Anda di halaman 1dari 51

1.

1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami
sebagai sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi
ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia
terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau
etnis. Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa
penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi
bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa
transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang
digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia
yang digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara
kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern. Bentuk bahasa sehari-
hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab
sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar
dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para
penggunanya. Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa
lalu digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan
Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat
halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar. Pemerintah
kolonial Belanda melihat kelenturan Melayu Pasar dapat mengancam keberadaan
bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan
bahasa Melayu Tinggi, diantaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa
Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah digunakan
oleh banyak pedagang dalam berkomunikasi.
Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari
Bahasa Melayu. Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai
bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak
hanya digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh
Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari
kerjaan di indonesia yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu. Dan pasa
saat itu Bahasa Melayu telah Berfungsi Sebagai :
1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan
satra
2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di indonesia mapupun
pedagang yang berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.
Jadi jelashlah bahwa bahasa indonesia sumbernya adalah bahasa melayu.
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa
melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang politikus,
sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di
Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-
bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang
bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi
dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa
pergaulan atau bahasa persatuan. Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa
Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra
dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Namun
secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah
Kemerdekaan Indonesia.

1.2 Kedudukan Bahasa Indoensia


Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting yaitu :
1. Sebagai Bahasa Nasional.
Seperti yang tercantum dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ini berarti bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional yang
kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah.
1. Sebagai Bahasa Negara
Tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Bab XV Pasal 36) mengenasi
kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahawa bahasa negara ialah
bahasa Indonesia.

1.3 Fungsi Bahasa Indonesia


Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai
1. Lambang kebangsaan
2. Lambang identitas nasional
3. Alat penghubung antarwarga, antardaerah dan antarbudaya
4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu
kesatuan kebangsaan yang bulat.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi


sebagai :
1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan

4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.4 Kedudukan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi


Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat
mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antar bangsa yang sangat rumit.
Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh
perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri
bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia
memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, tata
bahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit.
Bahasa Indonesia telah membuktikan diri dapat dipergunakan untuk
menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan dengan jernih,
jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia
yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era
globalisasi ini. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan
pembelajaran di negara-negara asing seperti Australia, Belanda, Jepanh, Amerika
Serikat, Inggris, Cina, dan Korea Selatan.
Setiap warga Negara Indonesia sebagai warga masyarakat pada dasarnya
adalah Pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama
pembinaan bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif
tehadap bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan
dengan sikap kesetiaan bahasa Indonesia, dan sikap kebanggaan berbahasa
Indonesia. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia terungkap jika bangsa Indonesia
lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing dan besedia menjaga
agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Bangsa Indonesia tidak mungkin
menuntut kemurnian bahasa Indonesia (sebagai mana aliran purisme) dan
menutup diri dari saling pengaruh dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang positif
dan mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap
positif inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa bahwa bahsa Indonesia
itu tidak ada bedanya dengan bahasa asing. Masing-masing bahasa mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
Di samping itu, disiplin berbahsa nasional juga menunjukan rasa cinta
kepada bangsa, tanah air, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga
Indonesia mesti bangga mempunyai bahasa Indonesia lalu menggunakannya
dengan baik dan benar. Rasa kebanggaan inilah yang dapat menimbulkan rasa
nasionalisme dan rasa cinta tanah air yang mendalam. Sikap pemakai bahasa
Indonesia demikian ini merupakan sikap yang positf, baik, dan terpuji.
Sebaliknya, apabila yang muncul adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak
terpuji, akan berdampak pada pemakaina bahasa Indonesia yang kurang terbina
dengan baik.

2.1 Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Situasi


Ragam bahasa adalah keanekaragaman dari sebuah bahasa menurut
pemakaian. Baik itu dari segi bentuk bahasa, hubungan pembicara, situasi pada
saat berbahasa, bidang- bidang ilmu yang berkaitan, serta kosakata yang
digunakan. Ada dua masalah pokok dalam penggunaan bahasa, yaitu penggunaan
bahsa baku dan penggunaan bahasa tidak baku. Penggunaan bahasa tersebut
terkait dengan situasi, yaitu situasi resmi dan situasi tidak resmi. Didalam situasi
resmi (disekolah, dikantor, pertemuan resmi) digunakan bahasa baku, sedangkan
dalam situasi tidak resmi digunakan bahasa tidak baku. Jadi, penggunaan bahasa
baku dan tidak baku harus melihat dimana, dengan siapa, topik apa, dan tujuan
pembicaraan.
Ciri ciri dari ragam bahasa resmi adalah menggunakan kata baku,
menggunakan imbuhan secara lengkap, menggunakan EYD, menghindari unsur
kedaerahan. Fungsi dari penggunaan bahasa resmi diantaranya adalah sebagai
pemersatu berbagai bahasa (memperkuat perasaan nasional masyarakat dengan
bahasa yang bersangkutan). Penggunaan bahasa baku selalu dikaitkan dengan
situasi resmi sehingga ragam bahasa tersebut juga disebut ragam bahasa resmi.
Dengan demikian, ragam bahasa resmi pada umumnya mengikuti kaidah baku.
Sebaliknya, ragam tidak resmi atau ragam satai pada umumnya digunakan dalam
percakapan yang tidak resmi.perbedaan tersebut tampak dalam pilihan kata dan
penerapan kaidah tata bahasa

2.2 Ragam Bahasa Dalam Bentuk Media


a. Ragam bahasa lisan
Yaitu ragam bahasa yang diungkapkan lewat alat ucap. Bahasa lisan akan
terasa lebih hidup dibandingkan dengan bahasa lisan, dalam bahasa lisan kita
dapat menggunakan kosakata, lafal, intonasi (tinggi rendahnya nada), mimik, atau
gerak tubuh untuk menyampaikan pendapat kita kepada orang lain. Contoh:
bahasa yang digunakan untuk bercakap dengan orang lain.
b. Ragam bahasa tulisan
Yaitu ragam bahasa yang diungkapkan lewat media tulis, yang terdiri dari
huruf dan angka. Bahasa tulisan harus ditulis dengan ejaan yang baik, atau paling
tidak dapat dimengerti dengan baik oleh orang lain. Bahasa tulisan lebih
memperhatikan ejaan, kosakata, dan pola kalimat dibandingkan bahasa lisan.
Contoh: buku, iklan, brosur, blog, dan media tulis lainnya.

2.3 Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Bidang Pemakaian


Berdasarkan bidang pemakaiannya ragam bahasa dapat dibagi menjadi 4
yaitu:
1. Bidang hukum
2. Bidang kedokteran
3. Bidang seni
4. Bidang olahraga
Ragam bahasa dalam setiap bidang tersebut memiliki perbedaan, perbedaan
tersebut tampak dalam sejumlah kata, peistilahan dan ungkapan.
Seperti yang pertama dalam bidang hukum, contoh kata-kata yang digunakan
seperti pengacara, terdakwa, dan pidana. Yang kedua dalam bidang kedokteran,
contoh kata yang digunakan seperti hipertensi, anemia. Kemudian dalam bidang
seni contoh kata yang digunakan adalah inprovisasi, maestro. Sedangkan yang
terakhir dalam bidang olahraa contonya kata-kataa yang digunakan seperti
peregangan.

2.4 Ragam bahasa Indonesia berdasarkan daerah penutur


a. Ragam bahasa berdasarkan daerah
Disebut juga logat atau dialek. Masing-masing daerah memiliki cirri khas
yang berbeda. Orang yang berasal dari daerah Sumatera akan memiliki logat
bahasa Indonesia yang berbeda dengan yang berasal dari Papua.

b. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan pembicara


Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang berpendidikan berbeda
dengan bahasa yang digunakan oleh orang yang tidak berpendidikan, terutama
dari kosakata, tutur kata, dan pelafalan kata-kata serapan dari bahasa asing.

3.1 Penulisan Huruf Dalam Bahasa Indonesia


1). Penulisan Huruf Kapital
Huruf kapital selalu digunakan diawal kalimat yang baru.selain itu huruf
kapital dipakai sebagai huruf awal pada nama diri. Ucapan langsung juga diawali
dengan huruf kapital. Dalam penulisan huruf kapital penulisanya tidak hanya
digunakan saat awal kalimat dan nama diri. namun, penulisan huruf kapitan juga
dipakai diberbagai kalimat yang berhubungan dengan nama tuhan, nama jabatan,
daerah, lembaga dan lain-lain
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan Kitab suci. Untuk Tuhan kata gantinya pun ditulis dengan huruf
kapital. Contoh:
1. Dialah maha pengampun.
2. Hanya Engkaulah tempat kami meminta.

b. Nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau kagamaan, juga ditulis dengan
huruf capital. Contoh :
1. Pangeran Antasari
2. Raja Faisal
c. Gelar kehormatan dalam pengertian umum huruf-huruf tersebut ditulis dengan
huruf kecil. Contoh :
1. Dia adalah seorang raja.
2. Dia baru saja diangkat menjadi seorang pangeran.
d. Nama jabatan diawal dengan huruf kapital apabila dikaitkan dengan nama
instansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri. Contoh:
1. Presiden Republik Indonesia
2. Rektor Universitas Gunadarma
f. Nama diri atau nama lembaga yang terdiri atas beberapa kata, kata-kata tersebut
diawali dengan huruf kapital kecuali apabila kata tersebut berupa kata tegas.
Contoh nama diri :
1. Wirya Ramadhan
2. Rezky Wiranti Dhike
Contoh nama lembaga :
1. Departemen Penerangan
2. Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma

2.) Huruf tebal dan huruf miring


a. Nama lembaga, judul buku atau nama majalah, harus ditulis dengan huruf tebal.
Apabila ditulis dengan tangan kata-kata yang merupakan judul buku ini harus
diberi garis bawah. Contoh:
1. Program Dasar Aplikasi Android
2. Implementasi Web Database
b. Judul naskah yang belum diterbitkan sebagai buku seperti naskah skripsi, tesis,
atau disertai cukup ditulis dalam tanda petik (“_”). Contoh:
1. “Perkembangan Cybercrime Indonesia”.
2. “Pembuatan Web Aplikasi”.
c. Judul-judul tersebut dapat dicetak ditulis dengan huruf miring. Contoh:
1. “Perkembangan Cybercrime Indonesia”.
2. “Pembuatan Web Aplikasi”.
d. Judul karangan yang ada pada majalah atau dalam buku kumpulan karangan,
atau judul satu bab dari suatu buku yang harus ditulis dengan huruf miring, kalau
diketik atau ditulis tangan di antara tanda petik. Contoh:
1. Karangan Djoko Kencono yang berjudul “Penyempumaan Ejaan
Bahasa Indonesia” dimuat dalam buku Bahasa dan Kesustraan
Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru.
e. Huruf miring juga dipergunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata,
bagian kata atau kelompok kata. Contoh:
1. Huruf pertama kata abad adalah a.
2. Dia bukan menipu tetapi ditipu (“me-” dan “di-” ditulis miring)
f. Huruf miring juga digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan
asing yang belum disesuaikan ejaannya.
Contoh:
1. Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mongostana
2. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

3.) Penulisan Partikel dan Awalan


Dalam menulis kata-kata sesuai dengan EYD perlu diperhatikan penulisan
kata atau partikel yang dirangkaikan dan yang tidak dirangkaikan.
– Ada kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi- misalnya pada
adidaya, adikuasa, adimarga, adibusana.
– Ada juga yang tidak di rangkaikan seperti Maha Pemurah, Maha Mengetahui,
Maha Pengampun.

3.2 Penulisan Kata Berdasarkan EYD


A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pajak penuh sesak.
Saya pergi ke sekolah.
Buku itu sangat tebal.
B. Kata Berimbuhan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
Contohnya:
berjalan , berkelanjutan , mempermudah

Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
Contohnya: sukuisme , seniman

3.3 Tanda Baca Dalam Bahasa Indonesia


Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara)
atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat
diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi,
waktu, dan terus berkembang. Beberapa jenis tanda baca yang penting antara lain
adalah:
1. Titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk
keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka
2. Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang
disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan
angka-angka.
3. Tanda ((..)) kurung berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum
banyak diketahui oleh banyak manusia yang baik juga ada yang jahat di
dunia ini.
4. Tanda (`) kutip satu berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah.
5. Tanda ("...") petik berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau
percakapan dalam naskah drama.
6. Tanda (!) seru berfungsi untuk menegaskan, memberi peringatan bahwa
kalimat yang bertanda seru tersebut perlu untuk diperhatikan.
7. anda (?) tanya berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya.
8. Tanda (...-...) hubung berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata,
kata ulang, rentang suatu nilai.
9. Titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.

3.4 Kaidah Penyerapan Unsur Asing


Salah satu akibat dari sifat dinamis tersebut adalah masuknya berbagai
unsur kebahasaan dari bahasa asing, baik yang berupa afiks (imbuhan, awalan,
akhiran) maupun berupa kata. Inilah yang kemudian dikenal dengan Unsur
Serapan. Soal kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa adalah
merupakan suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa lewat
pemakainya pasti akan terjadi serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur
bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan terbuka bagi pengaruh bahasa lain.
Tertutup berarti sulit menerima pengaruh, terbuka berarti mudah menerima
pengaruh.
Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur bahasa yang
bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling
pengaruh, saling meminjarn atau menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar
belakangi oleh berbagai hal antara lain kebutuhan, prestise kurang faham terhadap
bahasa sendiri atau berbagai latar belakang yang lain.
Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan
rumpun. Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa
penerima pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan
yang terjadi secara utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa
penyesuaian baik yang terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Dalam
penyesuaian itu akan terjadi, pergeseran baik dalam ucapan maupun ejaan antar
bahasa pemberi dan penerima pengaruh maupun pergeseran sistematis.
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah
banyak menyerap unsur-unsur asing terutarna dalam hal kosa kata. Bahasa asing
yang memberi pengaruh kosa kata dalam bahasa Indonesia antara lain : bahasa
Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Masuknya unsur-
unsur asing ini secara historis juga sejalan dengan kontak budaya antara bangsa
Indonesia dengan bangsa-bangsa pemberi pengaruh. Unsur-unsur asing ini telah
menambah sejumlah besar kata ke dalam bahasa Indonesia sehingga bahasa
Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman dimana kosa
kata yang diserap secara utuh tanpa mengalami perubahan dan penyesuaian serta
penyesuaian.
Proses penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat
dipertimbangkan jika salah satu syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu:
1. Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya.
2. Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan
Indonesianya.
3. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan
jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.

Kata serapan masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan empat cara:


1. Adopsi
Pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh: supermarket, plaza, mall.
2. Adaptasi
Pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau
penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh: "Pluralization"
menjadi "pluralisasi".
3. Penerjemahan
Pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, lalu
kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Contohnya: "Try out"
menjadi "uji coba".
4. Kreasi
Pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa
Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, tetapi tidak menuntut bentuk
fisik yang mirip seperti cara penerjemahan. Misal, kata dalam bahasa aslinya
ditulis dalam dua atau tiga kata, sedangkan dalam bahasa Indonesianya hanya
ditulis satu kata. Contoh: "Spare parts" menjadi "suku cadang".
4.1 Ketepatan Pemilihan Kata: Sinonim Dan Homofon, Denotasi Dan
Konotasi, Kata Umum Dan Kata Khusus, Kata Abstrak Dan Kata Konkret,
Kata Popular Dan Kata Kajian
Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan
pokok, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau
barang yang akan diamanatkan, dan kesesuaian atau kecocokan dalam
mempergunakan kata tadi. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan
sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi
pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan oleh penulis.

Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan


berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda
tulisan, dan berbeda makna.
Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan
berbeda makna.
Contoh :
 Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
 Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak
laki-laki)
 Homografi : Apel (buah) – Apel (upacara)

Kata denotasi dan konotasi.


Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda.
Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam
makna.
Contoh :
 Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)

Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.


Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang
mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
Kata umum : melihat
Kata khusus: melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati,
mengawasi, menonton, memandang, menatap.

Kata Abstrak dan Kata Konkret


Dalam menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata
abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai
referensi objek yang diamati.
Contoh :
Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.

Kata Kajian dan Kata Populer


Kata Kajian adalah Kata yang perlu ditelaah lebih jauh lagi maknanya
karena tidak bisa langsung dipahami oleh semua orang. Kata yang dipakai untuk
suatu pengkajian atau kepentingan keilmuan. Kajian berarti hasil mengkaji. Ciri-
ciri: - Hanya dikenal orang tertentu (ilmuwan, cendekia) - Dipakai dalam
kegiatan-kegiatan ilmiah.
Contoh: aktivitas volume Filter target kotemplasi motivasi pasien imajinasi
alumnus fiktif rangking karakter mengevaluasi agenda introspeksi argument.
Kata populer adalah Kata yang dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
dalam kehidupan sehari- hari dan kata yang sudah banyak diketahui dan di
mengerti oleh banyak orang. Ciri-ciri: - mudah diketahui, dimengerti dan dipakai
oleh masyarakat luas. - dipakai dalam kehidupan sehari hari.
Contoh: kegiatan penyaring Merenung orang sakit Lulusan peringkat Menilai
koreksi diri

4.2 Kalimat Efektif


Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti
kaidah kebahasaan secara baik dan benar menurut ejaan yang disempurnakan
(EYD). Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami
ciri-ciri suatu kalimat dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga
suatu kalimat dapat kita katakan efektif.

1. Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan
penggunaannya. Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada
beberapa hal yang menyangkut ciri-ciri yang satu ini.
a. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap,
yakni subjek dan predikat.
b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan
pelaku di dalam kalimat tersebut.
c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena
membuatnya menjadi perluasan dari subjek.
d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun
lebih ke arah menggabungkan subjek yang sama.

2. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-
tele, kalian tidak boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah
kalimat. Ada dua hal yang memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros
sehingga tidak efektif. Yang pertama menyangkut kata jamak dan yang kedua
mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari hal tersebut, berikut ini
contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim yang menghasilkan
kalimat tidak efektif.
Contoh Kata Jamak:
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi.
(tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi.
(efektif)

3. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada
di kalimat, sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif
haruslah berimbuhan pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan
imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang,
memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang,
memilah, dan mengolahnya. (efektif)

4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang
peletakan subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam
beberapa kasus tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat
untuk memberi efek penegasan. Ini agar pembaca dapat langsung mengerti
gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya
dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran yang umumnya
diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)

5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan
kalimat yang kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan
ambigu pada kalimat.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak
efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang.
(efektif)

4.3 Faktor Pendukng Keefektifan Kalimat (Bahasa Indonesia Yang Baik Dan
Benar Serta Bahasa Baku)
Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan
efektif atau tidak.
1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca
yang tepat. Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang
kamu tulis ternyata tidak tepat ejaannya.

2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek
dan predikat, kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga
keterangan. Sebisa mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang
urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada penegasan, subjek dan
predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat

3. Tidak Boros dan Bertele-Tele


Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-
hamburkan kata dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian
rumuskan pasti dan ringkas agar orang yang membacanya mudah menangkah
gagasan yang kalian tuangkan.

4. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat
penting untuk menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang
ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan
mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.

4.4 Faktor Penyebab Ketidakefektifan kalimat (kontaminasi, ambigu,


pleonastic, paralelisme, salah nalar).
Ketidaektifan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, faktor - faktor
tersebut adalah:
1. Kontaminasi atau Keracunan
Kontaminasi ialah suatu gejala yang dalam bahasa indonesia diistilahkan
dengan keracunan. Rancu artinya 'Kacau'.Jadi Keracunan artinya kekacauan.
Sejalan dengan itu, kalimat yang rancu berati kalimat yang kacau atau kalimat
yang susunanny atidak teratur sehingga informasinya sulit dipahami.

2. Pleonasme
Pleonasme berarti kata- kata yang berlebihan. Gejala Pleonasme muncul
karena beberapa kemungkinan, antara lain, (1)pembicara tidak sadar, bahwa apa
yang diucapkan itu mengandung sifat yang berlebih, (2)dituangkan bukan karena
tidak sengaja, melainkan karena tidak tahu bahwa kata kata yang digunakan
mengungkapkan pengertian yang berlebihan dan (3) dibuat dengan sengaja
sebagai salah satu bentuk gaya bahasa untuk memberikan tekanan pada arti
(Intensitas).

3. Ambiguitas
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan
tafsiran ganda tidak termasuk kalimat yang efektif.
Contoh : Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera di jual
Pada kalimat terseut mengandung makna ambigu. frase yang aneh
menerangkan kata rumah atau sang jutawan? Jika yang aneh menerangkan rumah,
kata yang didapat dihilangkan kata aneh didekatkan pada kata rumah, lalu
ditambahkan kata milik diantara aneh dan sang jutawan. Sementara itu, jika yang
aneh itu menerangkan sang jutawan , kata yang dapat dihilangkan sehingga makna
kalimat tersebut menjadi jelas. Jika kalimat tersebut diperbaiki maka akan
menjadi kalimat sebagai berikut :
*) Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera di jual.
**) Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera di jual.

4. Ketidakjelasan Unsur inti Kalimat


Suatu Kalimat yang baik memang harus mengandung unsur kalimat yang
lengkap. Dlam hal ini kelengkapan unsur kalimat itu, sekurang kurangnya harus
memenuhi dua hal, yaitu sebjek dan predikat. jika predikat kalimat itu berupa kata
kerja transtitif, unsur kalimat yang disebut objek juga harus hadir. Unsure lain,
yakni keterangan, kehadirannya bersifat sekunder atau tidak terlalu dipentingkan.

5. Kemumbaziran preposisi dan kata


Ketidakektifan kalimat sering disebabkan oleh pemakaian kata depan
(Preposisi) yang tidak terlalu perlu. Keektifan dalam penggunaan bahasa, selain
dapat dicapai melalui pemilihan kata yang tepat, dapat dilakukan dengan
menghindari pemakaian kata yang mumbazir. kata mubazir dimaksud disini ialah
kata yang kehadirannya tidak terlalu diperlukan sehingga jika dihilangkan tidak
merubah makna yang ingin disampaikan.

6. Kesalahan nalar
Nalar menentukan apakah kalimat yang logis atau tidak. Nalar ialah
aktifitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis. jadi dalam bertutur atau
menulis guanakan nalar sebaik baiknya sehingga dapat menghasilkan kalimat
yang logis dan tepat makna serta efektif.

7. Ketidak tepatan Bentuk kata.


Sekarang ini, banyak kita temui bentuk kata yang menyimpang dari aturan
yang ada. Misalnya : pengrusakan, pengluasan, perlawatan, dan perletakan.
Bentuk seperti itu timbul karena pengaruh bahasa jawa. Jadi dalm menulis atau
bertutur perhatikan bentuk kata yang digunakan . Gunakanlah bentuk kata yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hindakan kesalahan dalam memilih
bentuk kata.

8. Ketidakpastian bentuk kata


Jika sebuah kata tidak dipahami maknanya, pemakaian pun mungkin tidak
akan tepat. Hal itu akan menimbulkan keganjilan, kekaburan, dan salah tafsir.
Disamping ketidaktepata makna yang menjadi penyebab ketidakektifan kalimat,
hubungan kata dengan maknanya juga sering menimbulkan ketidakektifan
kalimat, oleh karena itu kita harus memerhatikanya dengan cermat.

9. Pengaruh Bahasa Daerah


Banyak kata dari bahasa daerah masuk kedalam bahasa Indonesia,
memperkaya perbendaharaan kat-katanya. Kata kata bahasa daerah yang sudah
diserap ke dalam Bahasa Indonesia tampaknya tidak menjadi masalah jika
digunakan dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Akan tetapi bahasa daerah yang
belum diterima ke dalam Bahasa Indonesia inilah yang perlu dihindari
penggunaanya agar tidak menimbulkan kemacetan dalam berkomunikasi sehingga
informasi yang disampaikan menjadi tidak efektif.

10. Pengaruh Bahasa asing


Dalam perkembanganya, Bahasa Indonesia tak lepas dari pengaruh bahasa
lain, bahasa daerah ataupun bahasa asing. Pengaruh itu di satu sisi dapat
memperbanyak khazanah bahasa Indonesia, tetapi disisilain dapat juga
menggangu kaidah tata Bahasa Indonesia sehingga menimbulkan ke tidakektifan
kalimat.

5.1 Paragraf: Konsep, Jenis, Pola


Konsep Paragraf
Paragraf disebut juga karangan mini, karena segala sesuatu yang lazim
terdapat di dalam karangan atau tulisan, sesuai prinsip dan tata kerja karang-
mengarang dan tulis-menulis pula, terdapat pula dalam sebuah paragraf. Paragraf
adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Jadi, kalimat –
kalimat di dalam paragraf itu harus disusun secara runtut dan sistematis, sehingga
dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam
paragraf itu. Paragraf juga harus merupakan satu kesatuan yang padu dan utuh.
a. Ciri-ciri paragraf
1. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan
dalam kalimat topik.
2. Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya
merupakan kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau
menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.
3. Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan
dalam kalimat penjelas.

b. Fungsi paragraf
1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan
perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu
kesatuan.
2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari
beberapa paragraf.
3. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan
pemahaman bagi pembacanya.
4. Memudahkan pengembangan topik karangan kedalam satuan-satuan unit pikiran
yang lebih kecil.

Jenis – Jenis Paragraf


Dengan ciri-ciri paragraf yang telah disebutkan di atas, kita dapat
memahami bagai mana dentuk sebuah paragraf itu. Selanjutnya akan kita bahas
tentang jenis-jenis dari paragraf. Adapun jenisnya sebagai berikut:
Paragraf berdasarkan jenis ceritanya yakni:
1. Paragraf Narasi
Paragraf Narasi merupakan paragraf yang menceritakan suatu kejadian
berdasarkan urutan waktunya. Paragraf narasi terdiri dua jenis yakni narasi
kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian merupakan paragraf
yang menceritakan suatu kejadian. Sedangkan paragraf narasi runtut cerita yaitu
paragraf yang pola pengembangannya dimulai dengan sebuah tindakan yang
menghasilkan sesuatu berlanjut ketahap berikutnya hingga tahap ahir dari cerita.

2. Paragraf Eksposisi
Paragraf Eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan untuk
memaparkan, menyampaikan informasi, menjelaskan dan juga menerangkan suatu
topik kepada orang lain. Tujuan paragraf eksposisi ialah untuk memberikan
informasi kepada oarang lain. Untuk memahami paragraf eksposisi kita harus
mengana lisis dan juga menghubungkan dengan pengetahuan ynag kita miliki.

3. Paragraf Agumentasi
Paragraf Agumentasi merupakan paragraf yang diguakan untuk
mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis yang disertai bukti dan
juga fakta (yang benar terjadi). Paragraf argumentasi bertujuan untuk meyakinkan
orang lain bahwa ide, gagasan, dan pendapat tersebut adalah benar adanya dan
terbukti nyata.

4. Paragraf persuasi
Paragraf persuasi merupakan paragraf yang mempunyai tujuan untuk membujuk
orang lain supaya melakuan sesuatu yang di inginkan oleh penulisnya. Agar
tujuan tersebut bisa tercapai, penulis harus bisa pembaca percaya dengan disertai
pembuktian yang nyata

Paragraf berdasarkan letak dari pikiran utamanya:


1. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terlatak di awal
paragraf. Dan untuk kalimat penjelasnya diletakkan setelah kalimat utama.

2. Paragraf induktif
Paragraf induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhir
paragraph. Dan kalimat penjelsanya diletakan sebelum kalimat utama.
3. Paragraf campuran (deduktifinduktif)
Paragraf campuran (deduktifinduktif) merupakan paragraf yang kalimat
utamanya terletak di awal dan akhir paragraf. Sedangkan kalimat penjelasnya
berada di tengah-tengah paragraf.

Pola Paragraf
1. Pola Pengembangan Paragaf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang diawali dengan hal-hal yang
bersifat umum dan diperjelas dengan hal-hal yang bersifat khusus. Pada paragraf
deduktif kalimat utamanya berada di awal paragraf

2. Pola Pengembangan Paragaf Induktif


Paragraf induksi adalah paragraf yang dikembangkan mulai dengan hal-hal
yang khusus ke hal-hal yang umum. Paragraf induktif kalimat utamanya berada di
akhir paragraf. Pola pengembangan paragraph induktif dibagi menjadi beberapa
bagian antara lain:

a. Generalisasi
Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum
Contoh:
Gelombang cinta merupakan salah satu jenis anthurium yang mempunyai
harga mahal. Jenmani juga merupakan anthurium yang banyak dicari karena
harganya yang fantastis. Selain karena harganya, jenmani dicari penggemar
tanaman hiasa karena keindahan daunnya. Tidak hanya jenmani dan gelombang
cinta yang dicari penggemar tanaman hias, namun semua jenisanthurium ikut
diburu penggemar tanaman hias karena memiliki harga yang tinggi.

b. Analogi
Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda
yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
Contoh:
Gelombang cinta dapat dilihat dari gelombang daunnya. Indahnya
gelombang cinta sama seperti gelombang air. Semakin banyak gelombang yang
dihasilkan daunnya, semakin indah pula gelombang cinta. Begitu juga dengan
gelombang air, semakin bergelombang air semakin indah untuk dinikmati.
Dengan demikian, indahnya gelombang cinta dan air terletak pada gelombang
yang dihasilkan
c. Sebab-akibat
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam
paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang
bersifat umum. Sebaliknya sebab bertindak sebagai gagasan penjelas atau
perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Gelombang cinta memiliki daun yang bergelombang, harga gelombang
cinta juga tinggi. Tidak hanya itu, kepopuleran gelombang cinta membuat orang
ingin memilikinya. Tidak heran banyak orang ingin membudidayakan gelombang
cinta.

d. Akibat- sebab
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam
paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang bersifat
umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang
bersifat khusus.
Contoh :
Para pembeli gelombang cinta terpaksa berdesak-desakan di luar took.
Mereka juga berdesak-desakan di dalam took. Mereka ada yang duduk, ada yang
berdiri, ada pula yang antre. Bahkan, ada yang duduk beralaskan Koran. Mereka
rela mengantre karena harga gelombang cinta di took itu sangat murah.

3. Pola Pengembangan Paragraf Campuran


Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
dan di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal
ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat
pertama dengan sedikit penekanan dan variasi.

4. Pola Pengembangan Paragraf Naratif


Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh
bagian paragraf.

5.2 Teks: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi


Karangan adalah sebuah bentuk karya tulis yang dibuat oleh seseorang,
yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan cerita kepada para pembaca.
Dalam materi bahasa Indonesia terdapat 5 jenis karangan yang diajarkan di
bangku sekolah, yakni Narasi, Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, dan Persuasi.
Dari kelima jenis karangan tersebut mempunyai perbedaan yang mendasar, oleh
karena itu silahkan simak pengertian beserta contoh karanga dibawah ini.

a. Deskripsi
Deskripsi adalah paragraf yang melukiskan suatu objek sehingga pembaca
seolah-olah dapat melihat, mendengar, dan ikut merasakanhal-hal yang ditulis
oleh pengarang.
Objek dalam karangan deskripsi itu dapat berupa manusia dan tempat atau
suasana. Berdasarkan jenis objek itu, anda mengenal deskripsi manusia dan
tempat. Dalam membuat karangan deskripsi, anda dituntut memiliki kesan yang
kuat tentang objek yang dideskripsikan karena tugas anda adalah mengalihkan
kesan tentang objek itu ke dalam karangan agar pembaca memiliki penghayatan
atau pengalaman sendiri tentang objek yang akan dideskripsikan.
b. Narasi
Narasi adalah karangan yang bertujuan menceritakan suatu peristiwa atau
kejadian. Unsur narasi yaitu adanya tokoh, adanya kejadian, serta adanya tata
ruang dan waktu. Contoh:
Chairil Anwar dilahirkan di Medan pada 26 Juli 1922, dan meninggal di
Jakarta pada 28 April 1949. Ia adalah seorang penyair terkenal dengan julukan "Si
Binatang Jalang". Bersama dengan Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh
H.B Jassin sebagai Pelopor Angkatan '45 dan Puisi Modern Indonesia. Chairil
Anwar meninggal dalam usia yang masih sangat muda karena penyakit TB. Ia
dimakankan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan
pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu di peringati
sebagau hari Chairi Anwar.

c. Eksposisi
Pengertian teks eksposisi adalah teks yang berisi paragraf atau karangan
yang didalamnya terkandung sejumlah Pengetahuan dan informasi yang disajikan
secara singkat, padat, akurat dan tentunya mudah untuk dipahami. Paragraf atau
teks eksposisi bersifat real, nyata dan Ilmiah atau dapat dikatakan sebagai teks
non fiksi.

d. Argumentasi

Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat

(argumen) beserta alasannya. Paragraf ini dibuat dengan mengimpun suatu

pendapat, sikap yang disertai dengan alasan-alasan, contoh-contoh dan bukti-bukti

yang meyakinkan sehingga pembaca akan membenarkan gagasan pokok yang

dibawanya.

e. Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan, perintah ataupun

bujukan untuk melakukan sesuatu hal. Persuasi sendiri berasal dari bahasa Inggris

yaitu persuade yang artinya mengajak, membujuk, atau menyuruh. Paragraf ini

biasanya bersifat subjektif karena isinya merupakan murni pandangan pribadi

penulisnya tentang suatu topik. Karena tujuannya untuk mengajak, maka tidak

jarang dalam paragraf ini sering kali ditemukan data-data pendukung sebagai

penguat tulisan tersebut, sehingga pembaca akan lebih yakin dan tidak ragu untuk

melakukan apa yang disarankan penulis.

6.1 Pengertian Kutipan


Kutipan adalah suatu kata yang mungkin semua orang belum tahu apa
maksudnya. Kutipan juga merupakan suatu gagasan, ide, pendapat yang diambil
dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan
itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet,
dan lain sebagainya.

Prinsip-prinsip dalam mengutip


Dalam membuat tulisan kita pasti sering mengambil atau mengutip dari
tulisan orang lain, maka dari itu perlu kita tahu bagaimana prinsip-prinsip yang
benar dalam mengutip dari tulisan orang lain. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. apabila dalam mengutip sebuah karya atau tulisan yang ada salah ejaan dari
sumber kutipan kita, maka sebaiknya kita biarkan saja apa adanya seperti sumber
yang kita ambil tersebut. Kita sebagai pengutip tidak diperbolehkan membenarkan
kata ataupun kalimat yang salah dari sumber kutipan kita.
b.dalam kutipan kita diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan
syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna atau
arti yang terkandung dalam sumber kutipan kita.
Jenis-jenis Kutipan
Terdapat beberapa jenis kutipan, antara lain adalah Kutipan langsung dan
Kutipan Tidak langsung. Disini saya akan mencoba menjelaskan jenis-jenis
kutipan tersebut.
a. Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama persis seperti kutipan
aslinya, atau sumber yang kita ambil untuk mengutip. Disini kita sama
sekali tidak boleh merubah atau menghilangkan kata atau kalimat dari
sumber kutipan kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam kutipan
yang kita ambit tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!]
yang menandakan kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak
bertanggung jawab jika ada kesalahan dari kutipan ynag kita ambil. Bila
dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh
pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ]. Demikian juga kalau kita
menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf
miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari
pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll.
b. Kutipan Tidak Langsung adalah kutipan yang telah kita ringkas
intisarinya dari sumber kutipan aslinya. Kutipan tidak langsung ditulis
menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda
petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga
dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
c. Kutipan pada catatan kaki
d. Kutipan atas ucapan lisan
e. Kutipan dalam kutipan
f. Kutipan langsung pada materi

Teknik Mengutip
Beberapa cara teknik mengutip kutipan langsung dan tidak langsung
diantaranya sebagai berikut.
1. Kutipan langsung
a) Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris :
* kutipan diintegrasikan dengan teks
* jarak antar baris kutipan dua spasi
* kutipan diapit dengan tanda kutip
* sudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam tanda kurung
ditulis sumber darimana kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau
nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu
diambil.
b) Kutipan Langsung yang terdiri lebih dari 4 baris :
* kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
* jarak antar kutipan satu spasi
* kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau
pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan
dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
* kutipan diapit oleh tanda kutip atau diapit tanda kutip.
* di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1)

2. Kutipan tidak langsung


* kutipan diintegrasikan dengan teks
* jarak antar baris kutipan spasi rangkap
* kutipan tidak diapit tanda kutip
* sesudah selesai diberi sumber kutipan

3. Kutipan pada catatan kaki


Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat
saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.

4. Kutipan atas ucapan lisan


Kutipan harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila
pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan
langsung atau kutipan tidak langsung.
5. Kutipan dalam kutipan
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat lagi kutipan

6.2 Daftar Pustaka


Daftar pustaka adalah halaman yang berisi daftar sumber-sumber referensi
yang kita pakai untuk suatu tulisan ataupun karya tulis ilmiah. Daftar Pustaka
biasanya berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan
lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan (contohnya: thesis).
Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat
melihat kembali pada sumber aslinya.

Unsur-unsur Daftar Pustaka


Unsur-unsur yang harus kita perhatikan dalam menulis daftar pustaka
diantaranya: nama pengarang, penerjemah, tahun terbit, judul buku, kota terbit,
dan penerbit. Selain itu ada pula unsur-unsur yang bisa ada namun tak selalu ada,
misalnya: nama editor atau penyunting, jilid buku, edisi buku, dan anak judul.
Disebut tak selalu ada karena tak semua buku memiliki unsur-unsur ini. Yang
sering membingungkan kita dalam menulis daftar pustaka diantaranya adalah cara
menuliskan nama pengarang. Pada daftar pustaka, nama pengarang kita tuliskan
terbalik yaitu nama belakang terlebih dahulu di ikuti tanda koma(,) baru nama
depannya. Berikut ini tata cara membalikan nama pengarang dalam daftar
pustaka:
 Nama belakang ditulis lebih dahulu daripada nama depan, meskipun bukan
merupakan nama keluarga.Misalnya: Dewi Rieka…………..> ditulis
sebagai: Rieka, Dewi.
 Nama belakang yang bagian akhirnya berupa singkatan tidak diletakkan di
bagian depan pembalikan.Misalnya: Triani Retno A ………………>
ditulis sebagai: Retno A, Triani dan bukan A, Triani Retno
 Nama yang mencantumkan gelar tradisi, maka nama yang diletakkan di
depan dalam pembalikan adalah nama yang tercantum setelah
gelar.Misalnya: Rahman Sutan Radjo ………………..> ditulis sebagai:
Rajo, Rahman Sutan
 Nama yang mencantumkan kata bin atau binti, maka yang dicantumkan di
depan dalam penulisan daftar pustaka adalah nama yang tercantum setelah
kata bin atau binti tersebut.Misalnya: Siti Nurhaliza binti Rustam
……………..> ditulis sebagai: Rustam, Siti Nurhaliza binti
 Nama pengarang memiliki nama majemukMisalnya: Hillary Rodham-
Clinton ………………………> ditulis sebagai: Rodham-Clinton,
Hillary dan bukan Clinton, Hillary Rodham.
 Nama keluarga berada di bagian depan nama seperti nama-nama orang
Cina, maka tidak perlu ada pembalikan nama dalam penulisan daftar
pustaka. Misalnya: Wong Kam Fu ………..> ditulis sebagai: Wong, Kam
FuKecuali jika mencantumkan nama Barat, maka asas pembalikan nama
ini tetap berlaku. Misalnya: Michelle Yeoh ………….> ditulis sebagai:
Yeoh, Michelle
 Penulisan nama-nama pengarang dari Eropa yang memiliki kata depan,
kata sandang, atau perpaduannya juga memiliki peraturan tersendiri dalam
penulisan daftar pustaka. Misalnya nama-nama Italia yang nama
keluarganya didahului dengan awalan, maka kata utama ada pada awalan
tersebut. Misalnya: Leonardi Di Caprio …………………> ditulis
sebagai: Di Caprio, LeonardoAkan tetapi, nama-nama Italia yang nama
keluarganya berawalan d’ de, de’, degli, dei, dan de li, maka kata utama
ada nama setelah awalan itu. Misalnya: Lorenzo d’Montana …………>
ditulis sebagai: Montana, Lorenzo d’

3) Jenis-jenis Daftar Pustaka


#Kelompok Textbook
a. Penulis perorangan
b. Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor
c. Buku yang ditulis / dibuat oleh lembaga
d. Buku terjemahan
# Kelompok Jurnal
a. Artikel yang disusun oleh penulis
b. Artikel yang disusun oleh lembaga
c. Kelompok makalah yang diresentasikan dalam seminar / konferensi /
symposium
# Kelompok disertasi / tesis
# Kelompok makalah / informasi dari Internet
4) Teknik Penulisan Daftar Pustaka
Dalam penulisan daftar pustaka kita juga harus memperhatikan hal-hal berikut ini.
 Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet, berturut-turut dari atas
ke bawah, tanpa menggunakan angka arab (1,2,3, dan seterusnya).
 Cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:
-Tulis nama pengarang (nama pengarang bagian belakang ditulis terlebih
dahulu, baru nama depan)
-Tulislah tahun terbit buku. Setelah tahun terbit diberi tanda titik (.)
-Tulislah judul buku (dengan diberi garis bawah atau cetak miring).
Setelah judul buku diberi tanda titik (.).
-Tulislah kota terbit dan nama penerbitnya. Diantara kedua bagian itu
diberi tanda titik dua (:). Setelah nama penerbit diberi tanda titik
-Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama
pengarangnya, maka sumber dirilis dari buku yang lebih dahulu terbit,
baru buku yang terbit kemudian. Di antara kedua sumber pustaka itu
dibutuhkan tanda garis panjang.
 Untuk penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet ada beberapa
rumusan pendapat:
– Menurut Sophia (2002), komponen suatu bibliografi online adalah:
• Nama Pengarang• Tanggal revisi terakhhir• Judul Makalah• Media yang
memuat• URL yang terdiri dari protocol/situs/path/file• Tanggal akses. –
Menurut Winarko memberikan rumusan pencantuman bibliografi online di
daftar pustaka sebagai berikut: Artikel jurnal dari internet: Majalah/Jurnal
Online
Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (dengan singkatanresminya),
nomor, volume, halaman dan alamat website.*) Nama majalah online
harus ditulis miring

Artikel umum dari internet dengan nama


Penulis, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*)
Judul artikel harus ditulis miring.

Artikel umum dari internet tanpa nama


Anonim, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*)
“Anonim” dapat diganti dengan “_____”. Judul artikel harus ditulis miring.

C. CONTOH KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA


1) Buku
a) Buku tanpa Bab
Referensi pada tulisan (kutipan)
. . . which offered a theoretical backdrop for a number of innovative behavior
modification approaches
(Skinner, 1969).
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Skinner, B.F. (1969). Contingencies of reinforcement. New York: Appleton-
Century- Crofts.
Bremner, G., & Fogel, A. (Eds.). (2001). Blackwell handbook of infant
development. Malden, MA: Blackwell.

b) Buku dengan Bab


Referensi pada tulisan (kutipan)
. . . The elucidation of the potency of infant-mother relationships, showing how
later adaptations echo the
quality of early interpersonal experiences (Harlow, 1958, chap. 8).
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Harlow, H. F. (1958). Biological and biochemical basis of behavior. In D. C.
Spencer (Ed.), Symposium on
interdisciplinary research (pp. 239-252). Madison: University of Wisconsin
Press.

c) Buku tanpa penulis


Referensi pada tulisan (kutipan)
. . . the number of recent graduates from art schools in France has shown that
this is a trend worldwide (Art
Students International, 1988).
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Art students international. (1988). Princeton, NJ: Educational Publications
International.

d) Buku dengan edisi / versi


Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Strunk, W., Jr., & White, E. B. (1979). The elements of style (3rd ed.). New
York: Macmillan.
Cohen, J. (1977). Manual labor and dream analysis (Rev. ed.). New York:
Paradise Press.
American Psychiatric Association. (1994). Diagnostic and statistical manual of
mental disorders (4th Ed.).
Washington, DC: Author.

e) Buku terjemahan
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Luria, A. R. (1969). The mind of a mnemonist (L. Solotaroff, Trans.). New
York: Avon Books. (Original work
published 1965)

f) Buku dengan beberapa volume


Referensi pada tulisan (kutipan)
. . . The cognitive development of the characters in Karlin’s class illustrates the
validity of this new method of
testing (Wilson & Fraser, 1988-1990).
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Wilson, J. G., & Fraser, F. (Eds.). (1988-1990). Handbook of wizards (Vols. 1-
4). New York: Plenum Press.

2) Jurnal

Suatu kutipan dari laporan di dalam jurnal terdapat point-point penting dari
laporan tersebut.

a) Artikel Jurnal
Referensi pada tulisan (kutipan)
When quoting an author’s words exactly, indicate the page number:
Even some psychologists have expressed the fear that “psychology is in danger
of losing its status as an
independent body of knowledge” (Peele, 1981, p. 807).
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Peele, S. (1981). Reductionism in the psychology of the eighties: Can
biochemistry eliminate addiction,
mental illness, and pain? American Psychologist, 36, 807-818.

b) Artikel Jurnal, lebih dari enam pengarang


Referensi pada tulisan (kutipan)
. . . the nutritional value of figs is greatly enhanced by combining them with
the others (Cates et al., 1991).
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Cates, A. R., Harris, D. L., Boswell, W., Jameson, W. L., Yee, C., Peters, A. V.,
et al. (1991). Figs and dates and
their benefits. Food Studies Quarterly, 11, 482-489.

3) Sumber Digital

a) Buku elektonik dari perpustakan digital


Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Wharton, E. (1996). The age of innocence. Charlottesville, VA: University of
Virginia Library. Retrieved March
6, 2001, from netLibrary database.

b) Artikel Jurnal dari perpustakaan digital


Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Schraw, G., & Graham, T. (1997). Helping gifted students develop
metacognitive awareness. Roeper Review,
20, 4-8. Retrieved November 4, 1998, from Expanded Academic ASAP
database.

c) Artikel Majalah atau Koran dari Internet (bukan dari perpustakaan digital)
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Sarewitz, D., & Pielke, R. (2000, July). Breaking the global warming gridlock
[Electronic version]. The Atlantic
Monthly, 286(1), 54-64.

d) Artikel e-Journal
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Bilton, P. (2000, January). Another island, another story: A source for
Shakespeare’s The Tempest.
Renaissance Forum, 5(1). Retrieved August 28, 2001, from
http://www.hull.ac.uk/renforum/current.htm

e) Halaman Web
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Shackelford, W. (2000). The six stages of cultural competence. In Diversity
central: Learning. Retrieved April
16, 2000, from
http://www.diversityhotwire.com/learning/cultural_insights.html

f) Web Site dari organisasi


Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
American Psychological Association. (n.d.) APAStyle.org: Electronic
references. Retrieved August 31, 2001,
from http://www.apa.org/journals/webref.html

4) Sumber Lain

a) Artikel Koran, tanpa pengarang


Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Counseling foreign students. (1982, April). Boston Globe, p. B14.

b) Tesis
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Caravaggio, Q. T. (1992). Trance and clay therapy. Unpublished master’s
thesis, Lesley University, Cambridge,
MA.

c) Desertasi
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Arbor, C.F. (1995). Early intervention strategies for adolescents. Unpublished
doctoral dissertation,
University of Massachusetts at Amherst.

6.3 Catatan Kaki


Catatan kaki adalah keterangan yang ditambahkan di bagian bawah
halaman. Catatan kaki biasanya dicetak dengan huruf yang lebih kecil daripada
huruf di teks guna menambahkan rujukan uraian di dalam naskah pokok. Catatan
kaki ini menjelaskan sumber asalnya sebuah kutipan, baik kutipan langsung atau
tidak langsung. Selain menjelaskan asal kutipan, catatan kaki juga sering
digunakan untuk menjelaskan teks atau istilah khusus yang perlu penjelasan lebih
panjang. Setiap teks yang akan dijelaskan dalam catatan kaki akan ditandai
dengan nomor. Nomor tersebut akan terkait langsung dengan keterangan yang ada
di catatan kaki. Dengan adanya nomor dalam catatan kaki ini, maka teks-teks
yang diberi catatan tidak akan tertukar dengan catatan untu teks lainnya.
Tujuan Penulisan Catatan Kaki

Tujuan penulisan catatan kaki adalah untuk menyusun pembuktian (sumber


tulisan), menyatakan utang budi (kepada pengarang yang dikutip pendapatnya),
menyampaikan keterangan tambahan, memperkuat uraian (intisasi, keterangan
insidental materi penjelas yang kurang penting, perbaikan, dan pandangan yang
bertentangan), dan merujuk bagian lain teks (uraian pada halaman lain, sebelum
atau sesudahnya).

Teknik Penulisan Catatan Kaki


Berikut ini teknik pembuatan catatan kaki:
 Catatan kaki tidak boleh melebihi 3 cm dari margin bawah.
 Catatan kaki dibuat sesudah baris terakhir teks, dalam jarak 3 spasi dibuat
garis mulai dari margin kiri sepanjang 15 ketikan huruf pika atau 18
ketikan huruf elite.

 Catatan kaki dua spasi di bawah garis terakhir teks. Teks catatan kaki
ditulis setengah spasi ke bawah setelah nomor penunjuk (setengah spasi ke
bawah) dari nomor penunjuk.

 Jarak antarbaris dalam catatan kaki menggunakan spasi rapat, sedangkan


jarak antarcatatan kaki (jika lebih dari satu catatan) menggunakan dua
spasi.

 Setiap baris catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri atau sejajar.

Ada tujuh teknis penulisan catatan kaki yang perlu diingat.


1. Nama pengarang tidak dibalik
2. Judul buku dicetak miring (jika diketik dengan komputer) atau digaris
bawah (jika tidak dengan komputer). Selain buku (artikel di majalah,
Koran, atau jurnal), judul sumber ditempatkan dalam tanda petik dua
(“…”), tidak dicetak miring atau digaris bawah
3. Kota terbit

4. Nama penerbit
5. Tahun terbit

6. Nomor halaman

7. Semua unsur dihubungkan dengan tanda koma (,), kecuali setelah kota
terbit, dihubungkan dengan tanda titik dua (:).

7.1 Makalah
Pengertian Makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang
suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut dengan
disertai analisis yang logis dan objektif. Makalah tersebut ditulis untuk disajikan
dalam forum ilmiah atau tugas-tugas terstruktur. Makalah merupakan salah satu
jenis karangan yang memiliki ciri atau sifat ilmiah yaitu: objektif, tidak memihak,
berdasarkan fakta, sistematis, dan logis.Nah akhirnya kita mengerti akan
pengertian makalah.

Manfaat pembuatan / penulisan makalah antara lain :


1.Belajar memahami masalah dan mencari solusinya
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk diimplentasikan di
lapangan
3. Membuka pikiran untuk memahami permasalahan di lapangan.

Jenis-Jenis Makalah

1. Makalah dedukatif merupakan makalah yang tulisannya


didasarkan pada kajian teoretis (pustaka yang relevan dengan
masalah yang dibahas)
2. Makalah induktif merupakan makalah yang disusun berdasarkan
data empiris, diperoleh dari lapangan yang relevan dengan masalah
yang dibahas.
3. Makalah campuran merupakan makalah yang penulisannya
didasarkan pada kajian teoretis digabung data empiris yang
relevan dengan masalah yang dibahas.

Karakteristik / Ciri-ciri Makalah


Suatu makalah mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan hasil kajian literatur dan/atau laporan pelaksanaan suatu
kegiatan lapangan yang sesuai dengan cakupan permasalahan suatu
perkuliahan;
2. Mendemonstrasikan pemahaman mahasiswa tentang permasalahan teoritik
yang dikaji atau kemampuan mahasiswa dalam menerapkan suatu
prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan dengan perkuliahan;
3. Menunjukkan kemampuan pemahaman terhadap isi dari berbagai sumber
yang digunakan;

4. Mendemonstrasikan kemampuan meramu berbagai sumber informasi


dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.

Sistematika Penulisan / Susunan Makalah


Secara umum, struktur makalah terdiri dari :
1. Cover / Bagian Sampul Makalah.
Dalam bagian ini, terdiri dari judul, logo kampus/universitas, data lengkap
penulis, jurusan, fakultas, kota, dan tahun kapan makalah di buat.
2. Kata Pengantar
Biasanya diawali dengan kalimat puji-pujian kepada Allah SWT atau kepada
Tuhan, gambaran sedikit mengenai makalah, ucapan terima kasih, dan terakhir
biasanya terdapat harapan penulis ataupun permintaan sumbangsih saran dan
kritik.
3. Daftar Isi
Yaitu berisi poin-poin yang terdapat dalam makalah beserta nomor halamannya.
4. BAB I Pendahuluan
Dalam makalah yang Anda buat, bagian BAB I, bab tentang pendahuluan secara
umum berisi tentang gambaran umum tentang makalah, nasalah yang akan di
bahas, latar belakang kenapa Anda mengankat permasalahan tersebut. Adapun
struktur pada BAB I ini meliputi :
1. Latar Belakang. Memakai kaidah segitiga artinya dari pembahasan
umum ke pembahasan khusus.
2. Rumusan Masalah, berisi rumusan apa yang Anda bahas dalam makalah
Anda.
3. Maksud dan Tujuan, berisi maksud dan tujuan pembuatan makalah.
5. BAB II Pembahasan
Pada bagian ini, Anda membahas secara tuntas permasalahan yang Anda
angkat pada BAB I. Pada bagian ini adalah bagian dari isi sesungguhnya makalah
Anda. Dalam bagian pembahasan, Anda harus memaparkan fakta-fakta yang
memperkuat tulisan Anda. Harus berisi kajian referensi beberapa/banyak penulis
yang mendukung gagasan yang Anda sampaikan.

Pada bagian ini pula, asumsi pribadi Anda diminimalkan. Artinya asumsi yang
Anda buat harus ada kajian literatur maupun referensi sebelumnya. Mengungkap
fakta.
6. BAB III Penutup
Pada bagian kedua dari terakhir ini, Anda membuatkan semacam
kesimpulan dari pembahasan yang Anda bahas pada BAB II. Ada pula yang
menambahkan saran.
7. Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi rujukan yang Anda ambil untuk makalah Anda.
Referensi rujukan dapat berupa buku-buku, jurnal, skripsi, data dari internet dan
lain sebagainya. Terdapat kaidah atau aturan penulisan daftar pustaka yang Anda
harus penuhi.
8. Lampiran
Ini tidak mutlak harus ada. Pada bagian ini Anda melampirkan data-data
pendukung makalah Anda. Bisa berupa foto-foto kegiatan, dll.
7.2 Artikel
Artikel adalah karya tulis lengkap, misalnya laporan berita, surat kabar,
dan sebagainya (KBBI 2002: 66), atau bisa juga sebuah karangan/prosa yang di
muat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang
berkembang dalam masyarakat secara lugas. Dalam arti lain, Artikel juga
merupakan karya tulis atau karangan, karangan non fiksi, karangan tak tentu
panjangnya, karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau
menghibur, sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dan lainnya.
wujud karangan berupa berita atau “kharkas”.
Istilah Artikel Ilmiah memiliki 4 Dimensi, yaitu:
 Dimensi hasil pemikiran atas suatu obyek kajian yang dapat berupa
temuan penelitian atau gagasan analitis kritis.
 Dimensi bahsa tulis sebagai alat mempresentasikan hasil pemikiran
penulis dalam bentuk satuan-satuan makna dan penanda hubungan satuan-
satuan makna secara eksplisit.
 Dimensi sistematika yang dijadikan unsur pembeda antara bentuk karya
tulis artikel dengan bentuk karya tulis lain.
 Dimensi kaidah penulisan yang hars ditaati, baik yang bersifat universal
(umum).

Ciri-Ciri Artikel
 Isi tulisan didasari oleh fakta bukan sekedar mitos yang belum terjamin
kebenaranya
 Bersifat faktual dan informative, mengungkapkan informasi yang
berdasarkan hasil – hasil penelitian yang telah dilakukan, dan dapat di
pertanggung jawabkan kebenaranya.
 Artikel ilmiah juga memiliki opini atau analisa pemikiran – pemikiran
penulis. Akan tetapi, pemikiran itu dikuatkan / didasari oleh data valid
berupa hasil penelitian sebelumnya, teori, maupun fakta yang ditulis ke
dalam artikel.
 Menggunakan metode penulisan yang sistematis. Dengan tujuan agar
semua informasi dalam arikel dapat di terima oleh masyarakat luas.
 Menggunakan ragam bahasa yang resmi dan baku. Hal ini dikarenakan
dengan menggunakan bahasa resmi yang bercirikan lugas, logis, denotatif,
dan efektif, akan membuat bahasa artikel ilmiah terasa padat, dan berisi.

Jenis-Jenis Artikel
Narasi
Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau
kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca
seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan
dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang
mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan
data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam
persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa
perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis
dalam karangannya

Ciri-ciri Penulisan Artikel


 Reproduktif, maksud yang ditulis oleh penulis diterima dengan makna
yang sama oleh pembaca. Maka dari itu penulis harus menggunakan
bahasa yang bermakna denotatif agar terdapat satu pemahaman dengan
pembaca.
 Menggunakan bahasa baku dalam ejaan, kata, kalimat dan paragraf.
 Menggunakan Istilah Keilmuan. Artinya, penulis harus menggunakan
bahasa keilmuwan dalam bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis
terhadap lmu tertentu yang dikuasai.
 Rasional. Artinya, penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang
logis, alur pemikiran yang lancar dan kecermatan penulisan.
 Bersifat straightforward atau langsung kesasaran.
 Menggunakan kalimat yang efektif.

7.3 Proposal
Proposal berasal dari bahasa inggris to propose yang artinya mengajukan
dan secara sederhana proposal dapat diartikan sebagai bentuk pengajuan atau
permohonan, penawaran baik itu berupa ide, gagasan, pemikiran maupun rencana
kepada pihak lain untuk mendapatkan dukungan baik itu yang sifatnya izin,
persetujuan, dana dan lain - lain. Proposal juga dapat diartikan sebagai sebuah
tulisan yang dibuat oleh si penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau
menjelaskan sebuah rencana dan tujuan suatu kegiatan kepada pembaca.
Tujuan Proposal adalah memperoleh bantuan dana,memperoleh dukungan atau
sponsor, dan memperoleh perizinan. Unsur-unsur proposal yaitu, nama/ judul
kegiatan, pendahuluan,tujuan, waktu dan tempat, sasaran kegiatan, susunan
panitia, anggaran, penutup, tanda tangan dan nama terang.

FUNGSI PROPOSAL
1. Fungsi proposal untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan
agama, sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
2. Fungsi proposal untuk mendirikan usaha kecil, menengah, atau besar.
3. Fungsi proposal untuk mengajukan tender dari lembaga-lembaga
pemerintah atau swasta.
4. Fungsi proposal untuk mengajukan kredit kepada bank.
5. Fungsi proposal untuk mengadakan acara seminar, diskusi, pelatihan, dan
sebagainya.
JENIS JENIS PROPOSAL
Secara umum proposal dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:
1. Proposal Bisnis - proposal ini berkaitan dengan dunia usaha baik itu
perseorangan maupun kelompok dan contoh dari proposal ini misalnya
proposal pendirian usaha, proposal dalam bentuk kerjasama antar
perusahaan.
2. Proposal Proyek - pada umumnya proposal proyek ini mengacu pada dunia
kerja yang berisikan serangkaian rencana bisnis atau komersil misalnya
proposal proyek pembangunan.
3. Proposal Penelitian - Jenis proposal ini lebih sering digunakan di bidang
akademisi misalnya penelitian untuk pembuatan skripsi, tesis dan lainnya.
isi dari proposal ini adalah pengajuan kegiatan penelitan.
4. Proposal Kegiatan - yaitu pengajuan rencana sebuah kegiatan bak itu
bersifat individu maupun kelompok misalnya proposal kegiatan pentas
seni budaya.
Berdasarkan bentuknya proposal terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Proposal bentuk formal - Proposal berbentuk formal terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu bagian pendahuluan, isi proposal, dan bagian pelengkap
penutup. Bagian pendahuluan terdiri atas: sampul dan halaman judul, surat
pengantar (kata pengantar), ikhtisar, daftar isi, dan pengesahan
permohonan. Bagian isi proposal terdiri atas: latar belakang, pembatasan
masalah, tujuan ruang lingkup, pemikiran dasar (anggapan dasar),
metodologi, fasilitas, personalia (susunan panitia), keuntungan dan
kerugian, waktu, dan biaya. Sedangkan bagian pelengkap penutup berisi
daftar pustaka, lampiran, tabel, dan sebagainya.
2. Proposal bentuk non formal - proposal non formal ini tidak selengkap
proposal formal dan biasanya disampaikan dalam bentuk memorandum
atau surat. proposal non formal harus selalu mengandung hal-hal berikut
yaitu, masalah, saran, pemecahan, dan permohonan.
3. Proposal semi formal - jenis proposal ini hampir sama dengan proposal
non formal karena tidak selengkap jenis proposal formal.

UNSUR-UNSUR PROPOSAL
1. Latar belakang masalah, Dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan
dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis
yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Selain itu, dipaparkan secara
ringkas tentang teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar, dan
diskusi ilmiah maupun pengalaman pribadi yang terkait erat dengan pokok
masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk
diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh.
2. Rumusan masalah, Rumusan masalah dinyatakan secara tersurat berupa
pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicarikan jawabannya. Dalam hal ini
hendaknya rumusan masalah disusun secara singkat, padat, jelas, dan
dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan
menampakkan variabel-variabel yang diteliti dan dapat diuji secara
empiris.
3. Tujuan penelitian, Tujuan penelitian diungkapkan pada sasaran yang ingin
dicapai dalam penelitian.Tujuan penelitian mengacu pada rumusan
penelitian dan berupa pernyataan.
4. Hipotesis, Hipotesis diajukan berupa jawaban sementara terhadap masalah
penelitian agar hubungan antara masalah yang diteliti dengan
kemungkinan jawabannya lebih jelas.Adapun rumusan hipotesis yang baik
hendaknya: dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan, dirumuskan
secara singkat, padat, dan jelas, dapat diuji secara empiris, dan
menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
5. Asumsi penelitian, Asumsi penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu
hal yang dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan
penelitian. Dalam hal ini tidak perlu dibuktikan kebenarannya, tetapi dapat
langsung memanfaatkan hasil penelitian yang diperolehnya dari orang lain
melalui karya tulisnya.
6. Manfaat penelitian, Manfaat penelitian ditunjukkan untuk mengenai
pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan
pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, bagian ini berisi alasan
kelayakan atas masalah yang diteliti.
7. Ruang lingkup, dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup dan
keterbatasan penelitian dikemukakan karena sering dihadapi keterbatasan
ruang lingkup kajian yang terpaksa harus dilakukan karena alasan-alasan
prosedural, teknik penelitian, ataupun karena alasan logistik. keterbatasan
penelitian karena kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika, dan
kepercayaan yang tidal memungkinkan peneliti mencari data yang
diinginkan.
8. Kajian pustaka, dan Kajian pustaka memaparkan teori-teori yang disusun
berdasarkan kemutakhiran dan relevansi yang diperlukan dalam penelitian.
9. Definisi operasional. Definisi operasional adalah definisi yang dirumuskan
berdasarkan hal yang yang dapat diamati oleh peneliti. Definisi
operasional bukan definisi berdasarkan kamus atau pendapat para ahli. Hal
ini diperlukan terutama untuk istilah-istilah yang berhubungan dengan
konsep-konsep pokok dalam penelitian juga untuk menghindari perbedaan
persepsi.

7.4 Laporan
Laporan adalah suatu keterangan tertulis yang disampaikan seorang
sekretaris kepada atasannya atau suatu panitia/tim kepada yang membentuknya
sebagai akibat dari pelaksanaan suatu kegiatan. Menurut wikipedia Laporan
adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun
pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan
kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada
antara mereka. Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu
kepada pihak yang lainnya.

Fungsi Laporan
1. alat untuk menyampaikan informasi
2. alat pertanggungjawaban kepada pemberi tugas
3. bahan penentu kebijakan
4. alat untuk membina kerja sama
5. alat untuk memperluas ide/tukar menukar pengalaman

Jenis Laporan
Jenis laporan dibedakan berdasarkan isi, bentuk, sifat, penyampaian, dan waktu
priodesasinya.
1. Laporan berdasarkan Isi dan Maksudnya
Berdasarkan isi dan maksudnya, laporan terdiri atas:
1. Laporan informatif, yaitu laporan sebagaimana adanya atau sesuai dengan
kenyataan
2. Laporan analisis, yaitu laporan yang berupa sumbangan pikiran, pendapat
dan saran yang isinya matang dan mendalam
3. Laporan rekomendasi, yaitu laporan yang berisi penilaian sekilas tanpa
analisis mendalam
4. Laporan pertanggungjawaban, yaitu laporan yang berupa
pertanggungjawaban yang dapat dikerjakan dengan berpedoman pada 2
hal:
- apabila proyeknya sudah selesai
- jika pekerjaan bertahap/laporan kemajuan
5. Laporan kelayakan, yaitu laporan yang bertujuan untuk menentukan mana
yang terbaik setelah menganalisa suatu masalah secara mendalam untuk
menuju penilaian yang bersifat pilihan layak atau tidak.

2. Jenis laporan Menurut Bentuk


Menurut bentuknya, laporan dapat dibedakan menjadi:
1. Laporan berbentuk memo, yaitu laporan yang biasa digunakan untuk
keperluan intern organisasi/kantor dan hanya memuat pokok-pokoknya
saja (isi laporan)
2. Laporan berbentuk surat, yaitu laporan yang dibuat dalam bentuk surat
biasa, isinya kira-kira satu sampai tiga, paling banyak 5 halaman
3. Laporan berbentuk naskah, yaitu laporan bentuk naskah dapat pendek atau
panjang, penyampaiannya memerlukan memo atau surat pengantar.

3. Jenis Laporan Menurut Sifat


1. Laporan biasa
2. Laporan penting

4. Jenis Laporan menurut Penyampaian


1. Laporan lisan
2. Laporan tulisan
3. Laporan visual

5. Jenis Laporan Menurut Waktu dan Periodesasi


1. Laporan rutin
2. Laporan berkala

Penyusunan Laporan
Laporan harus disusun dengan sempurna dan lengkap, tidak boleh ada hal-
hal yang diabaikan, jika hal-hal itu diperlukan untuk memperkuat kesimpulan.
Laporan harus disajikan secara menarik. Berikut ini merupakan kerangka
penyusunan laporan:
1. Judul
2. Daftar Isi
3. Kata Pengantar
4. Ringkasan
5. Isi Laporan
6. Penutup
7. Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S.1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara


Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Pusat Bahasa. 2010. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2005. Menulis artikel dan Karya Ilmiah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Otansa. 2010. “Ragam bahasa Resmi dan Ragam Bahasa Tidak Resmi”. Dalam
http://markootansa.blogspot.com/2010/01/ragam-bahasa-resmi-ragam-
bahasa-tidak.html. Diakses 23 Mei 2012.
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Bahasa Indonesia: Teori dan Aplikasinya (Buku
Ajar).
Singaraja: Undiksha.
Mikofrezzy.2010.”Ragam Bahasa Berdasarkan Media Sarana “. Link:
Kakak pintar. “jenis-jenis pola pengembangan paragraph” Link:
http://kakakpintar.com/jenis-jenis-pola-pengembangan-paragraf-penjelasan-
lengkap/
Dosen Bahasa. “Jenis-jenis Paragraf Berdasarkan Pola Pengembangannya”.
https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-paragraf-berdasarkan-pola-
pengembangannya/
Ilmu sahid. 2014. “Pengertian Jenis Unsur Fungsi dan Tujuan Proposal”. Link:
http://www.ilmusahid.com/2014/11/pengertian-jenis-unsur-fungsi-dan-tujuan-
proposal.html/
Disclama boy. 2012. “Diksi Pengertian dan Macam-Macamnya”. Link:
https://disclamaboy.wordpress.com/2012/11/02/diksi-pengertian-dan-macam-
macamnya/
Wikipedia. “Kutipan”. Link: https://id.wikipedia.org/wiki/Kutipan
Anugerah Dino. 2015. “Pengertian Laporan dan Jenisnya”. Link:
http://www.anugerahdino.com/2015/08/pengertian-laporan-dan-
jenisnya.html/

Anda mungkin juga menyukai