A. Latar Belakang
Matematika merupakan disiplin ilmu yang amat dekat dan berperan
penting dalam kehidupan. Pembelajaran matematika mencakup perilaku-
perilaku yang menekankan aspek intelektual yang diperlukan untuk dapat
melakukan manipulasi matematika dan kemampuan berpikir dalam
matematika. Kemampuan pemecahan masalah menjadi aspek kognitif
terpenting dalam pembelajaran matematika.
Suatu kemampuan yang harus dikembangkan melalui pembelajaran
matematika adalah pemecahan masalah. Kenyataan yang ada saat ini
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa Indonesia memang masih
terbilang rendah. Hal ini dikarenakan alat evaluasi yang digunakan di
Indonesia masih berupa soal-soal tingkat rendah. Oleh karena itu, dari
permasalahan yang ada diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yaitu pembelajaran
matematika di kelas yang mendukung aktivitas siswa untuk dapat berperan
aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi subjek pembelajar
bukan lagi objek pembelajar yang aktivitasnya terbatas. Salah satu model
pembelajaran yang berpotensi mampu untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematik adalah model flipped classroom tipe peer
instruction flipped.
Pada model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped,
model tersebut dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran
karena siswa akan mengkontruksi konsep yang dipelajari bersama temannya
melalui kegiatan diskusi dan ConcepTest yang diberikan oleh guru. Keunikan
model pembelajaran flipped classroom ini adalah dalam pembelajaran guru
menggunakan bantuan perangkat multimedia dan teknologi yaitu video untuk
bekal pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran kelas berlangsung. Guru
dapat merekam materi yang biasa dijelaskan di depan kelas menjadi materi
berbentuk video. Video diberikan sebelum pembelajaran di kelas berlangsung
dan video dapat didistribusikan dengan bantuan media chatting yang ada pada
gadget siswa. Bertujuan agar timbul rasa simpatik pada diri siswa, dikarenakan
matematika menjadi dekat dengan kehidupan dan manfaat lainnya ketika siswa
datang ke kelas siswa sudah mengetahui materi apa yang akan dipelajari di
kelas saat itu, sehingga pada saat pembelajaran di kelas siswa dapat memahami
permasalahan yang diberikan secara spesifik dengan mengidentifikasi
masalahmasalah yang disajikan secara individu. Selain itu, keuntungan yang
diperoleh adalah waktu pembelajaran lebih efisien karena pada menit awal
guru tidak lagi menghabiskan waktu menjelaskan konsep dasar terkait materi
yang dipelajari. Pembelajaran flipped classroom akan membuat suasana
pembelajaran di kelas lebih kondusif, tidak ada tekanan didalamnya karena
semua siswa berhak mengemukakan pendapatnya, mentoleransi kesalahan-
kesalahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
Beberapa tipe dari model pembelajaraan flipped classroom, peer
instruction flipped yang paling berpotensi untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan ketika di kelas siswa akan diberikan
pembelajaran yang diawali dengan masalah konseptual yang akan dipelajari,
siswa dilatih untuk memahami masalah serta merumuskan masalah yang
diberikan melalui ConcepTest yang akan dijawab secara individu sehingga
siswa akan terbiasa menjawab soal yang diberikan secara mandiri. Langkah
selanjutnya adalah siswa saling berargumen dan berdiskusi terhadap jawaban
ConcepTest yang telah dilakukan, siswa dilatih untuk mengemukakan konsep
yang mereka ketahui serta mendengarkan argumentasi dari teman yang lainnya
sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan
strategi penyelesaian yang paling tepat karena siswa akan memeriksa
kebenaran tiap langkahnya dengan membandingkan jawaban yang
diperolehnya dengan jawaban teman yang lainnya. Melalui argumentasi yang
diberikan siswa akan terbiasa untuk tidak lagi bergantung kepada guru dalam
proses menjawab latihan soal karena setiap siswa wajib berargumen terhadap
jawaban yang diberikan. Siswa dilatih secara logis untuk menarik kesimpulan
dari masalah yang diberikan. Siswa dengan pemahaman konsep yang benar
cenderung akan mempertahankan argumentasi yang diberikan, dan siswa
dengan jawaban yang salah akan mengetahui letak kesalahan yang dilakukan.
Langkah selanjutnya adalah tes soal kedua, siswa diminta untuk menerapkan
konsep yang telah didapat agar lebih menguatkan konsep yang telah mereka
ketahui, pada tahap ini soal yang diberikan dapat berupa masalah non rutin atau
soal serupa dengan konsep tes pertama namun ditambah unsurnya sehingga
siswa akan terbiasa melatih dirinya untuk menyelesaikan masalah. Selain itu,
langkah terakhir adalah tes pemahaman. Pada tes terakhir ini siswa diminta
untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari. Pada langkah ini siswa dapat
dilatih untuk dapat memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh melalui
langkah penyelesaian lain ataupun bekerja mundur. Melalui semua langkah
tersebut maka model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction
flipped diduga dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian menggunakan model pembelajaran Classrooms Tipe Peer Instruction
Flipped ini.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap masalah
yang akan dibahas, maka peneliti memberikan batasan sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen yaitu menggunakan
model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped.
Adapun tahapannya meliputi: menonton video pembelajaran sebelum
pembelajaran di kelas, menyelesaikan tes soal pertama (ConcepTest),
saling beradu pendapat dan berdiskusi terkait jawaban tes soal pertama,
menyelesaikan tes soal kedua untuk menguatkan konsep, pengukuran
pemahaman siswa yang dilakukan di kelas pada akhir pelajaran (Latihan
Soal).
2. Pembelajaran yang dilakukan pada pada kelas kontrol menggunakan
model pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan di sekolah yaitu
pembelajaran ekspositori dengan pendekatan saintifik yang disesuaikan
dengan kurikulum yang digunakan di sekolah.
3. Penelitian ini menggunakan indikator pemecahan masalah matematik
menurut Polya yang meliputi: Memahami masalah yang diberikan,
membuat perencanaan pemecahan masalah, melakukan perhitungan terkait
rencana yang diberikan dan meninjau kembali dari hasil yang diperoleh.
4. Materi pada penelitian ini adalah peluang pada kelas XI semester genap
2016/2017.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang dalam
pembelajarannya menggunakan model flipped classroom tipe peer
instruction flipped?
2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang dalam
pembelajarannya menggunakan model flipped classroom tipe peer
instruction flipped lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran konvensional?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran flipped classroom tipe peer
instruction flipped.
2. Menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang
diajarkan dengan model konvensional.
3. Membandingkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang
diajarkan menggunakan model pembelajaran flipped classroom tipe peer
instruction flipped dengan siswa yang diajarkan menggunakan dengan
model konvensional.
E. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang didapat dengan adanya penelitian ini,
antara lain:
1. Bagi guru
Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan yang tepat bagi guru untuk
menggunakan model flipped classroom tipe peer instruction flipped dalam
proses pembelajaran
2. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini menambah referensi model pembelajaran berbasis
teknologi yang dapat digunakan sekolah dan diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
a. Pengertian Pemecahan masalah Matematik
b. Indikator Pemecahan Masalah Matematik
2. Model Pembelajaran Flipped Classroom Tipe Peer Instruction Flipped
a. Pengertian Model Pembelajaran Flipped Classroom
b. Pengertian peer instruction flipped
c. Langkah-langkah Model pembelajaran flipped classroom tipe peer
instruction flipped
3. Model Pembelajaran Konvensional
B. Hasil Penelitian Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai bahan penguat penelitian
terkait dengan penerapan model pembelajaran Flipped Classroom tipe Peer
Instruction Flipped. Peneltian pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Angra
Meta Ruswana dengan judul “Penerapan Peer Instruction With Structured
Inquiry (PISI) untuk Meningkatkankan Kemampuan Pemahaman dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa”. Penelitian dilakukan di salah satu
sekolah SMP kelas VIII di Ciamis pada materi bangun ruang. Berdasarkan
pengolahan data diperoleh hasil bahwa kemampuan pemahaman matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran PISI lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional, namun masih berada pada klasifikasi
sedang, namun untuk kemampuan pemecahan masalah matematik cenderung
sama seperti pembelajaran konvensional.
Penelitian selanjutnya pada tahun 2014 yang dilakukan oleh Yeni Merlin
Djajalaksana dengan judul “Penerapan Konsep ‘Flipped Classroom’ untuk
Mata Kuliah Statistika dan Probabilitas di Program Studi Sistem Informasi”.
Penelitian dilakukan pada universitas terletak di Bandung pada mata kuliah
statistika dan probabilitas. Kesimpulan dari penelitiannya adalah nilai
mahasiswa meningkat secara signifikan dari rata-rata sebesar 64,3 menjadi
rata-rata sebesar 75,3. Selain itu, mahasiswa memiliki persepsi positif dengan
penambahan materi melalui video dan latihan-latihan, dengan adanya
pembelajaran flipped classroom sebagian besar mahasiswa merasa lebih
memahami materi dan menilai bahwa video yang dibagikan telah membantu
pemahaman mereka atas materi yang diajarkan.
C. Kerangka Berpikir
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting. Kenyataan yang ada pembelajaran matematika di kelas saat ini
siswa sering sekali bergantung pada guru pada proses latihan soal yang
diberikan guru terutama masalah non rutin, siswa cenderung pasif dalam
pembelajaran karena pembelajaran lebih sering berpusat pada guru dan masih
banyak permasalahan lain yang telah dipaparkan. Pada akhirnya, siswa menjadi
kurang terlatih untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalahnya
serta kurang mengaplikasi konsep yang telah dipelajari.
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu
tujuan pembelajaran matematika di sekolah yang harus dikembangkan, dengan
kemampuan pemecahan masalah siswa dapat lebih logis dan objektif dalam
mengambil setiap keputusan yang diambilnya. Siswa dilatih untuk memahami
masalah, membuat perencanaan, menyelesaikan dan mengkaji kembali langkah
penyelesaian yang diambilnya.
Salah satu upaya yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa yaitu dengan menggunakan Flipped Classroom tipe
Peer Instruction Flipped. Pada langkah awal guru memberikan video
pembelajaran mengenai topik yang akan dipelajari di kelas pada pertemuan
sebelumnya. Melalui video yang diberikan tersebut diharapkan ketika di kelas
siswa akan memiliki kesempatan untuk lebih aktif dan memberikan waktu yang
lebih banyak untuk memahami dan menyelesaikan suatu permasalahan yang
diberikan di dalam kelas. Siswa dapat secara aktif mengkontruksi pengetahuan
dengan bertanya dan mengemukakan konsep yang didapat dalam tayangan
video yang telah ditontonnya. Pemberian video sebelum pembelajaran
berlansung dapat melatih siswa untuk memahami masalah yang diberikan.
Langkah kedua yaitu tes soal pertama yang mengajarkan konsep
(ConcepTest). Guru memberikan tes soal pertama agar mengetahui sejauh
mana siswa paham materi yang akan dipelajari. Langkah selanjutnya yaitu
siswa saling berargumen dan mendiskusikan jawaban dari tes soal pertama,
dari tahap ini siswa dilatih untuk dapat berperan aktif selama proses
pembelajaran. Siswa kembali mengerjakan soal serupa namun secara
berkelompok, melalui lembar kerja yang diberikan siswa dapat mendiskusikan
dan mendapatkan konsep dari pokok bahasan yang diberikan. Pada tahap ini
setiap siswa dapat mengemukakan pendapatnya melalui serangkaian diskusi,
siswa dalam kelompok saling meyakinkan jawaban yang diperoleh. Tahap
selanjutnya adalah konsep tes kedua, pada tahap tes soal kedua siswa kembali
diberikan sebuah soal yang wajib dikerjakan secara individu, tes soal kedua
merupakan soal lanjutan dari tes soal pertama, masalah yang diberikan serupa
dengan tes soal pertama namun ditambah unsurnya, pada tahap ini siswa
kembali dilatih untuk memahami masalah, membuat rencana dan melakukan
perhitungan. Langkah terakhir yaitu penilaian pemahaman siswa diakhir
materi bab pembelajaran. Pada tahap ini, siswa kembali diberikan soal terkait
dengan materi yang telah dipelajari. Siswa dilatih untuk memilih dan
menerapkan langkah penyelesaian yang paling tepat untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan serta melakukan peninjauan kembali terhadap hasil
yang telah diperoleh. Beberapa masalah yang diberikan pada tahap terakhir
merupakan masalah non rutin yang penyelesaiannya dapat melihat sejauh mana
pemahaman siswa terkait materi yang dipelajari. Secara sederhana kerangka
berpikir penelitian pada penelitian ini dapat disajikan pada Gambar berikut.
Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematik Siswa
Rendah
Siswa memonton video
Memahami
pembelajaran dirumah
masalah
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah “kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction
flipped lebih tinggi dari pada kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan :
R : Pemilihan subjek secara random
XE : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan
model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped.
XK : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol yaitu dengan model
pembelajaran konvensional.
T : Pemberian tes kemampuan pemecahan masalah matematik kepada
kelompok kontrol dan eksperimen.
H1 : 1 > 2
Keterangan :
H0 : rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
yag diajar dengan model pembelajaran flipped classroom tipe peer
instruction flipped lebih rendah sama dengan rata-rata nilai
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar
dengan model pembelajaran konvensional.
H1 : rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
yag diajar dengan model pembelajaran flipped classroom tipe peer
instruction flipped lebih tinggi daripada rata-rata nilai kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional.
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Parung untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran flipped classroom tipe peer
instruction flipped terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
pada materi peluang didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction
flipped memiliki rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa sebesar 72,72. Pencapaian paling tinggi terdapat pada
indikator memahami masalah, sedangkan yang paling rendah terdapat pada
indikator peninjauan kembali. Adapun pencapaian kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa pada indikator memahami masalah sebesar 85%,
indikator membuat rencana penyelesaian sebesar 75%, indikator
melaksanakan rencana/melakukan perhitungan sebesar 77% dan indikator
meninjau kembali langkah penyelesaian sebesar 51%.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki rata-rata hasil
tes kemampuan pemecahan masalah matematik siswa sebesar 62.94.
Pencapaian paling tinggi terdapat pada indikator memahami masalah,
sedangkan yang paling rendah terdapat pada peninjauan kembali langkah
penyelesaian. Adapun pencapaian kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa pada indikator memahami masalah sebesar 76%,
indikator membuat rencana penyelesaian sebesar 64%, indikator
melaksanakan rencana/melakukan perhitungan sebesar 68% dan indikator
meninjau kembali langkah penyelesaian sebesar 43%.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas eksperimen yang
diajar menggunakan model pembelajaran flipped classroom tipe peer
instruction flipped lebih tinggi dari kelas kontrol yang diajar menggunakan
model pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan analisis hasil
posttest menggunakan uji-t yang didapatkan hasil bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model
pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped lebih tinggi
daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan penulis selama penelitian berlangsung, ada
beberapa saran dari penulis terkait dengan penelitian ini diantaranya:
1. Bagi guru, berdasarkan hasil penelitian ini model pembelajaran flipped
classroom tipe peer instruction flipped mampu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, sehingga model
tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat
diterapkan oleh guru. Model pembelajaran flipped classroom tipe peer
instruction flipped dalam penerapannya perlu lebih banyak adanya peran
serta guru, terutama dalam tahapan tes konsep tes I dan proses saling
berargumen terhadap hasil yang diperoleh dari konsep tes I karena masih
banyak siswa yang kesulitan pada tahap tersebut.
2. Bagi sekolah, agar lebih mengembangkan sarana dan prasarana agar
mendukung pengembangan pembelajaran dan hasil penelitian diharapkan
mampu memberikan sumbangan dalam perbaikan dan peningkatan
pembelajaran disekolah. Sarana yang perlu dipertimbangkan terkait
penerapan model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction
flipped adalah diperlukannya proyektor dalam proses pembelajaran.
TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH METODE PENELITIAN
OLEH :
PUTU WIRANTO PRANATA
A1I115108