Anda di halaman 1dari 8

LO 3

Prosedur Perawatan Pulp Capping


Prosedur perawatan pulp Capping secara Umum
 Kunjungan pertama
1) Asepsis
Berbagai bahan kimia dan teknik telah digunakan untuk membuag dan
mengahancurkan kontaminan bakteri dari dari permukaan gigi, cengkeram, dan
karet sekelilingnya. Bahan kimia yang dipakai antara lain alkohol, senyawa
ammonium kuaterner, natrium hipoklorit, ioium organic, garam-garam merkuri,
dan hydrogen peroksida. Teknik yang efektif adalah sebagai berikut:
1. Plak dibuang
2. Pemasangan isolator karet
Pemasangan isolator karet merupakan hal yang harus dilakukan .
pemasangan isolator karet pada gigi normal, dengan beberapa latihan, hanya
memerlukan waktu kira-kira setengah menit. Walaupun demikian dipraktek
pribadi masih jarang dilakukan pemasangan isolator karet ini.
- Keuntungan pemakaian isolator karet ini adalah:
a) Mencegah tertelannya instrument endodontik yang digunakan.
b) Daerah kerja kering dan jelas serta mudah didesenfeksi.
c) Melindungi gusi, lidah dan pipi dari trauma iatrogenic.
d) Mempersingkat waktu perawatan yang dilakukan dokter gigi.
- Kerugian pemakaian isolator karet ini adalah:
a) Mempersulit foto rontgen.
b) Dapat terjadi trauma pada papilla gingival.
- Isolator karet terdiri dari:
a) Lembaran Karet.
Ada yang berwarna terang dan gelap. Warna gelap membuat
daerah kerja menjadi lebih jelas tetapi kurang baik untuk pengambilan foto
rontgen. Ketebalan dari lembar karet ada bermacam-macam.
b) Bingkai
Bingkai isolator karet terbuat dari logam dan plastik. Gunanya
untuk menahan atau meregang lembaran karet yang digunakan. Saat ini
yang sering dipakai adalah Starlite visiframe.
c) Cengkram
Untuk setiap elemen gigi mempunyai cengkeram tersendiri.
 Permukaan gigi, cengkeram, dan karet di sekelilingnya diulas dengan
hydrogen peroksida 30 %.
 Permukan dioles dengan desinfektan iodium tinktur 5%, natrium
hipoklorit juga bisa digunakan untuk menggantikannya.
3. Sterilisasi instrument
Sterilisasi adalah proses pemusnahan semua mikroorganisme. Disinfeksi
bakteri berarti menghilangkan organisme vegetative yang menyebabkan penyakit.
Instrument yang digunakan dalam perawatan endodontik memerlukan disinfeksi,
tetapi hal ini tidak begitu memuaskan Karena tiga alasan yaitu:
 Metode disenfeksi yang digunakan tidak dapat bergantung pada eliminasi
organisme yang dapat menyebabkan penyakit.
 Organsme yang secara normal adalah nonpatogenik dapat menimbulkan
penyakit jika memperoleh tambahan jaringan yang nekrosisatau rusak
yang terdapat dalam ruang pulpa atau region periapeks.
 Instrument yang berkontak dengan cairan tubuh dapat memindahkan
hepatitis Bdari satu pasien kepada yang lainnya, kecuali dilakukan
sterilisasi.
Oleh kerena itu, jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis,
semua instrument yang digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih
dahulu. Selain itu, harus diingat bahwa semua instrument yang hendak di
sterilisasi harus digosok dan dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen dan air
karena jika terdapat sisa darah kering, jaringan, atau yang lainnya, dapat
menghambat jalannya sterilisasi.
Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-bahan
endodontik ini, seperti:
1. Autoklaf
2. Oven udara panas
3. Pemanas kering
4. Sterilisasi garam panas

2) Pembersihan jaringan karies


Kedalaman penetrasi lesi karies bukanlah memberi pengaruh yang
bermaknapada ragangan akhir preparasi. Bila ragangan preparasi hamper selesai
dibuat maka dilakukan evaluasi pengukuran penetrasi lateral dari karies dengan
menggunakan sonde. Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak
menghilangkan karies yang terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan
dengan menggunakan bur bulat atau eksavator genggam. Bila digunakan dengan
bur, sebaiknya bur kecepatan rendah untuk mencegah pembuangan yang
berlebihan. Ukuran mata burnya harus besar dan disesuaikan dengan besar gigi
dan besar karies dentin yang tertinggal. Sewaktu karies dentin ini disingkirkan,
warna dan tekstur dentin yang tinggal dapat digunakan sebagai penuntun untuk
mengetahui preparasi yang tepat. Penyinkiran karies dentin dengan ekskavator
dan bur bulat.

3) Membersihkan permukaan preparasi


Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi
oleh sisaselapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat
mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat
terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak
begitu nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat
optimal semen gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh
kebersihan permukaan preparasi pada waktu penambalan.
Natrium hipoklorit (NaOCl) dalam berbagai konsentrasi adalah irigan
yang paling popular dan paling dianjurkan. Larutan ini tidak mahal, mudah
diperoleh, mudah dipakai dan memperoleh rating yang tinggi dalam penelitian.
Penelitian in vitro mengindikasikan bahwa NaOCl melarutkan jaringan dengan
mudah, eksperimen pada gigi cabutan dan penggunaan kliniknya tidak begitu
mengesankan. Didalam saluran akar, irigan tidak akan berkontak secara luas dan
intim dengan semua daerah jaringan. Selain itu, irigan tidak mempunyai akses
yang cukup kedaerah yang terpencilmdan derah-daerah yang mengalami
penyimpangan anatomi dan oleh karenanya aka nada daerah-daerah yang
debridementnya tidak bisa dilakukan dengan baik. Sedangkan Pemakaian
peroksida hydrogen (H2O2) sendiri tidak bermanfaat. Cara ini dahulu pernah
popular dan bermanfaat tapi karena ada efek berbusanya larutan akibatnya
terbentuk O-nasen yang memudahkan pembersihan debris ternyata, peningkatan
debridement dengan cara ini tidak terjadi.

4) Teknik Irigasi
Tersedia berbagai tipe jarum walaupun tidak ada satu pun yang tepat.
Yang penting adalah ukurannya yang harus kecil. Lebih disukai berukuran 27 atau
28. Jarum ukuran ini berpotensi untuk berpenetrasi lebih dalam sehingga
pengeluaran lautan dapat lebih baik demikian juga pembersihan debrisnya. Jarum
yang lebih kecil cenderung menjadi tersumbat; kecenderungan ini dapat
diminimalkan dengan aspirasi setiap setelah irigasi.
Pemakaian. Faktor yang paling penting adalah penetrasi jarum dan volume
irigasi. jarum yang kecil, bersama-sama dengan irigasi yang banyak akan
menghasilkan pembilasan yang lebih baik.

5) Menempatkan Subbase:
Bahan Subbase
• Ca(OH)2
Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping
yang paling populer sebagai terapi pulpa vital. Bahan ini mempunyai banyak
kekurangan di antaranya pada pH 12,5 menyebabkan terjadi nekrosis likuidasi
terutama pada lapisan superfisial pulpa. Efek toksik dari kalsium hidroksida yang
kelihatannya dinetralisir pada lapisan pulpa yang lebih dalam, justru
menyebabkan nekrosis koagulasi yang berbatasan dengan jaringan vital,
menyebabkan iritasi ringan pada pulpa. Pada proses kesembuhan, terjadi tunnel
defectt pada pembentukan jembatan dentin yang akan memudahkan masuknya
bakteri dan memperlambat proses kesembuhan. Untuk mencegah terjadinya
infeksi, perlu mempercepat kesembuhan dengan memicu proses regenerasi sel.
Suatu proses kesembuhan diperlukan molekul pensinyal untuk memulai kaskade
siklus sel agar terjadi mitosis untuk regenerasi odontoblas membentuk dentin
reparatif.
Pada suatu penelitian dipakai TGF-β1 suatu growth factor sebagai molekul
pensinyal pada perawatan direct pulp capping. Suatu pendekatan baru berbasis
pengertian mekanisme seluler dan molekuler pada regulasi dentinogenesis.
Pemberian TGF - β 1 mempengaruhi respons inflamasi yang meliputi:
meningkatkan infiltrasi sel inflamasi, menurunkan perdarahan, vakuolisasi,
nekrosis dan angiogenesis. Pemberian TGF- β1 meningkatkan aktivitas fibroblas
yang meliputi: meningkatkan stellate fibroblast, odontoblastoid, mineralisasi,
fosfatase alkali dan sintesis kolagen tipe I. Pada pemberian TGF- β1, peningkatan
sintesis kolagen tipe I disebabkan oleh peningkatan diferensiasi odontoblastoid
dan seiring dengan berjalannya waktu, kolagen tipe I disintesis makin banyak.
Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta.
Kalsium hidroksida diberikan sebagai pelapik yang banyak mengandung kalsium
di atas dentin yang baru dipotong atau sebagai insulator di atas bagian kavitas
yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang paling populer karena bahan ini dapat
dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat. Jenis bahan ini dipakai
dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur bahan. Sebelum
penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih karena sebagian pelapik
bahan ini harus ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari noda-noda
yang berserakan di semua tempat. (Baum, 1997)

Kalsium Hidroksida tipe hard setting dengan merek dagang Dycal


(Dentsply).
Sejumlah instrumen dapat dipakai tergantung pada perlakuan yang
diperlukan. Ukuran dan lokasi preparasi menentukan instrumen yang paling tepat.
Bagian belakang eskavator yang kecil dapat digunakan dalam penempatan semen.
Instrumen yang efektif adalah aplikator yang berbentuk seperti sebuah sonde
dengan bulatan kecil pada ujungnya. Ujung yang bulat dicelupkan setengah ke
dalam campuran yang diinginkan saat menempatkan pasta di gigi atas (atau
permukaan “atas”). Jika lebih dari setengah alat ini dicelupkan, bahan tersebut
tidak akan tinggal pada ujung alat tadi tetapi akan terus mengalir ke tangkai
instrumen.
Preparasi amalgam dan resin akan mempunyai underkut retentif pada
dentin. Ada kecenderungan yang kuat bahwa bahan pelapik, seperti misalnya
Dycal, kunci mekanis untuk retensi. Bila hal ini terjadi, alat-alat eksplorer atau
pemotong digunakan untuk membuang bahan dari sisi retensi setelah bahan itu
mengeras.
Bahan pelapik mngeras dengan sangat cepat setelah dicampur, sehingga
harus ditempatkan langsung setelah pencampuran. Temperatur mulut
mempercepat reksi pengerasan ini. Kelembaban yang meningkat juga akan
mengurangi waktu pengerasan, keadaan ini disebabkan karena tidak memakai
isolator karet. (Baum, 1997)
• Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar
yang dikembangkan di Universitas Loma Linda. MTA memiliki kemampuan
mengisi yang baik, tidak bersifat toksik, tidak menimbulkan inflamasi,
biokompatibel, mudah memanipulasikannya, tidak terpenganih terhadap adanya
kontaminasi darah, tidak larut dan dapat merangsang pembentukan jaringan keras
(tulang dan sementum). Disamping itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan
lebih radiopak dari dentin schingga mempermudah membedakannya daJam
radiografi. Karena sifat-sifatnya ini MTA digunakan sebagai bahan perawatan
dalam bidang endodontik yaitu: sebagai perawatan perforasi saluran akar,
pulpotomi, apeksifikasi akar dan direct pulp capping.
6) Melapisi subbase dengan base
Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative
tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa
dari iritasi kimia dan fisik. Bahan basis berfungsi sebagai pelindung terhadap
iritasi kimia, menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan yang
diberikan semalam pemampatan bahan restorative. Kebutuhan akan pelindung
sebelum merestorasi bergantung pada perluasan lokasi preparasi dan material
restorasi yang akan digunakan. Karena memiliki tujuan yang sama, liner dan base
tidak dibedakan secara jelas. (Baum dkk, 1997 ; 154)
Liner merupakan lapisan tipis material yang digunakan sebagai barrier
untuk melindungi dentin dari reaktan residual yang berdifusi keluar dari
restorasi/cairan rongga mulut yang dapat menembus interface gigi-restorasi. Liner
juga sebagai penyekat elektrik material metalik, memberikan perlindungan
thermal dan medikasi pulpa. Kebutuhan liner bila akan dilakukan restorasi metal
yang luas ke pulpa yang tidak berikatan dengan struktur gigi seperti amalgam,
cast gold, atau restorasi indirect.
Basis (biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan
termal untuk pulpa dan menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan
mendistribusikan stress local dari restorasi ke permukaan dentin di bawahnya.

7) Penumpatan sementaraa
Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal
hermetik yang baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil
tanpa mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah
dicapai. Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta
fungsinya.
Tujuan restorasi sementara :
 Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit
atau ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen sementara juga harus non-
iritasi sehingga menjaga kenyamanan pasien selama periode waktu yang
singkat.
 Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.
 Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan
cara merestorasi titik kontak, atau ke oklusal dengan merestorasi stop
sentrik.
 Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.
 Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak
mempersulit pembersihan mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika
kavitas dibiarkan terbuka akan timbul masalah gingiva akibat sulit
menjaga kebersihan mulut.
8) Melakukan control seminggu kemudian.
 Kunjungan II:
1) Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka
tumpatan sementara.
2) Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan
keluhan penderita, apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan
diganti yang baru setelah itu baru dilakukan penumpatan tetap.

DAFPUS:
Baum, Lloyd. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi / Baum Philips Lund; alih bahasa,
Rasinta Tarigan; editor, Lilian Yuwono. - Ed. 3 – Jakarta: EGC, 1997.
E. Walton, Richard, dan Mahmoud Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsia Adisi 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai