Anda di halaman 1dari 41

Laporan Observasi PPKN B 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Permasyarakatan (disingkat Lapas) adalah tempat untuk
melakukan pembinaan terhadap warga binaan di Indonesia. Sebelum dikenal
istilah Lapas di Indonesia, tempat tersebut disebut dengan istilah penjara.
Lembaga permasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah
Direktorat Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga
Permasyarakatan adalah warga binaan Permasyarakatan bisa juga yang
statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam
proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim.
Pegawai Negeri Sipil yang menangani pembinaan narapidana dan tahanan di
Lembaga Permasyarakatan disebut Petugas Permasyarakatan, atau dahulu
dikenal dengan istilah Sipir Penjara.
Konsep pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman
Sahardjo pada tahun 1962. Ia menyatakan bahwa tugas jawatan kepenjaraan
bukan hanya melaksanakan hukuman, melainkan juga tugas yang jauh lebih
berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam
masyarakat. Pada tahun 2005, jumlah penghuni Lapas di Indonesia mencapai
97.671 orang, lebih besar dari kapasitas hunian yang hanya untuk 68.141
orang.
Lembaga Permasyarakatan terbagi menjadi dua yaitu Lembaga
Permasyarakatan Terbuka dan Tertutup. Lapas tertutup, adalah satu institusi
di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia yang melakukan pembinaan terhadap
warga binaan sejak ia dipidanakan, dan untuk kasus pidana umum sampai ia
dipindahkan ke Lapas terbuka untuk mengikuti pembinaan lanjutan.

Page | 1
Laporan Observasi PPKN B 2014

Lapas Terbuka, adalah salah satu institusi di bawah Direktorat Jenderal


Permasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia yang secara khusus melaksanakan pembinaan lanjutan terhadap
warga binaan pada tahap asimilasi yaitu dengan masa pidana antara 1/2
sampai dengan 2/3 dari masa pidana yang harus dijalani oleh warga binaan
yang bersangkutan. Asimilasi yang dimaksud menurut penjelasan Undang-
undang nomor 12 tahun 1999 tentang Pemasyarakatan pasal demi pasal, pasal
6 ayat 1 alinea ke 2, pembinaan secara ekstramural yang dilakukan di Lapas
disebut asimilasi, yaitu proses pembinaan warga binaan pemasyarakatan yang
telah memenuhi persyarakatan tertentu dengan membaurkan mereka ke dalam
kehidupan bermasyarakat.
Secara perkembangannya , pada awal mulainya masa pemidanaan
seseorang yang melakukan tindak pidana adalah bernama penjara , namun
pada saat ini nama tersebut sudah diganti menjadi lembaga pemasyarakatan .
Pandangan ini yang menjadi dasar dari Lambang Pemasyarakatan bagi
lembaga pemesyarakatan, yaitu griya winaya jamna miwarga laksa
dharmmesti, yang artinya rumah untuk pendidikan manusia yang salah jalan
agar patuh kepada hukum dan berbuat baik. Lambang Pemasyarakatan ini
ditetapkan dalam Keputusan Menkeh RI No. M.09.KP.10.10 Tahun 1997.
Namun demikian sejarah dari penjara ke lembaga pemasyarakatan tak serta-
merta ada begitu saja, tapi ternyata telah melalui proses panjang yang cukup
berliku-liku dimulai sejak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan
17 Agustus 1945 yang itu tentu dalam upaya perbaikan terhadap pelanggar
hukum baik yang berada dalam penahanan sementara maupun yang sedang
menjalani pidana. Upaya tersebut tidak hanya terjadi pada bangsa kita, tapi
juga pada bangsa-bangsa lain sejalan dengan pergerakan kemerdekaannya
terutama setelah perang dunia kedua. Tahun-tahun penting yang menjadi
tonggak sejarah dunia dalam upaya perbaikan tersebut, yaitu pertama, tahun
1933 ketika The International Penal dan Penitentary Commision (IPPC),
sebuah komisi Internasional mengenai pidana dan pelaksanaan pidana itu
pada tahap merencanakan. Kemudian, kedua, tahun 1934 dimana IPPC mulai

Page | 2
Laporan Observasi PPKN B 2014

mengajukan untuk disetujui oleh The Asembly of The Leaque of Nation,


yaitu rapat umum organisasi bangsa-bangsa. Ketiga, tahun 1955, naskah IPPC
yang diperbaiki oleh sekretariat PBB disetujui oleh Kongres PBB, yang
dijadikan Standart Minimum Rules (SMR) dalam pembinaan napi. Keempat,
tahun 1957, tepatnya tanggal 31 Juli 1957, Dewan Ekonomi dan Sosial PBB
(Resolusi No. 663C XXIV) menyetujui dan menganjurkan pada pemerintahan
dari setiap negara untuk menerima dan menerapkannya. Adapun upaya
perbaikan di Indonesia diawali tahun 1963, tepatnya 5 Juli 1963, di Istana
Negara RI ketika Sahardjo, SH, Menteri Kehakiman mendapat anugerah gelar
Doktor Honoris Causa bidang hukum dengan pidatonya “Pohon Beringin
Pengayoman”; yang antara lain dinyatakan bahwa tujuan dari pidana penjara
adalah “Pemasyarakatan” dan juga mengemukakan konsep tentang hukum
nasional, yang digambarkan sebuah “Pohon Beringin” untuk melambangkan
“Tugas hukum ialah memberi pengayoman agar cita-cita luhur bangsa
tercapai dan terpelihara. DR, Sahardjo, SH adalah seorang tokoh yang
menancapkan tiang pancang perubahan dalam bidang pemasyarakatan.
Gagasan tentang pemasyarakatan mencapai puncaknya pada 27 April 1964
dalam Konferensi Nasional Kepenjaraan di Grand Hotel Lembang, Bandung.
Konferensi yang diikuti oleh direktur penjara seluruh Indonesia ini didahului
oleh Amanat Presiden Republik Indonesia, yang dibacakan oleh Astrawinata,
SH yang menggantikan kedudukan Almarhum DR. Sahardjo, SH. sebagai
Menteri Kehakiman. Nah, istilah kepenjaraan mulai saat itu diganti dengan
Pemasyarakatan, dan tanggal 27 April akhirnya ditetapkan sebagai Hari
Pemasyarakatan dan sampai saat ini nama istilah lembaga pemasyarakatan
masih digunakan .

Page | 3
Laporan Observasi PPKN B 2014

B. Rumusan Masalah

 Apakah Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ?

 Apakah yang dimaksud dengan Lapas Terbuka ?

 Apakah yang dimaksud dengan Lapas Tertutup ?

 Apa saja Perbedaan Antara Lapas Terbuka dan Lapas Tertutup ?

 Apakah yang menjadi dasar perbedaan Penggolongan nama Kelas

Lapas?

 Bagaimana Prosedur Masuk ke lapas Terbuka ?

 Bagaimana Prosedur masuk ke lapas tertutup?

 Bagaimana Sistem Pengamanan di Lapas Terbuka dan Lapas

tertutup?

 Bagaimana Sistem Pembinaan Warga Binaan di Lapas Terbuka dan

tertutup?

 Bagaimana Sistem Asimilasi Warga Binaan di Lapas Terbuka dan

tertutup?

 Apa saja kegiatan atau aktivitas keseharian wargabinaan di dalam

lapas setiap harinya ?

Page | 4
Laporan Observasi PPKN B 2014

C. Tujuan Observasi

 Untuk mendapatkan informasi tentang Lembaga Permasyarakatan

(Lapas)

 Untuk memahami perbedaan lapas terbuka dan tertutup

 Untuk membandingkan teori yang didapatkan pada saat perkuliahan

dengan fakta atau kejadian yang nyata dilapangan

 Untuk memperoleh data yang akurat mengenai dasar penentuan

tatanama penggolongan kelas dalam Lembaga Pemsyarakatan

 Untuk mengetahui sistem pembinaan wargabinaan di dalam Lapas

Terbuka dan Tertutup

 Untuk mengetahui aktivitas atau kegiatan wargabinaan di Lapas

Terbuka dan Tertutup

 Untuk mengamati secara langsung perilaku wargabinaan di dalam

lembaga pemsyarakatan

 Untuk mengetahui beberapa kasus yang dapat di masukkan kedalam

lapas tersebut

 Untuk mengetahui bagaimana prosedur terpidana masuk kedalam

Lembaga pemsyarakatan terbuka maupun tertutup

 Untuk mengetahui bagaimana prosedur dikeluarkannya atau

dibebaskannya terpidana dari lembaga pemasyarakatan

 Untuk memenuhi tugas Observasi Hukum Pidana & Acara Pidana

Page | 5
Laporan Observasi PPKN B 2014

D. Manfaat Observasi

 Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berharga

dari Observasi yang dilakukan

 Memperoleh masukan serta umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan kesesuaian pendidikan dan kenyataan yang ada di luar

perkuliahan .

 Memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial

 Mendapatkan pengalaman langsung

 Mengimplotasikan antara pendidikan diperkuliahan dan pendidikan

kontekstual diluar perkuliahan.

 untuk menggeneralisasi hipotesis yang dipelajari didalam perkuliahan

dengan yang ada langsung dilapangan

 Menjawab pertanyaan pertanyaan seputar Tahapan akhir dalam Acara

Pidana yaitu purna ajudikasi

 Menggambarkan peristiwa tahapan purna ajudikasi dalam tahapan akhir

acara pidana secara lebih realistik .

 Sarana evaluasi kebenaran penjelasan guru atau dosen diperkuliahan

dengan kebenaran yang ada di lapangan

 Dapat memenuhi tugas akhir semester matakuliah Hukum Pidana dan

Acara pidana.

Page | 6
Laporan Observasi PPKN B 2014

BAB II

METODELOGI OBSERVASI

A. Metode Observasi

 Observasi

Untuk melengkapi cara memperoleh data yang lengkap penulis

mempergunakan metode observasi, yaitu mengamati, mencari data

dari beberapa fakta mengenai hal yang ada hubungannya dengan

permasalahan. Menggunakan sistem Observasi yang sifatnya

berpartisipasi (Pertisipant Observation) yaitu observer ikut aktif

dalam kegiatan observasi.

 Wawancara

suatu cara untuk mengumpulkan data dengan jalan bertatap muka

(tanya jawab) langsung dengan informan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Bimo Walgito bahwa “Wawancara adalah salah satu

metode untuk mendapatkan data anak atau orang dengan mengadakan

hubungan secara langsung dengan informan.

 Studi Lapangan

Melihat dan berinteraksi langsung dengan objek secara realistik

ketempat itu berada diluar perkuliahan untuk mendapatkan informasi

secara real atau nyata .

Page | 7
Laporan Observasi PPKN B 2014

B. Tempat / waktu Observasi


 Observasi I
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka kelas II Cinere Jakarta
Senin , 21 Desember 2015

 Observasi II
Lemabaga Pemasyarakatan Tertutup Kelas I Sukamiskin Bandung
Selasa , 22 Desember 2015

C. Subjek Observasi
 Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Cinere Jakarta
 Humas Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
Cinere Jakarta
 Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan kelas I Sukamiskin
Bandung
 Humas Lemabaga Pemasyarakatan kelas I Sukamiskin Bandung
 Aktivitas wargabinaan didalam lembaga pemsyarakatan

D. Teknik analistik Observasi


 Wawancara

suatu cara untuk mengumpulkan data dengan jalan bertatap muka

(tanya jawab) langsung dengan informan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Bimo Walgito bahwa “Wawancara adalah salah satu

metode untuk mendapatkan data anak atau orang dengan mengadakan

hubungan secara langsung dengan informan.

Page | 8
Laporan Observasi PPKN B 2014

BAB III

HASIL OBSERVASI

Observasi I : Lembaga Pemasyarakatan kelas II Cinere Jakarta

A. Pengertian Lembaga Pemsyarakatan Terbuka


Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat
untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan. (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan). Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat tersebut
di sebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit
Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman).
Lembaga Pemasyarakatan merupakan tahap akhir dari sistem peradilan
pidana.Sistem peradilan pidana sendiri terdiri dari 4 (empat) sub-sistem yaitu
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.Sub-sistem
Lembaga Pemasyarakatan sebagai sub-sistem terakhir dari sistem peradilan
pidana mempunyai tugas untuk melaksanakan pembinaan terhadap terpidana
khususnya pidana pencabutan kemerdekaan.
Lembaga Pemasyarakatan sebagai wadah pembinaan narapidana yang
berdasarkan sistem pemasyarakatan berupaya untuk mewujudkan pemidanaan
yang integratif yaitu membina dan mengembalikan kesatuan hidup
masyarakat yang baik dan berguna. Dengan perkataan lain Lembaga
Pemasyarakatan melaksanakan rehabilitasi, reedukasi, resosialisasi dan
perlindungan baik terhadap narapidana serta masyarakat di dalam
pelaksanaan sistem pemasyarakatan. Dengan sistem pemasyarakatan sebagai
dasar pola pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan diharapkan
dapat berhasil dalam mencapai tujuan resosialisasi dan rehabilitasi pelaku
tindak pidana/narapidana, maka pada gilirannya akan dapat menekan

Page | 9
Laporan Observasi PPKN B 2014

kejahatan dan pada akhirnya dapat mencapai kesejahteraan sosial seperti


tujuan sistem peradilan pidana (jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang). Dengan demikian keberhasilan sistem pemasyarakatan di dalam
pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
akan berpengaruh pada keberhasilan pencapaian tujuan sistem peradilan
pidana.
Adapun istilah lembaga pemasyarakatan terbuka adalah , Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka adalah salah satu institusi di bawah Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia yang secara khusus melaksanakan pembinaan lanjutan
terhadap narapidana pada tahap asimilasi yaitu dengan masa pidana antara 1/2
sampai dengan 2/3 dari masa pidana yang harus dijalani oleh narapidana yang
bersangkutan. Asimilasi yang dimaksud menurut penjelasan Undang –
Undang No.12 tahun 1999 tentang Pemasyarakatan pasal demi pasal, pasal 6
ayat 1 alinea ke 2, Pembinaan secara ekstramural yang dilakukan di LAPAS
disebut asimilasi, yaitu proses pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan
yang telah memenuhi persyaratan tertentu dengan membaurkan mereka ke
dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembentukan Lapas Terbuka sebagai implementasi dari Surat Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. No : M.03.PR.07.03. Tahun
2003, tanggal 16 April 2003, perihal pembentukan Lapas Terbuka Pasaman,
Jakarta, Kendal, Nusakambangan, Mataram dan Waikabubak yang
ditandatangani oleh Bapak Prof.Dr. Yusril Ihza Mahendra dan merupakan
pengejawantahan dari konsep Community-Based Correction.

Page | 10
Laporan Observasi PPKN B 2014

B. Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Cinere Jakarta


Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Terbuka adalah salah satu institusi di
bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia yang secara khusus melaksanakan
pembinaan lanjutan terhadap narapidana pada tahap asimilasi yaitu dengan
masa pidana antara 1/2 sampai dengan 2/3 dari masa pidana yang harus
dijalani oleh narapidana yang bersangkutan. Asimilasi yang dimaksud
menurut penjelasan Undang – Undang No.12 tahun 1999 tentang
Pemasyarakatan pasal demi pasal, pasal 6 ayat 1 alinea ke 2, adalah proses
pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah memenuhi persyaratan
tertentu dengan membaurkan mereka ke dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembentukan Lapas Terbuka merupakan implementasi dari Surat Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. No : M.03.PR.07.03. Tahun
2003, tanggal 16 April 2003, perihal pembentukan Lapas Terbuka Pasaman,
Jakarta, Kendal, Nusakambangan, Mataram dan Waikabubak yang
ditandatangani oleh Bapak Prof.Dr. Yusril Ihza Mahendra dan merupakan
pengejawantahan dari konsep Community-Based Correction. Peresmian
Lapas Terbuka Jakarta dilakukan oleh Bapak Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia periode berikutnya yaitu Bapak Dr. Hamid Awaludin, SH.LLM ,
pada tanggal 14 Mei 2005. Lapas Terbuka Jakarta berlokasi di belakang
komplek Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. dengan alamat, Jl. Raya
Gandul , Desa Gandul, Kecamatan Limo, Kabupaten Depok. Lapas Terbuka
Jakarta berdiri di atas tanah seluas 4415 M2 dengan luas keseluruhan
bangunan 737 M2.
Ketika pertama didirikan Lapas ini memiliki kapasitas 50 orang yang

dibagi dalam 10 kamar hunian, dan pada tahun anggaran 2008 / 2009 telah

dilakukan peningkatan kapasitas hunian menjadi 100 orang, yang terbagi

menjadi 20 kamar. Kamar hunian yang ada di Lapas Terbuka berbeda dengan

Page | 11
Laporan Observasi PPKN B 2014

kamar hunian yang terdapat di Lapas tertutup, perbedaan terdapat pada

bentuk bangunannya, di Lapas Terbuka kamar hunian berbentuk seperti

kamar asrama atau kost yang tidak dilengkapi dengan jeruji besi seperti yang

biasa digunakan oleh kamar hunian Lapas tertutup. Adapun Visi , misi ,

tujuan dan fungsi dari lapas terbuka Cinere Jakarta .

VISI :

Visi dari Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta memiliki kesamaan


dengan visi dari Pemasyarakatan, yaitu : Pemulihan kesatuan hubungan
hidup, kehidupan dan penghidupan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai
individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan YME (Membangun
Manusia Mandiri).
Misi :
Misi dari Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta adalah :
Melaksanakan pembinaan dan pembimbingan tahap lanjutan bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan dalam Kerangka integrasi sosial, penegakan hukum,
pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan
Hak Asasi Manusia (HAM).

Tujuan :
 Memulihkan kesatuan hubungan hidup kehidupan dan penghidupan
narapidana di tengah tengah masyarakat;
 Memberi kesempatan bagi Narapidana untuk menjalakan fungsi sosial
secara wajar yang selama ini dibatasi ruang geraknya selama di dalam
Lembaga Pemasyarakatan, dengan begitu maka seorang Narapidana
yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka dapat berjalan
berperan sesuai dengan ketentuan norma yang berlaku di dalam
masyarakat;
 Meningkatkan peran aktif petugas, masyarakat dan Narapidana itu
sendiri dalam rangka pelaksanaan proses pembinaan;

Page | 12
Laporan Observasi PPKN B 2014

 Membangkitkan motivasi atau dorongan kepada Narapidana serta


memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada Narapidana
dalam meningkatkan kemampuan / keterampilan guna mempersiapkan
dirinya hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat setelah selesai
menjalani masa pidananya.
 menumbuh kembangkan amanat 10 ( sepuluh ) prinsip Pemasyarakatan
dalam tatanan kehidupan berbangsa adan bernegara;

Fungsi :

Fungsi dari Lembaga Pemasyarakatan Terbuka sebagai salah satu institusi


di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia adalah melaksanakan pembinaan
lanjutan terhadap narapidana pada tahap asimilasi yaitu dengan masa
pidana antara 1/2 sampai dengan 2/3 dari masa pidana yang harus dijalani
oleh narapidana yang bersangkutan.

 Sebagai upaya memulihkan kesatuan hubungan hidup kehidupan


dan penghidupan antara Narapidana dengan masyaraakat yang
sebelumnya retak dengan memberikan kesempatan kepada
Narapidana untuk menduduki tempatnya di Tengah-tengah
masyarakat yang berfungsi penuh.
 Memulihkan kembali harkat dan martabat serta keperecayaan diri
Narapidana sehingga memiliki kemampuan yang bertanggung
jawab baik kepada dirinya maupun kepada anggota masyarakat.
 Menghindari pengaruh dari prisonisasi yaitu pengaruh negatif dari
penempatan Narapidana yang relatif terlampau lama di lama
lingkungan bangunan LAPAS tempat pelaksanaan pidana

Moto :

“ Motto dari Lapas Terbuka Jakarta adalah LAPAS Terbuka Jakarta ”


BERSINAR”

Page | 13
Laporan Observasi PPKN B 2014

Mekansisme Pelayanan :

Mekanisme Pelayanan Berdasarkan surat Direktur Jenderal Pemasyarakatan


nomor : E.PR.07.03-725 tanggal 05 Desember 2003, perihal Operasionalisasi
Lapas Terbuka Jakarta, maka penempatan narapidana pada Lapas Terbuka Jakarta
adalah berasal dari UPT Wilayah DKI Jakarta, Wilayah Jawa Barat , Wilayah
Banten, maupun narapidana yang berdomisili di sekitar wilayah Lapas Terbuka
Jakarta. Namun demikian tidak semua narapidana dapat diterima untuk menjadi
penghuni Lapas Terbuka Jakarta. Karena berdasarkan Surat Edaran Direktur
Jenderal Pemasyarakatan tanggal ,03 Agustus 2009, Nomor : E.PK.04.10-115,
perihal Penempatan Narapidana di Lapas Terbuka, narapidana dengan kasus
narkotika, teroris, illegal logging, 378 (penipuan) dan pidana khusus lainnya
untuk sementara tidak direkomendasikan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
untuk ditempatkan di Lapas Terbuka.

C. Perbedaan Penggolongan Nama kelas Lapas


Dasar penentuan nama kelas dan penggolongan lapas

Lapas dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelas yaitu :

a. Lapas kelas I : Kapasitas hunian standar ≥ 1500 orang

b. Lapas kelas II A : Kapasitas hunian standar ≥ 500 – 1500 orang

c. Lapas kelas II B : Kapasitas hunian standar ≤ 500 orang

Klasifikasi tersebut didasarkan atas kapasitas hunian atau daya tampung

narapidana dan juga berdasarkan tempat kedudukan dan kegiatan kerja

petugas Lapas (berdasarkan struktur oganisasi yang berbeda – beda).

Page | 14
Laporan Observasi PPKN B 2014

D. Prosedur masuk Lapas terbuka kelas IIB Cinere


Narapidana yang baru masuk dan diterima oleh Lapas Terbuka
akan terlebih dahulu dilakukan screening. Pada proses screening tersebut
narapidana akan diberikan pertanyaan semacam pre test dengan isi
pertanyaan berkaitan dengan pemahaman beragama, pemahaman tentang
kesadaran berbangsa dan bernegara, pemahaman tentang kesadaran
hukum dan pertanyaan mengenai minat, bakat dan potensi diri yang
dimiliki oleh narapidana. Tujuan dari dilakukannya screening ini adalah
guna mengetahui apakah pembinaan kepribadian dan pembinaan
kemandirian yang dilakukan oleh Lapas sebelumnya sudah berhasil ?
Apabila dirasa belum, maka Lapas Terbuka Jakarta akan mengarahkan
narapidana yang bersangkutan ke program pembinaan yang dirasakan
belum berhasil tersebut. Contoh apabila dari hasil screening diketahui
bahwa pemahaman agama narapidana yang bersangkutan masih rendah
maka porsi pembinaan kerohanian baginya akan lebih diintensifkan.
Targetnya sehari sebelum narapidana tersebut bebas dia dapat menjawab
pertanyaan post test dengan skor lebih baik dengan skor saat pre test. Hal
itu dilakukan untuk membandingkan kemampuan yang dimilikinya saat
pertama masuk ke Lapas Terbuka Jakarta dengan setelah mendapatkan
pembinaan di Lapas Terbuka Jakarta. Mengingat pendekatan keamanan
yang diterapkan di Lapas Terbuka Jakarta bersifat Minimum Security,
maka narapidana yang akan ditempatkan di Lapas ini harus memenuhi
persyaratan – persyaratan sebagai berikut , yaitu :
1. Syarat substantif berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman, Nomor
: M.01.PK.04.10, Tahun 1999, Tentang asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan
Cuti Menjelang Bebas, pasal 7 ayat (2) yaitu :
a. Narapidana telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan
yang menyebabkan dijatuhi pidana.
b. Narapidana telah menunjukkan perkembangan budi pekerti dan moral
yang positif.

Page | 15
Laporan Observasi PPKN B 2014

c. Narapidana telah berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan dengan


tekun dan bersemangat.
d. Kondisi masyarakat telah dapat menerima program kegiatan pembinaan
yang bersangkutan.
e. Selama menjalankan pidana narapidana tidak pernah mendapat hukuman
disiplin sekurang – kurangnya dalam waktu 9 bulan terakhir sehingga
narapidana yang diasimilasikan adalah narapidana yang mempunyai masa
pidana 12 bulan atau lebih.
f. Masa pidana yang telah dijalani; untuk asimilasi, narapidana telah
menjalani minimal 1/2 (setengah) dari masa pidana, setelah dikurangi masa
tahanan dan remisi dihitung sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan
hukum tetap.
2. Syarat administratif berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman,
Nomor : M.01.PK.04.10, Tahun 1999, Tentang asimilasi, Pembebasan
Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, pasal 8 yaitu : a. Terdapat salinan
putusan pengadilan (ekstrak vonis). b. Surat Keterangan asli dari Kejaksaan
bahwa narapidana yang bersangkutan tidak mempunyai perkara atau
tersangkut dengan tindak pidana lainnya. c. Adanya Laporan Penelitian
Kemasyarakatan (LITMAS) dari Bapas tentang pihak keluarga yang akan
menerima narapidana, keadaan masyarakat sekitar dan pihak lain yang ada
hubungannya dengan narapidana. d. Salinan daftar yang memuat tentang
pelanggaran tata tetib yang dilakukan narapidana selama menjalani pidana
dari Kalapas. e. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana,
seperti garasi, remisi, dan lain – lain dari Kalapas. f. Surat pernyataan
kesanggupan menerima / jaminan dari keluarga yang diketahui oleh Pemda
setempat serendah – rendahnya Lurah atau Kepala Desa. g. Surat Keterangan
kesehatan dari dokter bahwa narapidana sehat jasmani maupun jiwanya.

Page | 16
Laporan Observasi PPKN B 2014

E. Sitem Pengamanan di Lapas Terbuka Kelas IIB Cinere


Sistem Pengamanan yang diterapkan di Lapas Terbuka juga
berbeda dengan lapas-lapas lain pada umumnya. "Kami memakai sistem
pengamanan minimum. Maksudnya, di sini enggak ada petugas yang
memakai senjata api. Kami selalu menekankan sikap kekeluargaan. Ini
membuat hubungan antara petugas dan penghuni lapas lebih dekat," papar
Agus Heryanto, SH. MA selaku Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas
Terbuka (KPLP).
Para penghuni napi dibebaskan untuk keluar masuk kamar tanpa
aturan dan pengawasan ketat. Mereka pun melakukan aktivitas masing-
masing secara rutin setiap hari. Bila waktu istirahat tiba, beberapa di
antaranya lebih suka menghabiskan waktu di depan pesawat televisi yang
terletak di salah satu sudut.Kendati demikian, para napi tetap diharuskan
masuk kamar masing-masing pada waktu yang telah ditentukan. Namun,
kamar-kamar itu tak terkunci dari luar seperti halnya gembok penjara.
Kunci dipegang sendiri oleh penghuni.Untuk mengatur ketertiban
kehidupan di lapas, Agus menetapkan adanya Kepala Kampung bagi para
penghuni. Fungsinya sebagai penghubung antara para napi dan petugas.
"Jadi, kalau ada masalah di antara mereka, kepala kampung-lah yang
melapor pada petugas," ujar Agus yang tak pernah menjumpai masalah
berarti selama menangani keamanan Lapas Terbuka.

Page | 17
Laporan Observasi PPKN B 2014

F. Sistem Pembinaan di Lapas Terbuka Cinere


Program pembinaan yang diberikan oleh Lapas Terbuka Jakarta
terhadap para narapidana dibagi menjadi tiga kategori yaitu pembinaan
kepribadian, pembinaan kemandirian dan pembinaan mengintegrasikan
diri dengan masyarakat;

1. Pembinaan Kepribadian.
adalah pembinaan yang bertujuan meningkatkan kualitas pribadi
narapidana agar memiliki mental spiritual yang baik, memiliki kesadaran
hukum yang baik, memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang baik
dan memiliki kemampuan intelektual yang lebih baik. Program pembinaan
Kepribadian terbagi menjadi :
a. Program belajar membaca Al – Quran;
b. Program pengajian (ceramah agama Islam);
c. Kebaktian bagi umat kristiani.
d. Program perayaan Hari Besar masing- masing agama dan kepercayaan
WBP;
e. Program kegiatan olah raga dan seni (band dan marawis);
f. Program pelaksanaan kegiatan kunjungan untuk WBP setiap hari
dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB.

2. Pembinaan Kemandirian
adalah pembinaan yang bertujuan meningkatkan kemampuan Narapidana
untuk mencari penghidupan melalui kegiatan bimbingan kerja. Program
pembinaan Kemandirian terbagi menjadi :
a. Peternakan : Kambing, Ayam, Itik, Angsa, Ikan lele;
b. Pertanian : kangkung, sawi dan bayam;
c. Pencucian Kendaraan Bermotor;
d. Kegiatan belajar menjahit dan pangkas rambut;
e. Laundry;
f. Pembuatan pot tanaman;

Page | 18
Laporan Observasi PPKN B 2014

g. Budidaya Jamur Tiram:


h. Perbengkelan kendaraan bermotor;
i. Pembuatan dan pemeliharaan tanaman buah dalam pot dan tanaman
hias.

3. Pembinaan Mengintegrasikan Diri dengan Masyarakat


adalah pembinaan yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara
Narapidana dengan masyarakatnya, dengan memberikan kesempatan
mengembangkan aspek – aspek pribadinya, memberikan keleluasaan yang
lebih besar untuk berintegrasi dengan masyarakat dalam kegiatan
kemasyarakatan, seperti : bekerja dengan pihak ketiga, melanjutkan
pendidikan di sekolah umum, beribadah di tempat ibadah luar Lapas dan
lainnya. Program pembinaan Mengintegrasikan Diri dengan Masyarakat
terbagi menjadi :
a. Program Cuti Mengunjungi Keluarga;
b. Program kerja dengan pihak ke-3 (ketiga);
c. Program CB,CMB dan PB;
d. Kuliah atau melanjutkan sekolah.
e. Kerja bakti atau bakti sosial Jadwal Kehidupan Narapidana.

Page | 19
Laporan Observasi PPKN B 2014

Kegiatan Rutin Warga binaan pemasyarakatan Terbuka

kelas IIB Cinere

05.00 – 06.00 Sholat Shubuh berjama’ah dilanjutkan Kultum

06.00 – 07.00 Senam Pagi

07.00 – 07.15 Apel Pagi

07.15 – 08.30 Kebersihan Lingkungan Kantor

08.30 – 09.00 Makan Pagi

09.00 – 12.00 Pembinaan Kemandirian

12.00 – 13.00 makan siang

13.00 – 13.30 Pembinaan Kemandirian

13.30 – 15.15 Solat ashar

15.15 – 16.30 Kebersihan lingkungan ( kamar dan kantor )

16.30 – 17.30 makan malam

17.30 – 18.00 Solat Maghrib berjamaah

18.00 – 19.00 Tadarus

19.00 – 19.30 Solat isya

19.30 – 20.00 Apel malam

20.00 – 05.00 Istirahat

Sabtu dan Minggu kegiatan Pembinaan Kemandirian diganti dengan


kegiatan seni atau rekreasi.
-Hari Minggu dilaksanakan kebaktian bagi narapidana beragama Kristen
pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00 WIB.

Page | 20
Laporan Observasi PPKN B 2014

Catatan :
1. Setiap hari Jum’at diadakan sholat Jum’at bagi umat WBP muslim dan
Kebaktian untuk WBP Nasrani.
2. Hari selasa dan kamis diadakan pengajian rutin setelah sholat dzuhur
pengajian dibimbing oleh pembimbing dari Departemen Agama dan Korps
Mubaligh Istiqlal.

G. Sarana Dan Prasarana


Lapas Terbuka Jakarta berdiri di atas tanah seluas 4415 M2 dengan luas
keseluruhan bangunan 737 M2. Ketika pertama didirikan Lapas ini
memiliki kapasitas 50 orang yang dibagi dalam 10 kamar hunian, dan pada
tahun anggaran 2008 / 2009 telah dilakukan peningkatan kapasitas hunian
menjadi 100 orang, yang terbagi menjadi 20 kamar. Kamar hunian yang
ada di Lapas Terbuka berbeda dengan kamar hunian yang terdapat di
Lapas tertutup, perbedaan terdapat pada bentuk bangunannya, di Lapas
Terbuka kamar hunian berbentuk seperti kamar asrama atau kost yang
tidak dilengkapi dengan jeruji besi seperti yang biasa digunakan oleh
kamar hunian Lapas tertutup. Lapas Terbuka ini memiliki tiga buah
bangunan utama. Bagian terdepan merupakan bangunan dengan dua lantai
yang berdiri di atas sebuah kolam ikan. Lantai atas digunakan sebagai
ruang administrasi dan kantor Kepala Lapas. Sementara lantai bawah
dimanfaatkan sebagai ruang serbaguna. Di belakang bangunan pertama,
tampak sebuah lapangan olah raga. Di sinilah tempat para napi melakukan
kegiatan senam pagi tiap Jumat pagi. Sedangkan di bagian belakang
lapangan, tampak berjejer kamar-kamar para tahanan. Bangunan fisik
lapas yang menempati areal perbukitan, sekilas tampak seperti sebuah
rumah peristirahatan. Tak terlihat pagar tinggi maupun jeruji besi yang
mengelilingi bangunan lapas.

Page | 21
Laporan Observasi PPKN B 2014

H. Hasil Wawancara Wargabinaan di LAPAS terbuka Cinere


Nama : Bapak Kandung
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Supir bajaj BGG
Kasus : Perjudian pasal 303

Bapak kandung yang terjerat kasus judi pasal 303 ini asalnya dari tegal
dan mempunyai anak 5. Beliau berada dilapas cinere ini baru seminggu,
sebelumnya beliau dalam proses kasusnya dari tampora-polres-salemba-
cinere. Bapak kandung selama 7bulan di salemba beliau menerima surat
kelakuan baik lalu dipindahkan ke lapas cinere. Beliau merasa nyaman
dilapas cinere karena orang sekitar atau warga binaan lain sangat ramah.
Penjagaan yang dilakukan oleh petugas tidak terlalu ketat karena yang
ditanamkan oleh lapas terbuka cinere tersebut sistem kekeluargaan, yaitu
petugas dengan warga binaan saling bekerja sama dalam meningkatkan
budidaya tersebut. Serta hasil dari pemasaran budidaya tersebut warga
binaan pun ikut menikmatinya.
Lalu pada saat dipindahkan dari salemba ke cinere beliau ditanyakan
terlebih dahulu oleh petugas, pekerjaan apa yang ingin dikerjakan oleh
beliau agar selama dilapas ada kegiatan yang bermanfaat. Ternyata beliau
memilih pekerjaan didapur yaitu memasak, beliau mempunyai ahli
dibidang memasak. Beliau bangun tidur jam setengan enam lalu
mempersiapkan makanan untuk arga binaan lain. Apabila ada kesusahan
dalam memasak beberapa arga binaan membantu dalam pekerjaan
tersebut. Kegiatan yang ada di dalam lapas terbuka cinere seperti
perkebunan, perikanan, pertanian dan peternakan dari kegiatan tersebut
biasa dilakukan oleh warga binaan serta Petugas dalam membudidayakan
ke-empat kegiatan tersebut. Jadi warga binaan bebas untuk mengambil

Page | 22
Laporan Observasi PPKN B 2014

sayuran dan ataupun itu yang sudah tersedia di lapas untuk dipergunakan
sebaik mungkin. Namun, apabila kebutuhan sudah habis, bisa di beri oleh
para pengunjung yang dating menjenguk. Apabila tidak ada yang
menjenguk, warga binaan saling berbagi kebutuhan tersebut.
Pada kunjungan lapas, dibuka untuk para pengunjung dari hari senin
sampai jumat. Pada hari sabtu diliburkan dan tidak ada yang boleh
mengunjungi lapas tersebut dengan alasan keluarga atau apapun itu tidak
diperbolehkan. Kunjungan lapas dari jam 08.00 sampai 04.00. Bapak
kandung belum sama sekali dijenguk oleh sanak saudara nya, namun
ketika beliau masih di Salemba sanak saudara nya seperti istri dan anaknya
menjenguk beliau yang sedang dilapas. Hal yang dilarang membawa ke
lapas yaitu membawa handphone, namun kalau hanya sekedar rokok
diperbolehkan.

Nama : Reza
Usia : 29 tahun
Agama : Nasrani
Kasus : Pasal 131 Perkelahian
Status : Menikah
Masa Tahanan : 1 tahun 4 bulan
Riwayat : 6 bulan di Lapas Tertutup Cipinang
4 bulan cuti bersyarat
4 bulan di Lapas Terbuka Cinere Kelas IIB
Bebas : Rabu, 23 Desember 2015

Program pembinaan yang disediakan oleh lapas terbuka kelas II B Cinere ialah di
bidang pertanian yaitu dengan budidaya jamur, peternakan dengan ternak ayam,
perkebunan dengan , dan perikanan budidaya ikan bawal. Bentuk pembinaan
disebut dengan program kerja. Setiap warga binaan memiliki kebebasan untuk
memilih program kerja yang diinginkan sesuai dengan keahliannya masing-
masing. Saudara Reza sendiri yang masa tahanannya hampir selesai mengambil

Page | 23
Laporan Observasi PPKN B 2014

program kerja peternakan ayam. Menurut Saudara Reza, kondisi Lapas Cinere
membuat ia merasa nyaman dan tenang. Selain itu, program pembinaan yang
disediakan juga memberikan manfaat yang cukup banyak terhadap dirinya.

Sedangkan di bidang pembinaan spiritual disesuaikan dengan agamanya yaitu


Nasrani. Ia menjalani ibadah setiap hari Minggu bersama warga binaan lain.

Nama Warga Binaan : Herman

Umur : 27 Tahun

Pekerjaan : Karyawan Bank Mandiri

1. Kasus apa yang telah dilanggar sehingga Saudara berada di Lapas ini?
2. Sudah berapa lama Saudara berada di Lapas ini?
3. Sanksi apa yang Saudara terima dan berapa lama masa tahanan yang
Saudara terima?
4. Apa saja perbedaan yang Saudara rasakan di lapas tertutup dan lapas
terbuka?
5. Berapa kali Saudara dijenguk dalam seminggu? Dan waktunya kapan saja
untuk berkunjung?
6. Kegiatan apa saja yang Saudara lakukan selama di lapas ini?
7. Bagaimana waktu pemberian makan di lapas ini sehari-hari?
8. Apakah makanan, pakaian, dan fasilatas yang diberikan oleh lapas terbuka
ini layak menurut Saudara?
9. Bagaimana keamanan yang ada di lapas ini?
10. Apakah ada hakim pengawas pengamat yang datang ke lapas ini?
11. Apakah ada pungutan biaya selama Saudara berada di lapas ini?
12. Bagaimana sikap para petugas lapas kepada para warga binaan?
13. Bagaimana pembinaan keagaman di lapas ini?

Page | 24
Laporan Observasi PPKN B 2014

14. Apa yang dilakukan oleh petugas apabila ada warga binaan yang tidak
melaksanakan kegiatan keagamaan?
15. Benda-benda apa saja yang diperbolehkan ke dalam kamar warga binaan?
16. Bagaimana peraturan waktu yang ditetapkan di lapas ini?
Jawaban
1. Pasal 374 yaitu kasus penggelapan uang.
2. Baru 1 (satu) minggu.
3. 1 tahun 3 bulan.
4. Perbedaan yang dirasakan di lapas salemba dan lapas cinere adalah dari
suasananya. Suasana di lapas tertutup tidak nyaman, karena ramai dan
banyak terjadi kericuhan antara narapidana. Lapas terbuka lebih aman,
makanan lebih layak, lebih diberi kebebasan, dan tempat lebih nyaman.
5. Dijenguk setiap seminggu sekali. Untuk waktu jenguk yaitu hari Minggu
sampai hari Jumat.
6. Kegiatan yang dilakukan selama di lapas adalah bersih-bersih, bercocok
tanam, dan membuat kerajinan tangan.
7. Waktu pemberian makan di lapas ini yaitu tiga kali sehari, makan pagi,
makan siang, dan makan sore. Makanan bisa delivery lewat petugas lapas
dengan menggunakan uang pribadi.
8. Makanan, pakaian, dan fasilitas yang tersedia di lapas ini sudah cukup
layak.
9. Keamanan di lapas ini cukup terjamin. Tidak ada kekerasan.
10. Tidak ada hakim pengawas pengamat yang datang ke lapas ini.
11. Tidak ada pungutan sepeserpun yang dikeluarkan selama berada di lapas
ini.
12. Sikap para petugas sangat ramah dan bersahabat seperti keluarga sendiri.
13. Pembinaan keagamaan dilapas ini setiap adzan diingatkan untuk sholat
bagi yang islam. Sholat jumat di masjid luar lapas dan dicatat namanya,
kemudian ada pengawasnya yang memantau. Bagi umat non muslim
disediakan tempat beribadah.

Page | 25
Laporan Observasi PPKN B 2014

14. Jika tidak melaksanakan kegiatan keagamaan petugas menegur dengan


sopan selayaknya teman yang berupa sindiran.
15. Semua benda kecuali alat elektronik.
16. Peraturan waktu yang ada disini yaitu jam 6 dibangunkan, melakukan
kegiatan-kegiatan sampai jam 11 malam. Di jam 11 malam sudah tidak
ada yang boleh berkeliaran disekitar lapas. Warga binaan harus sudah
berada dikamar masing-masing.

Nama : Heri
Umur : 35 tahun
Pekerjaan terakhir : Konveksi
Tindak Pidana : Curanmor Pasal 365 hukuman 1,3 tahun dengan cb
4 bulan
 Baru menghuni lapas terbuka 7 hari karena sudah 10 bulan di
Rutan Salemba
 Kegiata yang dilakukan selama seminggu ini hanya bersih-bersih
 Kamar yang di tempati Pak Heri satu kamar ditempati oleh dua
orang
 Makan disediakan tiga kali sehari, bisa memasak sendiri atau pun
beli makanan di kantin yang telah disediakan
 Petugas yang berada di Cinere lebih ramah dari pada di tempat
sebelumnya
 Penghuni lapas terbuka Cinere sebanyak 11 warga binaan dan
termasuk 4 orang yang baru dipindahkan seminggu yang lalu
 Yang berhak berada di lapas terbuka adalah warga binaan yang
melkuka tindak pidana ringan, seperti pembunuhan, pelanggaran,
penganiayaan, pencurian, penghinaan, dan lain-lain.

Page | 26
Laporan Observasi PPKN B 2014

OBSERVASI II

LAPAS KELAS I SUKAMISKIN BANDUNG

A. Pengertian Lapas Tertutup


Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat
untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan. (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan). Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat
tersebut di sebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan
merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu
Departemen Kehakiman).
Lembaga Pemasyarakatan merupakan tahap akhir dari sistem peradilan
pidana.Sistem peradilan pidana sendiri terdiri dari 4 (empat) sub-sistem
yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga
Pemasyarakatan.Sub-sistem Lembaga Pemasyarakatan sebagai sub-sistem
terakhir dari sistem peradilan pidana mempunyai tugas untuk
melaksanakan pembinaan terhadap terpidana khususnya pidana
pencabutan kemerdekaan.
Adapun LAPAS tertutup adalah lapas yang menggunakan Sistem
pengamanan yang ketat (Maximum Security). Ciri khusus dari Lapas
tertutup adalah sebagai berikut :
1) Adanya tembok tinggi yang mengelilingi lapas minimal tingginya 5
meter
2) Petugas yang bersenjata
3) Pemeriksaan setiap pengunjung
4) Tidak boleh membawa hp dan tas ke dalam lapas
5) Sistem pengamanan yang ketat (Maximum Security)
6) Penggeledahan dilakukan secara berkala maupun insidenti baik
penggeledahan orang, barang bawaan pengunjung, juga
penggeledahan kamar-kamar hunian.

Page | 27
Laporan Observasi PPKN B 2014

B. Lembaga Pemasyarakatan kelas I Sukamiskin

Penjara Sukamiskin yang sekarang di kenal dengan nama Lapas


Kelas I Sukamiskin dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1918 dan
mulai difungsikan pada tahun 1924 sebagai tempat hukuman bagi kaum
intelektual yang dianggap melakukan kejahatan politik karena
bertentangan dengan Penguasa Belanda. berlokasi di Jalan A.H. Nasution
Nomor 114 Bandung.
Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Sukamiskin yang berada di
Bandung didirikan pada tahun 1918 di zaman kolonial Belanda bertujuan
untuk menahan kaum intelektual yang melakukan kejahatan politik karena
dianggap mampu mengganggu pemerintahan kolonial Belanda dan mulai
difungsikan pada tahun 1924 dengan nama “STRAFT GEVANGENIS
VOOR INTELECTUELEN”. Bentuk bangunan lapas Sukamiskin ini
berbentuk kincir angin ketika dilihat dari atas, dan pembagian blok
mengikuti arah mata angin. Terdapat blok barat, blok timur, blok utara,
dan blok selatan. Masing-masing blok memiliki dua lantai yang saling
berhubungan melalui bangunan bundar paling tinggi di tengah sebagai
porosnya.
Penjara Sukamiskin memiliki nilai sejarah bagi Bangsa Indonesia
karena banyak tokoh nasional pernah dipenjarakan disini, antara lain
Presiden RI pertama, Ir. Soekarno pernah menghuni Kamar No. 1 Blok
Timur Atas. Dipenjara inilah Ir. Soekarno. Bangunannya memiliki ciri
khas tersendiri, jika dilihat dari atas mirip kincir angin, karena pembagian
blok mengikuti arah mata angin, kemana bilah “kincir” menunjuk: blok
utara, blok selatan, blok barat dan blok timur. Masing-masing blok
memiliki 2 (dua) lantai yang saling berhubungan melalui bangunan bundar
paling tinggi ditengah sebagai porosnya.
Sejalan dengan perkembangan konsep perlakuan terhadap
pelanggar hukum dari sistem penjara ke Sistem Pemasyarakatan, Penjara
Sukamiskin berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan Khusus Dewasa

Page | 28
Laporan Observasi PPKN B 2014

Muda Sukamiskin Bandung, kemudian berdasarkan keputusan Menteri


Kehakiman Republik Indonesia Nomor: 01-PR.07.03 Tahun 1985
ditetapkan menjadi Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin. Dan
pada tanggal 22 Juni 2010 telah dilakukan penandatanganan Prasasti
Lapas kelas I Sukamiskin menjadi Lapas Pariwisata oleh Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang pemasyarakatan yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat, Lapas
Sukamiskin mempunyai tugas melakukan pembinaan guna meningkatkan
kualitas narapidana, meliputi kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa; kualitas intelektual; kualitas sikap dan prilaku; kualitas
profesionalisme/keterampilan; dan kualitas kesehatan jasmani dan rohani
serta kualitas keamanan dalam pelayanan.

Jumlah sel di Lapas Sukamiskin saat ini 552 sel dan hingga saat
kami melakukan observasi hanya 490 sel yang terisi/berpenghuni dengan
rician 415 warga binaan kasus tindak pidana korupsi dan 75 warga binaan
dengan kasus tindak pidana umum.Lapas sukamiskin menganut konsep
one man one cell, yaitu hanya ada satu warga binaan yang menghuni satu
kamar. Lapas Sukamiskin merupakan lapas klas I.
Syarat-syarat keluarnya warga binaan;
1. Masa tahanannya telah habis
2. Telah melakukan program pembinaan (2/3 masa tahanan)
3. Meninggal dunia
4. Pengganti denda (pidana tambahan)

Page | 29
Laporan Observasi PPKN B 2014

C. Perbedaan Penggolongan nama kelas Lapas


Dasar penentuan nama kelas dan penggolongan lapas

Lapas dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelas yaitu :

a. Lapas kelas I : Kapasitas hunian standar ≥ 1500 orang

b. Lapas kelas II A : Kapasitas hunian standar ≥ 500 – 1500 orang

c. Lapas kelas II B : Kapasitas hunian standar ≤ 500 orang

Klasifikasi tersebut didasarkan atas kapasitas hunian atau daya tampung

narapidana dan juga berdasarkan tempat kedudukan dan kegiatan kerja

petugas Lapas (berdasarkan struktur oganisasi yang berbeda – beda).

D. Prosedur Masuk ke Lapas Tertutup Sukamiskin

Setelah hakim memvonis, terdakwa dibawa ke lapas Sukamiskin oleh JPU

atau yang diberikan kuasa, setelah JPU membuat surat acara pelaksana

pengandilan dengan kode P-48. Sebelum warga binaaan menempati

kamar masing-masing warga binaan dikarantina terlebih dahulu selama

tiga hari.

 Untuk warga binaan yang terjerat kasus tindak pidana umum

menjalani masa 1⁄2 - 2⁄3 masa tahanannya di lapas tertutup.

 Untuk warga binaan yang terjerat kasus tindak pidana khusus

(tipikor) sepenuhnya menjalani masa tahanannya di lapas

tertutup.

Page | 30
Laporan Observasi PPKN B 2014

E. Sistem Pembinaan di dalam Lapas Sukamiskin


Pembinaan Narapidana dilaksanakan melalui beberapa tahap
pembinaan. Tahap pembinaan sebagaimana dimaksud yaitu: tahap awal,
tahap lanjutan, dan tahap akhir. Pembinaan tahap awal bagi Narapidana
dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai Narapidana sampai
dengan 1/3 (satu per tiga) dari masa pidana. Pembinaan tahap lanjutan
meliputi:
a. tahap lanjutan pertama, sejak berakhirnya pembinaan tahap awal
sampai dengan 1/2 (satu per dua) dari masa pidana; dan
b. tahap lanjutan kedua, sejak berakhirnya pembinaan tahap lanjutan
pertama sampai dengan 2/3 (dua per tiga) masa pidana.
Pembinaan tahap akhir dilakasanakan sejak berakhirnya tahap lanjutan
sampai dengan berakhirnya masa pidana dari Narapidana yang
bersangkutan.
Program pembinaan:
1) Pembinaan Kepribadian (pondok pesantren)
2) Pembinaan Kemampuan Intelektual (program belajar non formal)
3) Pembinaan Jasmani (senam, aerobik, sepak bola, basket, tenis
meja, bola tenis, bulu tangkis)
4) Pembinaan Kemandirian (agribisnis, budidaya perikanan,
percetakan, dan konveksi.
5) Pembinaan Kesenian (band dan calung)

Dalam setiap kegiatan pembinaan warga binaan dapat dibimbing oleh


pelatih yag diberikan identitas nama id card dan untuk penggunaan baju
tahan di lapas terbuka baju tahan selalu dipergunakan namun dalam lapas
tertutup baju tahan tidak dipergunakan

Page | 31
Laporan Observasi PPKN B 2014

Jadwal Warga Binaan :


 Senin sampai Kamis Program pembinaan
 Jum’at tausiyah dan pesantren.
 Sabtu Olahraga.
 Minggu hari bebas.
F. Sarana & Prasarana
 Sarana Olahraga
 Masjid
 Gereja
 Kamar tidur yang nyaman
 Dapur
 Kantin
 Aula untuk kunjungan
 Lahan perkebunan
 Lahan perikanan
 Lahan peternakan
 Perpustakaan (ruang bacaan)
 Rumah sakit asri
 Layanan pengaduan dan konsultasi warga binaan
 Spiritual/ruang pendidikan/pesantren Al Hidayah
 Bengkel kerja
 Ruang percetakaan
 Ruang kerja membuat mebel
 Ruang admisi orientasi
 Ruang Fitnes Suka Seuri
 Ruang pembuatan Roti
 Ruang pembuatan Susu kedelai
 Sanggar pramuka
 Telepon box
 TV
 Sel gelap

Page | 32
Laporan Observasi PPKN B 2014

G. Hasil wawancara Wargabinaan Lapas Sukamiskin

Nama: Adang Ruswandi


a) Sebelum beliau ditempatkan di lapas sukamiskin, sebelumnya beliau
sudah pernah menghuni lapas di cianjur selama 2 bulan
b) Pekerjaan beliau sebelum terjerat kasus tindak pidana ialah sebagai
kepala desa selama 12 tahun
c) Beliau terbukti bersalah karena telah menggelapkan dana bansos
d) Status beliau saat terbukti bersalah dalam kasus tindak pidana ialah
purna bakti
e) Menurut beliau pembinaan yang ada di lapas sukamiskin disesuaikan
dengan minat dan bakat dari masing-masing individu
f) Menurut beliau hak-hak warga binaan di lapas sukamiskin dijunjung
tinggi dan beliau mendapatkan pelayanan yang baik
g) Salah satu bentuk pelayanan yang cukup bermanfaat menurut beliau
ialah dengan adanya pelayanan kesehatan yang baik, misalnya dengan
adanya operasi gratis
h) Salah satu bentuk program pembinaan ialah dengan adanya
pendidikan pesantren (langsung mempelajari apa yang dibutuhkan,
tidak diharuskan dari awal), para pengajar bukan profesional
i) Beliau merasakan kenyamanan saat berada dan menjadi salah satu
penghuni lapas sukamiskin
j) Tidak ada sanksi khusus kepada warga binaan saat tidak mengikuti
program pembinaan. Seharusnya warga binaan merasa rugi jika tidak
mengikuti program pembinaan karena program pembinaan
mendatangkan banyak manfaat bagi warga binaan itu sendiri.
k) Beliau dipindahkan ke lapas sukamiskin karena di daerah domisili
beliau yaitu di Cianjur tidak terdapat lapas yang khusus menangani
kasus TIPIKOR
l) Apel diadakan sebanyak 3x yaitu pada pukul 07.00, 13.00, dan 19.00
WIB

Page | 33
Laporan Observasi PPKN B 2014

m) Waktu kunjungan senin-sabtu pukul 09.00-14.00 WIB


n) Di lapas sukamiskin juga sering mengadakan lomba main catur
o) Tersedianya waktu berolahraga yang bertujuan untuk mengasah dan
menyalurkan minat dan bakat para warga binaan
p) Warga binaan di lapas sukamiskin menganut asas kekeluargaan
q) Tidak mengenal konsep senioritas. Jadi warga binaan yang telah
dahulu menghuni lapas sukamiskin akan merangkul warga binaan
yang baru menghuni lapas sukamiskin dengan mengutamakan sikap
tolong menolong dan saling peduli antar satu dan yang lainnya
r) Petugas lapas hanya menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai
dengan prosedur yang ada
s) Sanksi bagi warga binaan yang melanggar tata tertib ialah dengan
menempatkan warga binaan tersebut di sel yang terisolasi
t) Terdapat tamping. Tamping adalah orang yang membantu warga
binaan untuk menjamin segala kebutuhan warga binaan, dan para
warga binaan mengumpulkan iuran untuk membayar tamping sesuai
dengan kesepakatan bersama.
u) Menu makanan di lapas sudah diatur, jika warga binaan ingin
mengubah menu makanan yang ada warga binaan dapat melakukan
patungan secara sukarela dan memberi hasil patungan tersebut kepada
petugas lapas yang bertugas menyediakan menu makanan kepada para
warga binaan
v) Petugas tidak diperbolehkan melakukan pungutan liar kepada
siapapun dan dalam bentuk apapapun
w) Terdapat post kerja untuk layanan masyarakat:
 Percetakan
 Roti
 Susu
 Batu akik (terbaru)

Page | 34
Laporan Observasi PPKN B 2014

Nama : Adang Guswandi

Nara pidana yang di wawancarai bernama Adang Guswandi dari Cianjur.


Berada di dalam Lapas tertup sukamiskin sudah selama 7 bulan, bapak Adang
merupakan nara pidana pindahan di lapas terbuka. Dengan mengalami dua kali
perpindahan yaitu yang pertama dia masuk ke lapas Cianjur tetapi di situ tidak ada
pengadilan tipikor maka ia dipindahkan ke rutan kebunwaru untuk selanjutnya di
pindahkan ke lapas tertutup sukamiskin. Latar belakang kasus pak Adang yaitu
kasus korupsi, ia bisa di jerat kasus korupsi karena jabatannya sebagai kepala desa
yang sudah selama 12 tahun. Dan setelah masa jabatannnya tersebut kasusnya
baru di usut yaitu dengan kasus program bantuan sosial (bansos).
Menurut bapak Adang semua haknya sebagai nara pidan telah di penuhui
oleh pihak lapas, misalnya saja dia yang sudah tua dan ada masalah terhadap
penglihatannya dan ingin mengajukan operasi gratis untuk matanya dan itu di
kabulkan.
Pembinaan di Lapas tertutup di sesuaikan dengan bakat dari masing-
masing individu. Pak Adang sendiri mengikuti pembinaan pendidikan pesantren,
pendidikan tersebut semacem pesantren kilat. Dalam pembinaan tidak terdapat
unsur paksaan. Pembinaan itu mengikuti prosedur yang ada, bahkan dari
pembinaan tersebut ada yang di lombakan. Mengenai kunjungan keluarga, pihak
lapas tertutup menentukan jadwal kunjungan dari hari senin-sabtu pukul 9 pagi
hingga 2 siang. Tidak ada pungutan liar ketika pihak keluarga akan mengunjungi.
Menurut nara sumber, di dalam lapas tidak terdapat senioritas dan semua
nara pudana di perlakuakn sama sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan.
Seperti pada nara pidana gayus, sebenarnya dia di perlakukan sama tetapi dia
kemudian menyogok oknum lapas sehingga ia bisa berpergian keluar. Akan tetapi
pada akhirnya oknum tersebut juga ikut masuk bui di lapas tertutup juga.

Page | 35
Laporan Observasi PPKN B 2014

Didalam lapas nara pidana memegang uang yang jumlahnya terbatas. Masalah
mengenai komunikasi menurut nara sumber terdapat sarana komunikasi di setiap
blok dan sarana komunikasinya tersebut berupa wartel. Dengan tidak ada
pembatasan waktu dari pihak lapas. Malah pihak lapas mendorong nara pidana
untuk berkomunikasi dengan pihak keluarga.

Nama : Agus Sutiyasno

Pekerjan : Dinas Pemukiman dan Perumahan Subang

Kasus : Tindak pidana korupsi UU No.31 tahun 1999. Beliau melakukan


pembangunan saluran air didaerah Subang. Ditahan selama satu setengah tahun
terhitung sejak November 2014.

Nama : Saripudin

Pekerjaan : Dinas Kementerian Agama Purwakarta

Kasus : Tindak pidana korupsi berdasarkan PP No. 12 tahun 1999. Beliau


bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) tahun 1999 dan 2012.
Ditahan selama satu tahun enam bulan. Telah menjalani sebanyak 2/3 dari masa
tahanan.

Kasus mereka sama yaitupermasalahan pada pihak audit keuangan dari BPKP
dikarenakan mereka belum memutus kontrak kerja dengan para kontraktor dimana
mereka mencanangkan pembangunan tersebut selama setahun. Tak sampai satu
tahun pembangunan, uang anggaran terus cair. Namun saat tutup buku anggaran
diakhir tahun, menurut audit BPKP anggaran untuk bulan-bulan selanjutnya
dianggap korupsi karena tidak diketahui terpakainya. Mereka terkena peraturan
baru sedangkan mereka tidak mengetahui soal peraturan yang baru ini. Mereka
mengakui bahwa mereka sama sekali tidak menerima uang pembangunan tersebut
untuk dimasukkan ke kantong sendiri. karena tak punya cukup bukti, maka

Page | 36
Laporan Observasi PPKN B 2014

mereka terjerat tindak pidana oleh pasal-pasal yang mengikat perihal


tanggungjawab mereka.

Selama mereka berada disana, mereka dibina dengan baik. Mereka


mendapat bimbingan secara spiritual seperti diadakan pesantren bagi pemeluk
agama islam dan dibebaskan melakukan ibadah bagi pemeluk agama
lainnya.Pembinaan lainnya ada program memproduksi jamur, pembuatan susu
kedelai dan roti, pembuatan kerajinan kaligrafi, kerajinan tangan, English Club,
fotografi dan lain-lain agar mereka produktif. Mereka juga dapat mengajukan
program-program baru untuk dikembangkan di dalam lapas.Barang-barang
tersebut akan dijual keluar lapas dan hasilnya beberapa persen dibagikan kepada
mereka. Setidaknya mereka memiliki skill dan saat keluar lapas, mereka dapat
mengembangkan skill yang telah dibangun saat mereka menjadi warga binaan.

Page | 37
Laporan Observasi PPKN B 2014

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga pemasyarakatan merupakan sebuah lembaga pembinaan


bagi masyarakat yang telah mendapatkan putusan hakim untuk menjalani
masa pemidanaanya . Lembaga pemsayarakatan pada hakikatnya
dibedakan atas 2 jenis , lembaga pemasyarakatan tertutup dan terbuka .
Mengenai jenis perbedaan lapas tertutup dan terbuka lebih mengarah pada
aspek pengamanannya .

Pada tahapan pembinaan didalam pemasyarakatan ada 3 tahapan


yaitu tahapan awal , lanjutan dan akhir . Pembinaan yang terdapat didalam
pemasyarakat terbagi dalam beberapa jenis diantaranya , pembinaan rohani
, minat bakat , ketrampilan , serta olahraga.

Dalam penamaan kelas dalam lembaga pemasyarakatan itu


didasarkan atas jumlah kapasitas atau daya tampung masing masing
lembaga pemasyarakatan beserta jenis jenis perkara didalamnya .

B. Saran
Sistem lembaga pemasyarakatan secara mekanisme dan secara fasilitas
sarana dan prasarana sudah baik , sistem penjagaan eksternal sudah baik
tetap yang disayangkan untuk sistem penjagaan internal ke arah dalam
pemasyarakatan harus sangat ditingkatkan kembali agar praktek praktek
kecurangan atau praktek pelanggaran tata tertib keamanan didalam
pemasyarakatan untuk wargabinaan lebih ditaati oleh semua wargabinaan .

Page | 38
Laporan Observasi PPKN B 2014

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Pemasyarakatan

Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian : Salemba Empat

jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/1047-lpterbuka-jakarta

lapassukamiskin.com/

Page | 39
Laporan Observasi PPKN B 2014

LAMPIRAN

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cinere Jakarta

Page | 40
Laporan Observasi PPKN B 2014

LAMPIRAN

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS I SUKAMISKIN BANDUNG

Page | 41

Anda mungkin juga menyukai