Anda di halaman 1dari 71

OBSTETRIC GYNECOLOGY

dr. Ilham Kautsar


TIM UKMPPD UNIV MALHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2015
OBSTETRIC
OBSTETRI

Kehamilan Persalinan

- ANC - Distosia
- Perdarahan Trimester - Perdarahan Post
I Partum
- Perdarahan Ante
Partum
- Hipertensi Kehamilan
- Hiperemesis
Gravidarum
ANTENATAL CARE
● Asuhan Standar ANC (7 T) :
a) Timbang berat badan
b) Ukur Tekanan darah
c) Ukur Tinggi fundus
d) Imunisasi Tetanus Toksoid lengkap
e) Pemberian Tablet Fe ( min. 90 tablet selama kehamilan )
f) Tes terhadap PMS
g) Temu wicara
● Imunisasi TT

Antigen Interval Lama Perlindungan


TT 1 Pada kunjungan pertama -
TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT4 25 tahun / seumur hidup
● Pemeriksaan Obstetri
Dengan pemeriksaan Leopold : - Leopold 1
: - Leopold 2
: - Leopold 3
: - Leopold 4
● Menghitung usia kehamilan berdasarkan HPHT
HPHT dihitung sebagai hari pertama mulai hamil, contoh :
jika sekarang tanggal 25 november 2014 dan HPHTnya 25
oktober 2014, makan usia kehamilan adalah 4 mgg atau 1
bulan.
HPHT pun bisa digunakan untuk HPL ( Hari perkiraan Lahir
) dengan rumus : (HPHT + 7) tanggal + (bulan – 3) + (tahun+1)
jika bulan tidak bisa di kurangi 3 maka : (HPHT + 7) + (bulan +
9) + tahun yang sama
● Menghitung usia kehamilan berdasarkan palpasi
12 mgg = 1/3 di atas simpisis
16 mgg = simpisis pusat
20 mgg = 2/3 di atas simpisis
24 mgg = setinggi pusat
28 mgg = 1/3 di atas pusat
34 mgg= pusat prosessus xifoideus
36 mgg= setinggi prosessus xifoideus
40 mgg = 2 jari di bawah prosessus xifoideus
TINGGI FUNDUS & USIA GESTASI
Denyut Jantung Janin ( DJJ )
• Dapat didengar pada akhir bulan ke-V
• Dengan doptone → pada akhir bulan ke-III
• Frek. : 120-140x/menit
• Paling jelas terdengar di punggung anak dekat pada kepala
• Menandakan : tanda pasti kehamilan, anak hidup
• Dapat memperkirakan: presentasi anak, posisi anak, sikap
anak, dan adanya anak kembar
His
• Raba his dalam kurun waktu 10 menit
• His pada inpartu min. 2x dalam 10 menit, reguler dan
intensitasnya meningkat
• His pada inpartu fase aktif >3x dalam 10 menit dan durasinya
40 detik / lebih
Gerakan anak ( + ) dirasakan ibu : min 12x dalam 12 jam
ASUHAN PERSALINAN NORMAL

● Melihat tanda dan gejala kala II


● Menyiapkan pertolongan persalinan
● Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
● Menyiapkan ibu dan keluarga untuk proses pimpinan
meneran
● Persiapan pertolongan kelahiran bayi
● Menolong kelahiran bayi
● Penanganan bayi baru lahir
● Menilai perdarahan
● Melakukan prosedur pasca persalinan
Memastikan pembukaan lengkap dengan keadaan janin baik :
• Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap.
➢ Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi
● Penurunan Janin dalam sistem Hodge
Hodge Keterangan

1 Bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan


promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkarang PAP
2 Bidang datar sejajar bidang Hodge 1 terletak setinggi bagian
bawah simfisis
3 Bidang datar sejajar bidang Hodge 1 dan 2 terletak setinggi spina
ischiadika kanan dan kiri
4 Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge 1,2 dan 3 terletak
setinggi os koksigeus
Perdarahan Trimester I
● Abortus
● KET
● Mola Hidatidosa
ABORTUS
Definisi :
• Perdarahan dari uterus yang disertai dengan keluarnya
sebagian atau seluruh hasil konsepsi pada usia kehamilan <
20-24 minggu dan atau Berat < 500gr

Abortus terbagi menjadi :


• Menurut terjadinya
a) Abortus spontan
b) Abortus provokatus : - medisinalis / therapeuticus /
medisinalis
: - criminalis
c) Menurut Klinis
DIAGNOSIS PERDARAHAN SERVIKS BESAR UTERUS GEJALA LAIN
Abortus Sedikit-sedang Tertutup Sesuai usia kehamilan • Plano test (+)
iminens Lunak · Kram ringan
· Uterus lunak

Abortus Sedang-banyak Terbuka Sesuai atau • Kram sedang/kuat


insipiens Lunak lebih kecil · Uterus lunak

Abortus Sedikit-banyak Terbuka • usia kehamilan •Kram kuat


inkomplit Lunak . Keluar jaringan
•Uterus lunak

Abortus Sedikit-tidak ada Tertutup/ter • usia kehamilan • Sedikit/tanpa kram


komplit buka • Keluar jaringan
Lunak · massa kehamilan
(+/-)
· Uterus agak kenyal

Abortus Septic Perdarahan berbau Lunak Membesar, nyeri tekan - Demam


- Leukosistosis
Abortus
Habitualis

Missed
Abortus
Missed Abortion
● Kematian janin < 20 mgg, tapi tidak dikeluarkan selama ≥ 8
mgg.

Etiologi: diduga Hormon progesteron

Gejala
● Diawali dengan abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau setelah terapi.
● Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae
mengendor, uterus mengecil, tes kehamilan (-). Sering
disertai gangguan pembekuan darah karena
hipofibrinogenemia.

Terapi
● Tergantung KU & kadar fibrinogen serta psikis ibu. Jika < 12
mgg → DC, jika > 12 Mg → infus oksitosin 10 IU/D5 500 cc
atau Prostaglandin E
Abortus Habitualis
Abortus yang telah berulang dan berturut – turut terjadi,
sekurang kurangnya 3x berturut – turut
Etiologi : reaksi imunologik dan inkompetensi serviks
Penanganan : inkompetensi serviks ( diberikan fiksasi pada
serviks pada umur kehamilan 12 – 14 mgg dan jika kehamilan
aterm dan bayi siap dilahirkan, fiksasi dilepas.
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU ( KET )

Kehamilan Ektopik : kehamilan yang terjadi di luar kavum


uteri, paling sering di tuba (90-95%) → Kehamilan Ektopik
Terganggu bila telah terjadi ruptur tuba dan memberikan
gejala-gejala, antara lain :
• Nyeri perut
• Amenorrhea
• Perdarahan per vaginam (dapat juga tidak)
• Syok karena hipovolemia perdarahan (tergantung beratnya
perdarahan)
• Diagnosis : • Tatalaksana :
• Nyeri pada palpasi perut, ● Atasi Shock
perut tegang ● Penghentian perdarahan
• Nyeri goyang portio segera → laparotomi
• Urine b-hCG (+) salpingektomi (memotong
• Kuldosentesis (+) : darah bagian tuba yang
pada kavum douglas (warna terganggu)
merah tua, tidak membeku
setelah diambil
• USG
• Diagnosis pasti :
laparotomi
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
• Hipertensi Gestasional :
Didapatkan desakan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya
pada kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan desakan
darah kembali normal < 12 minggu pasca persalinan.
• Preeklamsi :
Kriteria minimum: Desakan darah ≥ 140/ 90 mmHg setelah umur
kehamilan 20 minggu, disertei dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam
atau dipstick ≥ 1+
• Eklamsi :
Kejang-kejang pada preeklamsi disertai koma
• Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi :
Timbulnya proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil yang
sudah mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul
setelah kehamilan 20 minggu.
• Hipertensi kronik :
Ditemukannya desakan darah ≥ 140/ 90 mmHg, sebelum
kehamilan atau sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak
menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.
Perbedaan Preeklampsia Ringan dan Berat
Abnormalitas Ringan Berat

Tekanan darah diastolik <100 mmHg 110 mmHg atau lebih

Proteinuria Terdeteksi hingga 1+ Persisten 2+ atau lebih

Sakit kepala Tidak ada Ada

Gangguan visual Tidak ada Ada

Nyeri abdomen atas Tidak ada Ada

Oliguria Tidak ada Ada

Kejang (eklampsia) Tidak ada Ada

Kreatinin serum Normal Meningkat

Trombositopenia Tidak ada Ada

Peningkatan enzim hati Minimal Nyata

Restriksi pertumbuhan janin Tidak ada Jelas

Edema paru Tidak ada Ada


● Cara pemberian MgSO4 : ● Cara pemberian MgSO4 :
pemberian melalui Pemberian melalui
intravena secara kontinyu ( intramuskuler secara
dengan menggunakan berkala :
infusion pump) ● Dosis awal :
● Dosis awal :
4 gram MgSO4 ( 20 cc
4 gram ( 20 cc MgSO4 20 % MgSO4 20% ) diberikan
) dilarutkan kedalam 100 cc secara i.v. Dengan
ringer laktat, diberikan kecepatan 1 gram/ menit
selama 15 – 20 menit
● Dosis pemeliharaan
● Dosis pemeliharaan :
Selanjutnya diberikan
10 gram ( 50cc MgSO4 20% MgSO4 4 gram ( 10 cc MgSO4
) dalam 500 cc cairan RL, 40% ) i.m setiap 4 jam
diberikan dengan kecepatan tambahkan 1 cc lidokain 2%
1 – 2 gram/jam ( 20 – 30 pada setiap pemberian i.m
tetes per menit ) untuk mengurangi perasaan
nyeri dan panas.
● Syarat – syarat pemberian MgSO4
1. harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas
10 % ( 1 gram dalam 10 cc ) dibrikan i.v. dalam waktu 3 – 5
menit
2. Refleks patella ( + ) kuat
3. Frekuensi pernafasan ≥ 16 kali per menit
4. Produksi urin ≥ 30 cc dalam 1 jam sebelumnya ( 0,5 cc/Kg
bb/jam )

● Hentikan pemberian MgSO4, ( Siapkan antidotum ) jika :


● Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
● Urin < 30 ml/jam pada hari ke 2
● Jika terjadi henti nafas: Bantu pernafasan dengan
ventilator
● Berikan Kalsium glukonas 2 g (20 ml dalam larutan 10%) IV
perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
● Obat pilihan pada hipertensi dalam kehamilan
● Lini 1: metildopa 2 x 250 mg /hari
● Lini 2 (bila tidak responsif atau HT berat):
● Labetalol: dpt menyebabkan IUGR
● Nifedipin: penurunan TD terlalu drastis
● Hidralazin: dapat menyebabkan trombositopenia
neonatus
● HCT: dapat menyebabkan hipovolemia dan gangguan
elektrolit

● ACE-I (kaptopril) dan ARB (losartan, valsartan)


dikontraindikasikan karena bersifat teratogen (defek pada
jantung, agenesis ginjal)
Hiperemesis Gravidarum
● Definisi, keluhan mual, Grade :
muntah pada ibu hamil • Tingkat 1 :
yang berat hingga lemah,napsu makan↓, BB↓,nyeri
mengganggu aktivitas epigastrium, nadi↑,turgor kulit
sehari-hari. berkurang,TD sistolik↓, lidah
kering, mata cekung.
● Biasanya mulai setelah
minggu ke-6 dan baik • Tingkat 2 :
dengan sendirinya sekitar apatis, nadi cepat dan kecil, lidah
minggu ke-12 kering dan kotor, mata sedikit
ikterik, kadang suhu sedikit ↑,
● Etiologi : Kemungkinan oliguria, aseton tercium dalam
kadar BhCG yang tinggi hawa pernafasan.
atau faktor psikologik • Tingkat 3 :
● Predisposisi :primigravida, KU lebih lemah lagi, muntah-
mola hidatidosa dan muntah berhenti, kesadaran
kehamilan ganda. menurun dari somnolen sampai
koma, nadi lebih cepat, TD lebih
● Akibat mual muntah → turun. Komplikasi fatal
dehidrasi → elektrolit ensefalopati Wernicke :
berkurang, nystagmus, diplopia, perubahan
hemokonsentrasi, aseton mental.Ikterik
darah meningkat →
kerusakan liver
Penatalaksanaan :
❑ Rawat inap ( tingkat 2 & 3 )
❑ Stop intake oral 24 – 48 jam
❑ Infus D10% atau 5% : RL = 2 : 1 ( 40 tetes / menit )
❑ Medikamentosa :
❑ Vit B1, B2, B6 masing – masing 50 – 100mg/hari/infus
❑ Vit B12 200mcg/hari/infus, Vit C 200mg/hari/infus
❑ Chlorpromazine 25 – 50 mg/hari IM
❑ Antiemetik : prometazine 2 – 3 x 25 mg/hari peroral atau
prochlorperazine 3 x 3 mg/hari peroral
❑ Antasida : acidrine 3 x 1 tab/hari peroral
Perdarahan Antepartum

Plasenta Previa Solusio Plasenta Vasa Previa


Plasenta Previa
● Darah warna merah segar, tidak nyeri, janin tidak
distress (DJJ baik). Perdarahan 100 cc yg keluar
darahnya 100cc. Ibu tidak kesakitan. Sering terjadi
pada hamil muda (30%)
● Prinsip: tunggu sampai anak bisa hidup diluar,
indikasi mutlak SC
● Pemeriksaan: USG. Jika perdarahan tidak boleh VT,
inspekulo terlebih dahulu
Solutio Plasenta
● Darah warna gelap/kecokelatan
● Perdarahan banyak namun tidak bisa keluar
● Ibu tampak sangat sakit perut dan pucat
● DJJ janin dapat tidak ada/distress, tidak teraba bagian janin
● Harus SC cito
Vasa Previa
● Dimana pembuluh darah janin melintasi atauberada di dekat
ostium uteri internum
● Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 - 3
tetes larutan basakedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan
terhadap pecah sehingga campuran akantetap berwarna
merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan
segera pecahdan campuran berubah warna menjadi coklat.
● Terapi : SC
PROM/PPROM/KPD
▪ Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane
(PROM) merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Namun, apabila ketuban pecah dini
sebelum usia kehamilan 37 minggu, maka disebut sebagai
ketuban pecah dini pada kehamilan premature atau Preterm
Premature Rupture of Membrane (PPROM)
● Faktor resiko
a) Serviks inkompeten.
b) Ketegangan rahim yang berlebihan : kehamilan ganda,
hidramnion.
c) Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak
lintang.
d) Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian
terendah belum masuk pintu atas panggul, disproposi
sefalopelvik.
e) Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
f) Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada
selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga
memudahkan ketuban pecah.
Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan speculum pada KPD untuk mengambil
sampel cairan ketuban di forniks posterior dan mengambil
sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah
dini adalah :
➢ Pooling : Kumpulan cairan amnion pada forniks
posterior
➢ Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan menjadi biru
➢ Ferning : Cairan dari forniks posterior ditempatkan pada
objek glass dan didiamkan dan cairan amnion tersebut
akan memberikan gambaran seperti daun pakis.
KPD
Konserpatif :
● Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada
Aktif
penyulit (baik pada ibu maupun pada janin) dan
harus di rawat dirumah sakit.
● Kehamilan >37 minggu,
● Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau induksi dengan oksitosin,
eritromicin bila tidak tahan ampicilin) dan bila gagal seksio sesarea.
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
● Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat
Dapat pula diberikan
selama air ketuban masih keluar, atau sampai air misoprostol 50 mg
ketuban tidak keluar lagi. intravaginal tiap 6 jam
● Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in
partu, tidak ada infeksi, tes buss negativ beri maksimal 4 kali.
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin, terminasi pada
● Bila ada tanda-tanda
kehamilan 37 minggu. infeksi berikan antibiotika
● Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu,
tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),
dosis tinggi. Dan
deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. persalinan diakhiri.
● Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi,
beri antibiotik dan lakukan induksi.
● Bila skor pelvik < 5,
● Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda- lakukan pematangan
tanda infeksi intra uterin). servik, kemudian induksi.
● Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan
steroid, untuk memicu kematangan paru janin,
Jika tidak berhasil, akhiri
dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin persalinan dengan seksio
dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2
sesarea
hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam ● Bila skor pelvik > 5,
sebanyak 4 kali.
induksi persalinan, partus
Pada usia kehamilan > 37 minggu :
• Pengelolaan aktif → terminasi kehamilan
➢ Bila belum didapatkan tanda persalinan → misoprostol
intravaginal dan tetes oksitosin; SC bila usaha
pervaginam tidak berhasil
PERSALINAN
Tanda in-partu :
➢ Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur.
➢ Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
➢ Dapat disertai ketuban pecah dini.
➢ Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi
pembukaan serviks.
• Dibagi dalam 4 kala :
➢ Kala I : mulai dari his persalinan sampai pembukaan
cervix lengkap
➢ Kala II : dari pembukaan lengkap sampai lahir bayi
➢ Kala III : dari lahir bayi sampai lahir plasenta
➢ Kala IV : masa 1 jam setelah plasenta lahir
Malpresentasi / Malposisi
● Semua presentasi janin selain vertex.
● Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi
kemungkinan menyebabkan partus lama atau macet
LETAK MUKA
• Sebab tersering : Panggul sempit dan anak
besar
• Tatalaksana :
➢ Diperiksa apakah ada kelainan panggul
➢ Dalam persalinan : dapat lahir spontan
asalkan tidak ada CPD; biasanya partus
lebih lama dengan kemungkinan ruptur
perineum lebih besar; apabila dagu
tidak dapat berputar ke depan,
dilakukan SC
➢ Apabila tidak ada gawat janin dan
persalinan berlangsung dengan
kecepatan normal, maka cukuplah
dilakukan observasi terlebih dahulu
hingga terjadi pembukaan lengkap.
➢ Apabila setelah pembukaan lengkap
dagu berada di anterior, maka
persalinan vaginal dilanjutkan seperti
persalinan dengan presentasi belakang
kepala.
➢ Bedah sesar dilakukan apabila setelah
pembukaan lengkap posisi dagu masih
Distosia Bahu
● Gejala khas : turtle sign
● Penatalaksanaan :
Menggunakan sistem ALARMER :
● Ask for help
● Lift ( Mc Robert Maneuver )
● Anterior disimpaction of shoulder ( supra pubic pressure )
● Rotation of the posterior shoulder ( woodscrew maneuver )
● Episiotomi
● Roll over ( posisi menungging / merangkak )
Jika masih belum lancar, lakukan fraktur klavikula /
simfisiotomi
HPP

< 24 jam > 24 jam


pertama pertama

- Atonia Uteri - Sisa plasenta


- Ruptur Uteri - Infeksi
- Robekan cervix /
jalan lahir
- Retensio plasenta
- Inversio Uteri
- Gangguan Koagulan
Haemorragic Postpartum (HPP) 4T
● Tone: Atonia uteri→ kontraksi uterus lemah. Tatalaksana:
uterotonika (oxytocin, metergin)
● Tissue: Sisa plasenta → jaringan plasenta tidak lengkap. Th/
kuret
● Tear: Laserasi jalan lahir → darahnya merah segar
● Thrombocyte: Gangguan koagulasi → HELLP

Th/ kompresi bimanual, balon, ligasi arteri hipogastrik,


histerektomi
Gejala dan tanda Gejala dan tanda yang Diagnosis
yang selalu ada Kadang-kadang ada kemungkinan

•Uterus tidak berkontraksi dan lembek •Syok Atonia uteri


•Tidak ada penonjolan uterus supra simfisis
•Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan dini)
•Perdarahan segera setelah bayi lahir •Pucat Robekan jalan lahir
•Darah segar •Lemah
• Uterus kontraksi baik •Menggigil
•Plasenta lengkap •Presyok
•Teraba diskontinuitas portio atau dinding vagina
•Plasenta belum lahir setelah 30 menit •Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
•Perdarahan segera berlebihan
•Uterus kontraksi baik •Inversio uteri akibat tarikan
•Perdarahan lanjutan
•Sub-involusi uterus •Anemia Sisa fragmen
•Nyeri tekan perut bawah •Demam (bila terinfeksi) plasenta /
•Perdarahan post partum lanjut Endometritis
(terinfeksi)
•Tidak terdapat penonjolan suprasimfisis ataupun •Neurogenik syok Inversio Uteri
pada perut bawah •Pucat dan limbung
•Uterus tidak teraba saat palpasi
•Lumen vagina terisi massa kenyal dengan
penampakan plasenta bagian fetal dan tali pusat
(bila belum lepas)
ATONIA UTERI
• Kegagalan serabut-serabut otot miometrium
uterus untuk berkontraksi dan memendek
• Faktor resiko : overdistensi uterus (gemeli,
makrosomia, polihidramnion, paritas tinggi),
umur terlalu muda/tua, multipara dengan jarak
kelahiran pendek, partus lama, malnutrisi,
penanganan salah dalam melahirkan plasenta
• Gejala :
➢ Kontraksi uterus lemah/tidak berkontraksi, lunak
➢ Perdarahan per vaginam warna merah tua
➢ Fundus uteri tinggi
➢ Tanda-tanda syok
➢ Pencegahan : manajemen aktif kala III dengan
oksitosin injeksi 10U IM
Atoni
a
Rangsang
Uteri dan
Pijat Uterus
Oksitosin 10 IU
IM dan infus 40
IU dalam 500 ml
NS/RL 40 tetes
Infus untuk
restorasi cairan
dan Perda
jalur obat
esensial
rahan
Transfusi
terus
berla
ngsu
Uteru
ng
s
tidak
berko
ntrak
Kompresisibimanual
Kompresi aorta
abdominalis
Tekan segmen
bawah atau aorta
abdominalis
Beri misoprostol
400 mg rektal
Tidak
berha
sil
Atoni
a
persis
Ligasi
tens
arteri
uteri
Ruptur Uteri
● Spontan
- Karena dindingnya lemah seperti pada luka SC, luka
myoma-enukleasi, hypoplasia uteri
- Karena bagian depan tidak maju seperti
malposisi/malpresentasi, CPD
- Campuran
● Violent
- Trauma
- Karena pertolongan versi dan ekstraksi, ekspressi.
● Gejala :
- His berhenti
- Bagian anak mudah diraba
- BJ anak tidak ada
- Syok
- Nyeri yang hebat ketika kontraksi yang kuat
- Jika lama, seluruh perut akan nyeri dan membesar
● Penatalaksanaan
- Histerektomi
● Operatif pada Inversio Uteri
● Secara Abdominal : - Haultain
: - Huntington
● Secara Vaginal : - Kuster ( fornix posterior )
: - Spinelli ( fornix anterior )
Ruptur Perineum
● Klasifikasi robekan perineum
1.Laserasi epitel vagina/laserasi pada kulit perineum saja
2.Laserasi mencapai otot perineum dengan sfingter ani
baik
3. kerusakan pada otot sfingter ani:
3a: robekan < 50% sfingter ani eksterna
3b: robekan > 50% sfingter ani ekterna
3c: robekan juga meliputi sfingter ani interna
4. robekan sampai ke anus
Retensio Plasenta
● Retensio plasenta dikatakan jika > ½ sesudah bayi lahir.
● Terbagi menjadi :
- Plasenta acreta
- Plasenta increta
- Plasenta percreta
● Penatalakasanaan :
- Bimanual plasenta
- Histerektomi ( selagi mempersiap untuk Op, kita lakukan
kompresi bimanual
Endometritis
● Endometritis: inflamasi atau iritasi endometrium
● Akibat infeksi, seperti chlamydia, gonorrhea, tuberculosis,
atau bakteri normal vagina
● Sering terjadi setelah abortus atau kelahiran (terutama
persalinan lama atau SC), atau prosedur yang melibatkan
uterus (histeroskopi, IUD)
● Gejala: distensi abdomen, perdarahan pervaginam,
keputihan, demam, nyeri perut bawah
● Terapi: antibiotik

Anda mungkin juga menyukai