4) Teknik Irigasi
Tersedia berbagai tipe jarum walaupun tidak ada satu pun yang tepat.
Yang penting adalah ukurannya yang harus kecil. Lebih disukai berukuran 27 atau
28. Jarum ukuran ini berpotensi untuk berpenetrasi lebih dalam sehingga
pengeluaran lautan dapat lebih baik demikian juga pembersihan debrisnya. Jarum
yang lebih kecil cenderung menjadi tersumbat; kecenderungan ini dapat
diminimalkan dengan aspirasi setiap setelah irigasi.
Pemakaian. Faktor yang paling penting adalah penetrasi jarum dan volume
irigasi. jarum yang kecil, bersama-sama dengan irigasi yang banyak akan
menghasilkan pembilasan yang lebih baik.
5) Menempatkan Subbase:
Bahan Subbase
• Ca(OH)2
Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping
yang paling populer sebagai terapi pulpa vital. Bahan ini mempunyai banyak
kekurangan di antaranya pada pH 12,5 menyebabkan terjadi nekrosis likuidasi
terutama pada lapisan superfisial pulpa. Efek toksik dari kalsium hidroksida yang
kelihatannya dinetralisir pada lapisan pulpa yang lebih dalam, justru
menyebabkan nekrosis koagulasi yang berbatasan dengan jaringan vital,
menyebabkan iritasi ringan pada pulpa. Pada proses kesembuhan, terjadi tunnel
defectt pada pembentukan jembatan dentin yang akan memudahkan masuknya
bakteri dan memperlambat proses kesembuhan. Untuk mencegah terjadinya
infeksi, perlu mempercepat kesembuhan dengan memicu proses regenerasi sel.
Suatu proses kesembuhan diperlukan molekul pensinyal untuk memulai kaskade
siklus sel agar terjadi mitosis untuk regenerasi odontoblas membentuk dentin
reparatif.
Pada suatu penelitian dipakai TGF-β1 suatu growth factor sebagai molekul
pensinyal pada perawatan direct pulp capping. Suatu pendekatan baru berbasis
pengertian mekanisme seluler dan molekuler pada regulasi dentinogenesis.
Pemberian TGF - β 1 mempengaruhi respons inflamasi yang meliputi:
meningkatkan infiltrasi sel inflamasi, menurunkan perdarahan, vakuolisasi,
nekrosis dan angiogenesis. Pemberian TGF- β1 meningkatkan aktivitas fibroblas
yang meliputi: meningkatkan stellate fibroblast, odontoblastoid, mineralisasi,
fosfatase alkali dan sintesis kolagen tipe I. Pada pemberian TGF- β1, peningkatan
sintesis kolagen tipe I disebabkan oleh peningkatan diferensiasi odontoblastoid
dan seiring dengan berjalannya waktu, kolagen tipe I disintesis makin banyak.
Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta.
Kalsium hidroksida diberikan sebagai pelapik yang banyak mengandung kalsium
di atas dentin yang baru dipotong atau sebagai insulator di atas bagian kavitas
yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang paling populer karena bahan ini dapat
dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat. Jenis bahan ini dipakai
dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur bahan. Sebelum
penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih karena sebagian pelapik
bahan ini harus ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari noda-noda
yang berserakan di semua tempat. (Baum, 1997)
7) Penumpatan sementaraa
Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal
hermetik yang baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil
tanpa mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah
dicapai. Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta
fungsinya.
Tujuan restorasi sementara :
Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit
atau ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen sementara juga harus non-
iritasi sehingga menjaga kenyamanan pasien selama periode waktu yang
singkat.
Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.
Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan
cara merestorasi titik kontak, atau ke oklusal dengan merestorasi stop
sentrik.
Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.
Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak
mempersulit pembersihan mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika
kavitas dibiarkan terbuka akan timbul masalah gingiva akibat sulit
menjaga kebersihan mulut.
8) Melakukan control seminggu kemudian.
Kunjungan II:
1) Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka
tumpatan sementara.
2) Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan
keluhan penderita, apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan
diganti yang baru setelah itu baru dilakukan penumpatan tetap.
DAFPUS:
Baum, Lloyd. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi / Baum Philips Lund; alih bahasa,
Rasinta Tarigan; editor, Lilian Yuwono. - Ed. 3 – Jakarta: EGC, 1997.
E. Walton, Richard, dan Mahmoud Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsia Adisi 3. Jakarta : EGC.