Anda di halaman 1dari 10

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perkembangan teknologi sekarang sangat berkembang dengan pesat,

masuknya internet di Indonesia telah memberikan dampak yang begitu besar ke

dalam berbagai bidang. Internet telah menciptakan dunia baru yang dinamakan

cyberspace yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan

realitas yang baru berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata). Teknologi

Informasi diciptakan sebagai sarana yang nantinya akan mempermudah pekerjaan

manusia, disamping itu teknologi informasi diciptakan dengan maksud dan tujuan

untuk meningkatkan dan mengefektivitaskan produktivitas kerja manusia, teknologi

informasi tidaklah semata-mata berbuah manis dan selalu memberikan dampak positif

terhadap kehidupan manusia karena disebalik manfaatnya teknologi informasi juga

memberikan dampak negatif.

Semakin maraknya banyak kasus dalam dunia teknologi informasi dan

komunikasi telah memunculkan suatu ilmu hukum baru yang berawal dari dampak

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang disebut dengan hukum

telematika atau cyber law. Cyber law meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan

subyek hukum yang memanfaatkan teknologi Internet yang dimulai pada saat mulai

online dan seterusnya sampai saat memasuki dunia maya. Pencemaran nama baik

(Defamation), fitnah, penistaan, penghinaan(Hate speech), kenyamanan

individu(Privacy) masuk dalam kategori cyber law. Perbuatan tidak menyenangkan

1
2

melalui internet sering kali terjadi seperti mengirimkan pesan atau komen-komen

yang mengandung kebencian melalui blog, email atau yahoo messenger,

mengirimkan sms menyeramkan ke ponsel seseorang, membuat postingan dalam blog

ditujukan untuk melecehkan atau menghina seseorang, meretas email seseorang dan

mengirimkan email kepada orang lain dengan menggunakan identitas email tersebut,

mengunggah foto atau video pribadi seseorang tanpa sepengetahuan pemilik. Hal itu

sangat meresahkan masyarakat oleh karena itu harus ada penegakan hukum yang

mengaturnya. Akan tetapi penegakan hukum itu sendiri dalam bidang teknologi

komunikasi mengalami hambatan-hambatan teknis yang dilematis. Karena sangat

sulit untuk menentukan pihak yang bersalah dan melindungi pihak yang dirugikan.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan laporan makalah hate speech ini adalah untuk

memenuhi syarat kelulusan ujian akhir semester (UAS) mata kuliah Etika Profesi

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Program Studi Manajemen Informatika dan

Komputer (AMIK) “BSI Pontianak.

1.3. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan yang dibahas hanya mengenai cyber crime

hate speech yaitu bentuk kejahatan yang bersumber dari ucapan atau penuturan kata

yang kurang menyenangkan, agar tidak terjadi penyimpangan masalah maka penulis

fokus kepada topik yang telah diambil.


3

1.4. Sistematika Penulisan

Sistemtika penulisan merupakan uraian tentang susunan dari penulisan itu

sendiri yang dibuat secara teratur dan terpernci, sehingga dapat memberikan

gambaran secara menyeluruh.

Adapun sistematika penulisan tugas ini terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas tentang latar belakang dari permasalahan

yang dibahas, tujuan penulisan, pembatasan masalah serta sistematika

penulisan yang sudah diuraikan secara teratur.

BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini membahas secara penuh tentang cyber crime, definisi

cyber crime, dan juga topik yang dipilih oleh penulis, serta blog yang

telah dibuat untuk menampilkan gambaran dari permasalahan topik

pilihan, penjabaran blog yaitu penjelasan dari blog yang dibuat dan

juga tampilan blog.

BAB III PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dari apa yang dibahas dari bab 1 dan

bab 2, serta saran-saran untuk mengurangi serta mencegah dari

maraknya kasus hate speech yang terjadi disekitar kita.


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Cyber Crime

Cyber crime merupakan kegiatan illegal dengan perantara computer atau

peralatan lainnya yang mendukung sarana teknologi seperti handphone, smartphone

dan lainnya yang dapat dilakukan melalui jaringan elektronik global, atau suatu upaya

memasuki/ menggunakan fasilitas komputer/jaringan komputer tanpa ijin dan

melawan hukum atau tanpa menyebabkan perubahan atau kerusakan pada fasilitas

komputer yang dimasuki atau digunakan tersebut atau kejahatan yang dengan

menggunakan sarana media elektronik internet (merupakan kejahatan dunia alam

maya) atau kejahatan dibidang komputer, dan terdapat difinisi yang lain yaitu sebagai

kejahatan komputer yang ditujukan kepada sistem atau jaringan komputer, yang

mencakup segala bentuk baru kejahatan yang menggunakan bantuan sarana media

elektronik internet. Dengan demikian Cyber Crime merupakan suatu tindak kejahatan

didunia alam maya, yang dianggap betentangan atau melawan undang-undang yang
5

berlaku. Perbedaannya dengan kejahatan konvensional dapat dilihat dari dari

kemampuan serbaguna yang ditampilkan akibat perkembangan informasi dan

technologi komunikasi yang semakin canggih.

2.1.1. Definisi Cyber Crime

Cyber cicrime adalah tindak criminal yang dilakukan dengan menggunakan

teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan

yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputer khusunya internet.

Cybercrime didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan

teknologi computer yang berbasasis pada kecanggihan perkembangan teknologi

internet.

A. Karakteristik cyber crime

Dalam kejahatan konvensional selama ini dikenal dengan adanya mempunyai

dua jenis kejahatan, yaitu sebagai berikut:

1. Kejahatan kerah biru (blue collar crime)

Kejahatan ini merupakan jenis kejahatan atau tindak kriminal yang dilakukan

secara konvensional seperti perampokkan, pencurian, pembunuhan dan lain-

lain.

2. Kejahatan kerah putih (white collar crime)

Kejahatan jenis ini terbagi dalam empat kelompok kejahatan yakni kejahatan

korporasi, kejahatan birokrat, malpraktek dan kejahatan individu.


6

komunitas dunia maya di internet, memiliki karakteristik tersendiri yang

berbeda dengan kedua model di atas. Karakteristik unik dari kejahatan di dunia maya

tersebut antara lain menyangkut lima hal berikut:

1. Ruang lingkup kejahatan

Sesuai sifat global internet, ruang lingkup kejahatan ini jga bersifat global.

Cyber crime seringkali dilakukan secara transnasional, melintasi batas negara

sehingga sulit dipastikan yuridikasi hukum negara yang berlaku terhadap

pelaku. Karakteristik internet di mana orang dapat berlalu-lalang tanpa

identitas (anonymous) memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas jahat yang

tak tersentuh hukum.

2. Sifat kejahatan

Bersifat non-violence, atau tidak menimbulkan kekacauan yang mudah

terlihat. Jika kejahatan konvensional sering kali menimbulkan kekacauan

maka kejahatan di internet bersifat sebaliknya.

3. Pelaku kejahatan

Bersifat lebih universal, meski memiliki cirri khusus yaitu kejahatan

dilakukan oleh orang-orang yang menguasai penggunaan internet beserta

aplikasinya. Pelaku kejahatan tersebut tidak terbatas pada usia dan stereotip

tertentu, mereka yang sempat tertangkap remaja, bahkan beberapa di

antaranya masih anak-anak.

4. Modus kejahatan
7

Keunikan kejahatan ini adalah penggunaan teknologi informasi dalam modus

operandi, itulah sebabnya mengapa modus operandi dalam dunia cyber

tersebut sulit dimengerti oleh orang-orang yang tidak menguasai pengetahuan

tentang komputer, teknik pemrograman dan seluk beluk dunia cyber.

5. Jenis kerugian yang ditimbulkan

Dapat bersifat material maupun non-material. Seperti waktu, nilai, jasa, uang,

barang, harga diri, martabat bahkan kerahasiaan informasi.

2.1.2. Hate speech

Hate speech (Ucapan Penghinaan/atau kebencian) adalah tindakan

komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam bentuk

provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain dalam

hal berbagai aspek seperti ras, warna kulit, etnis, gender, cacat, orientasi seksual,

kewarganegaraan, agama, dan lain-lain. Dalam arti hukum, Hate speech adalah

perkataan, perilaku, tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu

terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak pelaku

Pernyataan tersebut ataupun korban dari tindakan tersebut. Website yang

menggunakan atau menerapkan Hate speech ini disebut Hate Site. Kebanyakan dari

situs ini menggunakan Forum Internet dan Berita untuk mempertegas suatu sudut

pandang tertentu. Para kritikus berpendapat bahwa istilah Hate speech merupakan

contoh modern dari novel Newspeak, ketika Hate speech dipakai untuk memberikan

kritik secara diam-diam kepada kebijakan sosial yang diimplementasikan dengan

buruk dan terburu-buru seakan-akan kebijakan tersebut terlihat benar secara politik.
8

A. Sesi hate speech (hate speech session)

Umumnya sesi hate speech dilakukan untuk memprovokasi suatu pihak atau

individu untuk memicu agar terjadinya prasangka atau tindak kekerasan

terhadap korban, yang mana tindakan tersebut juga akan mengacu kepada

tindak pencemaran nama baik terhadap korban.

B. Contoh kasus hate speech

Beberapa waktu lalu kita pernah dikejutkan dengan sebuah kasus dimana

seorang mahasiswa pascasarjana Universitas Gajah Mada (UGM), Florence

Sihombing (26), yang ditahan setelah berstatus tersangka karena dianggap

menghina warga Yogyakarta. Kasus ini bermula saat Florence hendak mengisi

bahan bakar minyak (BBM) di sebuah Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum

(SPBU) di kawasan Lempuyangan. Meski mengendarai motor, dia mengantre

di barisan mobil. Alasannya, Florence ingin mengisi BBM jenis Pertamax.

Petugas SPBU menolak mengisi bensin itu ke motornya, dan Florence pun

kesal.,kekesalan Florence tak habis di SPBU itu. Dia kemudian mengunggah

sebuah tulisan melalui akun jejaring sosial Path. Postingan itulah yang

dianggap menghina warga Yogyakarta.

C. Undng-undang yang bekaitan dengan hate speech

Dalam KUHP, perbuatan pidana tersebut bisa dijerat dengan pasal Provokasi

dan Hasutan. Namun ada undang-undang lain yang secara spesifik

mengaturnya yaitu :

1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi

Ras dan Etnis.


9

Pasal 4 :

Tindakan diskriminatif ras dan etnis berupa :

a. memperlakukan pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan

berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau

pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia

dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik,

ekonomi, sosial, dan budaya

b. menunjukkan kebencian atau rasa benci kepada orang karena perbedaan

ras dan etnis yang berupa perbuatan:

1. membuat tulisan atau gambar untuk ditempatkan, ditempelkan, atau

disebarluaskan di tempat umum atau tempat lainnya yang dapat dilihat

atau dibaca oleh orang lain;

2. berpidato, mengungkapkan, atau melontarkan kata-kata tertentu di tempat

umum atau tempat lainnya yang dapat didengar orang lain;

3. mengenakan sesuatu pada dirinya berupa benda, kata-kata, atau gambar di

tempat umum atau tempat lainnya yang dapat dibaca oleh orang lain; atau

4. melakukan perampasan nyawa orang, penganiayaan, pemerkosaan,

perbuatan cabul, pencurian dengan kekerasan, atau perampasan

kemerdekaan berdasarkan diskriminasi ras dan etnis.

Pasal 16 : Setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan kebencian atau

rasa benci kepada orang lain berdasarkan diskriminasi ras dan etnis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b angka 1, angka 2, atau


10

angka 3, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

Pasal 28: (2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan

informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau

permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas

suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Pasal 45: (2) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu

miliar rupiah)

2.2. Blog

Anda mungkin juga menyukai