Anda di halaman 1dari 6

1

PERBEDAAN KEBERSYUKURAN DITINJAU DARI PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI


ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Dzihnin Zulfa L. S, Nurul Hasanah, Rika Istiqamah M, Syafrida Rianti


Magister Profesi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
2016

ABSTRAK

Kebersyukuran sangat berkaitan dengan orang tua, khususnya orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan sangat memerlukan penerimaan dari lingkungan sekitar
terutama orang tua, demikian sebaliknya orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus memiliki
rasa syukur yang ditunjukkan dengan penerimaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
perbedaan kebersyukuran yang ditinjau dari penerimaan orang tua dengan anak berkebutuhan
khusus. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 60 orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
khusus dengan kategori downsyndrome, autis, dan retardasi mental. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini, dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan teori kebersyukuran McCullogh (2002) &
teori penerimaan dari Mayangsari (2013). Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis
covarian (Anacova). Hasil menunjukkan adanya perbedaan kebersyukuran ditinjau dari penerimaan
orang tua dengan anak berkebutuhan khusus dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang
menunjukkan hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Kata kunci : kebersyukuran, penerimaan, orang tua, anak berkebutuhan khusus.

Pendahuluan ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan


Pernikahan merupakan cara terbaik untuk sosial, atau dari gabungan dari hal-hal tersebut
meneruskan keturunan dan membesarkan anak sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan
(Papalia dkk, 2008). Menurut Mangunsong pelayanan pendidikan yang khusus yang
(2011) kehadiran seorang anak merupakan saat disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan,
yang ditunggu-tunggu bagi pasangan suami istri. atau ketunaan mereka. Anak yang dikategorikan
Dagun (2002) menjelaskan bahwa kehamilan sebagai anak berkebutuhan khusus adalah anak-
merupakan salah satu periode krisis dalam anak yang mengalami keterbelakangan mental,
kehidupan seorang wanita. Situasi ini ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi,
menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya gangguan emosional atau perilaku, hambatan
fisik tetapi juga psikologis. Aspek psikologis fisik, komunikasi, autisme, traumatic brain injury,
terkait dengan timbulnya pengharapan yang hambatan pendengaran, hambatan penglihatan,
disertai kecemasan menyambut persiapan dan anak-anak yang memiliki bakat khusus.
ABK juga merupakan anak yang
kedatangan buah hati.
Setiap orang tua mengharapkan anaknya membutuhkan pendidikan dan pelayanan khusus
terlahir dengan normal tanpa gangguan atau untuk mengembangkan segenap potensi yang
cacat baik fisik maupun psikisnya, namun tidak mereka miliki (Hallahan & Kauffman, 2006).
semua anak dilahirkan dalam keadaan normal. Secara umum ABK dikelompokkan menjadi lima
Anak yang terlahir dalam keadaan tidak normal, klasifikasi yaitu tunanetra (gangguan fungsi
tentu membuat orang tua mengalami indera penglihatan), tunarungu (gangguan fungsi
kekecewaan yang mendalam (Mangunsong, pendengaran), tunagrahita (keterbelakangan
2011). Tidak mudah bagi orangtua untuk dapat mental), tunadaksa (gangguan fungsi gerak
menerima kondisi anak yang pada mulanya motorik), dan tunalaras (gangguan emosi dan
banyak pengharapan yang diinginkan. Salah perilaku sosial).
Peraturan Menteri No.70 Tahun 2009
satunya ketika orangtua mengetahui bahwa anak
mengklasifikasikan ABK dengan lebih rinci yaitu
mereka berkebutuhan khusus.
Menurut Sumekar (2009) anak tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,
berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar,
yang mengalami penyimpangan, kelainan atau lamban belajar, autis, memiliki gangguan
2

motorik, menjadi korban penyalah gunaan mempengaruhi kebersyukuran orang tua Anak
narkoba, tunaganda, dan memiliki kelainan Berkebutuhan Khusus adalah sejauhmana
lainnya. Istilah lain untuk berkebutuhan khusus penerimaan diri mereka terhadap kondisi yang
menurut Efendi (2006) yaitu anak yang dianggap dialami anaknya. Penerimaan diri ini akan sangat
mempunyai kelainan atau penyimpangan dari menentukan keberhasilan dalam
kondisi anak normal, baik dalam hal fisik, mental, mengapresiasikan nilai-nilai kebaikan yang
maupun karakteristik perilaku sosialnya. diterimanya baik dari orang lain atau dari Tuhan.
Berdasarkan jenis kelainannya, ABK Dalam penerimaan ini ditentukan oleh
diklasifikasikan ke dalam kelainan fisik, kelainan pengetahuan mengenai Anak Berkebutuhan
mental, dan kelainan karakter sosial. Kelainan- Khusus, pengalaman dalam merawat dan
kelainan tersebut yang membuat sebagian besar menangani Anak Berkebutuhan Khusus,
orang tua sulit untuk menerima kondisi ABK. dukungan dari lingkungan sosial, baik dari
Permasalahan bukan semata-mata hanya pasangan, keluarga terdekat, anak, tetangga dan
masalah medis yang hanya menyangkut pihak-pihak yang terlibat dalam Anak
penderita dan keluarganya saja, tetapi sudah Berkebutuhan Khusus. Hal penting lainnya
berkembang menjadi masalah yang luas dan adalah kondisi spiritual pada diri yang secara
kompleks, meliputi segi-segi medis, psikologis, tidak langsung menentukan sejauhmana
sosial, ekonomi, pedidikan dan pekerjaan menerima takdir dari Tuhan.
(Mangunsong, 2014). Kemudian masa yang Adapun penelitian sebelumnya yang
paling sulit bagi beberapa orangtua adalah ketika dilakukan oleh Sari (2015) tentang Penerimaan
anak tersebut beranjak dewasa, dimana masalah Diri Orangtua yang Memiliki Anak Berkebutuhan
kemampuan mental dan pendampingan menjadi Khusus dengan Kebahagiaan menunjukkan
suatu masalah yang rumit dan transisi dari masa bahwa penerimaan diri orangtua dan
kanak-kanak awal atau prasekolah ke suatu kebahagiaan memiliki hubungan positif yang
lingkungan sekolah yang lebih besar, dimana sangat signifikan. Artinya semakin tinggi
anak dituntut untuk mulai mandiri (Mangunsong, penerimaan diri orangtua yang memiliki anak
2011). Orangtua juga kerap memikirkan berkebutuhan khusus, maka semakin tinggi
bagaimana perkembangan anak yang akan kebahagiaannya. Sebaliknya, semakin rendah
datang terhadap lingkungan sosialnya dan penerimaan diri orangtua yang memiliki anak
bagaimana gambaran masa depan anak berkebutuhan khusus, maka semakin rendah
dikemudian hari. pula kebahgiaannya.
Wawancara awal yang dilakukan peneliti Berdasarkan hasil penelitian dan
pada tanggal 24 september 2016 dengan ibu M fenomena yang ada, peneliti menyimpulkan
yang menyatakan bahwa ia sangat bersyukur bahwa kebersyukuran orangtua yang memiliki
dikaruniai anak berkebutuhan khusus dengan anak berkebutuhan khusus berbeda-beda dalam
kategori cacat ganda. Ibu M merasa bahwa anak menerima dan memahami anak. Hal ini yang
adalah titipan dari Allah SWT, bagaimanapun membuat peneliti tertarik untuk melakukan
kondisi anak yang telah dititipkan adalah berkah penelitian tentang perbedaan kebersyukuran
dari-Nya bukan cobaan, anak tersebut wajib ditinjau dari penerimaan pada orangtua yang
untuk diberi kehidupan yang layak seperti anak memiliki anak berkebutuhan khusus.
normal lainnya. Ibu M dan suaminya
menganggap bahwa orang tua dengan ABK
adalah orang tua pilihan yang dipercaya Allah Tinjauan Pustaka
untuk menjaga anaknya yang berkebutuhan Syukur
khusus tersebut. Berdasarkan pemaparan diatas, Syukur dalam bahasa Inggris disebut
terlihat bahwa beberapa diantara orang tua yang gratitude. Kata gratitude diambil dari akar Latin
memiliki anak berkebutuhan khusus merasa gratia, yang berarti kelembutan, kebaikan hati,
bersyukur dengan keadaan anaknya, namun atau berterima kasih. Semua kata yang terbentuk
diantara orang tua yang memiliki anak dari akar Latin ini berhubungan dengan
berkebutuhan khusus ini pada kenyataannya ada kebaikan, kedermawaan, pemberian, keindahan
yang tidak bersyukur. dari memberi dan menerima, atau mendapatkan
Hambali, dkk (2015) dalam penelitiannya sesuatu tanpa tujuan apapun.
mengemukakan bahwa faktor utama yang
3

Syukur merupakan sebuah bentuk emosi mendukung tindakan dan kebaikan


atau perasaan, yang kemudian berkembang sederhana atau kesopanan.
menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik, c. Span, maksudnya adalah dari peristiwa-
kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan peristiwa kehidupan bisa membuat seseorang
mempengaruhi seseorang menanggapi/ bereaksi merasa bersyukur, misalnya merasa
terhadap sesuatu atau situasi (Emmons & Mc bersyukur atas keluarga, pekerjaan,
Cullough, 2004). Kemudian rasa syukur emosi kesehatan, dll.
adalah inti dari perasaan yang menyenangkan d. Density, maksudnya adalah orang yang
tentang manfaat yang diterima. Rasa syukur bersyukur diharapkan dapat menuliskan lebih
melibatkan dua proses kognitif yaitu (a) banyak nama-nama orang yang dianggap
mengakui bahwa individu telah memperoleh hasil telah membuatnya bersyukur, termasuk orang
yang positif dan (b) mengakui bahwa sumber tua, teman, keluarga, dll.
eksternal yang beperan untuk hasil yang positif
tersebut (Emmon & Mccullough 2004). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Syukur
Bersyukur dalam Islam didefinisikan oleh Faktor-faktor yang mempengaruhi syukur
Al-Ghazali (2011) sebagai tiga unsur yaitu ilmu, adalah (1) Usia, syukur merupakan suatu yang
hal (keadaan), ‘amal (perbuatan). Syukur dengan tidak mudah dipahami begitu saja, butuh
ilmu adalah dengan mengenal nikmat yang telah pemahaman melalui pengalaman yang panjang.
dikaruniakan oleh Allah, syukur pada hal Pengalaman yang panjang terkait dengan umur
(keadaan) dengan menerima segala yang terjadi sehingga anak-anak belum dapat mengerti arti
dalam hidup merupakan nikmat dari Allah, dan dari rasa syukur; (2) Pengalaman, seiring
syukur dengan ‘amal (perbuatan) yaitu dengan dengan umur, syukur juga dipengaruhi oleh
memuji Allah atas segala nikmat yang telah pengalaman yang pada akhirnya akan
diberikan. Selanjutnya Al-Ghazali menyebutkan membentuk suatu pola yang lebih kompleks
dalam bahasa psikologi individu sebagai hamba dalam hidup individu akibat dari kebutuhan
memiliki pengetahuan/kognitif, keadaan emosi dalam berinteraksi dengan individu lain. Interaksi
(afek), akhlak (perbuatan) yang dikenal dengan tersebut dapat berwujud pemberian atau
ABC of Psychology. Mekanisme terjadinya penerimaan; (3) Motivasi, dalam interaksi
syukur melibatkan pengetahuan atau member atau menerima terdapat motivasi atau
pemahaman kognitif, yaitu mengakui karunia dan niat untuk melakukannya. Niat inilah yang akan
rahmat Allah yang kemudian memunculkan dinilai oleh orang yang member terutama orang
kegembiraan hati (emosi/afek) karena karunia yang menerima. Jika niat yang member adalah
tersebut. mendatangkan manfaat bagi yang menerima
Berdasarkan pengertian diatas dapat maka yang menerima akan merasa bersyukur;
disimpulkan bahwa syukur adalah sebuah bentuk (4) Religiusitas, menurut McCullough (2002)
emosi atau perasaan, sifat kepribadian, dan individu dengan religiusitas yang tinggi dan
bentuk ciri pribadi yang berpikir positif, berorientasi pada spiritual cenderung merasa
mempresentasikan hidup menjadi lebih positif bersyukur. Hal ini ditandai dengan kegiatan
rohani yang lebih intens seperti beribadah yang
Aspek-Aspek dalam Bersyukur
didasari keyakinan bahwa manusia memilki
Aspek-aspek kebersyukuran menurut
keterkaitan dengan Tuhan dan hubungan yang
McCullough, Emmons, & Tsang (2002) adalah
dimilki oleh semua makhluk ciptaan-Nya
intentitas (intensity), frekuensi (frequency),
(Emmons, 2008).
rentang waktu (span), dan kepadatan (density).
Intensitas. Penerimaan Orang Tua
a. Intensity, seseorang yang bersyukur
Kamus lengkap psikologi (Chaplin, 2006)
ketika mengalami peristiwa positif diharapkan
mendefinisikan penerimaan sebagai suatu sikap
untuk merasa lebih intens bersyukur.
yang pada dasarnya merasa puas akan kualitas-
b. Frequency, seseorang yang memiliki
kualitas dan bakat-bakat diri serta pengakuan
kecendrung bersyukur akan merasakan
akan keterbatasan terhadap situasi yang ada.
banyak perasaan bersyukur setiap harinya
Menurut Yusuf (2004) penerimaan orang
dan syukur bisa menimbulkan dan
tua adalah suatu perlakuan yang dirasakan oleh
anak sebagai bentuk perhatian yang kuat dan
4

cinta kasih orang tua pada dirinya, serta sikap mandiri, memberikan kepercayaan dan tidak
yang penuh kebahagiaan dalam pengasuhan berharap terlalu banyak terhadap anak. Aspek ini
yang ditunjukkan dengan adanya sikap juga sebagai kesediaan orangtua untuk
penghargaan dan perlindungan, kepercayaan, mempercayai dan menilai suatu keputusan anak
jalin komunikasi yang baik, serta keterlibatan yang unik dan berusaha menjaga dalam batasan
bersama sehingga anak senantiasa merasakan kepribadian yang sehat dan penyesuaian yang
adanya kebebasan dan keamanan secara baik.
psikologis dari orang tuanya. Inti dari perlakuan
orang tua yang dibutuhkan anak adalah sikap Metode Penelitian
orang tua yang penuh cinta kasih dan menerima Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 60
anak apa adanya dengan segala kekurangan orang tua dengan anak berkebutuhan khusus
dan kelebihannya. yang berada di DIY. Teknik pengambilan sampel
Menurut Lestari (dalam Mayangsari, dalam penelitian ini menggunakan purposive
2013), penerimaan orangtua adalah sikap dan sampling atau mengambil sampel berdasarkan
cara orangtua dalam memperlakukan anak yang kriteria tertentu (Hadi, 2004). Penelitian ini
ditandai dengan adanya komunikasi orangtua menggunakan variabel bebas (X) yaitu
dengan anak, perhatian dan kasih sayang, penerimaan orang tua dan variabel terkait (Y)
menghargai anak, memberi kepercayaan serta adalah kebersyukuran.
memperlakukan anak sesuai dengan Instrumen penelitian ini terdiri dari skala
kemampuannya. kebersyukuran yang dirancang oleh peneliti
Berdasarkan pengertian di atas dapat berdasarkan teori McCollough (2002), yang
disimpulkan bahwa sikap orang tua yang penuh terdiri dari 32 item. Hasil uji validitas
cinta kasih dan menerima anak apa adanya menunjukkan dari 32 item dinyatakan gugur
dengan segala kekurangan dan kelebihannya. sebanyak 12 item, sehingga tersisa 20 item yang
Jadi, penerimaan orang tua merupakan di nyatakan valid dengan (rit) berkisar dari 0,436-
kemampuan orang tua secara umum untuk 0,768. Hasil uji reliabilitas menunjukkan koefisien
memberi perhatian, cinta atas kasih sayang yang Cronbach’s Alpha= 0,923 dengan sisa 20 item.
ditunjukkan dengan sikap yang penuh bahagia Skala penerimaan orang tua yang dirancang oleh
dalam mengasuh anak tanpa syarat atau nilai peneliti berdasarkan teori Mayangsari (2013),
tertentu. yang terdiri dari 50 item. Hasil uji validitas
menunjukkan diantara 50 item dinyatakan gugur
Aspek Penerimaan Orangtua sebanyak 25, item yang di nyatakan valid
Menurut Lestari (dalam Mayangsari, 2013), dengan (rit) berkisar berkisar dari 0,416-0,777.
terdapat aspek sikap penerimaan orang tua, Hasil uji reliabilitas menunjukkan koefisien
yaitu (1) aspek komunikasi, merupakan Cronbach’s Alpha= 0,950 dengan sisa 25 item.
kemampuan dari orang tua yang dirasakan oleh Total item pada skala adalah 82 dengan
anak untuk dapat bertutur manis, bersikap pilihan jawaban menggunakan model Likert.
terbuka, mendengarkan cerita dan tidak mencela Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa
kesalahan yang dilakukan anak; (2) Aspek data kuantitatif yang dianalisis dengan teknik
perhatian dan kasih sayang, kemampuan orang Anacova untuk mengetahui perbedaan
tua yang dirasakan oleh anak dalam hal memberi kebersyukuran ditinjau dari penerimaan orang
perlindungan dan kasih sayang, memperhatikan tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
kemajuan prestasi belajar, memberikan nasehat (autis, down syndrom, retardasi mental).
yang bijaksana dan meberikan dorongan pada
anak; (3) Aspek keterlibatan orang tua, orang tua Tabel 1. Rangkuman hasil uji validitas dan
senantiasa dapat ikut serta berpartisipasi dalam reliabilitas instrumen penelitian
hal-hal yang disukai anak, berminat terhadap Skala N Jumlah aitem Cronbach’
rencana dan ambisi anak, melakukan perjalanan s
Awal Valid rit
Alpha
bersama-sama, melibatkan anak dalam Kebersyukuran 60 32 20 0,436- 0,923
pekerjaan orang tua; (4) Aspek kepercayaan 0,768
pada anak, merupakan kemampuan orang tua Penerimaan 60 50 25 0,416- 0,950
orang tua 0,777
dalam melatih bertanggung jawab, melatih
5

Hasil dan Pembahasan Daftar Pustaka

Data yang diperoleh dalam penelitian ini Al-Ghazali. (2011). Ihya’ ulumuddin.
berupa data kuantitatif yang dianalisis dengan Menghidupkan Ilmu-ilmu agama. Bandung:
teknik statistika analisis covarian (Anacova) Penerbit Marja.
untuk mengetahui perbedaan kebersyukuran
yang ditinjau dari penerimaan orang tua terhadap Chaplin, J.P. 2006. Kamus lengkap psikologi.
anak berkebutuhan khusus dengan kategori Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
downsyndrome, autis, dan retardasi mental.
Analisis data dilakukan dengan bantuan program Dagun, Save M. 2002. Psikologi keluarga: Peran
statistik SPSS versi 16 oleh Daniel Lutfi untuk ayah dalam keluarga. Jakarta: PTRineka
olah data dengan teknik analisis kovarian Cipta
(Anakova). Hipotesis dalam penelitian ini
berbunyi: ada perbedaan kebersyukuran yang Emmons, R. A. (2008). Gratitude, subjective well-
ditinjau dari penerimaan orang tua dengan anak being, and the brain. In Michael E. & Randy
berkebutuhan khusus. Hasil menunjukkan nilai J. L. (Eds.), The sience of subjective well-
signifikansi: 0.000 dengan nilai konfirmasi being. New York: The Guildfort press.
p<0,05. Dengan demikian perbedaan
kebersyukuran memiliki perbedaan yang Emmons, R.A., McCullough, M.E. (2004). The
signifikan ditinjau dari penerimaan tua dengan Psychology of Gratitude, New York: Oxford
anak berkebutuhan khusus, sehingga hipotesis University Press, Inc. 198 Madison
diterima.
Hadi, S. (2004). Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi
Hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Mukhlis & Koentjoro (2015) Hallahan, Daniel P. & Kauffman, James M.
menunjukkan bahwa pelatihan kebersyukuran (2006). Exceptional learners : Introduction to
dapat menurunkan tingkat kecemasan pada Special Education, 10th Edition. Journal of
siswa SMA. Penelitian lain yang dilakukan oleh Special Education, 27, 496-508
Ishak (2006) hasil menunjukkan bahwa terdapat
korelasi positif yang significant antara variabel Hambali. A, Meiza. A, Fahmi. I. 2015. Faktor-
bersyukur dan kesejahteraan psikologis faktor yang berperan dalam kebersyukuran
(Gratittude) pada orang tua anak
Kesimpulan berkebutuhan khusus prespektif psikologi
islam. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 2, No. 1:
Diterimanya hipotesis pada penelitian ini, 94-101
menunjukkan bahwa adanya perbedaan
kebersyukuran yang signifikan ditinjau dari Hurlock, E, B. 1978. Perkembangan anak jilid 1.
penerimaan orang tua dengan anak Edisi keenam. Alih Bahasa: dr. Med.
berkebutuhan khusus. Dengan demikian Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga
kebersyukuran memainkan peran sangat penting
pada penerimaan orang tua dengan anak Ishak, F. F. J. S. 2006. Hubungan Antara Rasa
berkebutuhan khusus. Saran bagi peneliti Syukur Dengan Kesejahteraan Psikologis
selanjutnya dapat menambahkan kategori anak Pada Lanjut Usia. Program Studi Psikologi
berkebutuhan khusus sebagai subjek penelitian, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
selanjutnya dapat menambah variabel penelitian Universitas Brawijaya Malang
maupun jumlah subjek penelitian, selain itu
Johnson, R., Medinnus, G. 1967. Child
peneliti selanjutnya dapat menambahkan
psychology behavior and development. Edisi
hipotesis penelitian agar penelitian tersebut
keenam. United States Of America: John
memiliki informasi yang lebih luas.
Wiley dan Sons, Inc.

Mangunsong, F. 2011. Psikologi dan pendidikan


anak berkebutuhan khusus. Depok: LPSP3
UI
6

Mangunsong, F. 2014. Psikologi dan pendidikan


anak berkebutuhan khusus. Depok: LPSP3
UI

Mayangsari, M. D. (2013). Motivasi Berprestasi


Mahasiswa Ditinjau dari Penerimaan
Orangtua. Jurnal Ecopsy, I (1), 21-27.

McCullough, M. E., Emmons, R.A., & Tsang, J.


2002. The Grateful Disposition: A Conceptual
and Empirical Topography. American
Psychological Association, Inc. Vol. 82, no. 1,

Mukhlis, H. & Koentjoro. 2015. Pelatihan


Kebersyukuran untuk Menurunkan
Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional
pada Siswa SMA. Gadjah Mada Journal Of
Professional Psychology. 1 (3), 203 – 215

Papalia, Diane E dkk. 2008. Human


development. Jilid 1.Edisi ke-9. Terjemahan:
Anwar. Jakarta : Kencana

Rogers, C.R. 1979. On Becoming a person a


therapist ‘s view of psychotherapy. London:
Constable & Company. Ltd

Sari, Y. 2015. Hubungan antara peneriman diri


orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
khusus dengan kebahagiaan (study korelasi
di SLB Pelihati Pekanbaru. Skripsi
(diterbitkan). Riau. UIN Suska Riau

Shihab, M.Q. (1996). Wawasan Al-Qur‟an tafsir


maudhui atas berbagai persoalan umat.
Bandung: Mizan. hlm. 215.

Sumekar Ganda.(2009). Anak Berkebutuhan


Khusus. UNP Press. Padang

Suseno, M.N. (2012). Statistika: Teori dan


Aplikasi untuk Penelitian Ilmu Sosial dan
Humaniora. Yogyakarta: Ash-Shaff

Yusuf, S. 2004. Psikologi perkembangan anak


remaja. Bandung: PT Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai