Anda di halaman 1dari 43

THT-KL

dr. Ilham Kautsar

TIM UKMPPD UNIV MALHAYATI


BANDAR LAMPUNG
2015
Telinga

Hidung

THT - KL

Tenggorokkan

Kepala -
Leher
TELINGA
auricula 1/3 pars
catilage

LUAR OAE 2/3 pars


osseus

Membran Pars tensa


timpani
Pars flacid
TELINGA TENGAH Tuba
eustachius

Tulang
pendengaran

DALAM Labirin
vestibuli

Labirin
koklea
TES RINNE
Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga
Cara :
✕ Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
✕ Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
✕ Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan
lubang telinga
✕ Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala
lagi
Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika
garpu tala dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
TES WEBER

Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan
Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke
telinga kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang
di bawahnya, yaitu:
✕ Di tengah dahi
✕ Di tengah kulit antara bibir atas dan hidung
✕ Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras
Hasil
Normal : jika kiri = kanan
Tuli Sensorineural : jika lateralisasi ke arah telinga yang sehat
Tuli Konduksi : jika lateralisasi ke arah telinga yang sakit
TES SCHWABACH
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)
Cara
✕ Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
✕ Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
✕ Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien
Hasil
Normal : jika sama dengan si pemeriksa
Tuli Konduksi : jika hasilnya memanjang
Tuli Sensorineural : jika hasilnya memendek / normal
Hasil Rinne Weber Schwabach
Normal + ≠ lateralisasi Sama
Konduksi - Lateralisasi ke sakit Memanjang
Sensorineural + Lateralisasi ke sehat Memendek
Audiometri / Pure Tone Audiometri ( PTA )
0 – 25 : normal
26 – 40 : Tuli Ringan
41 – 60 : Tuli Sedang
61 – 90 : Tuli Berat
>90 : Sangat Berat

Jika usia < 1 tahun : BERA ( Brainstem Evoked Response Audiometry )

Tes Bisik ( tanpa menggunakan alat )


5–6m : normal
<3–4m : Tuli ringan
2–3m : Tuli sedang
<2m : Tuli berat
INTERPRETASI AUDIOGRAM
Normal: Tuli konduktif:
✕ AC dan BC dalam range 0-20 dB bila terdapat air bone gap, yaitu
✕ AC dan BC berimpitan selisih minimal 10 dB antara AC dan
BC (AC > BC)
Tuli sensorineural:
✕ AC dan BC > 20 dB
Tuli campuran:
✕ AC dan BC > 20 dB
✕ AC dan BC berimpitan
✕ Terdapat air bone gap
SERUMEN PROPS
✕ Keywords
+ S: penurunan pendengaran, suka membersihkan telinga dengan cotton
bud
+ O: serumen props (+)
✕ Gejala dan tanda gangguan pendengaran
✕ Diagnosis melihat serumen dengan otoskop
✕ Tata laksana
+ Irigasi (ear toilet)
+ Ambil secara manual (dengan kuret, forsep, atau suction)
+ Seruminolitik (water-based, oil based): bisa digunakan untuk
melunakkan serumen sebelum irigasi, bisa juga untuk pengganti irigasi
OTITIS EKSTERNA (OE)

Definisi Klasifikasi
Infeksi telinga luar yang biasanya ✕ Difus: hampir seluruh liang
disebabkan oleh infeksi bakteri. telinga terkena
✕ Sirkumskripta: berupa bisul
Faktor risiko kelembaban tinggi dan
trauma Tata laksana
Difus
Manifestasi klinis ✕ Bersihkan liang telinga
✕ Nyeri di liang telinga, NT tragus ✕ Neomycin atau polymyxin B
✕ Hiperemis, edema kanal, sekret ✕ Hidrokortison topikal untuk anti-
inflamasi

Sirkumskripta
✕ Aspirasi
✕ Antibiotik topikal dan analgetik
OE – KLASIFIKASI
OE AKUT OE MALIGNA

✕ OE Sirkumskripta ✕ OE Maligna
+ 1/3 luar → ada adnexa kulit → + Infeksi difus liang telinga dan
furunkel struktur lain di sekitarnya
+ Etio: S.aureus & S.albus
+ Sering pada orang tua dengan
+ Gejala: nyeri (tidak ada jar.
Longgar) saat menekan sakit DM (pH serumen lebih basa,
perikondrium atau membuka imunokompromais dan
mulut, ggn pendengaran mikroangiopati)
✕ OE Difus + Etio: P.aeruginosa
+ 2/3 dalam → kulit liang telinga
hiperemis dan edema tidak jelas + Gejala: rasa gatal yang diikuti
batasnya nyeri, sekret banyak,
+ Etio: Pseudomonas pembengkakan liang telinga,
+ Gejala: nyeri tekan tragus, liang paralisis fasial (jika N.VII
telinga sempit, sekret bau terkena)
PERIKONDRITIS & OTOMIKOSIS

PERIKONDRITIS OTOMIKOSIS (OTITIS EKSTERNA


bisa sebagai komplikasi otitis FUNGAL)
eksterna atau akibat trauma. biasa karena pengobatan antibiotik otitis
eksterna bakterial yang terlalu lama.
Manifestasi klinis Manifestasi klinis
✕ Aurikula bengkak, nyeri, ✕ Pruritus berat, telinga terasa penuh
hiperemis ✕ Eksudat putih seperti kapas (Candida)
✕ Nyeri saat aurikula ditekuk atau hitam (Aspergillus)
(membedakan dengan infeksi ✕ Pemeriksaan KOH 10% → ditemukan
superfisial) hifa
Tata laksana
Tata laksana Fluorokuinolon PO ✕ Bersihkan telinga
✕ Klotrimazole 1% drop (membran
timpani harus intak)
✕ Analgesik oral
OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

Manifestasi klinis, tergantung Tata laksana


stadium ✕ Oklusi: obat tetes hidung (Efredin
HCl 0,5%) + antibiotik
✕ Oklusi: retraksi membran timpani
✕ Hiperemis: antibiotik + obat tetes
✕ Hiperemis: MT hiperemis dan hidung + analgetik + miringotomi
edema ✕ Supurasi: antibiotik +
✕ Supurasi: Telinga bulging, sangat
miringotomi
✕ Perforasi: antibiotik + obat cuci
nyeri, nadi dan suhu meningkat telinga
✕ Perforasi: Ruptur MT, nadi dan ✕ Resolusi: antibiotik
suhu menurun, nyeri reda
✕ Resolusi: MT menutup, sekret Setelah miringotomi atau perforasi
hilang. Kegagalan stadium lakukan cuci telinga dengan H2O2 3%
selama 3-5 hari.
resolusi menyebabkan OMSK.
Seluruh gejala sering disertai riwayat Antibiotik lini-1: Amoxicillin 80-90
ISPA dan gangguan pendengaran. mg/kg/hari PO dibagi 2x/hari selama
10 hari
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

Definisi Tata laksana


OMA std. Perforasi yang prosesnya > ✕ H O 3% selama 3 – 5 hari
2 2
2 bulan, jika < 2 bulan makan disebut ✕ Antibiotik: neomycin + polymixin
Otitis Media Supuratif Subakut. B drops ( oral )
✕ Ear toilet

Manifestasi klinis ✕ Kauter kimia (nitrat perak) untuk

✕ gangguan pendengaran, tidak jaringan granulasi


nyeri, MT perforasi ( lihat juga ✕ Bedah jika ada kolesteatoma
letak perforasi pada MT ), terdapat (maligna)
/ tidak kolesteatom, ✕ Mastoidektomi
✕ Miringitomi
Penunjang CT-Scan atau MRI jika
curiga komplikasi
OMSK – KLASIFIKASI
✕ OMSK Tipe
Aman/Benigna/Mukosa
+ Peradangan hanya di mukosa
+ Perforasi sentral
+ Kolesteatoma (-) →
komplikasi jarang terjadi
✕ OMSK Tipe
Bahaya/Maligna/Tulang
+ Peradangan meluas hingga ke
tulang
+ Perforasi marginal atau atik
+ Kolesteatoma (+) → sering
terjadi komplikasi
LABIRINITIS MENIERE’S DISEASE
Kelainan akibat peradangan telinga Trias gejala:
dalam atau labirin yang menyebabkan + Vertigo
disfungsi vestibular + Tinitus
+ Tuli sensorineural yang
Etiologi fluktuatif
Bakteri, virus, autoimun.
Sering didahului oleh ISPA Meniere disease kemungkinan
disebabkan oleh hidrops endolimfe
(kelebihan cairan di telinga dalam).
Gejala dan tanda
Gangguan keseimbangan, vertigo,
gangguan pendengaran, tinnitus Terapi :
- Sesuai dengan penyebabnya
- simtomatik ( sedatif, anti emetik )
BAROTRAUMA ( AEROTITIS )
Keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba – tiba diluar telinga
tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba
gagal untuk membuka.

Gejala :
• Autofoni
• Tinitus
• Vertigo

Terapi :
• Dekongestan lokal
• Dilakukan parasat Valsava selama tidak terdapat infeksi.
Presbiakusis Otosklerotik
• Menurunnya pendengaran • Sklerotik pada MIS + Labirin (
• Degeneratif ( > 50 tahun ) kaku )
• Tuli Sn • Tuli Kd

• Tidak menyukai tempat ramai • Thx : stapedektomi


• Asimetris / Bilateral : alat bantu pendengaran
• Thx : alat bantu pendengaran
HIDUNG
HIDUNG TERSUMBAT, BERINGUS, BERDARAH, ADA DAGING TUMBUH,
BENDA ASING

Non Infeksi alergi

vasomotor

medikamentosa
Hidung

rhinitis simplex
akut inflamasi

Infeksi
kronik - Rhinitis hipertrofi
- Rinitis atopi
- Rhinitis sika
NON INFEKSI

RINITIS ALERGIKA RINITIS VASOMOTOR


✕ Sekret cair ✕ Berbagai pemicu, tapi bukan reaksi alergi
✕ Keluhan berulang (bau, suhu, dll.)
✕ Terdapat riwayat atopi ✕ Concha nasal hiperemis
✕ Kedua hidung ✕ Keluhan saling bergantian antara hidung kiri
✕ Concha nasal pucat / livid - kanan
✕ Terdapatnya allergic shinner, allergic ✕ Tx: steroid, antikolinergik, atau steroid nasal
salute, alergic crease
✕ Posterior faring bergranuler (
cabblestone apperance )
✕ Tx: antihistamin dan dekongestan
RINITIS MEDIKAMENTOSA
- Akibat pemakaian simpatomimetik nasal
berkepanjangan (>5-10 hari)
-Pasien sudah menggunakan obat hidung dalam
jangka waktu yang lama.
- Lanjutan dari rhinitis vasomotor
- Tx: kortikosteroid oral dosis tinggi dengan
tapering off, bisa dibantu dekongestan oral (
pseudoefedrine )
RHINITIS AKUT RHINITIS KRONIK

Rhinitis Simplex Inflamantory / ✕ Rinitis berulang di atas empat


Common Cold minggu
✕ Sekret jernih atau mukopurulen, ada
gejala ISPA
✕ Sembuh sendiri dalam seminggu
✕ Tx: dekongestan (antihistamin
kurang efektif), lain-lain suportif
Rhinitis Sika Rhinitis Atrofi / Ozaena
Oleh karena lingkungan ( debu, Oleh : klebsiella ozaena
panas, kering. Gejala : nafas bau, ingus kental,
Gejala : kesumbat + rasa kering ( krusta warna hijau, hiposmia
iritasi ) Terapi : bersihkan ( washing full ),
Terapi : hindari pencetus + Ab spektrum luas
dekongestan
Rhinitis Hipertropi
Lanjutan dari alergi / akut yang
berulang
Gejala : PND, hiposmia,
penyumbatan menonjol
Px : edema mukosa dengan
permukaan berbenjol” ( mulberry like
apperance )
Terapi : Cautter concha
DAGING TUMBUH , BERDARAH
POLIP NASAL

Masa bertangkai akibat dari inflamasi konka berulang.


• Gejala :
1. Hidung tersumbat ( bilateral / unilateral )
2. Renore
3. Hiposmia
4. Snoring
5. PND
• Px : Rhinoskopi Anterior : masa bertangkai, jernih, permukaan licin
• Terapi : Poliptektomi
EPITAKSIS

Anterior Posterior
Pecahnya plexus kiesselbach. Pecahnya a. Ethmoidale posterior dan
- Gejala : unilateral a. Splenopalatina
- Terapi : • Gejala : bilateral, PND, darah terasa

1. Menekan hidung 10 – 15 menit ke nasofaring


• Terapi :
2. Cauterisasi dgn perak nitrat
3. Tampon anterior dengan 1. Tampon posterior ( ± 72 jam ) +
diolesin vaslin + Ab + lidokain tampon anterior ( ± 48 jam )
2% + epinefrin 1 : 1000 / 10000 2. Dirawat untuk di observasi
selama 2 x 24 jam
SINUSITIS
Peradangan pada mukosa sinus paranasal
• Melalui : dentogen / rhinogen
• Menurut gejala : akut ( ≤ 2 mgg ), sub akut ( 2 – 12 mgg ), kronis ( >12 mgg)
• Gejala : hidung tersumbat, hiposmia, faringitis, demam, nyeri di letak sinus
yang terkena, nyeri semakin terasa apabila nunduk.
• Px : Rhinos anterior : mukosa hiperemis & edema
: Rhinos Post : PND +
: transluminasi +
Ro : Air fluid level
Terapi : Ab
: Dekongestan
: Analgetik
: Antipiretik
: Mukolitik
: Operatif ( FESS / CWL )
TONSILITIS – AKUT VS. KRONIK

Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik

Etiologi EBV atau streptococcus β hemolitikus Streptococcus β hemolitikus, dengan risk


factor: perokok berat, higien mulut,
makanan tertentu, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, pengoabtan tonsilitis akut
yang anadekuat
Gejala nyeri tenggorokan, odinofagia, demam, Mengganjal ditenggorokan, rasa kering,
lesu, nyeri sendi, otalgia napas berbau
PF Tonsil bengkak, hiperemis, detritus Tonsil membesar, permukaan tidak rata,
(leukosit PMN): folikel/lakuna, membran kriptus melebar, kripti yang terisi detritus
semu, KGB Submandibula teraba, nyeri
tekan (+)
Terapi Viral: istirahat, minum cukup, analgetik or Menjaga higien mulut, tonsilektomi jika:
antivirus jika berat. infeksi berulang, gejala sumbatan, curiga
Bakteri: penisilin, eritromisin, antipiretik neoplasma
dan obat kumur.
TONSILEKTOMI

Indikasi Absolut Indikasi Relatif


a) Pembengkakan tonsil yang a) Terjadi 3 episode atau lebih
menyebabkan obstruksi saluran infeksi tonsil per tahun
napas, disfagia berat, gangguan dengan terapi antibiotik
tidur dan komplikasi adekuat
kardiopulmoner b) Halitosis akibat tonsilitis
b) Abses peritonsil yang tidak kronik yang tidak membaik
membaik dengan pengobatan dengan pemberian terapi
medis dan drainase medis
c) Tonsilitis yang menimbulkan c) Tonsilitis kronik atau
kejang demam berulang pada karier
streptokokus yang tidak
d) Tonsilitis yang membutuhkan
membaik dengan pemberian
biopsi untuk menentukan patologi antibiotik β-laktamase
anatomi resisten
ABSES PERITONSIL

Komplikasi dari tonsilitis / faringitis


Gejala : demam
: nyeri tenggorokkan
: nyeri telinga
: disfagia
: trismus
: Hot potato voice
Px : eritem & edema palatume mole
: uvula terdorong kesisi kontralateral
: tonsil terdorong ke inforomedial
DD : abses retrofaring : kaku leher, kaku kuduk, sesak nafas, stridor
: abses parafaring : leher terlihat membengkak
Thx : insisi dan drainase abses, Ab, kortikosteroid
TONSILITIS DIFTERI

Disebabkan oleh clostridium difteri


Gejala : demam, nyeri tenggorokkan, disfagia, sesak nafas
Px :
1. Pada tonsil terdapat pseudomembran ( lapisan abu” yang menutupi mukosa
sal. Nafas dan bila diangkat akan berdarah bawahnya )
2. KGB leher mengalami pembengkakkan hebat ( bulls neck apperance )
Thx :
1. Intubasi ( bila ada gawat nafas )
2. Antidifteri serum + kortikosteroid + Ab ( eritromisin )
3. Setelah sembuh pasien tetap dikasih vaksinisasi.
4. Seluruh kontak pasien harus mendapatkan Ab
ABSES SUBMANDIBULA ANGINA LUDOVICI

✕ Gejala : ✕ Gejala :
✕ Demam ✕ Nyeri tenggorokkan dan leher
✕ Nyeri leher ✕ Pembengkakkan didaerah
✕ Pembengkakkan dibawah submandibula
mandibula dan atau bawah lidah ( ✕ Hiperemis dan keras pada
mungkin berfluktuasi ) perabaan
✕ Trismus ✕ Dasar mulut membengkak,
sehingga lidah terdorong ke atas
✕ Terapi : belakang = menimbulkan sesak
napas
✕ Insisi
✕ Terapi :
✕ Pemberian Ab dosis tinggi
terhadap kuman aerob dan ✕ Insisi
anaerob ( parenteral ) ✕ Ab dosis tinggi terhadap kuman
aerob dan anaerob.
FARINGITIS

AKUT

FARINGITI

HIPERPLASI
KRONIK

ATOPI
AKUT PF :
- Laringoskop Direct : faring
Etiologi : hiperemis, edema, dinding posterior
faring bergranul.
- virus : Rhinovirus / Adenovirus
- bakteri : strep B hemolitukus
grub A PP : swap = kultur

Gejala : Terapi :
- Disfagia - Ab
- Nyeri menelan - Simtomatik
- Pembesaran KGB
- Sistemik = demam
KRONIK
HIPERTROPI ATOPI
Etiologi : Ada riwayat atopi
- infeksi faring yang berulang
- rhinitis kronis Gejala :
- sinusitis kronis - Bau mulut mulut / nafas
Gejala : - Mukosa ditutupi lendir yang tebal
- Tenggorokkan kering
- Lendir kental PF :
- Batuk - Tampak kering
PF :
- mukosa tampak kongestif Terapi :
- KGB membesar - Ab
Terapi : - Obat kumur
- Cauterisasi dengan AgNO3 - hygiene mulut
- obat kumur dan batuk
CA NASOFARING
Infeksi virus Ebstein Barr Virus ( EBV ) dan banyak mengkonsumsi makanan yang
diawetkan ( ikan asin )
Gejala :
- Pembesaran KGB
- Hidung tersumbat
- Epitaksis
- Gangguan pendengaran
- Nyeri kepala
- Palsi nervus facialis ( diplopia )
PF : rhinoskop posterior = masa tumor dapat terlihat di dinding lateral nasofaring
PP :
- Biopsi KGB untuk diagnosa definitif tumor
- CT – Scan untuk menilai extensi tumor
Terapi :
- Radioterapi dengan kemoterapi
ANGIOFIBROMA
Tumor jinak pembuluh darah di PP :
nasofaring yang secara histologi jinak - Ro kepala AP – Lateral dan waters (
dan secara klinis bersifat ganas. terdapat pendorongan prosesus
Paling sering terkena pada laki – laki ( 7 – pterigoideus ke belakang sehingga
19 tahun ) fisura pterigo – palatina melebar ) /
Etiologi : Holman Miller
- idiopatik - arteriografi
- imbalance hormonal - biopsi ( pada KGB )
Gejala : Terapi :
- Hidung tersumbat secara progesif - Hormonal dan Radioterapi
- Epitaksis banyak dan menetap (
anemia )
- Gangguan penciuman
PF :
- Masa tumor warna merah – abu2
- terdapat selaput warna ungu
- konsistensi kenyal

Anda mungkin juga menyukai