Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker Payudara merupakan salah satu topik yang diperlukan dalam bidang

kesehatan dalam suatu masyarakat, serta merupakan kajian studi yang sangat menarik

untuk dipelajari dalam dunia pendidikan. Kanker payudara menempati urutan pertama

pada wanita setelah kanker leher rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru

dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi

kanker payudara. Berbeda dengan di negara barat dimana setiap wanita usia subur

diharuskan oleh asuransi kesehatan untuk memeriksakan payudaranya secara berkala

sehingga stadium dini kanker payudara ditemukan jauh lebih tinggi daripada di negara

berkembang. Hal ini disebabkan tidak ada keharusan untuk wanita usia subur

memeriksakan payudaranya.

Makalah ini dibuat dengan harapan kita yang akan menjadi tenaga kesehatan

dapat melakukan promotif dan preventif terhadap masalah-masalah penyakit yang

terdapat dalam masyarakat, terutama Kanker Payudara (Ca Mamae). Dengan mengetahui

penyebab penyakit, rantai proses terjadinya penyakit , tanda-tanda penyakit dan

pencegahannya, sehingga dapat dengan segera mengenali penyakit ini, dan dapat

merencanakan tindakan selanjutnya, yang kemudian dapat berdampak pada penurunan

angka kejadian kanker payudara di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah konsep Kanker Payudara?

2. Apakah definisi Kanker Payudara?


3. Apakah Agent,host dan environment pada Kanker Payudara?

4. Apakah chain of infection Kanker Payudara ?

5. Bagaimana riwayat alamiah Kanker Payudara?

6. Apakah dampak Kanker Payudara pada kesehatan ?

7. Bagaimana konsep kesehatan masyarakat?

8. Apakah definisi kesehatan masyarakat?

9. Apakah ruang lingkup kesehatan masyarakat ?

10. Apakah Tujuan kesehatan masyarakat.?

11. Apakah faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan masyarakat di Indonesia?

12. Apakah sasaran kesehatan masyarakat dan upaya dalam ilmu kesehatan masyarakat ?

14. Apakah hubungan sarjana kesehatan masyarakat dalam Kanker Payudara?

15. Apakah upaya preventif dalam Kanker Payudara?

16. Apakah peran sarjana kesehatan masyarakat dalam melakukan edukasi pada masyarakat

tentang Kanker Payudara?

17. Apakah surveilans Kanker Payudara?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui konsep Kanker Payudara?

2. Mengetahui definisi Kanker Payudara?

3. Mengetahui Agent,host dan environment pada Kanker Payudara?

4. Mengetahui chain of infection Kanker Payudara?

5. Mengetahui riwayat alamiah Kanker Payudara?

6. Mengetahui dampak Kanker Payudara pada kesehatan ?

7. Mengetahui konsep kesehatan masyarakat?

8. Mengetahui definisi kesehatan masyarakat?


9. Mengetahui ruang lingkup kesehatan masyarakat ?

10. Mengetahui Tujuan kesehatan masyarakat.?

11. Mengetahui faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan masyarakat di Indonesia?

12. Mengetahui sasaran kesehatan masyarakat dan upaya dalam ilmu kesehatan masyarakat ?

14. Mengetahui hubungan sarjana kesehatan masyarakat dalam Kanker Payudara?

15. Mengetahui upaya preventif dalam Kanker Payudara?

16. Mengetahui peran sarjana kesehatan masyarakat dalam melakukan edukasi pada

masyarakat tentang Kanker Payudara?

17. Mengetahui surveilans Kanker Payudara?

.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kanker Payudara

2.1.1 Definisi

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara.

Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar, dan jaringan

penunjang payudara. Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara

berubah bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali

(Mardiana, 2007).

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang

terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di

payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa

menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada

kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel

kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Tapan, 2005).

1. Etiologi

Etiologi dari kanker payudara belum diketahui secara spesifik, namun ada

faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara, yaitu:

1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara

2. Anak perempuan dan saudara perempuan dari wanita dengan kanker payudara

3. Menarke dini (kurang dari 12 tahun)

4. ulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama (>30 tahun)

5. Menopouse pada usia lanjut

6. Riwayat penyakit payudara jinak


7. Obesitas setelah menopause

8. Kontrasepsi oral

9. Terapi penggantian hormon estrogen atau progesterone

10. Gaya hidup

11. Status sosial ekonomi tinggi (Smeltzer 2000; Swart 2011)

Saat ini belum ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor penyebab utama

penyakit kanker payudara. Sampai saat ini terjadinya kanker payudara diduga akibat

interaksi yang rumit dari banyak faktor seperti faktor genetika, lingkungan dan

hormonal yaitu kadar hormon estrogen dalam tubuh yang berlebihan. Pertumbuhan

jaringan payudara sangat sensitif terhadap estrogen maka wanita yang terpapar

estrogen dalam waktu yang panjang akan memiliki risiko yang besar terhadap kanker

payudara. Faktor risiko kanker payudara adalah jenis kelamin, dengan perbandingan

lakilaki perempuan kira-kira 1:100. Berdasarkan data penelitian Harrianto dkk di

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2005, faktor risiko kanker payudara di

antaranya adalah riwayat keluarga dengan penderita kanker payudara (15,79%),

menarche dini (8,77%), nullipara (7,02%) dan pemakaian pil yang mengandung

estrogen jangka panjang (42,11%). Selain itu, juga terdapat faktor risiko lain yang

diduga berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara yaitu menopause terlambat,

riwayat pemberian ASI, dan obesitas (Harianto, 2005).

2. Manifestasi Klinis

1. Gejala klinisnya insidensius, umumnya lesi dan tidak ada yeri tekan, terikat, dan

keras dengan perbatasan tak teratur, mayoritas terjadi pada kuadran luar atas, lebih

sering pada payudara kiri.


2. Nyeri biasanya terjadi pada tahap akhir, sebagian wanita tidak menunjukan gejala-

gejala dan tidak mempunyai benjolan yang dapat terapa namun hasil mammogram

abnormal

3. dimpling atau peau d’orange yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi

sirkulasi limfatik dalam lapisan dermal,

4. asimetris dan peninggian payudara yang terkena, retraksi puting susu, payudara

sedikit terikat pada dinding dada, ulserasi, dan metastasis (Smeltzer, 2000).

3. Tahapan Kanker Payudara

Tahap-tahap pada kanker payudara adalah :

- Tahap I terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe, dan

tidak terdeteksi adanya metastasis

- Tahap II terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm,

dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan tidak terdeteksi adanya

metastasis

- Tahap III terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm dengan nodus limfe terfiksasi

positif dalam area klavikular, dan tanpa bukti adanya metastasis

- Tahap IV terdiri atas tumor dan dalam berbagai ukuran dengan nodus limfe normal

atau ksnkerosa, dan adanya metastasis jauh (Smeltzer, 2002).

4. Tipe Kanker Payudara

1. Karsinoma duktal menginfiltrasi, adalah tipe histologis yang paling umum,

merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena

keras saat dipalpasi. Biasanya bermetastasis ke nodus aksila, prognosisnya lebih

buruk dari pada kanker jenis lainnya.


2. Karsinoma lobular menginfiltrasi, jarang terjadi, 5% sampai 10% kanker

payudara. Tipe ini umumnya multisentris, dengan demikian dapat terjadi

beberapa penebalan beberapa area pada sala satu atau kedua payudara.

3. Karsinoma medular, menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh

dalam kapsul di dalam duktus.

4. Kanker musinus menempati 3% dari kanker payudara. Penghasil lendir, juga

tumbuh dengan lambat sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang lebih

baik.

5. Kanker duktal-tubular jarang terjadi, sekitar 2% dari kanker payudara.

6. Karsinoma inflamatori menimbulkan gejala nyeri tekan dan sangat nyeri,

payudara akan keras dan membesar, kuit diatas tumor merah dan agak hitam,

sering terjadi edema dan retraksi puting susu.

7. Karsinoma payudara in situ (Smeltzer, 2002)

5. Patofisiologi

Kanker payudara adalah penyakit yang terjadi jika terjadi kerusakan genetik pada

DNA dari sel epitel payudara. Ada banyak jenis dari kanker payudara. Perubahan

genetik ditemukan pada sel epitel, menjalar ke duktus atau jaringan lobular. Tingkat

dari pertumbuhan kanker tergantung pada efek dari estrogen dan progesteron. Kanker

dapat berupa invasif (infiltrasi) maupun noninvasif (in situ). Kanker payudara invasif

atau infiltrasi dapat berkembang ke dinding duktus dan jaringan sekitar, sejauh ini

kanker yang banyak terjadi adalah invasif duktus karsinoma. Duktus karsinoma

berasal dari duktus lactiferous dan bentuknya seperti tentakel yang menyerang

struktur payudara di sekitarnya. Tumornya biasanya unilateral, tidak bisa

digambarkan, padat, non mobile, dan nontender. Lobular karsinoma berasal dari lobus
payudara. Biasanya bilateral dan tidak teraba. Nipple karsinoma (paget’s disease)

berasal dari puting. Biasanya terjadi dengan invasif duktal karsinoma. Perdarahan,

berdarah, dan terjadi pengerasan puting (Lowdermilk et al 2000).

Kanker payudara dapat menyerang jaringan sekitar sehingga mempunyai

tentakel. Pola pertumbuhan invasif dapat menghasilkan tumor irregular yang bisa

terapa saat palpasi. Pada saat tumor berkembang, terjadi fibrosis di sekitarnya dan

memendekkan Cooper’s ligamen. Saat Cooper’s ligamen memendek, mengakibatkan

terjadinya peau d’orange (kulit berwarna orange) perubahan kulit dan edema

berhubungan dengan kanker payudara. Jika kanker payudara menyerang duktus

limpatik, tumor dapat berkembang di nodus limpa, biasanya menyerang nodus limpa

axila. Tumor bisa merusak lapisan kulit, menyebabkan ulserasi. Metastasis

diakibatkan oleh kanker payudara yang menempati darah dan sistem lympa,

menyebabkan perkembangan tumor di tulang, paru-paru, otak, dan hati (Lowdermilk

et al 2000, Swart 2011)

6. Pemeriksaan penunjang

Deteksi awal dilakukan untuk mencegah perkembangan kanker payudara.

Tumor payudara yang lebih kecilk lebih mudah diobati bila terdeteksi dan

prognosisnya lebih baik. Pemeriksaan untk mendetaksi kanker payudara antara lain:

(Breast Health UK 2010, Swart 2011).

a. Pemeriksaan payudara sendiri

Pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan payudara klinis adalah

prosedur murah dan tidak invasif untuk pemeriksaan payudara. Apabila

ditemukan indikasi yang abnormal, yaitu benjolan atau penebalan pada

jaringan payudara, sakit pada salah satu payudara atau pada ketiak. Satu

payudara menjadi lebih besar atau lebih rendah, puting tertarik ke dalam atau
berubah posisi, perubahan kulit (mengkerut), bengkak di bawah ketiak ayau

tulang selangka, ruam pada atau sekitar kulit. Jika ada tanda-tanda tersebut

harus dilakukan tiga pengkajian, yaitu pemeriksaan klinis payudara,

mammografi atau ultrasonografi, dan biopsy.

b. Mammografi

Mamografi menggunakan sinar x dosis rendah untuk membuat gambaran rinci

dari payudara. Mammografi bisa mendeteksi kanker payudara pada tahap

awal, bisa menunjukkan lesi yang tidak bisa dideteksi dengan pemeriksaan

payudara klinis. Ada 2 dua jenis pemeriksaan mamografi, skrining dan

diagnostik. Skrining payudara dilakukan pada wanita tanpa gejala misalnya

ketika ada benjolan pada payudara atau putting discharge ditemukan ada

pemeriksaan payudara sendiri atau kelainan yang ditemukan selama skrining

mamografi. Wanita dengan implan payudara atau riwayat penyakit kanker

payudara menggunakan diagnostik mamografi.

c. Ultrasonografi

Ultrasonografi dari lesi mencurigakan terdeteksi pada mamografi atau

pemeriksaan fisik. Ultrasonografi digunakan terutama sebagai metode relatif

murah dan efektif untuk membedakan massa kistik payudara, yang tidak

memerlukan sampling, dari massa payudara padat yang biasanya diperiksa

dengan biopsi, dalam banyak kasus, hasil dari biopsi adalah tumor jinak.

Namun, sekarang mapan yang ultrasonografi juga memberikan informasi

berharga tentang sifat dan tingkat massa padat dan lesi payudara lainnya.

d. MRI

MRI digunakan untuk beberapa kasus, yaitu : kasus kanker payudara dengan

hasil mammografi negatif, untuk mengetahui ukuran tumor dalam kanker


lobular invasif, untuk memantau respon kanker payudara terhadap terapi

preoreratif, ada kejanggalan antara penilaian pengkajian awal terhadap

gumpalan di payudara.

e. Infra merah digital

f. Positron Emision Tomography Scanning

PET scanning digunakan untuk mengidentifikasi metastasis kelenjar getah

bening nonaxilary untuk kanker payudara stadium lanjut dan kanker payudara

inflamatory sebelum memulai terapi non adjuvant.

g. Tes Genetik

Penyebab utama dari pewarisan kanker payudara adalah mutasi dari gen

BRCA1 atau BRCA2, yang merupakan faktor resiko dari pengembangan

penyakit lain. Akan tetapi gen ini sangat jarang ditemukan pada populasi

wanita dengan kanker payudara. Tes ini sudah dilakukan di Amerika Serikat.

7. Penatalaksanaan

Pengobatan untuk kanker payudara tergantung pada tipe, ukuran, dan lokasi tumor,

dan derajat (Doenges, 2000). Pengobatan untuk kanker payudara yaitu : (Bobak 2005,

Smetzer 2002, Wiknjosastro et al 2007)

1. Pembedahan

Tujuan utama terapi lokal adalah untuk menyingkirkan adanya kanker lokal.

Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker

payudara lokal badalah mansektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan bedah

penyelamatan kanker payudara yang dikombinasikan dengan terapi radiasi.

Sebelum pembedahan, dokter merencanakan insisi yang akan dibuat dan

menghindari jaringan parut yang akan tampak dab restruiktif. Sasaran


pengobatan adalah untuk mempertahankan atau memulihkan fungsi normal

tangan, lengan, soket bahu pada tempat sakit setelah pembedahan.

2. Rekonstruksi Payudara

3. Radiasi

Radiasi dianjurkan untuk wanita yang mengalami kanker stadium I dan II.

Terapi penyinaran radiasi biasanya dilakukan setelah insisi massa tumor untik

mengurangi kecenderungan kambuh dan untuk menyingkirkan kanker

residual.

4. Terapi hormonal

5. Transplantasi sumsum tulang

Kemoterapi dan radiasi menyebabkan toksisitas terhadap sumsum tulang,

sehngga saat ini banyak dikembangkan transplantasi susmsum tulang.

Prosedurnya mencakup pengangkatan susmsum tulang dari pasien dan

memberikan kemoterapi dosis tinggi. Susmsum tulang pasien, yang dipisahkan

dari efek kemoterapi kemudian diinfuskan kembali secara intravena.

6. Kemoterapi

Kemoterapi diberikan untuk menyingkirkan penyebaran penyakit

mikrometastik. Kemoterapi digunakan setelah mansektomi. Pada beberapa

kasus, kemoterapi diberikan dalam beberapa siklus, dan siklus kemoterapi

final diberikan setelah radiasi. Kemoterapi tidak hanya diberikan sebagai

single drugs regiment tetapi multiple drug regiment. Program kemoterapi

untuk kanker payudara menggabungkan beberapa preparat untuk

meningkatkan penghancuran sel tumor dan untuk meminimalkan resistensi

medikal. Preparan kemoterapi yang sering digunakan adalah cytoxan (C),

methotrexate (M), flourouracil (F), dan adryamicyn (A),


Efek samping fisik kemoterapi yang umum adalah mual, muntah, perubahan

rasa kecap, alopesia (rambut rontok), mukositis, dermatitis, keletihan,

penambahan berat badan, dan depresi sumsum tulang.

7. Adjuvant Therapy

2.1.2 Agent, Host dan Environment Kanker Payudara

1. Agent

Gen dan hormon

2. Host

Host dalam kanker payudara adalah manusia. Tidak menentu pria maupun

wanita, namun wanita lebih rentan terkena kanker payudara, karena faktor anatomis

biologis dan faktor sosiologis gender.

3. Environment

Lingkungan biologis sosial, ekonomi dan budaya sangat menentukan

penyebaran kanker payudara. Lingkungan biologis adanya riwayat keturunan. Faktor

biologis lainnya adalah penggunaan obat KB, hormon, obesitas dan paparan radiasi.

Faktor sosial, ekonomi dan budaya secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sangat

berpengaruh terhadap perilaku konsumsi makanan masyarakat.

2.1.3 Chain of Infection Penyakit HIV/AIDS

Chain of Infection atau rantai penularan penyakit meliputi Causative agent, Reservoir, Portal

of Exit, Mode of Transmission, Portal of Entry, Susceptible Host.

a. Causative Agent

faktor risiko (Macdonald dan Ford,1997).


1. Asap rokok, polusi udara (industri,kendaraan)
2. Konsumsi alkohol,
3. Umur
4. Obesitas
5. Paparan radiasi
6. Sejarah riwayat penyakit keluarga
7. Hormon tampaknya juga memegang peranan penting dalam terjadinya kanker
payudara. Estradiol dan atau progresteron dalam daur normal menstruasi
meningkatkan resiko kanker payudara. Hal ini terjadi pada kanker payudara yang
memiliki reseptor estrogen, dimana memang 50 % kasus kanker payudara merupakan
kanker yang tergantung estrogen (Peter Gibbs M.D, 2000).
b. Reservoir

Reservoir adalah manusia.

c. Portal of Exit

d. Mode of Transmission

Hormon Estrogen, Gaya Hidup, Bahan kimia, Paparan radiasi

e. Portal of Entry

Mutasi Gen

1. Beberapa onkogen telah diketahui mempengaruhi karsinogenesis kanker


payudara, diantaranya Ras, c-myc, epidermal growth factor receptor (EGFR, erb-
B1), dan erb-B2 (HER-2/neu) (Greenwald, 2002).
2. Mutasi atau ketiadaan BRCA1 terdapat pada <10% kanker payudara, sementara itu
mutasi p53 terjadi pada lebih dari 30% kanker payudara (Bouker et al., 2005).
f. Susceptible Host

Pembagian stadium menurut Portman 1952 yang disesuaikan dengan aplikasi klinik
yaitu:

Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot) . Besar tumor 1 - 2 cm dan
tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan
yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar
dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan
penyembuhan pada penderita adalah 70%.
Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada satu atau
beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2
cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %.

Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi masih

bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain.

Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.

Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema

(lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila

melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm. Kanker

sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang

rusuk dan otot dada.

Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai

dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan Metastasis jauh. Sel-sel kanker

sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak,

kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan

adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif

bukan lagi kuratif (menyembuhkan).


Dibawah ini merupakan bagan rantai penularan:

Causative Agent

Susceptible Host Reservoir

Manusia

Portal of Exit
Portal of Entry

Mode of
Transmission

Gambar 2.1 Chain of Infection Penyakit Kanker Payudara

2.1.4 Riwayat Alamiah Kanker Payudara

Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang

perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya

paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau

kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun teurapetik (CDC, 2010).

Berikut merupakan riwayat alamiah dari kanker payudara


1. TAHAP PREPATOGENESIS

Tahap prepatogenesis kanker payudara terjadi ketika seseorang memiliki faktor-faktor

resiko kanker payudara. Beberapa faktor resiko kanker payudara adalah sebagai berikut

a. Jenis kelamin (sex)

b. Umur

c. Tingkat kemakmuranatau kekayaan

d. Riwayat Keluarga,

e. Hormon

f. Karsinogen.

2. TAHAP PRESIMTOMATIS

Tahap presimtomatis kanker payudara terjadi pada saat karsinogenesis.

Karsinogenesis adalah mekanisme dimana bahan karsinogen menyebabkan terjadinya

kanker. Ada tiga tahapan dalam proses karsinogenesis, yiatu inisiasi, promosi dan

progresi.

Dalam salah satu jurnal, tahapan inisiasi dan promosi dijadikan satu dalam tahap yaitu

fase induksi.

o Tahap inisiasi merupakan tahap permulaan dimana sel normal berubah menjadi

premaligna. Karsinogen harus merupakan mutagen yaitu zat yang dapat menimbulkan

mutasi gen. Pada tahap ini, karsinogen bereaksi dengan DNA menyebabkan

ampifikasi gen dan produksi copy multiple gen.

o Tahap kedua adalah promosi. Promotor adalah zat non mutagen tetapi dapat

menaikkan reaksi karsinogen dan dapat menimbulkan amplifikasi gen, contohnya

adalah ester phorbol yangterdiri dari TPA ( Tetradeconyl pharbol Acetat) dan RPA

(12-Retinoyl PhorbolAcetat).
Dua tahap diatas masuk ke dalam fase induksi yaitu perubahan sel normal menjadi sel

maligna. Teradapat tiga cara perubahan sel normal menjadi sel maligna yaitu

Hyperplasia, direct transformation, dan small self limitedcancers.

o Tahap ketiga yaitu progresi. Pada proses ini terjadi aktifikasi,mutasiatau hilangnya

gen. Pada tahap ini terjadi perubahan benigna menjadi premaligna dan maligna.

Lamanya tahap progresi telah dapat diperkirakan. Darimammografi dapat dilihat

volume tumor menjadi dua kali lipat dengan waktu berkisar 44-1869 hari (rata-rata

212 hari)

3. TAHAP KLINISA.

a. Masa inkubasi

Lamanya masa inkubasi kanker payudara yaitu sekitar 10-15 tahun atau lebih.

b. Tahap Penyakit Dini

Munculnya gejala-gejala klinis kanker payudara. Terkadang meskipun wanita

di tubuhnya telah tumbuh kanker dia tidak merasakan gejala apapun. Gejala

permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh

penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut.

Berikut beberapa gejala atau pun tanda-tanda kanker payudara, antara lain:

1) Ada bejolan yang keras di payudara.

Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu

mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau

menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Lalu puting

berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus),mengeluarkan


cairan atau darah . Kulit atau puting susu menjadi tertarik kedalam (retraksi),

bewarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga

kulit kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara.

Borok itu semakin lama akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat

menghancurkan seluruh payudara,sering berbau busuk, dan mudah berdarah.

Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri

pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau

bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul pembesaran

kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran

kanker ke seluruh tubuh.

2) Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk.

3) Adanya benjolan-benjolan kecil.

4) Ada luka di payudara yang sulit sembuh.

5) Payudara terasa panas, memerah,dan bengkak.

6) Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karenakanker, tetapi tetap
harus diwaspadai).

7) Terasa sangat gatal di daerahsekitar puting .

8) Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak
terasa sakit.

9) Apabila benjolan itu kanker,awalnya biasanya hanya pada satu payudara.

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali degan mengetahui kriteria


operabilitas Heagensen sebagai berikut :

1) Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);

2) Adanya nodul satelit pada kulit payudara;

3) Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;


4) Terdapat model parasternal dan nodel supraklavikula;

5) Adanya edema lengan dan metastase jauh;

6) Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasikulit, edema

kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila

berdiameter lebih 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama

lain

c. Tahap penyakit lanjut

Pada tahap ini dikenal stadium-stadium kanker payudara. Stadium penyakit

kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter saat mendiagnosis suatu

penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran

kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat

lain.

Penentuan stadium kanker berdasarkan empat karakteristik yaitu ukuran

kanker, apakah kanker tersebut invasif ataunon infasif, apakah kanker tersebut

berada di kelenjar getah bening dan apakah kanker tersebut sudah menyebar ke

organ atau bagian tubuh yang lain.

Selain itu ada tiga istilah lain yang menggambarkan stadium kanker payudara,

yaitu lokal yang berarti kanker tersebut terbatas berada di payudara, lalu regional

yang berarti kanker sudah menyebar ke kelenjargetah bening, terutama di daerah

ketiak dan yang terakhir adalah distant yang berarti kanker sudah ditemukan di

bagian tubuh yang lain.

Stadium 0:
Pada stadium ini kanker digambarkan pada kondisi non infasif.Tidak ada bukti

sel-sel kanker atau sel abnormal non-kanker keluar dari bagian payudara, dan tidak

ada bukti sel kanker atau sel abnormal nonkanker melalui atau menyerang

jaringan lain. Stadium ini sering disebut karsinoma in situ (CIS).

Stadium 1

Pada stadium ini sudah memasuki kondisi infasif. Stadium ini dibagi menjadi

dua yaitu stadium 1A dan stadium 1B.

 Pada stadium 1A, benjolan kanker tidak melebihi dari 2 cm dan tidak menyebar

keluar dari payudara. Perawatan sistematis akan diberikan pada kanker stadium

ini,tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjutan.

 Pada stadium 1B,ada dua kemungkinan yaitu pertama tidak ada tumor di daerah

payudara, namun terdapat sekelompok kecil sel kanker dikelenjar limpa dengan

ukur lebih besar dari 0,2 milimeter namun tidakmelebihi 2 milimeter.

Kedua adalah adanya tumor di daerah payudara namuntidak melebihi 2 cm dan

ada sekelompok sel kanker di kelenjar limpa dengan ukuran lebih besar dari 0,2

milimeter namun tidak melebihi 2 milimeter.Pada stadium I, kemungkinan sembuh

total untuk pasien adalah sebanyak70%.

Stadium 2:

Stadium 2 dibagi menjadi dua yaitu stadium 2A dan stadium 2B.

 stadium 2A ada tiga kemungkinan yaitu pertama tidak adanya tumor didaerah

payudara tetapi kanker dengan ukuran lebih dari 2 milimeterditemukan di 1

sampai 3kelenjar getah bening yang berada di bawah lengan(kelenjar getah bening
aksila) atau di kelenjar getah bening di daerah tulang dada. Kedua, adanya tumor

dengan ukuran 2 sentimeter atau kurang yangtelah menyebar ke kelenjar getah

bening aksila. Ketiga ditemukannya tumor dengan ukuran lebih besar dari 2

sentimeter tetapi tidak lebih dari 5 sentimeter, namun tidak menyebar ke kelenjar

getah bening aksila.

 stadium 2B, adanya tumor lebih besar dari 2cm namunkurang dari 5cm disertai

adanya sel-sel kanker yang ebrukuran lebih dari0,2mm namun kurang dari 2mm di

daerah kelenjar getah bening OR. Selain itu bisa juga ditemukannya tumor lebih

besar dari 2cm namun kurang dari 5cm, kanker yang telah menyebar ke 1 sampai

3 kelenjar getah bening aksila atau kelenjar getah bening di sekitar tulang dada.

Yang terakhir yaitu adanya tumor lebih dari 5cm tetapu tidak menyebar ke

kelenjar getah bening aksila.

Stadium 3:

Stadium ini dibagi menjadi tiga yaitu stadium 3A, 3B dan3C.

 Stadium 3A

Berdasarkan data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium

ini. Benjolan kanker sudah berukuran lebih dari 5cm dan sudah menyebar ke

kelenjar limfa disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur

lainya.

 stadium 3B

tumor dengan ukuran baik kecil maupun besar telah menyebar ke dinding dada

dan atau kulit dada yang menyebabkan pembengkakan atau ulkus, tumor juga

kemungkinan telah menyebar sampai ke kelenjar getah bening aksila 9 dan


mungkin juga telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar tulang dada.

Selain itu pada stadium 3B terjadi imflamasi kanker payudara.

 stadium 3C,

kemungkinan tidak adanya tanda kanker payudara atau bila ada tumor bisa

dalam ukuran berapapun dan telah menyebar ke dinding dada atau kulit payudara,

dan kanker telah menyebar sampai ke kelenjar getah bening aksila 10 atau ke

kelenjar getah bening diatas atau di bawah tulang selangka atau telah menyabar ke

kelenjar getah bening aksila atau kelenjar getah bening di sekitar tulang dada.

Stadium 4

sel kanker sudah mulai menyerang bagian tubuh lainnya,seperti tulang, paru-

paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang

harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.Selain itu terdapat klasifikasi stadium

kanker payudara berdasarkanrekomendasi UICC ( International Union Against Cancer

dari World HelathOrganization) / AJCC ( American Joint Committee On Cancer

yangdisponsori oleh American Cancer Society dan American College

ofSurgeons) yaitu klasifikasi sistem TNM. TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu

tumor size atau ukuran tumor, “N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan

“M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh

d. tahap akhir penyakit

Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti

karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas, keinginan

untuk hidup, dan lain-lain.


Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam

five-year survivak rate sebagai berikut :

Stadium five-year survivak rate

0 100%

I 100%

IIA 92%

IIB 81%

IIIA 67%

IIIB 54%

IV 20%

2.2 KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT

2.2.1 Definisi Kesehatan Masyarakat

Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan

seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-

usaha pengorganisasian masyarakat.

Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public

Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan

meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” untuk :

1. Meningkatkan sanitasi lingkungan

2. Kontrol infeksi di masyarakat

3. Pendidikan individu untuk kebersihan perorangan

4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan


5. Diagnosis dini, pencegahan penyakit, dan pengembangan aspek sosial yang akan

mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standart kehidupan yang

kuat untuk menjaga kesehatannya.

2.2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat

Menurut Wahid Iqbal Mubarak (2012:11). Beberapa disiplin ilmu yang

mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain:

1. Biologi

2. Kedokteran

3. Kimia

4. Fisika

5. Ilmu Lingkungan

6. Sosiologi

7. Antropologi

8. Psikologi

9. Ilmu pendidikan

Ilmu yang secara garis besar menopang ilmu kesehatan masyarakat (disebut

sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat) adalah:

1. Epidemiologi

2. Biostatistik/statistik kesehatan

3. Kesehatan lingkungan

4. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

5. Administrasi kesehatan masyarakat

6. Gizi masyarakat

7. Ilmu kesehatan kerja

2.2.3 Tujuan kesehatan masyarakat


Pengorganisasian masyarakat dalam pencapaian tujuan kesehatan masyarakat pada

dasarnya adalah menghimpun potensi masyarakat atas sumber daya dalam masyarakat

itu sendiri untuk upaya preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka

sendiri. Tujuan nya untuk menumbuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi

masyarakat di bidang pembangunan kesehatan.

2.2.4 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia

1. Faktor Lingkungan

Penyebab masalah di masyarakat adalah kurangnya peran serta masyarakat

dalam mengatasi kesehatan dan kurangnya rasa tanggung jawab sebagian besar

masyarakat dalam bidang kesehatan.

2. Faktor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat

Masih banyaknya kebiasaan masyarakat yang dapat merugikan kesehatan

dan adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.

3. Faktor Sosial dan Ekonomi

a. Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah

b. Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan

c. Penghasilan masih rendah dan pengangguran

d. Kemiskinan

4. Faktor Sistem Pelayanan Kesehatan

Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh, upaya pelayanan

kesehatan sebagian masih berorientasi pada upaya kuratif dan sarana prasarana

belum dapat menunjang pelayanan kesehatan masyarakat.

2.2.5 Sasaran Kesehatan Masyarakat


Sasaran kesehatan masyarakat adalah seluruh masyarakat termasuk individu,

keluarga dan kelompok, baik yang sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang

beresiko tinggi di masyarakat.

1. Individu

Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,

psikologi, sosial dan spiritual. Jika individu tersebut mempunyai masalah kesehatan

karena ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh karena suatu hal, maka akan

mempengaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga yang ada di lingkungan

sekitar tempat tinggal mereka.

2. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga serta anggota keluarga lain yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah

karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara anggota saling

bergantung dan berinteraksi. Jika salah satu atau beberapa anggota keluarga

mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhapap anggota yang

lainnya dan keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis.Berikut

merupakan alasan yang menyebabkan keluarga menjadi fokus pelayanan.

a. Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan

b. Keluarga mempunya peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh

anggota keluarga

c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan

d. Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan (decision making) dalam

perawatan kesehatan

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha

kesehatan masyarakat
3. Kelompok khusus

Dimana kelompok khusus tersebut merupakan sekumpulan individu yang

memiliki kesamaan jenis kelamin, umur, dan permasalahan. Kegiatan yang

terorganisasi atau sekelompok masyarakat atau individu sangat rawan terhadap

masalah kesehatan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan mereka dalam

memelihara kesehatan dan merawat diri sendiri. Keterbatasan yang dialami bisa

berupa fisik, mental, sosial, budaya dan ekonomi sehingga mereka membutuhkan

bimbingan, pelayanan kesehatan, dan asuhan keperawatan. Kelompok khusus yang

ada di masyarakat dan institusi dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan

dan kebutuhan yang mereka hadapi, yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat

perkembangan dan pertumbuhan (growth and development).

a. Kelompok ibu hamil dan ibu bersalin (melahirkan)

b. Kelompok ibu nifas

c. Kelompok bayi

d. Kelompok anak balita

e. Kelompok anak usia sekolah

f. Kelompok usia lanjut

2. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan

bimbingan serta asuhan keperawatan.

a. Penderita penyakit menular (kelompok penderita penyakit kusta, TBC,

diare, malaria, kelompok penderita penyakit kelamin (gonore atau sifilis)

dan penyakit HIV/AIDS.


b. Penderita penyakit tidak menular, antara lain: kelompok penderita penyakit

hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jatung, kanker, stroke, kecelakaan

lalu lintas dan lain sebagainya.

c. Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi, antara lain kelompok cacat

fisik seperti kebutaan, kelompok cacat mental dan kelompok cacat sosial.

3. Kelompok khusus yang mempunyai resiko tinggi terserang penyakit

a. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika. Penyalahgunaan obat dan

narkotika merupakan suatu penyelewengan pengguna obat yang bukan

ditujukan untuk medis/pengobatan atau tidak sesuai dengan indikasinya.

b. Kelompok wanita tuna susila (WTS) atau pekerja seks komersial.

c. Kelompok kerja tertentu. Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua

tenaga kerja, misalnya dirumah sakit akibat pajanan bebagai bahan biologis,

kimia atau fisik yang berbahaya di dalam lingkukan kerjanya. Diperlukan

pencegahan berupa upaya kesehatan dan keselamatan kerja yang telah

didukung perangkat hukum untuk mewujudkan produktivitas kerja optimal.

Ruang lingkup kegiatan pada kelompok khusus mencakup upaya-upaya

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif, melalui kegiatan yang

terorganisasi berikut:

1. Pelayana kesehatan dan keperawatan

2. Penyuluhan kesehatan

3. Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok, kader

kesehatan dan petugas panti

4. Penemuan kasus secara dini

5. Melakukan rujukan medis dan kesehatan

6. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan masyarakat


7. Alih teknologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada petugas

panti serta kader kesehatan

Prinsip dasar kelompok khusus adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok khusus

2. Menekankan pada upaya preventif dan promotif

3. Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses keperawatan secara

konsisten dan berkesinambungan

4. Melibatkan peran serta aktif petugas panti, kader kesehatan dan kelompok

sebagai subjek maupun objek pelayanan

5. Dilakukan di institusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan kelompok khusus

6. Ditekankan kepada pembinaan perilaku-perilaku penghuni panti, petugas

panti, lingkungan panti bagi yang diinstitusi dan masyarakat yang

mempunyai masalah yang sama ke arah perilaku sehat.

4. Masyarakat

2.2.6 Upaya-upaya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat

Secara garis besar upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau

penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain:

1. Pemberantasan penyakit baik menular maupun tidak menular

2. Perbaikan sanitasi lingkungan

3. Perbaikan lingkungan pemukima

4. Pemberantasan vektor

5. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat

6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

7. Pembinaan gizi masyarakat


8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum

9. Pengawasan obat dan minuman

10. Pembinaan peran serta masyarakat , dsb.


BAB 3

ANALISA HUBUNGAN

3.1 Hubungan Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan Kanker Payudara

3.1.1 Upaya Preventif Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam Kanker Payudara

Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia

yang sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan

Nasional (SKN). Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang

lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat

dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat

yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian masyarkat

dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga

kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan

pendidikan.

Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan para

tenaga kesehatan masyarakat yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode

pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan

bagi tenaga kesehatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesehatan

masyarakat dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik

lingkungan dan pemberantasan penyakit.

Pelayanan kesehatan preventif menurut winslow, Profesor Kesehatan Masyarakat dari

Yale University pada tahun 1920 (dalam leavel and Clark, 1958) mengungkapkan bahwa

untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit, ada tiga tahap pencegahan yang
dikenal sebagai teori five levels of prevention. Hal ini meliputi pencegahan primer,

pencemaran sekunder dan pencemaran tersier.

1. Pencegahan primer dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi hal-hal

berikut.

a. Promotion of health

Promotif adalah usaha mempromosikan kesehatan kepada masyarakat. Upaya

promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi

yang cukup dan untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.

Dalam hal ini sarjana kesehatan masyarakat berperan memberikan promosi

kesehatan dalam upaya pencegahan melalui peningkatan pengetahuan tentang cara

pencegahan dan akibat yang ditimbulkannya.

b. Specifik protection

Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu

yang gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit meliputi hal-hal berikut.

a. Early diagnosis and prompt treatment

Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini atau tindakan

pencegahan pada seseorang atau kelompok yang memiliki resiko terkena penyakit.

Tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses penyakit pada tingkat

permulaan sehingga tidak akan menjadi parah. Prinsipnya diterapkan dalam program

pencegahan, pemberantasan dan pembasmian macam penyakit baik menular ataupun


tidak dan memperhatikan tingkat kerawanan penyakit terhadap masyarakat yang

tinggi.

Kita sebagai sarjana kesehatan masyarakat berusaha memberikan HE pada

masyarakat tentang pentingnya deteksi dini pada kanker payudara.

Sedangkan Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan yang dilakukan

dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi. Prompt

treatment merupakan tindakan lanjutan dari early diagnosis. Pengobatan segera

dilakukan sebagai penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih

parah.

b. Limitation of disability

Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha pengobatan dan perawatan yang sempurna

agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan, maka

dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertamabah berat (dibatasi), fungsi dari alat

tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.peran bidan dalam

hal tersebut yaitu memberikan pelayanan kesehatan secara professional, melakukan

pendampingan pada pasien untuk mendapatkan kesehatan secara sempurna, serta

memberikan pendidikan kesehatan untuk masyarakat sejak dini

3. Pencegahan tersier (rehabilitasi)

Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam

masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna

untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan kemampuannya.


3.1.2 Upaya Pencegahan Kanker Payudara Dari Sudut Pandang Kesehatan Masyarakat

Pencegahan kanker payudara merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker

payudara atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh kanker payudara.

Berdasarkan sudut pandang kesehatan masyarakat, usaha pencegahan penyakit dibagi

menjadi 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit

(Leavell and Clark).

A. MASA SEBELUM SAKIT

1. Health Promotion (Mempertinggi Nilai Kesehatan)

Promosi kesehatan ditujukan kepada orang sehat yang belum memiliki faktor

risiko dengan memberikan kondisi kepada masyarakat yang memungkinkan

penyakit tidak berkembang, seperti membiasakan pola hidup sehat sejak dini

dan menjauhi faktor risiko kejadian kanker payudara yang dapat diubah

(changeable). Promosi kesehatan yang bisa dilakukan dengan cara:

a. Penyuluhan kepada masyarakat untuk memperbanyak konsumsi buah dan

sayuran yang banyak mengandung serat dan vitamin C, mineral, klorofil

(karena bersifat antikarsinogenik, radioprotektif, serta antioksidan yang

dapat menangkal radikal bebas).

b. Penyuluhan kepada masyarakat untuk memperbanyak konsumsi kedelai

serta olahannya (karena mengandung fitoestrogen yang dapat menurunkan

risiko terkena kanker payudara)

c. Sosialisasi dan pembagian leaflet tentang pola hidup sehat dengan cara

kontrol berat badan, rutin berolah raga dan diet seimbang serta mengurangi

konsumsi makanan berkadar lemak tinggi.

d. Sosialisasi dan pembagian leaflet tentang pola hidup sehat tanpa rokok,

alkohol dan stress berlebihan.


2. Specific Protection

Tahap ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kanker pada orang sehat tetapi

memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan dapat dilakukan

dengan cara:

a. Pemeriksaan kesehatan kerja awal, untuk menilai dan mendeteksi dini

apakah ada resiko yang dimiliki seorang pekerja sebelum dia ditempatkan

pada suatu area kerja dengan sumber radiasi.

b. Isolasi sumber radiasi dan mengatur waktu kerja para pekerja yang

berhubungan langsung dengan sumber radiasi supaya paparan radiasi tidak

melebihi NAB yang ditetapkan oleh peraturan perundangan.

c. Penyedian APD yang sesuai dan tepat fungsi bagi seluruh pekerja yang

terpapar sumber radiasi (seperti : Goggles, baju pelindung, sarung tangan,

safety shoes).

d. Melakukan sosialisasi kepada para wanita yang sudah menikah dan

mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang

berhubungan, supaya tidak menggunakan alat kontrasepsi yang

mengandung hormon seperti pil, suntikan, dan susuk KB.

e. Merangsang para ibu (bisa melalui penyuluhan, leaflet, pelatihan) untuk

memberikan ASI kepada anak mereka setelah melahirkan.

f. Mensosialisasikan prinsip SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) kepada

seluruh wanita yang beresiko untuk deteksi dini adanya kemungkinan

terjadinya kanker payudara.


g. Mensosialisasikan pemeriksaan mammografi kepada populasi beresiko agar

dapat melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker

payudara.

B. MASA SAKIT

3. Early diagnosis and Promt Treatment (Deteksi Awal Penyakit dan Pengobatan yang

Tepat dan Segera)

Pencegahan ini ditujukan untuk melakukan diagnosis dini terhadap penderita kanker

payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker

payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang tepat. Pencegahan

ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a. Pemeriksaan klinis untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya, insfeksi

payudara, palpasi, dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila.

Dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang (dilakukan dengan menggunakan

alat-alat tertentu antara lain seperti ultrasonografi, scintimammografi, lalu

dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis untuk mendiagnosis secara pasti

penderita kanker payudara.

 Kita sebagai seorang kesmas dapat memberi penjelasan, sosialisasi dan

merangsang orang-orang yang sudah menunjukkan gelaja dan/atau positif kanker

payudara untuk melakukan pemeriksaan klinis sehingga dapat dilakukan tindak

lanjut sebelum kanker tersebut semakin berbahaya.

4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)

Tujuan tahapan ini adalah penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara

sesuai dengan stadiumnya sehingga dapat mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi


penyakit, dan memperpanjang harapan hidup penderita beberapa cara yang dilakukan

diantaranya dengan : Penatalaksanaan medis berdasarkan stadium kanker yang

didiagnosis yaitu bisa dengan cara operasi/ pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan

terapi hormonal.

 Kita sebagai seorang kesmas dapat memberi penjelasan, sosialisasi dan dukungan

kepada orang-orang yang sudah positif kanker payudara untuk mau melakukan

operasi, radioterapi, kemoterapi, dan terapi hormonal.

5. Rehabilitation (Rehabilitasi)

Rehabilitasi dapat dilakukan dengan perawatan paliatif yang bertujuan untuk

mempertahankan kualitas hidup penderita, memperlambat progresifitas penyakit,

mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan dibidang psikologis, sosial,

dan spiritual.

Rehabilitasi bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan sehingga penderita dapat

melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik,

mental, dan social. Seseorang yang sedang menjalani rehabilitasi harus mendapatkan

asupan gizi yang baik, dukungan moral dari orang-orang terdekat sehingga mereka

tidak merasakan kecacatan sebagai masalah berat.

 Kita sebagai seorang kesmas dapat memberi dukungan mental dan sosial kepada

orang-orang pasca operasi kanker sehingga mereka tetap berusaha

mempertahankan kualitas hidup mereka dan memaksimalkan kemampuan yang

mereka miliki dengan sebaik-baiknya.


3.1.3 Peran Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam Melakukan Edukasi pada Masyarakat

tentang Kanker Payudara

Sarjana kesehatan masyarakat memberikan edukasi terhadap masyarakat dengan

penyuluhan. Penyuluhan dapat berupa pengenalan pada masyarakat tentang kanker payudara.

Edukasi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan mengarahkan

perilaku yang diinginkan dengan proses belajar mengajar (Maulana, 2007). Edukasi dalam

hal ini ditujukan kepada masyarakat agar masyarakat dapat memperoleh pengetahuan yang

berkaitan dengan kanker payudara, memiliki perilaku hidup sehat dengan melakukan

pencegahan sehingga masyarakat menjadi mandiri dan dapat menularkan pula kepada

sekitarnya. Dengan demikian, upaya kesehatan yang dilakukan, diarahkan pada upaya yang

dapat mengarahkan masyarakat mencapai kesehatan yang cukup agar dapat hidup produktif

Edukasi yang dapat dilakukan oleh seorang sarjana kesehatan masyarakat yaitu sebagai

berikut :

1. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan, kader dalam melakukan edukasi tentang

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) kepada perempuan sejak usia 20 tahun. Dengan

menggalakkan SADARI diharapkan deteksi dini dapat dilakukan dengan mudah dan sedini

mungkin. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan :

a. Perhatikan payudara dengan seksama, lihat apakah ada kelainan ataukah normal saja.

Caranya ada dua, pertama dengan mengangkat kedua tangan Anda hingga di atas

kepala. Kedua, letakkan kedua tangan Anda di pinggang. Cara ini bisa membantu

mengenali payudara. Apakah ada perubahan bentuk atau payudara tidak simetris.

Selain itu, juga bisa melihat apakah terdapat kerutan pada payudara, kulit berubah

seperti kulit jeruk. Jika menemukan tanda ini sebaiknya segera periksa ke tenaga

kesehatan.
b. Angkat lengan kiri ke atas kepala untuk melakukan pijatan lembut pada payudara.

Gunakan permukaan jari yang rata untuk mengurut payudara. Pastikan untuk

menyentuh seluruh bagian payudara. Gunakan pola yang sama setiap bulannya.

Meraba, menekan, atau memijat lembut payudara membantu mengetahui apakah ada

benjolan atau tidak. Meski tidak semua benjolan adalah kanker, bila terdapat benjolan

segera periksakan ke tenaga kesehatan untuk mendiagnosa dan mendapatkan

penangangan yang lebih tepat.

c. Pemeriksaan payudara sendiri bisa dilakukan dengan tiga gerakan pijatan. Pertama

gerakan arah berputar dengan menyentuh seluruh bagian payudara. Raba payudara

dengan gerakan memutar seperti mengelilingi area puting. Gerakan kedua, lakukan

pemeriksaan payudara sendiri secara sistematis, dengan arah naik dan turun. Pastikan

seluruh bagianpayudara tersentuh, baik bagian pinggir dan tengahnya. Ketiga, lakukan

pemeriksaan payudara sendiri dengan gerakan arah keluar dan masuk di setiap bagian

payudara.

d. Periksa juga puting dengan menekannya lembut. Memastikan apakah ada cairan yang

keluar. Jika puting menjadi lunak, mengeluarkan darah, cairan, puting bersisik,

memerah, atau bengkak. segera melakukan pemerikasaan ke tenaga kesehatan

e. Pemeriksaan payudara sendiri juga bisa dilakukan dengan berbaring. Caranya periksa

daerah antara payudara dan ketiak, serta daerah antara payudara dan tulang dada,

sambil berbaring. Ulangi semua langkah 3 di atas (gerakan meraba, memijat, dan

menekan lembut) untuk payudara sebelah kanan. Waspadai benjolan di sekitar ketiak.

2. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan dan lintas sektor dalam meggalakkan pola hidup

sehat kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan mulai sejak

dini. Edukasi dapat dilakukan dengan:


a. Memberikan edukasi tentang menjaga personal hygien dengan sasaran WUS sebagai

pencegahan dan pemeliharaan tubuh. Edukasi dapat dilakukan melalui media dan

melalui kegiatan KIE.

b. Memberi KIE tentang pentingnya menjaga kebugaran tubuh dengan olahraga secara

teratur

c. Memberikan edukasi gizi seimbang dengan pola makan sehat. Gizi seimbang sebagai

pemenuhan kebutuhan tubuh dapat membantu dalam mempertahankan sistem imunitas.

Makanan yang kaya serat, dapat membantu menurunkan kadar prolaktin dan estrogen

agar tidak berlebih didalam tubuh. Vitamin dan mineral yang memiliki kandungan

antioksidan tinggi seperti vitamin A,C,E dan mineral selenium, yang dapat mencegah

kerusakan sel yang bisa menjadi penyebab terjadinya kanker.

3.1.3 Tujuan Surveilans Kanker Payudara

Perlu dilakukan surveilans Kanker Payudara agar kita tahu berapa banyak a penderit

Kanker Payudara dan bisa melakukan tindakan promotif dan pencegahan Kanker Payudara.

Surveilens Kanker Payudara memiliki tujuan umum dan khusus.

A. Tujuan umum : mengetahui besarnya masalah Kanker Payudara di suatu wilayah

B. Tujuan Khusus :

1. Memantau seroprevalens Kanker Payudara pada suatu sub populasi.

2. Memantau tren/kecenderungan infeksi kanker payudara berdasarkan waktu dan

tempat

3. Memantau dampak program


4. Menyediakan data untuk estimasi dan proyeksi kasus kanker payudara di Indonesia

5. Menggunakan data prevalens untuk advokasi

6. Menyelaraskan program pencegahan dengan perencanaan pelayanan kesehatan

7. Menyediakan informasi untuk program SADARI (periksa payudara sendiri)

Salah satu langkah pencegahan sekunder adalah dengan melakukan deteksi dini

atau screening. Kanker akan memiliki prognosis yang lebih baik jika terdeteksi secara

dini. Deteksi dini kanker ialah usaha untuk mendeteksi penyakit atau kelainan dengan

menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat

untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dan tampak

sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Tujuan dari deteksi dini ini untuk

menemukan secara dini, yaitu kanker yang masih bisadisembuhkan untuk mengurangi

morbiditas dan mortalitass kanker (Imam, 2009). Langkah deteksi dini payudara yang

umum dilakukan oleh masyarakat adalah Periksa Payudara Sendiri (SADARI) atau Breast

Self Examination (BSE) pemeriksaan klinis atau Clinical Breast Examination (CBE) dan

mamografi (Victor, 2008).

Pemeriksaan sadari adalah pemeriksaan yang dilakukan seorang wanita untuk

menemukan benjolan atau kelainan pada payudara (NCI, 2010). Ketika seorang wanita

telah mencapai masa pubertasdan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya,

maka SADARI perlu dilakukan. Hal ini memberikan kesempatan kepada seorang wanita

untuk memahami tubuhnya sendiri dan membentuk kebiasaan yang baik untuk masa

depan di kemudian hari (De Jong, 2004). Tujuan utama dari pemeriksaan SADARI ini

adalah membantu mengidentifikasi perubahan abnormal pada payudara sehingga dapat

lebih cepat dilaporkan kepada petugas kesehatan (ACS, 2010). Tidak seperti pemeriksaan
screening lainnya yang tingkat keefektivitasannya telah dibuktikan, sampai saat ini tidak

ada studi random terbaru yang membuktikan dengan melakukan SADARI meningkatkan

usia harapan hidup. Meski tidak adanya mamografi, program SADARI tidak dianjurkan

karena tingkat efektivitasnya yang belum terbukti dalam menurunkan angka mortalitas

(Thomas, 2002).

Begitu pula hasil dari penelitian Canadian Task Force on Preventive Health Care,

tidak menemukan keuntungan dari pemeriksaan rutin dari SADARI. Mereka juga

menemukan bahwa wanita yang dianjurkan mengenai SADARI dan melakukannya

cenderung lebih sering menemui tenaga kesehatan, merasa cemas, dan melakukan biopsi

yang jinak (Baxter, 2002). Namun ada berbagai keberanian terhadap pernyataan untuk

menghentikan program SADARI yang sudah dikenal masyarakat dan sudah berjalan lama

ini. Alasan yang diberikan karena sebagian besar tumor ditemukan oleh wanita sendiri,

dan dengan melakukan SADARI, membuat wanita lebih waspada terhadap keadaan

payudara mereka. Melalui ini diharapkan mereka lebih dapat mampu menemukan tumor,

meski mereka menemukannya ketika tidak secara khusus melakukan SADARI (Larkin,

2001). Di negara berkembang, program ini merupakan program yang sederhana, murah,

non-invasif, dan tidak berbahaya, yang tidak hanya diterima masyarakat, tapi juga

mendorong wanita untuk melakukan tindakan aktif ikut bertanggungjawab terhadap

upaya pencegahan (Narimah, 2002).


DAFTAR PUSTAKA

Bobak., Lowdwrmilk., Jensen., dan Wijayarini M., 2005. Buku Ajar keperawatan Maternitas
Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC.

BreastHealth UK. 2010. Breast Cancer : Advances in Risk Assessment. Practice Nursing
2010, vol 21, No 10.

Djoerban, Z. 2003. Kanker Payudara: Yang Penting dan Perlu Diketahui. Medicinal: Jurnal
Kedokteran 5, Vol.4 2nd Edition.
Lincoln, J dan Wilensky. 2008. Kanker Payudara, Diagnosis dan Solusinya. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.

Lowdermilk, D. L., Shanon E. P., Irene M. B. 2000. Maternity and women’s Healtyh Care
Seventh Edition. St. Louis, Missouri : Mosby, Inc.

Mardiana, Lina. 2007.Kanker pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman
Obat. Jakarta : Peneber Swadaya.

Maulana, Heri. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

National Breast and Ovarian Cancer Centre (NBOCC). Breast cancer risk factors areview of
the evidence New South Wales: National Breast and Ovarian CancerCentre 2009; 2009.

Swart, R., 2011. Breast Cancer Risk Factors. Medscape Reference.


Tapan, 2005, Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo,
Jakarta.

Tjindarbumi, D.2002. Deteksi dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.

Underwood JCE. Patologi Umum dan Sistemik. 2nd ed. Sarjadi , editor. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 1999.

Wiknjosastro, N., Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T., 2007. Ilmu kandungan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai