ABORTUS
oleh :
Preseptor:
2017
BAB I
1.1 Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat bertahan hidup di luar
sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram.1
Secara umum, abortus diklasifikasikan menjadi abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan sedangkan yang terjadi
dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus provokatus ini juga
dibagi menjadi 2 yaitu abortus provokatus medisinalis apabila didasarkan pada pertimbangan
1.2 Epidemiologi
Abortus merupakan kasus yang sangat sering terjadi. Sebuah data menyebutkan bahwa
hanya 62,5% kehamilan yang menghasilkan kelahiran hidup, 21,9% aborsi legal, 13,8% abortus
spontan, 1,3% kehamilan ektopik, dan 0,5% kematian janin. Data lain menyebutkan bahwa
abortus spontan terjadi sekitar 15-40%. Abortus spontan sering terjadi pada usia kehamilan yang
lebih awal, sekitar 75% terjadi sebelum usia kehamilan 16 minggu dan kurang lebih 60% terjadi
sebelum 12 minggu.
Mortalitas yang diakibatkan oleh abortus spontan jarang terjadi (0,7 per 100.000), factor
risikonya meliputi: wanita usia lebih 35 tahun, ras selain kulit putih, dan aborsi pada trimester
kedua. Penyebab langsung dari kematian meliputi: infeksi 59%, perdarahan 18%, emboli 13%,
hampir setengah dari kasus tersebut disebabPatkan oleh kelainan kromosom. Setelah trimester
a. Faktor Janin1
Perkembangan Zigot Abnormal
Abortus spontan dini biasanya disebebkan oleh abnormalitas perkembangan zigot,
embrio, early fetus, atau plasenta. Analisis yang pernah dilakukan pada 1000 kasus
trimester pertama. Trisomi autosom 13,16, 18, 21, dan 22 merupakan yang paling
sering terjadi. Kelainan lain seperti monosom X (45X), triploidi, dan tetraploidi.
Abortus Euplodi
b. Faktor Maternal
Infeksi
Patogen yang dapat menyebabkan abortus antara lain:
-
Bakteri: Listeria monositogenes, Klamidia trakomatis, Ureaplasma urealitikum,
infertilitas baik pada pria maupun wanita dan juga dapat menyebabkan abortus
berulang.1
Kelainan Endokrin
-
Hipotiroidisme. Defisiensi iodium berat dapat berkaitan dengan keguguran.
Defisiensi hormone tiroid sering terjadi pada wanita, biasanya disebabkan oleh
penyakit autoimun, tetapi efek hipotiroidisme pada abortus dini belum diteliti
secara mendalam.1
-
Diabetes mellitus. Angka abortus spontan dan malformasi congenital mayor
kadar progesterone yang rendah berhubungan dengan risiko abortus. Support fase
lutel memiliki peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu, yaitu saat trofoblas
didapati pada perempuan dengan SLE yang akan berikatan dengan sisi negative dari
berulang ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi
vascular. Trombosis plasenta pada APS diawali adanya peningkatan rasio tromboksan
terhadap prostasiklin, selain itu juga akibat dari peningkatan agregasi trombosit,
klinis lepasnya kehamilan pada pasien APS sering terjadi pada usia kehamilan di atas
10 minggu.2
Faktor Hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan adanya
fibrinolitik memengang peran penting dalam implantasi embrio, invasi trofoblas, dan
uterus, yang biasanya dihasilkan dari destruksi area endometrium yang luas
seperti uterus unikornu, bikornu, atau septa berisiko 25-50% terjadi abortus.4
Pada abortus spontan, perdarahan ke dalam desidua basalis sering terjadi. Nekrosis dan
inflamasi terlihat di daerah implantasi. Adanya kontraksi uterus dan dilatasi serviks
terjadi.2
a. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai oleh
perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup, dan hasil konsepsi masih baik di
dalam kandungan.
Pasien mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan
pervaginam. Ostium uteri masih tertutup, besar uterus masih sesuai dengan umur
ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih di dalam kavum uteri dan
bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Besar uterus
masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif.
c. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 atau
berat janin kurang 500 gtam. Ostium uteri telah menutup dan uterus sudah mengecil
sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Gambar 1 Abortus komplit.4
d. Abortus Inkomplitus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan sebagian masih tertinggal.
Kanalis servikasil masih terbuka dan akan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnyapun
masih bisa banyak atau sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat
jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan.
Gambar 2 Abortus inkomplit.4
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan.
Pasien missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Kadang missed abortion juga
diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh tetapi pertumbuhan
janjin terhenti.
f. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turun. Salah satu penyebab yang sering
dijumai adalah inkompetensia serviks atau keadaan serviks uterus tidak dapat menerima
beban untuk bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, dimana
ostium serviks akan membuka tanpa disertai kontraksi rahum dan akhirnya terjadi
pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh trauma serviks pada kehamilan
robeknya serviks yang luas sehingga diameter kanalis servikalis sudah melebar.
g. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia sedangkan
abortus septic adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah
tubuh atau peritoneum (septicemia atau peritonitis). Kejadian ini merupakan salah satu
komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang
pervaginam yang aktif, sebaiknya dianggap hamil sebelum terbukti lainnya. Abortus yang terjadi
secara spontan memiliki risiko jika tidak ditatalaksana dengan baik. Sedangkan untuk abortus
yang diinduksi secara medis biasanya bersifat lebih aman khususnya jika dilakukan pada 2 bulan
pertama kehamilan.5
Berikut poin-poin diagnosis pada kasus abortus spontan;
1. Abortus iminens
Abortus iminens dicurigai terjadi ketika terdapat vaginal discharge atau darah dari
terlebih dahulu, yang kemudian diikuti nyeri kram abdomen beberapa jam atau hari
setelah perdarahan tersebut. Abortus iminens sangat sering dijumpai, dimana satu
dari empat sampai 5 perempuan mengalami perdarahan atau keluar flek pada saat
kehamilannya. Hampir sekitar setengah dari perempuan yang mengalami ini akan
berlanjut pada abortus. Perempuan yang tidak aborsi setelah ini bisanya memiliki
risiko terjadinya hasil kehamilan yang tidak optimal seperti melahirkan preterm,
perdarahan normal pada saat mens, lesi servikal, polip serviks, servisitis, dan reaksi
desidual dari serviks. Selain itu juga harus dipertimbangkan adanya keadaan hamil
kehamilan, dan juga ostium uteri yang masih tertutup. Selain itu juga perlu
dilakukan pencarian terhadap penyulit seperti kehamilan ektopik atau adanya torsi
dilatasi dari serviks. Pada keadaan ini hampir dapat dipastikan bahwa abortus
terjadi. Kontraksi uterus akan segera terjadi supaya tidak terjadi infeksi.
Dengan adanya rupture dari membrane dan dilatasi dari serviks yang signifikan,
Jika sudah tidak ada nyeri atau perdarahan lagi, maka perempuan tersebut
diobservasi untuk melihat perdarhan, nyeri keram, atau demam. Jika setelah 48 jam
sudah tidak ada tanda tersebut maka perempuan tersebut dapat kembali beraktivitas
seperti biasa, kecuali tindakan penetrasi ke dalam vagina dalam bentuk apapun.
Namun jika masih terdapat keluarnya cairan atau darah yang disertai nyeri, ataupun
tertinggal dalam uterus tetapi janin telah keluar. Perdarahan biasanya lebih banyak
pada abortus inkomplit dan dapat sangat signifikan jika usia kehamilan sudah lebih
tua. Embrio-fetus dan plasenta mungkin dikeluarkan bersama sama jika usia
Ukuran dari uterus biasanya tidak bertambah, dan perubahan pada payudara
biasanya malah kembali ke seperti semula. Kebanyakan dari missed abortion dapat
keluar sendiri, akan tetapi, jika retensi dari janin yang mati tersebut telah
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Mc Donald PC, Gant NF. Abortion. In: Williams obstetrics. 21st ed, New
York: Appleton & Lange. 2006
2. Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010.
3. Pernoll ML. Handbook of Obstetrics & Gynecology 10 th edition. New York: McGraw-Hill.
2001
4. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current Diagnosis & Treatment
Obstetrics & Gynecology 10th edition. New York: McGraw-Hill. 2007