atas (A).
Parameter pengeringan yang diukur antara lain : suhu udara lingkungan
meliputi suhu bola kering (Tbk) dan suhu bola basah (Tbb); suhu plenum
(Tpl), suhu gabah per lapis meliputi lapis bawah (TB), lapis tengah (TT),
lapis atas (TA); suhu udara exhaust (Te); kadar air gabah per lapis meliputi
lapis bawah (MB), lapis tengah (MT), lapis atas (MA); kecepatan aliran udara
pengering menembus tumpukan gabah (Vu). Proses pengeringan gabah
baik dengan mesin maupun penjemuran dapat dihentikan, apabila kadar air
gabah rata-rata telah mencapai < 14 %. Penggilingan sebaiknya dilakukan
setelah gabah kering diistirahatkan selama minimal 12 jam terhitung sejak
dihentikannya proses pengeringan.
Kadar air gabah lapisan bawah (MB) lebih rendah dibandingkan dengan
gabah lapisan tengah (MT), dan kadar air gabah lapisan tengah lebih rendah
dibandingkan dengan kadar air gabah lapisan atas (MA), atau MBTT>TA.
Tessuhu exhaust
MATA
8 Gato pn tava 8,78,
I
Tel
Pengeringan bij-bijian lapisan tipis
Inovasi Teknologi Membangun Ketahanan Pangan dan Kesojahteraan Petcni
aD Bun oie ensINOVAS! TEKNOLOGI PADI DAN PALAWIJA
Dari Gambar di atas, maka tugas udara pengering ada 2 macam : (1)
Membawa panas masuk ke gabah basah sehingga terjadi proses pengeringan,
(2) Mengangkut uap air keluar dari tumpukan gabah. Panas yang masuk
komoditas yang dikeringkan (gabah) dikontrol oleh termometer jarum yang
dipasang pada dinding plenum, hal ini tergantung kepada macam komoditas
tujuan dari pengeringan itu sendiri. Sedangkan aliran udara pengering
lafus dapat menembus tumpukan gabah, hal ini dapat dikontrol dengan
meter’ atau selembar kertas yang ditempatkan pada permukaan gabah.
engan flow meter aliran udara menembus tumpukan gabah sebesar 6,5
‘mimenit; sedangkan dengan selembar kertas harus bergerak-gerak yang
Mmenunjukkan bahwa aliran udara pengering menmbus tumpukan gabah.
Pengeringan gabah menggunakan box dryer akan dihasilkan gabah
9 kadar airnya tidak seragam. Kadar air gabah lapisan bawah lebih
ndah dibandingkan dengan lapisan atas, sehingga kadar air gabah pada
akhir pengeringan merupakan kadar air rata-rata dari lapisan bawah dan
pisan atas. Kadar air rata-rata ini harus didapatkan dari kadar air gabah
pis bawah dan atas yang saling berdekatan. Misal mengeringkan gabah
untuk tujuan digiling dengan kadar air 14 %, maka teknik pengeringan harus
pat menghasilkan MB= 13 % dan MA=15% sehingga kadar air rata-rata
%. Dalam prakteknya hal tersebut tidaklan sulit dicapai karena gabah
ngan bkadar air 13 % dan 15 % apabila diaduk sewaktu memasukkan ke
lam karung akan mudah menjadi 14 % mengingat sifat dari gabah yang
roscopis. Kondisi seperti ini akan memungkinkan apabila gabah kering
isimpan di gudang dengan label kadar air 14 % akan aman. Hal ini akan
erbeda dengan kondisi lain akibat teknik pengeringan yang tidak baik, yaitu
ingka kadar air gabah kering rata-rata 14 % berasal dari MB=10 % dan
18 % yang apabila diaduk sewaktu memasukkan ke dalam karung akan
sulit menjadi 14 %. Apabila dismpan di gudang dengan label kadar air 14 %,
ka akan terjadi masalah demikian pula apabila digiling.
Untuk mendekatkan kadar air gabah antarlapis bawah dan atas,
Menembus tumpukan gabah maka suhu udara exhaust (Te) semakin tinggi,
ao
s Teknologi Membargun Ketahanan Pangan dan Kesejahteraaa Petant
Badan Penolitian dan Pergembangan PertanianED 20: Inova Teno Memo
ee
INOVASI TEKNOLOGI PADI DAN
yang hal ini dapat dipandang sebagai Pemborosan bahan bakar. Oleh
itu berdasarkan praktek pengeringan gabah menggunakan box dryer
sudah dilakukan kecepatan aliran udara pengering menembus tiur
Qabah yang dikontrol dengan flow meter sebesar 6,5 m/menit.
(2) Tungku sekam
Tungku sekam berfungsi sebagai sumber Panas pengeringan.
karena itu agar Proses pengeringan gabah dapat berlangsung seperti
diharapkan, maka sumber panas harus mampu menyediakan panas |
cukup (lebih mudah mengaturnya) dan berjalan secara kontinyu. Tur
sekam model ABC ini terdiri dari 5 komponen utama yaitu : (1) Dinding
(head exchanger), (2) Cerobong asap, (3) Hopper, (4) Nako, dan (5) Rt
tungku.
‘TAMPAK DEPAN
TAMPAK SAMPING
‘Sketsa Tungku sekam model “ABC”
Tungku model ABC bekerja secara alami dengan mengandalkan pengaruh
cerobong (Chimney effect). Api hasil pembakaran sekam memanaskan dinding
tungku terbuat dari bahan besi pelat tebal 3 mm berbentuk lengkung setengah
lingkaran. Suhu dinding tungku ini tinggi dapat mencapai 300-500°C. Oleh
karena itu pengoperasian tungku dilakukan pada saat blower berjalan. Panas
dari dinding tungku diambil oleh massa udara luar yang dialirkan oleh blower
gun Ketahanan Pangan dan Kesejaheeraan Peta
Badan Peneliian dan Pengerndangan PertanianSINOVASI TEKNOLOGI PADI DAN PALAWIJA
ingga menghasilkan udara pengering yang selanjutnya dikirim ke komoditas
9 dikeringkan. Dengan demikian pemanasan udara pengering berlangsung
‘Secara tidak langsung (indirect heating) sehingga dihasilkan udara pengering
9 bersih, bebas dari segala bentuk polusi dan dapat digunakan untuk
‘mengeringkan berbacai macam komoditas seperti jagung, kopi, cengkeh, dan
againya dengan tanpa mengganggu aromanya (multi komoditas).
Pembakaran sekam pada tungku ABC yang memiliki 3 tungku
majemuk kapasitas 10 ton.
Cara mengoperasikan box dryer BBS tungku model ABC
4. Bukanako (4) dan tebarkan sekam keringtipis-tipis pada alas pembakaran
sekam di dalam dinding tungku,
Tutup dan kunci nako kembali,
Hamparkan sekam dari lubang hopper sehingga menutup lubang nako,
Mulai dengan pembakaran awal, dengan bantuan segumpal sekam yang
telah dibasahi dengan minyak tanah, yang diletakkan pada dasar hopper
atau ujung atas dari nako,
5. Kontrol suhu pengeringan di dalam ruang plenum melalui termometer
jarum, 45°C untuk tujuan digiling, 40 °C untuk tujuan produksi benih,
_ Kontrol aliran udara pengering dengan menggunakan flow meter (6,5 m/
menit) atau selembar kertas (melayang,atau bergerak-gerak) diletakkan
dipermukaan gabah,
i Teknologi Membangun Ketakanan Pangan dan Kesejahteraan Petani 207
Badan Fenelitian dan Pengembangan PertanianCara Menghentikan Proses Pengeringan
As
sebagai berikut:
———
EEE ~
INOVAS! TEKNOLOGI PADI DAN PALAWHA
Proses pengeringan dapat dihentikan apabila kadar air gabah rata-rata
<14 % untuk tujuan digiling atau 11% (?) tujuan produksi benih
Ls
Pembakaran awal
Udara dari blower
at a4
Udara ambient
Y Abu sekam
Proses pembakaran sekam di dalam tungku
++
Api sekam
Matikan api dalam tungku dengan jalan mengeluarkan bara dalam ruang
pembakaran, dan matikan bara dengan air,
Blower tetap dijalankan untuk mengeluarkan panas didalam tumpukan.
gabah dan mendinginkan komponen-komponen besi dari tungku (ef
Jam),
Matikan blower.
Penggilingan beras dapat dilakukan setelan 15 jam terhitung s
dihentikannya proses pengeringan.
Spesifikasi Teknis Alat Pengering Gabah BBS Kapasitas 3 ton adal
Inovasi Teknologi Membangun Ketahanan Pongan dan Kesefahteraan
‘Badan Fenelitian dan Pengembangan PertanianINOVASI TEKNOLOGI PADI DAN PALAWIJA.
Kinerja pengeringan
Kapasitas pengeringan : 3ton
Ketebalan gabah : 0.5m
Suhu pengeringan : 40-450C
Laju pengeringan : 0,63 %ljam
Kecepatan udara pengering : 6,65 m/menit
Bak Pengering
Ukuran/dimensi (PxLxT) : 400 x 300 x110 cm
Bahan : pasangan batu bata
Lantai gabah : plat baja porus diameter 2mm
Blower
Tipe blower : tipe axial
Diameter : 60cm
Engine penggerak : mesin solar 8,5 HP
Konsumsi bahan bakar
Solar : 6 liter/10 jam
Sekam dengan kadar air < 12% : 300 kg/10 jam
ngembangan Penggunaan Pengeringan Bbs
Mesin pengering padi bahan bakar sekam (BBS) sejak pertama kali di
ntroduksi di lahan pasang surut Sumatera Selatan pada tahun 2004 terus
berkembang pesat pemanfaatannya oleh pemilik RMU dan kelompok tani.
la tahun 2004 baru 1 (satu) unit box dryer BBS yang beroperasi di Desa
ah ada 200 unit box dryer BBS yang tersebar di beberapa kawasan sentra
ji di Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Komering llir dan Ogan
ering Ulu Timur, serta ada yang dikirim ke luar propinsi (Gambar 3).
3 Teknologi Membangun Ketahonan Pangan dan Kesejahteraan Pecan! 209 ars
‘Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianINOVASI TEKNOLOGI PADI DAN PALAWHA.
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Gambar. 3. Perkembangan mesin pengering BBS di Sumatera Selatan.
Penggunaan teknologi pengeringan padi dengan menggunakan BBS
telah berkembang di lahan pasang surut Sumatera Selatan. Sejak mesin
pengering BBS dengan kapasitas 3 ton diperkenalkan untuk pertama kalinya
di Desa Upang Kecamatan Makarti Jaya pada tahun 2004, sampai dengan
akhir tahun 2008 (dalam jangka waktu 5 tahun) tidak kurang dari 70 unit
mesin pengering BBS telah dibangun oleh petani/pemilik RMU secara
swadaya (BPTP Sumatera Selatan, 2007). Hal ini antara lain disebabkan
tingginya harga minyak tanah di lapangan, disamping keberadaannya begitu
langka. Mesin pengering padi dengan menggunakan BBM (bahan bakar
minyak) praktis tidak lagi dioperasikan. Di lain fihak pengeringan padi dengen
penjemuran seringkali menemui hambatan karena waktu panen jatuh pada
musim hujan
Namun dalam perkembangannya mesin pengering BBS kapasitas 3
ton tersebut dirasakan terlalu kecil, sehingga petani dalam mengeringkai
gabah basahnya seringkali "over load” atau pembebanan yang berlebihan.
Hal ini terpaksa dilakukan, karena terjadi antrian gabah basah yang jumilah,
cukup besar. Pengeringan dengan "over load” ini dapat berakibat terhadap
menurunnya mutu beras yang dihasilkan, yang dampaknya dapat menurunkai
harga jual.
Pengeringan gabah BBS juga dilakukan di lokasi kelompok tal
penangkar benin dan lumbung pangan Suka Ratu Desa Sungai Du
Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. Kelompok tani ini tela!
Inovasi Teknologi Membangun Ketahanan Pangan dan Kesejaktercan
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianINOVAS! TEKNOLOGI PADI DAN PALAWHJA
mengoperasikan mesin pengering BBS sejak tahun 2008. Mesin pengering
digunakan untuk mengeringkan gabah dan benih hasil panen petani anggota.
Untuk kepentingan penangkaran benih dan lumbung pangan digunakan
mesin pengering dengan kapasitas 5 t/operasi. Tidak ada perbedaan teknis
pengeringan gabah dan benih, kecuali suhu pengeringan yang digunakan.
Untuk pengeringan gabah suhu maksimal dapat mencapai 45°C, sedangkan
untuk produksi benih suhu maksimal adalah 40°C
Dekpereeine
Sistem pengering gabah bahan bakar sekam (BBS)
kapasitas 10 t dengan tungku majemuk.
Profil mesin pengering di pasang surut Sumatera Selatan.
Kapasitas mesin pengering yang ada di lapangan bervariasi mulai 3 ton,
§ ton sampai 10 ton untuk sekali operasi pengeringan. Di Kecamatan Muara
ing Kabupaten Banyuasin, kapasitas pengering berbahan bakar sekam
erkisar 7-10 ton dengan rata-rata 7,85 ton, sedangkan di kecamatan Air
h bervarisi dari 3— 6,5 ton dengan rata-rata 4,87 ton. Rata-rata waktu
ang diperlukan untuk mengoperasikan alat tersebut untuk mengeringkan
h di Kecamatan Muara telang dan Air Saleh selama 14,85 jam/operasi
11,75 jam/operasi.
(Teknologi Membangun Ketahanon Pangan dan Kesejahteraan Petani on =
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianINOVAS! TEKNOLOGI PADI DAN PALAWIJA
Proses pabrikasi mesin pengering BBS di Bengel Santoso,
Plaju setiap bulan rata-rata memproduksi 4-5 unit
Tabel 26. Analisis finansial usaha pengeringan menggunakan mesin
pengering gabah bahan bakar sekam di Kecamatan Muara Telang
dan Air Saleh tahun 2009.
Kecamatan
Uraian
Muara Telang Air Saleh
Nilai investasi pengeringan (Rp) 24.285.714 | 23.250.000
Kapasitas alat (ton/operasi) 7.85 487
Waktu pengeringan (jam/operasi) 14,85 "75
Konsumsi sekam (kg/operasi) 510,71 442.5
| Konsumsisolar(Itr/operas) 17,28 125)
“Konsumsiolie(Itr/operas) 0,29 0,235 |
Harga solar (Rp/ltr) ~ 6.000 6.000
Harga olie (Rp/Itr) 25.000 25.000
Operator (orang) 2 2
Upah operator (Rp/orang/operasi) 82.142,85 62.500
ss 212 Inovasi Teknologi Membangun Ketahanan Pangan den Kesejahteraan Petani
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianTEKNOLOGI PADI DAN PALAWIIA
el 26. Analisis finansial usaha pengeringan menggunakan _ mesin
pengering gabah bahan bakar sekam di Kecamatan Muara Telang
dan Air Saleh tahun 2009 (lanjutan).
Kecamatan
Uraian
Muara Telang Air Saleh
igkOS pengeringan dibayar konsumen (Rp/kg) 102,91 88,46
limiah operasi per tahun (kali) 37,18 46,75
imaan (ongkos dibayar konsurnen) (Rp/th)
30.033.527| 20.160.937
jaya perbaikan (Rp/th) 180.714 150.000
| Biaya variabel (Rp/th) 10.410.918 9.774.656
Bunga atas biaya variabel (Rp/th) 312.327 293.239
Bunga investasi(Rp/th) 2.914.285 | __2.790.000
| Penyusutan pengeringan (Rp/th) | 285.714 2.092.500
Eiaya tetap (Rp/th) "5.412.327 5.175.739
Biaya total (Rp/th) 75.823.245 14.950.396 |
Pendapatan pengeringan (Rp/th) 14.210.281 5.210.541
Biaya pokok (Rp/ke) 54,22 65,60
Titik impas (ke/th) | 153.755 169.004
|
Bahan bakar sekam yang digunakan untuk mengeringkan gabah
tersedia melimpah dan bahkan menjadi limbah jika tidak dimanfaatkan.
Sehingga penggunaan sekam itu bermanfaat dan dapat diperoleh secara
cuma-cuma. Ketersediaan sekam itu terjamin karena pengering tersebut
terintegrasi dengan penggilingan padi pemiliknya. Disamping itu abu sekam
dapat digunakan sebagai amelioran untuk mengurangi keasaman tanah di
wilayah pasang surut.
Ongkos pengeringan dibayar konsumen bervariasi Rp 150.000/operasi
ada juga Rp 5.000-6.000/karung gabah. Dimana 1 karung berisi 67,5 kg.
Ios Tol Menbangun Keenan Pango con Kesahteraon Ptr 213
Badan Penelition dan Pengembangan PertanianINOVAS! TEKNOLOGI PADI DAN PALAWLA,
Upah seorang operator untuk alat pengering berkapasitas 10 ton senilai
Rp 100.000 untuk tiap kali operasi, sedangkan untuk yang berkapasitas 7
ton besar upahnya Rp 75.000, sedangkan yang berkapasitas 3 ton besar
upahnya Rp 50.000,- untuk tiap kali operasi. Bunga pinjaman yang berlaku
sebesar 12%/th. Perhitungan bunga atas biaya variable dinilai selama 3
bulan saja mengikuti masa kerja alat tersebut yang berkisar 2,5 — 3 bulan.
Penyusutan dihitung dengan asumsi penggunaan alat ekonomis selama 10
tahun dengan mempertimbangkan nilai sisa 10% dari nilai investasi awal.
Untuk pengering yang berkapasitas 3 ton operasional mesin berjalan
selama 8-10 jam, dengan kebutuhan solar 10 Itr, dan pengering berkapasitas
7 ton selama 12-15 jam, dengan kebutuhan solar 15 Itr, sedangkan yang
berkapasitas 10 ton pengering beroperasi selama 15-20 jam, dengan
kebutuhan solar 25 Itr.
Kebutuhan olie mesin berkapasitas 10 ton tiap 250 jam sebanyak 5
ltr, sedangkan yang berkapasitas 7 ton dan 3 ton tiap 100 jam dilakukan
penggantian olie sebanyak 2 ltr. Selama masa pengeringan 2,5 bulan dalam
4 tahun, untuk pengering yang berkapasitas 3 ton, 7 ton dan 10 ton masing-
masing beroperasi 50 kali, 40 kali dan 30 kali.
Rata-rata biaya perbaikan yang dikeluarkan untuk pengeringan di
kecamatan Muara Telang danAir Saleh sebesar Rp 180.714/th dan Rp 150.000)
th. Biaya variabel terdiri dari biaya perbaikan, upah operator dan biaya bahan
bakar dan pelumas. Sedangkan biaya tetap terdiri dari penyusutan dan nilai
bunga. Biaya total yang dikeluarkan untuk mengoperasikan pengering selama
masa operasi 2,5 bulan dalam satu tahun di Kecamatan Muara Telang dan
Air Saleh, masing-masing sebesar Rp15.823.245/th dan Rp 14.950.396/th.
Penerimaan yang diperoleh pemilik pengering dari ongkos pengeringan
yang dibayar pelanggan di Kecamatan Muara Telang dengan jumlah gabah
yang dikeringkan sebanyak 291,83 ton/th sebesar Rp 30.033.527/th,
sedangkan di Kecamatan Air Saleh dengan volume gabah yang dikeringkan
sebanyak 227,9 ton/th diperoleh penerimaan sebesar Rp 20.160.937/th.
Pendapatan pemilik pengeringan di kecamatan Muara Telang dan
Air Saleh masing-masing senilai Rp 14.210.281/th dan Rp 5.210.541/
PE ons Ins Tebolg NembangunKtcharan argon dn Kshs
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianINOVASI TEKNOLOG! PADI DAN PALAWIJA
th. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk mengeringkan 1 kg gabah di
Kecamatan Muara Telang dan Air Saleh maka biaya yang dikeluarkan
pemilik pengering atau biaya pokok pengeringan sebesar Rp 54,22/kg dan
Rp 65,60/kg. Sedangkan ongkos yang harus dikeluarkan oleh pelanggan
untuk mengeringkan 1 kg gabah di kecamatan Muara Telang dan Air saleh
sebesar Rp 102,91 dan Rp 88,46. Dengan demikian untuk 1 kg gabah yang
dikeringkan, maka pemilik mesin pengering di Kecamatan Muara Telang dan
Air Saleh mendapatkan keuntungan sebesar Rp 48,69/kg dan Rp 22,86/kg.
Pemilik pengering tersebut berada dalam keadaan impas (tidak memperoleh
keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian) mengoperasikan alatnya jika
dalam satu tahun di Kecamatan Muara Telang dikeringkan gabah sebanyak
153,7 ton dan di Kecamatan Air Saleh sebanyak 169 ton
Uji coba Box Dryer BBS yang direkayasa menjadi kapasitas 10 ton di
Desa Telang Rejo Jalur 8 jembatan 5 Delta Telang | Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan tahun 2008 menunjukkan bahwa rendemen pengeringan
box dryer BBS sebesar 87,5% sedangkan penjemuran 85%. Rendemen giling
beras yang dikeringkan dengan box dryer BBS sebesar 65%, sedangkan
dengan penjemuran 62%.
Hasil ujicoba pengeringan gabah dengan menggunakan box dryer
BBS kapasitas 3 t pada tahun 2004-2005 menunjukkan bahwa: (1) Waktu
pengeringan berkisar 8-12 jam atau rata-rata 10 jam, lebih cepat dibandingkan
dengan penjemuran yang lamanya 1-2 hari, (2) Rendemen pengeringan rata-
rata meningkat 2,5%, (3) Rendemen beras giling rata-rata meningkat 2,5 %,
(4) persentase beras kepala rata-rata meningkat 17%, (5) Biaya pengeringan
fata-rata sebesar Rp. 25/kg GKP berarti lebih rendah dibandingkan dengan
biaya penjemuran (Rp. 50/kg GKP), dan (6) Harga jual beras rata-rata
Mmeningkat sebesar Rp. 300/kg (Sutrisno, et al., 2007a). Berdasarkan
Perhitungan yang telah dilakukan, akibat terjadinya peningkatan rendemen
lan mutu beras giling serta penurunan biaya pengeringan, pendapatan
tani dapat ditingkatkan sebesar + Rp1.500.000/ha (tha = 6 t GKP).
Mutu beras yang dihasilkan oleh RMU yang mengeringkan gabah
lenggunakan mesin pengering BBS pada 2 (dua) kecamatan sentra produksi
s di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut:
Badan Penelitian den Pengembangan Pertanian
Teologi Membangun Ketahanon Pangan dan Kesjchterccn Petan 23 aINOVAS! TEKNOLOGI PAD! DAN PALAWUA
Tabel 27. Mutu beras giling pada RMU yang menggunakan mesin pengering
BBS
Kecamatan
ee Muara Telang Air Saleh
Beras kepala (%) ] 73,21 72.5
Beras patah(%) 20,35 18.75
Butir kuning (%) 1,83 | 19
Butir menir (%) BA - 420
Rendemen beras (%) 64,28 67.5
Harga beras (Rp/kg) ~ 4267,85 4225
Apabila mengacu pada Standard Nasional Indonesia (SNI 01-6128-
1999), maka kualitas beras tersebut memenuhi beberapa standard pada
kelas mutu 5 yang disyaratkan (beras kepala minimum 60%, beras utuh:
minimum 35 %, beras patah maksimum 35%, butir menir maksimum 5%, butir
merah maksimum 5%). Dengan demikian mutu beras giling pada RMU yang
menggunakan mesin pengering BBS di Kecamatan Air Saleh mendekati
standard kelas mutu 5 untuk beras kepala dan memenuhi syarat kelas mutu
4 untuk beras utuh. Di Kecamatan Muara Telang bahkan memenuhi syarat
kelas mutu 4 untuk beras kepala dan butir patahnya.
Untuk mewujudkan satu unit pengering tersebut nilai investasi alat
pengering yang bisa mencapai Rp 30.000.000, dirasakan sebagai kendala’
bagi pelaku usaha yang memiliki keterbatasan modal. Namun secara
kelompok, maka petani dapat saja melakukan usaha itu yang dikelola secara
bersama, dengan menghimpun dana dari kelompok tani bahkan gapoktan.
Respon positif terhadap penggunaan mesin pengering gabah bahan
bakar sekam dapat dilihat dari masing-masing pelaku usaha seperti pemilk
RMU, petani dan pedagang beras. Pemilik RMU memiliki persepsi posilif
Inovasi Teknologi Membangun Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Peta
SD 2: cee eeINOVASI TEKNOLOGI PADI DAN PALAWIJA.
terhadap penggunaan mesin pengering BBS antara lain; (1) Menjadi daya
tarik bagi petani untuk menggilingkan padi, (2) Kualitas beras yang dihasilkan
lebih baik, sehingga meningkatkan pendapatan dari peningkatan harga dan
fendemen beras, dan (3) Dapat mengatasi problem pengeringan pada saat
panen raya di pasang surut yang bertepatan dengan musim hujan.
Bagi petani, penggunaan mesin pengering BBS mempunyai kelebihan;
_(1)Meningkatkan mutu beras dengan berkurangnya “beras batik”, (2) Gabah
dan beras dapat disimpan lebih lama dirumah, sehingga ketersediaan untuk
konsumsi lebih terjamin akibat adanya stok (3) Membantu mengatasi problem
pengeringan pada saat panen raya yang bertepatan dengan musim hujan,
(3) Mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja pada saat panen raya, dan
(4) Meningkatkan pendapatan akibat peningkatan mutu dan harga beras.
Sedangkan bagi pedagang, dengan meningkatnya kualitas beras
ing dihasilkan oleh petani di lahan pasang surut dapat: (1) memudahkan
nanganan dan pengolahan jika membeli gabah, (2) dapat disimpan lebih
ma serta (3) mempermudah pemasaran beras di Sumatera Selatan.
Teknologi Membangun Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani 217 =
Badan Peneltian dan Pengembongan Pertanian