TINJAUAN TEORITIS
A. Lansia
a. Definisi
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus
menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga
dan masyarakat.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia
pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia
tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
1
Adapun perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Integumen
Warna Kulit Pigmentasi berbintik/bernoda di area yang terpajan sinar matahari,
pucat walaupun tidak ada anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin, penurunan perspirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan, kondisi berlipat dan kendur
Distribusi lemak Penurunan jumlah lemak pada ekstremitas, peningkatan jumlahnya
pada abdomen
2. Rambut
Penipisan dan beruban pada kulit kepala, penurunan jumlah rambut aksila dan pubis
serta rambut pada ekstremitas, penurunan rambut wajah pada pria, kenungkinan rambut
dagu dan di atas bibir pada wanita
3. Kuku
Penurunan laju pertumbuhan
4. Kepala
Tulang nasal dan wajah menajam dan angular, hilangnya rambut alis mata pada wanita,
alis mata tebal pada pria
5. Mata
Penurunan ketajaman penglihatan, penurunan akomodasi, penurunan adaptasi dalam
gelap, sensitivitas terhadap cahaya yang menyilaukan
6. Telinga
Penurunan membedakan nada, berkurangnya refleks ringan, berkurangnya ketajamna
pendengaran
7. Hidung dan sinus
Peningkatan rambut nasal, penurunan indra pengecapan, atropi papila ujung lateral lidah
8. Mulut dan faring
Penggunaan jembatan atau gigi palsu, penurunan indra pengecap, atrofi papila tepi
lateral lidah
9. Leher
Kelenjar tiroid nodular, deviasi trakea ringan akibat atofi otot
10. Toraks dan paru-paru
2
Peningkatan diameter antero-posterior, peningkatan rigiditas dada, peningkata frekuensi
pernafasan dengan penurunan ekspansi paru, peningkatan resistansi jalan nafas
11. Sistem jantung dan vaskular
Peningkatan signifikan pada tekanan sistolik dengan peningkatan ringan pada tekanan
diastolik, biasanya terjadi perubahan yang tidak signifikan pada denyut jantung saat
istirahat, murmur diastolik umum, nadi perifer mudah dipalpasi, nadi kaki lebih lemah
dan ekstremitas bawah lebih dingin, terutama pada malam hari
12. Payudara
Berkurangnya jaringan payudara, kondisi menggantung dan kendur
13. Sistem gastrointestinal
Penurunan sekresi saliva yang dapat menyebabkan kesulitan menelan, penurunan
peristaltik, penurunan produksi enzim digestif, termasuk asam hipoklorit, pepsin dan
enzim pankreatik, konstipasi, penurunan motilitas
14. Sistem reproduksi
Wanita : penurunan estrogen, penurunan ukuran uterus, penurunan sekresi, atrofi linea,
epitel vagina
Pria : penurunan kadar testosteron, penurunan jumlah sperma, penurunan ukuran testis
3
B. Stroke
a. Definisi
Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinik gangguan peredaran darah
otak yang menyebabkan defisit neurologik (WHO, 1971). Stroke atau juga dikenal
dengan cedera serebrovaskular (CVS) merupakan kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Individu yang terutama
beresiko mengalami CVS adalah lansia dengan hipertensi, diabetes,
hiperkolesterolemia, atau penyakit jantung. Pada CVS, hipoksia serebral yang
menyebabkan cedera dan kematian sel neuron.
b. Epidemiologi
Di seluruh bagian dunia, stroke merupakan penyakit yang terutama mengenai
populasi usia lanjut. Insidensi pada usia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi 55-
64 tahun. Di Inggris stroke merupakan penyakit kedua setelah infark miokard akut
(AMI) sebagai penyebab kematian utama usia lanjut, sedangkat di Amerika stroke
masih merupakan penyebab kematian usia lanjut ketiga. Dengan makin
meningkatnya upaya pencegahan terhadap penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan
gangguan lemak, insiden stroke di Negara-negara maju makin menurun. Di Perancis
stroke disebut sebagai serangan otak yang menunjukkan analogi kedekatan stroke
dengan serangan jantung.
c. Penyebab
Stroke biasanya disebabkan karena salah satu dari 4 kejadian berikut :
1. Thrombosis.
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyeban
utama thrombosis serebral dan merupakan penyebab yang paling umum terjadi.
Tanda-tanda thrombosis serebral ini bervariasi. Sakit kepala merupakan awitan
yang tidak umum terjadi. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif,
atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
hemoragi intraserebral atai embolisme serebral. Secara umum thrombosis serebral
tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau
parastesia pada setengah tubuh dapat menjadi awitan paralisis berat pada
beberapa jam atau hari.
4
Thrombosis ini tidak hanya terjadi pada pembuluh darah otak tetapi dapat juga
terjadi di pembuluh darah leher.
2. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti
endocarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi
pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Embolus biasanya menyumbat arteri
serebral tengah, atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral.
3. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi
atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
4. Hemoragi serebral
Hemoragi dapat terjadi diluar durameter (ekstradural atau epidural), dibawah
durameter (subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarakhnoid), atau dalam
substansia otak (hemoragi intraserebral). Hemoragi intraserebral merupakan yang
paling umu terjadi pada pasien dengan hioertensi dan aterosklerosis serebral,
karena perubahan degenerative menyebabkan terjadinya rupture pembuluh darah.
Stroke sering terjasi pada kelompok usia 40-70 tahun.
d. Jenis Stroke
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Stroke hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat
melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran
umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi
yang tidak terkontrol.
5
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu :
e. Faktor Resiko
6
l. Penyalahgunaan obat
m. Konsumsi alcohol
a. Pertambahan usia
b. Keturunan
f. Manifestasi Klinis
7
Afasia represtif Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan
Afasia global Kombinasi dari afasia reseptif dan afasia ekspresif
5. Deficit - Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
kognitif - Penurunan lapang panjang perhatian
- Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
- Perubahan penilaian
6. Deficit - Kehilangan kontrol diri
emosional - Labilitas emosional
- Penurunan toleransi pada situasi yang
menimbulkan stress
- Depresi
- Menarik diri
- Rasa takut, bermusuhan dan marah
- Perasaan isolasi
Selain defisit neurologis yang sudah dijelaskan diatas, pasien stroke juga
mengalami disfungsi kandung kemih. Setelah stroke pasien mungkin mengalami
inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan, karena kerusakan
control motoric dan postural.
8
Tanda bahaya stroke:
Tiba-tiba mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki, terutama pada
satu sisi tubuh
Kebingungan tiba-tiba, kesulitan berbicara atau pemahaman
Mendadak kesulitan untuk melihat pada satu atau kedua mata
Tiba-tiba kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi
Mendadak sakit kepala parah dan tidak diketahui penyebabnya
g. Patofisiologi
Cedera vascular serebral (CVS), yang sering disebut dengan stroke, adalah
cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.
1. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga
menyebabkan iskemia dan hipoksia si sebelah hilir. Penyebab stroke hemoragi
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Pembuluh
darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema,
spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan
aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
2. Stroke Iskemik
Penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat terjadi akibat
thrombus (bekuan darah di arteri serebri) atau embolus (bekuan darah yang
berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh).
a. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi akibat onklusi aliran darah, biasanya karena
aterosklerosis berat. Sering kali individu mengalami satu atau lebih serangan
iskemik sementara (transient ischemic attack, TIA) sebelum stroke
trombotik yang sebenarnya terjadi. TIA adalah gangguan fungsi otak singkat
yang reversible akibat hipoksia serebral. TIA mungkin terjadi ketika
9
pembuluh darah aterosklerosis mengalami spasme, atau saat kebutuhan
oksigen otak meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi karena
aterosklerosis yang berat. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan
iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada
jaringan otak.
Berdasarkan definisi TIA berlangsung kurang dari 24 jam. TIA yang
sering terjadi menunjukkan kemungkinan terjadinya stroke trombotik yang
sebenarnya. Stroke trombotik biasanya berkembang dalam periode 24 jam.
Selama periode perkambangan stroke, individu dikatakan mengalami stroke
in evolution. Pada akhir periode tersebut, individu dikatakan mengalami
stroke lengkap (completed stroke).
10
Faktor-faktor resiko stroke
Patway
Defisit neurologis
Infark serebral Kehilangan kontrol Risiko peningkatan TIK Kerusakan terjadi pada Difungsi bahasa
volunter lobus frontal kapasitas, dan komunikasi
memori, atau fungsi
intelektual kortikal
11
P enurunan Hemiplegia dan Herniasi falks serebri dan
perfusi hemiparesis ke foramen magnum
jaringan Kerusakan fungsi Disartria
serebral Kompresi batang otak kognitif dan efek disfasia/afasia,
Hambatanmobili psikologis apraksia
tas fisik
12
b. Stroke Embolik
Stroke Embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang
terbentuk di luar otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke
adalah jantung setelah infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus
yang merusak arteri karotis komunis atau aorta. Emboli disebabkan oleh
embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.
Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak
dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
h. Penatalaksanaan
1. Pada pasien yang CVSnya dapat diidentifikasi bersifak iskemik, agen trombolitik,
seperti aktivatorplasminogen jaringan (tissueplasminogen activator, TPA) dapat
diberikan. TPA harus diberikan sedini mungkin (minimal 3 jam pertama serangan)
agar lebih efektif dalam mencegah kerusakan jangka panjang. Akantetapi
berbahayajika mengatasi stroke hemoragik dengan trombolitik karena agen ini
dapat meningkatkan perdarahan dan memperburuk hasil
2. Stroke hemoragik dapat diatasi dengan penekanan pada perhentian perdarahan dan
pencegahan kekambuhan. Mungkin diperlukan pembedahan
3. Terapi obat yang menghambat saluran ion yang mendeteksi asam dikembangkan
untuk membatasi kerusakan akibat stroke
4. Semua pasien stroke diterap dengan tirah baring dan penurnan stimulus eksernal
untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebral. Tindakan untuk menurunkan
tekanan dan edema intracranial dapat dilakukan
5. Terapi fisik, bicara, dan okupasional sering perlu dilakukan.
i. Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis CVS yang cepat sangat penting untuk meminimalkan kerusakan. CT
scan adalah metode pilihan untuk penkajian tanda akut CVS. CT sangat sensitive
terhadap hemoragik, suatu pertimbangan penting karena ada perbedaan vital pada
terapi stroke iskemik versus stroke hemoragik. CT scan berfungsi untuk melihat
jenis patologi, lokasi lesi, ukuran lesi, menyingkirkan lesi non vaskuler.
13
MRI lebih sensitif dalam mengidentifikasi kerusakan otak dari pada CT scan,
tetapi MRI lebih lambat dari pada CT scan. Jadi dalam keadaan darurat lebih di
pilih memakai CT scan. Akan tetapi, setelah penggunaan awal memakai CT scan,
MRI direkomendasikan untuk menentukan lokasi kerusakaan yang tepat dan
memantau lesi.
Hitung darah tepi lengkap: diskrasia darah, polisitemia, trombositopenia atau
trombositosis atau infeksi sebagai faktor risiko stroke.
Waktu protrombin, waktu protrombin parsial: ditujukan kepada penderita dengan
antibodi antifosfolipid (waktu protrombin parsial memanjang).
Analisa urin: hematuria terjadi pada endokarditis bakterialis subakut (SBE)
dengan stroke iskemik oleh karena emboli.
Kecepatan sedimentasi (LED): peningkatan LED menunjukkan kemungkinan
adanya vaskulitis, hiperviskositas atau (SBE) sebagai penyebab stroke.
Kimia darah: peningkatan kadar glukosa, kolesterol atau trigliserida dalam darah.
Foto rontgen dada: pelebaran ukuran jantung sebagai suatu sumber emboli pada
suatu stroke atau akibat hipertensi lama; dapat menemukan suatu keganasan yang
tidak diduga sebelumnya.
Elektrokardiogram: dapat menunjukkan adanya aritmia jantung, infark miokard
baru, atau pelebaran atrium kiri.
j. Komplikasi
1. Individu yang mengalami CVS mayor pada bagian yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat menyebabkan kematian. Destruksi area
ekspresif atau represif pada otak akibat hipoksia dapat menyebabkan kesulitan
komunikasi. Hipoksia pada area motoric otak dapat paresis. Perubahan emosional
dapat terjadi pada kerusakan korteks yang mencakup system limbic.
2. Hematoma intraserebral dapat disebabkan oleh pecahnya aneurisma atau strok
hemoragik yang menyebabkan cedera otak sekunder ketika tekanan intracranial
meningkat.
14
1. Pengkajian
1) Data Subyektif :
2) Data obyektif :
b. Sirkulasi
1) Data Subyektif :
2) Data obyektif :
Hipertensi arterial
Disritmia, perubahan EKG
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
1) Data Subyektif :
2) Data obyektif:
15
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
1) Data Subyektif:
Inkontinensia, anuria
distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
1) Data Subyektif:
2) Data obyektif:
f. Sensori neural
1) Data Subyektif:
16
2) Data obyektif:
g. Nyeri / kenyamanan
1) Data Subyektif :
2) Data obyektif:
h. Respirasi
1) Data Subyektif:
17
1.3 Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
i. Keamanan
1) Data obyektif:
j. Interaksi social
1) Data obyektif:
k. Pengajaran / pembelajaran
1) Data Subjektif :
2. Diagnosa Keperawatan
Dx 1 :
18
Tujuan Pasien / kriteria evaluasi :
1) Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motorik
2) Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
3) Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan
Intervensi :
Dx : 2
Kelemahan
1) Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh
2) Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana permulaannya
3) Terpeliharanya integritas kulit
Intervensi :
19
Dx 3 :
Intervensi :
Dx 4 :
1) Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level biasanya.
2) Perubahan pengetahuan dan mampu terlibat
3) Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi
Intervensi :
20
7) Lindungi psien dari temperatur yang ekstrim
8) Pertahankan kontak mata saat berhubungan
9) Validasi persepsi pasien
Dx 5 :
Kriteria hasil:
Intervensi:
1) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4) untuk
melakukan kebutuhan sehari-hari
2) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan
3) Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk menghindari
dan atau kemampuan untuk menggunakan urinal,bedpan.
4) Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada kebiasaan pola normal
tersebut. Kadar makanan yang berserat, Anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan
aktivitas.
5) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.
Dx 6 :
Kriteria hasil :
21
5) GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
Dx 7 :
Kriteria evaluasi :
1) Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
2) BB stabil
3) Pasien mengungkapkan pemasukan adekuat
Intervensi :
22
DAFTAR PUSTAKA
Mauk, Kristen L. 2006. Gerontological Nursing: Competencies For Care. USA: Jones and
Bartlett Publishers, Inc.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC
23