AHLIDIN NURSIDIQ
NRP. 2713 100 150
Dosen Pembimbing
Sungging Pintowantoro, Ph.D
Fakhreza Abdul, S.T., M.T.
1
TUGAS AKHIR – TL141584
Dosen Pembimbing :
Sungging Pintowantoro, Ph.D.
Fakhreza Abdul, S.T., M.T.
i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ii
FINAL PROJECT – TL141584
Ahlidin Nursidiq
NRP 2712 100 150
Advisor :
Sungging Pintowantoro, Ph.D.
Fakhreza Abdul, S.T., M.T.
iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
iv
v
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
vi
PENGARUH TEMPERATUR REDUKSI TERHADAP
KADAR Ni DAN Fe SERTA MORFOLOGI
AGLOMERAT HASIL REDUKSI BIJIH NIKEL
LATERIT LIMONITIK MENGGUNAKAN METODE
BED BATU BARA
ABSTRAK
Dengan semakin menurunnya cadangan bijih nikel sulfida
saat ini, perhatian mengenai pengolahan bijih nikel laterit semakin
meningkat dalam upaya memenuhi kebutuhan nikel di masa
mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi
proses pengolahan bijih nikel laterit menggunakan metode bed
batu bara. Penelitian ini dilakukan dengan mereduksi bijih nikel
laterit kadar rendah (Limonitik) dengan kadar nikel sebesar
1,25%. Proses reduksi dilakukan menggunakan gas CO hasil
reaksi antara batu bara dengan dolomit. Briket campuran bijih,
batubara, dan Na2SO4 yang dimasukan pada crucible bersama
dengan bed direduksi selama 6 jam pada temperatur 1200 oC, 1300
o
C dan 1400 oC. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa
peningkatan kadar Ni dan nilai recovery Ni tertinggi berada pada
hasil reduksi 1400 oC dengan peningkatan sebesar 3,44%, dan
nilai recovery Ni sebesar 86,75%. Sedangkan peningkatan kadar
Fe dan nilai recovery Fe tertinggi berturut-turut berada pada hasil
reduksi 1300 oC dengan peningkatan sebesar 22,67 % dan 1200 oC
dengan nilai recovery Fe sebesar 89,41 %
Kata Kunci : Nikel Laterit Limonitik, Temperatur Reduksi,
Briket, Bed Batu Bara
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
THE EFFECTS OF REDUCTION TEMPERATURE
TO Ni AND Fe CONTAIN AND THE MORPHOLOGY
OF AGGLOMERATE OF REDUCTED LATERITE
LIMONITIC NICKEL ORE BY COALBED METHOD
ABSTRACT
As the current drop of nickel sulfide ore on earth, the
attention to nickel laterite ore processing was inscreased in order
to fulfill the future nickel demand needs. This research aims to
optimized the process of nickel laterite ore extraction using coal
bed method. This research was conducted by reducing low grade
nickel laterite ore (limonitic) with nickel content of 1,25 %. The
reduction process was carried out using CO gas which formed by
the reaction of coal and dolomite. The Briquette of nickel ore, coal,
Na2SO4 mixtures incorporated in the crucible with bed, then
reduced for 6 hours at the temperature of 1200 oC. 1400 oC, and
1400 oC. The result of the research shown that the highest increase
of Ni content and Ni recovery value was in the reduction
temperature of 1400 oC with the increase of 3,44 %, and the
recovery value of Ni equal to 86,75 %. While the highest increase
of Fe content and Fe recovery value, respectively, was in the
reduction temperature of 1300 oC with the increase of 22,67 % and
1200 oC with Fe recovery value of 89,41 %.
Keywords: Laterite Limonitic Nickel Ore, Reducing
Temperature, Briquette, Coal Bed
ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
x
KATA PENGANTAR
xi
8. Seluruh dosen dan karyawan Departemen Teknik Material
dan Metalurgi FTI-ITS.
9. Teman-teman Lab. Pengolahan Material yang telah
membantu tugas akhir saya selama 1 semester khususnya
kepada Ridwan, Kemplo, Fiqri, Hamzah, Rizki, Bima,
Anggiat, Orlando, Rahmania, Farid dan juga mas-mas
MT14 yang udah banyak memberi saran serta ilmu untuk
tugas akhir saya khususnya Mas Iqbal, Mas Arif, Mas
Bram, Mas Alfian, Mas Dayat, Mas Afri, dan Mas
Mardyanto.
10. Keluarga MT15 yang banyak memberikan saya
pemgalaman berharga selama di Departemen Teknik
Material dan Metalurgi.
11. Dan seluruh pihak yang telah memberikan partisipasi
dalam Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan
kemajuan bersama. Penulis berharap laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik.
Penulis,
Ahlidin Nursidiq
xii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ....................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................... 5
xiii
3.2.3 Batu Kapur ........................................................... 42
3.2.4 Natrium Sulfat ...................................................... 42
3.2.5 Kanji..................................................................... 43
3.2.6 Air ........................................................................ 43
3.2.7 LPG ...................................................................... 44
3.3 Peralatan Penelitian .................................................. 44
3.3.1 Alat Kompaksi ..................................................... 44
3.3.2 Muffel Furnace..................................................... 45
3.3.3 Crucible ............................................................... 46
3.3.4 Timbangan Digital ............................................... 47
3.3.5 Ayakan ................................................................. 48
3.3.6 Thermocouple ...................................................... 48
3.3.7 Blower .................................................................. 49
3.3.8 Oven ..................................................................... 50
3.3.9 Alat Tumbuk ........................................................ 50
3.4 Pelaksanaan Penelitian .............................................. 51
3.4.1 Persiapan Material ............................................... 51
3.4.2 Proses Aglomerasi dan Reduksi ........................... 52
3.4.3 Proses Pengujian Sampel ..................................... 53
3.4.4 Jadwal Rencana Penelitian ................................... 58
3.4.5 Rencana Penelitian ............................................... 59
3.5 Neraca Massa Briket Nikel Laterit Limonitik ........... 59
xiv
4.4.3 Pengaruh Temperatur Reduksi terhadap Nilai
Recovery Unsur Nikel ............................................ 75
4.4.4 Pengaruh Temperatur Reduksi terhadap Nilai
Recovery Unsur Besi .............................................. 77
4.4.5 Pengaruh Temperatur Reduksi terhadap Faktor
Selektivitas pada Proses Reduksi ........................... 79
4.5 Pengaruh Temperatur Reduksi terhadap Fasa di dalam
Briket hasil proses Aglomerasi dan Reduksi .............. 80
4.5.1 Analisis Hasil XRD Briket yang Tereduksi pada
1200 oC.................................................................. 82
4.5.2 Analisis Hasil XRD Briket yang Tereduksi pada
1300 oC.................................................................. 84
4.5.3 Analisis Hasil XRD Briket yang Tereduksi pada
1400 oC.................................................................. 86
4.6 Pengaruh Temperatur Reduksi terhadap Morfologi
Briket hasil proses Aglomerasi dan Reduksi ............. 88
xv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xvi
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR TABEL
xix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Tugas Akhir
Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
2 BAB I PENDAHULUAN
Laporan Tugas Akhir
Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
BAB I PENDAHULUAN 3
Laporan Tugas Akhir
Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
4 BAB I PENDAHULUAN
Laporan Tugas Akhir
Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
BAB I PENDAHULUAN 5
Laporan Tugas Akhir
Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
6 BAB I PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Laporan Tugas Akhir
Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
bijih laterit di dalam kulit bumi dapat berlangsung hingga lebih dari
satu juta tahun. Karena profil bijih nikel laterit tersebut bersifat
dangkal dan berada pada lokasi/area yang sangat luas, penambangan
bijih laterit dilakukan menggunakan metode open-cut. Gambar
berikut menunjukkan distribusi persebaran bijih laterit di seluruh
dunia.
1. Tipe Limonitik; yaitu salah satu tipe bijih nikel laterit yang
kaya kandungan akan logam besi (Fe), tetapi habis di dalam
silika dan magnesium (15-23% atau lebih tingi dari Fe, MgO
< 10%). Lomonite umumnya mengandung senyawa besi
oksida berupa Goethite (α-FeO·OH) sebagai konstituen yang
dominan. Nikel laterit tipe limonite juga biasanya kaya
kandungan logam kobalt (Co) dan krom (Cr). Senyawa besi
oksida yang terkandung di dalam laterit memiliki struktur
kristalin yang buruk dengan ukuran kristal nanometrik dan
memiliki area permukaan yang besar. Karakteristik tersebut
dapat mengakibatkan penyerapan ion dalam jumlah yang
besar, khususnya ion Al3+ dari dalam tanah. Sehingga,
senyawa besi oksida jarang terbentuk dalam bentuk senyawa
murni di dalam laterit, karena ion tersebut dapat mengikat
logam Fe.
2. Tipe Saprolitik; atau yang biasa disebut sebagai Garnietite
atau Serpentine, mengandung sedikit logam besi (Fe), namun
tinggi kandungan magnesium (Fe < 12% dan MgO > 25%).
Salah satu mineral paling penting yang mengandung logam
nikel termasuk dalam kelompok Garnierit berupa mineral
Hydrous Nickel-Magnesium Silicate. Kandungan NiO di
dalam mineral tersebut memberikan profil warna hijau.
Bedasarkan perbandingan (Mg+Ni)/Si, mineral tersebut
dibagi menjadi tiga sub kelompok; yaitu kelompok Serpentine
karena itu untuk menjaga rasio CO/CO2 tetap sama pada tekanan
tinggi, temperatur harus ditingkatkan.
Dilihat dari diagram Ellingham, reaksi reduksi NiO oleh CO
mulai terjadi pada temperatur 440 °C. Sedangkan reaksi reduksi
Fe2O3 dengan gas CO terjadi pada tempetarur 650 °C. Namun kedua
reaksi reduksi ini belum akan terjadi pada temperatur tersebut oleh
gas CO karena reaksi Boudouard baru terjadi pada temperatur diatas
900 °C.
Menurut Li (2011), reaksi reduksi nikel dari laterit terjadi
pada metode deoksidasi solid-state, reduktor gas dan padat
keduanya digunakan. Proses reduksi nikel Ni dipengaruhi oleh
temparatur, waktu reduksi, kadar CO, kadar karbon dan kadar CaO.
Reaksi utama dari nikel oksida menjadi nikel metalik
adalah:
Gambar 2.10. Standard Gibbs Free Energy untuk oksida nikel dan
karbon (Li, 2011)
Fe + S → FeS (2.32)
oleh konveksi, difusi fase gas, serta reaksi kimia dengan gasifikasi
karbon. El-Geassy (2007) menjelaskan bahwa ada banyak faktor
yang mempengaruhi reduksi mineral oksida seperti komposisi bahan
baku, basisitas, komposisi gas, dan temperatur reduksi. Pengaruh
komposisi gas terjadi pada perubahan volume dari mineral oksida
pada temperatur 800 – 1100 °C.
Bijih mineral dapat dianggap tersusun atas butiran-butiran.
Celah diantara butiran-butiran dikenal sebagai pori makro dan pori
yang lebih kecil dikenal sebagai pori mikro. Mekanisme reduksi ore
mineral bertahap melalui langkah-langkah sebagai berikut dan
diilustrasikan Gambar 2.11. (Bogdandy, Von and Engell 1971).
39
Laporan Tugas Akhir
Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
3.2.5. Kanji
Kanji digunakan dalam penelitian ini sebagai pengikat
(binder) dalam pembuatan briket seperti pada Gambar 3.6.
3.2.6. Air
Air digunakan sebagai bahan campuran di dalam proses
pembuatan briket. Air yang digunakan yaitu air ledeng.
3.2.7. LPG
LPG digunakan sebagai sumber bahan bakar pada proses
reduksi bijih nikel di dalam Muffle Furnace. LPG yang digunakan
ditunjukkan pada Gambar 3.7.
3.3.5. Ayakan
Ayakan digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
ukuran butir dari bahan baku yang digunakan sebagai bahan
campuran pembuatan briket. Ayakan yang digunakan berukuran 50
mesh seperti pada Gambar 3.12.
3.3.6. Thermocouple
Thermocouple digunakan untuk mengetahui temperatur di
dalam Muffle Furnace saat proses reduksi.
3.3.7. Blower
Blower digunakan untuk meniupkan udara luar ke dalam
Muffle Furnace. Blower yang digunakan ditunjukkan pada Gambar
3.14.
3.3.8. Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan briket hasil kompaksi
untuk menghilangkan moisture content. Oven yang digunakan
ditunjukkan pada Gambar 3.15.
Briket
Perhitungan :
Weight Loss, % = [(A – B) / A] × 100
(3.2)
Dimana, A = berat sampel yang digunakan (gram)
B = berat sampel setelah pemanasan (gram)
Kemudian persen volatile matter dihitung
Volatile Matter, % = C – D
(3.3)
Dimana, C = Weight Loss (%)
D = Moisture (%)
4.3. Ash
Analisis kadar ash dalam batu bara dilakukan dengan
standard ASTM D 3174-02. Sampel yang digunakan dihaluskan
hingga 250 µm.
Alat :
1. Electric muffle furnace
2. Kapsul porselen atau krusibel platina
3. Tutup krusibel
Prosedur :
1. Memasukkan 1 gram sampel dalam kapsul dan ditimbang
dan tutup. Letakkan kapsul dalam furnace dingin.
Panaskan dengan temperatur 450 – 500 oC selama 1 jam.
2. Memanaskan sampel hingga temperatur mencapai 700–
750oC selama 1 jam. Kemudian lanjutkan pemanasan
hingga 2 jam.
3. Pindahkan kapsul keluar dari furnace, didinginkan dan
timbang.
Perhitungan :
Ash, % = [(A – B) / C] × 100
(3.4)
Dimana, A = berat kapsul, tutup, dan ash (gram)
B = berat kapsul kosong dan tutup (gram)
C = berat sampel yang digunakan (gram)
63
Laporan Tugas Akhir
Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
1. Kalsium Ca 18.015
2. Magnesium Mg 14.30
3. Karbon C 12.6215
4. Oksigen O 55.0635
4,69
4
Kadar Nikel (%)
3
2,99
2
1 1,44
1,25
0
Awal 1200 1300 1400
Temperatur Reduksi (oC)
90
80
70 78,04
Kadar Fe (%)
60 68,26 67,68
50
55,37
40
30
20
10
0
Awal 1200 1300 1400
Temperatur Reduksi (oC)
Tabel 4.5. Perhitungan Massa dan Nilai Recovery Unsur Nikel Hasil
Proses Reduksi
Temp. Massa Massa Massa % Ni % Ni Massa
Reduksi Awal Total Total dalam dalam Akhir
(oC) Ni (gr) Serbuk Metal Metal Serbuk Ni (gr)
(gr) (gr)
1200 0,685 24,23 - - 1,44 0,349
1300 0,685 17,72 - - 2,99 0,530
1400 0,685 20,67 4,87 4,69 1,77 0,594
100
86,75
90
77,35
80
Recovery (%)
70
60 50,94
50
40
30
20
10
0
1200 1300 1400
Temperatur Reduksi (oC)
Gambar 4.5. Pengaruh Temperatur Reduksi terhadap Nilai
Recovery Unsur Nikel
95
89,41
90
Recovery (%)
85
80
75,86
74,75
75
70
65
1200 1300 1400
Temperatur Reduksi (oC)
Gambar 4.6. Pengaruh Temperatur Reduksi terhadap Nilai
Recovery Unsur Fe
4,5
3,84
4
Selectivity Factor
3,5
3
2,5 2,15
2
1,5 1,2
1
0,5
0
1200 1300 1400
Temperatur Reduksi (oC)
Bijih nikel laterit limonitik merupakan salah satu jenis bijih nikel
yang memiliki kadar unsur Fe yang tinggi dalam bentuk fasa
Geothite sebagai fasa dominan, sehingga fasa Forsterite tersebut
terbentuk berupa larutan padat melalui proses substitusi unsur Fe
dengan Mg ke dalam fasa Mg2SiO4 hingga membentuk fasa
(Mg,Fe)2SiO4 yang memiliki kadar unsur Fe tinggi di dalam fasa,
dengan sedikit kandungan unsur nikel di dalamnya. Reaksi
endotermik dehidroksilasi gugus hidroksi dari senyawa Serpentine
(Lizardite) terjadi pada temperatur 750 oC, dan diikuti dengan reaksi
eksotermik pada temperatur 950 oC yang merupakan rekristalisasi
fasa Fosterite. Pada temperatur 750 oC, struktur dari Lizardite dan
Goethite mengalami kerusakan, sehingga temperatur ini merupakan
saat yang tepat untuk melakukan proses benefisiasi nikel karena
struktur dari Lizardite menjadi terbuka terhadap pengaruh luar
(G.W. Brindley, 2009). Tetapi bila dipanaskan lebih lanjut, maka
suatu reaksi endotermik yang cepat akan terjadi pada temperatur
rekristalisasi Fosterite. Dalam kaitannya dengan proses ekstraksi
nikel, pada tahap ini logam nikel dan besi akan sulit untuk direduksi
lebih lanjut karena fasa yang terbentuk akan menjebak logam besi
dan nikel di dalamnya sehingga proses reduksi akan terhambat
(Mackenzie, 2009). Bedasarkan analisis data hasil pengujian XRD
pada Gambar 4.8. di atas, dapat diketahui bahwa briket yang
tereduksi pada temperatur 1200 oC belum menunjukkan adanya fasa
Feronikel yang terbentuk. Hal ini terjadi kemungkinan karena
sebagian logam besi dan nikel terlarut di dalam kristal Fosterite
setelah proses pemanasan. Sehingga unsur nikel dan besi
terepresentasi di dalam fasa Forsterite tersebut, dan diperlukan
temperatur reduksi yang lebih tinggi untuk dapat memecah struktur
kristal Forsterite agar dapat terbentuk fasa Feronikel (Fe,Ni) di akhir
pemanasan.
senyawa ini tidak tertarik oleh magnet dan terbuang bersama dengan
unsur pengotor lainnya membentuk slag. Terbentuknya senyawa
FeS ini juga menyebabkan turunnya recovery unsur Fe dan
meningkatkan kadar unsur nikel seiring dengan bertambahnya kadar
unsur sulfur di dalam briket. Keberadaan unsur Sulfur juga
mendukung pertumbuhan partikel feronikel sehingga dapat
meningkatkan kadar nikel di dalam fasa metalik (Nagata, 1986).
morfologi briket lebih rata dan halus dengan porositas yang lebih
sedikit dibandingkan dengan permukaan morfologi briket yang
tereduksi pada temperatur 1200 oC dan 1300 oC. Dari gambar, dapat
diketahui pula bahwa masih terdapat sejumlah bulatan aglomerat
metal berukuran kecil yang menempel pada permukaan aglomerat
solid yang berukuran lebih besar. Hal ini mengindikasikan bahwa
bulatan-bulatan aglomerat kecil tersebut telah bergerak dan saling
bergabung membentuk suatu aglomerat yang lebih besar, hingga
pada akhirnya terbentuk bongkahan logam/metal dengan ukuran
makro. Diameter bongkahan yang terbentuk di dalam briket yang
tereduksi pada temperatur ini rata-rata berukuran lebih dari 100
mikrometer. Hal ini juga bersesuaian dengan perolehan produk akhir
briket hasil reduksi, dimana pada variabel temperatur ini, terdapat
4,87 gram bongkahan logam berukuran besar dengan kadar unsur
Nikel sebesar 4,69 % dan kadar unsur Fe sebesar 67,68 % di akhir
proses reduksi. Namun demikian, secara umum bedasarkan hasil
penembakan EDX di beberapa spot, rata-rata kadar unsur Fe di
dalam briket yang tereduksi pada temperatur 1400 oC mengalami
penurunan dibandingkan kadar unsur Fe di variabel temperatur
sebelumnya. Hal ini terjadi karena sebagian unsur Fe berikatan
dengan Sulfur hasil proses dekomposisi Na2SO4 membentuk
senyawa Triolite (FeS). Senyawa ini merupakan pengotor, sehingga
senyawa ini tidak ikut bermigrasi dan bergabung dengan bulatan
aglomerat lainnya, dan pada akhirnya akan terbuang menjadi slag di
akhir proses reduksi (Nagata, 1986).
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Temperatur reduksi memengaruhi kadar Nikel (Ni) dan kadar
Besi (Fe) di dalam briket hasil proses aglomerasi dan reduksi.
Kadar unsur Ni tertinggi didapatkan saat briket direduksi pada
temperatur 1400 oC, dengan nilai recovery sebesar 86,75 %.
Sedangkan kadar unsur Fe tertinggi didapatkan saat briket
direduksi pada temperatur 1300 oC, dengan nilai recovery
sebesar 74,75 %.
2. Temperatur reduksi juga memengaruhi bentuk morfologi
briket hasil proses aglomerasi dan reduksi. Semakin tinggi
temperatur reduksi, maka akan semakin banyak nikel metal
yang terbentuk di dalam briket. Sehingga feronikel yang
terbentuk juga akan semakin besar.
3. Dilihat dari nilai peningkatan kadar Nikel yang paling tinggi
serta ukuran dan jumlah feronikel yang terbentuk, maka
temperatur reduksi yang paling optimal adalah 1400 oC.
5.2. Saran
1. Melakukan penelitian mendalam terkait pengaruh temperatur
reduksi dengan variasi temperatur reduksi yang berbeda.
2. Melakukan penelitian dengan menggunakan waktu tahan
reduksi (holding time) yang berbeda.
3. Melakukan penelitian tentang pembentukan pori pada produk
aglomerat.
93
Laporan Tugas Akhir
Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
94 BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Warner, C. Díaz, A. Dalvi, P. Mackey and A. Tarasov, 2006. "JOM
World Nonferrous Smelter Survey,Part III: Nickel: Laterite".
JOM. vol. 58, no. 4, pp. 11-20.
Bergman, R. A., 2003. “Nickel production from low-iron laterite ores:
process descriptions”. CIM Bulletin. Vol. 96, (1072): pp. 127–
138.
Bogdandy, L Von, and H.J Engell. 1971. The Reduction of Iron Ore.
Federal Republic of Germany: Springer-Verlag.
Chatterjee, Amit. 1988. Sponge Iron Production by Direct Reduction
of Iron Oxide. India: PHI Learning Pvt. Ltd.
C. M. Diaz, C. A. Landolt, A. E. M. Varner and J. C. Taylor, 1988. A
Review of Nickel Pyrometallurgical Operations in A. Vahed.
Extractive Metallurgy of Nickel and Cobalt. Chicago: The
Metallurgical Society.
Crundwell, Frank K. 2011. Extractive Metallurgy of Nickel, Cobalt
and Platinum-Group Metals. Amsterdam: Elsevier Ltd.
C. T. Harris, J. G. Peacey and C. A. Pickles. 2009. Thermal Upgrading
of Nickeliferous Laterites-A Review. Sudbury, Ontario,
Canada.
Dalvi, Ashok D, W Gordon Bacon, and Robert C Osborne., 2004 "The
Past and The Future of Nickel Laterites". International
Convention. PDAC 2004: 1-7.
D. A.D., B. W.G. and O. R.C., 2004. "The Past and the Future of Nickel
Laterites". PDAC 2004 International Convention, Trade
Show & Investors Exchange. March 7-10: 44-419.
D. G. E. Kerfoot. 2005. Ullmann's Encyclopedia of Industrial
Chemistry. London: Wiley-VCH.
Diessel.C.F.K., 1992. “Coal – Bearing Depositional Systems”,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.
El-Hussiny, N.A, I.A Nafeaa, M.G Khalifa, S.S Abdel-Rahim, and M.E.H
Shalabi., 2016. "Sintering and Reduction of Pellets of El-Baharia
Iron Ore with Dolomite by Hydrogen". International Journal
of Scientific & Engineering Research: 66-74.
Geerdes, Maarten, Hisko Toxopeus, and Cor van der Vliet. 2009. Modern
Blast Furnace Ironmaking an Introduction. Amsterdam: IOS
Press BV.
G. M. Mudd, 2010. "Global trends and environmental issues in nickel
mining: Sulfides versus laterites". Ore Geology Reviews. vol.
38, p. 9–26.
Gupta, R.C. 2010. Theory And Laboratory Experiments In Ferrous
Metallurgy. New Delhi: PHI Learning Private Ltd.
J. H. Canterford, 1975. “The treatment of nickeliferous laterites”.
Minerals Sci. Eng. vol. 7, no. 1: pp. 3-17.
Jiang, M., Sun, T., Liu , Z., Kou, J., Liu, N., & Zhang, S., 2013.
“Mechanism of Sodium Sulfate in Promoting Selective
Reduction of Nickel Laterit Ore during Reduction Roasting
Process”. International Journal of Mineral Processing: 32-33.
Li, Shoubao. 1999. Study of Nickeliferrous Laterite Reduction. page:
1-8.
M. G. King, July 2005. "Nickel Laterite Technology - Finally a New
Dawn?", JOM. pp. 35-39.
Noviyanti, Jasruddin, and Eko Hadi Sujiono, 2015. "Karakterisasi
Kalsium Karbonat dari Batu Kapur Kelurahan Tellu Limpoe
Kecamatan Suppa", Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika: 169-
172.
Oates, J. A. H. 1998. Lime and Limestone Chemistry and Technology,
Production and Uses. Weinheim, Federal Republic of
Germany: WILEY-VCH Verlag HmbH.
Rhamdhani, M.A., Hayes, P.C., Jak, E, 2009. Nickel laterite Part 1 –
microstructure and phase characterizations during
reduction roasting and leaching in Miner. Process. Extr.
Metall. Rev. 3., Vol. (118), pp. 129–145.
Rodrigues, Filipe Manuel. 2013. "Investigation Into The Thermal
Upgrading of Nickeliferous Laterite Ore". Material Science.
page: 1-10.
Ross, H.U., 1980. Physical Chemistry: Chapter 3 Direct Reduced
Iron Technology and Economics of Productions and Use.
Warrendale: The Iron and Steel Society of AIME
R. R. Moskalyk and A. M. Alfantezi, 2002. "Nickel laterite processing
and electrowinning practice", Minerals Engineering. vol. 15:
pp. 593-605.
Rudi, S.,Prasetyo, A. B., M. S. Wahyu., 2016. “ Peningkatan Kadar Nikel
dalam Laterit jenis Limonit dengan cara Peletasi,
Pemanggangan Reduksi dan Pemisahan Magnet Campuran
Bijih, Batu Bara, dan Na2SO4”. Pusat Penelitian Metalurgi
dan Material – LIPI : 1-7.
S. Agatzini-Leonardou, I. G. Zafiratos and D. Spathis, 2004.
"Beneficiation of a Greek serpentinic nickeliferous ore Part I.
Mineral processing". Hydrometallurgy. vol. 74: pp. 259-265.
Takuda, M, H Yoshikoshi, and M Ohtano., 1973. "Trans." ISIJ : 350.
T. Norgate and S. Jahanshahi, 2010. "Low grade ores – Smelt, leach or
concentrate?". Minerals Engineering. vol. 23: pp. 65-73.
Tyroler, G.P, and C.A Landolt. 1998. Extractive Metallurgy of Nickel
and Cobalt. New York: The Metallurgical Society.
LAMPIRAN
Hematite (Fe2O3)
Nikel oksida (NiO)
2. Batu bara
Dari data pengujian proximate analysis (fixed carbon)
diperoleh konsentrasi 42,35 %.
Dari kadar unsur dalam laterit, maka jumlah Fe2O3 dan NiO
diketahui dengan cara sebagai berikut :
b. Reaksi 2
Fe3O4 + CO → 3FeO + CO2
0,330 mol 0,330 mol 0,991 mol 0,330 mol
Reaksi Boduard
CO2 + C → 2CO
0 mol 0 mol 0 mol
Reaksi gas CO2 hasil reaksi 2 dengan C batu bara
CO2 + C → 2CO
0,330 mol 0,330 mol 0.661 mol
c. Reaksi 3
FeO + CO → Fe + CO2
0,991 mol 0,991 mol 0,991 mol 0,991 mol
Reaksi Boduard
CO2 + C → 2CO
0.165 mol 0.165 mol 0,330 mol
Reaksi gas CO2 hasil reaksi 3 dengan C batu bara
CO2 + C → 2CO
0,991 mol 0,991 mol 1,981 mol
d. Reaksi 4
NiO + CO → Ni + CO2
0.0195 mol 0.0195 mol 0.0195 mol 0.0195 mol
Reaksi Boduard
CO2 + C → 2CO
0 mol 0 mol 1,962 mol → sisa gas CO reaksi 4
Reaksi gas CO2 hasil reaksi 3 dengan C batu bara
CO2 + C → 2CO
0.0195 mol 0.0195 mol 0,0391 mol
Sisa total gas CO = 0,0391 + 1,962 = 2,001 mol
e. Reaksi 5
Semisal diketahui kebutuhan Natrium Sulfat sebesar 10% berat
briket 17,239 gram, maka diperoleh sebesar 0,121 mol.
2Na2SO4 + 7CO → Na2S + Na2O + 7CO2 + S
0,121 0,425 0,061 0,061 0,425 0,061
mol mol mol mol mol mol
Reaksi gas CO2 hasil reaksi 4 dengan C batubara
CO2 + C → 2CO
0,2124 mol 0,2124 mol 0,425 mol
Counts
Limonit 200 Mesh
800
600
400
200
0
20 30 40 50 60 70 80
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Peak List :
Pos. Height FWHM Left d-spacing [Å] Rel. Int.
[°2Th.] [cts] [°2Th.] [%]
21.3319 162.50 0.4684 4.16536 59.17
33.1447 60.69 0.5353 2.70290 22.10
35.6694 105.51 0.2007 2.51717 38.42
36.5204 274.63 0.0502 2.46044 100.00
59.3184 30.95 0.5353 1.55795 11.27
61.4627 34.32 0.5353 1.50864 12.50
77.6681 39.86 0.4015 1.22943 14.51
2. Hasil Uji XRD Batu Kapur Dolomit
Counts
4000 Limestone 200Mesh
3000
2000
1000
0
20 30 40 50 60 70 80
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Peak List :
Pos. Height [cts] FWHM Left d-spacing [Å] Rel. Int. [%]
[°2Th.] [°2Th.]
22.0253 96.98 0.0836 4.03577 2.41
23.0640 20.57 0.2007 3.85633 0.51
24.0750 194.18 0.0669 3.69663 4.82
27.8354 10.58 0.2007 3.20519 0.26
29.4675 241.94 0.1171 3.03127 6.01
30.9404 4025.23 0.1004 2.89025 100.00
33.5214 198.52 0.0836 2.67338 4.93
35.2988 170.14 0.1004 2.54274 4.23
37.3602 380.36 0.0836 2.40704 9.45
39.4620 31.78 0.1338 2.28355 0.79
41.1198 943.84 0.1224 2.19342 23.45
41.2406 491.06 0.0612 2.19271 12.20
43.2661 21.03 0.1632 2.08945 0.52
43.7884 142.23 0.0816 2.06573 3.53
44.9227 494.58 0.1020 2.01617 12.29
45.0616 260.36 0.0612 2.01528 6.47
47.5962 35.20 0.1632 1.90897 0.87
48.5714 49.76 0.1224 1.87290 1.24
49.2485 133.08 0.0816 1.84872 3.31
50.4901 387.48 0.1428 1.80613 9.63
51.0620 566.64 0.1224 1.78724 14.08
51.2255 338.04 0.0612 1.78634 8.40
57.5178 15.27 0.2448 1.60104 0.38
58.8791 102.10 0.1224 1.56723 2.54
59.8041 196.15 0.1428 1.54518 4.87
59.9851 116.90 0.0612 1.54477 2.90
62.0630 12.17 0.4896 1.49425 0.30
63.4062 153.55 0.1020 1.46579 3.81
64.4703 62.17 0.1632 1.44414 1.54
65.1337 66.92 0.2448 1.43103 1.66
66.0429 53.28 0.1632 1.41351 1.32
67.3645 172.51 0.1428 1.38896 4.29
67.6030 82.52 0.1224 1.38808 2.05
70.4225 45.24 0.2448 1.33595 1.12
72.8225 38.38 0.1224 1.29772 0.95
74.6692 43.69 0.2856 1.27014 1.09
76.9099 47.27 0.2040 1.23862 1.17
79.6817 30.40 0.1632 1.20236 0.76
82.5618 31.60 0.3264 1.16756 0.79
84.6788 9.42 0.9792 1.14369 0.23
86.5982 28.35 0.1632 1.12320 0.70
87.8726 83.43 0.2856 1.11017 2.07
89.2212 28.87 0.4080 1.09685 0.72
3. Hasil Uji XRD Briket yang Tereduksi pada 1200 oC
Counts
Spesimen 1 Fe Ni
100
20 30 40 50 60 70 80
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Peak List:
Pos. Height FWHM Left d-spacing Rel. Int.
[°2Th.] [cts] [°2Th.] [Å] [%]
33.4956 64.14 0.4015 2.67538 42.99
35.9958 149.21 0.4684 2.49509 100.00
41.2413 20.21 0.8029 2.18905 13.54
44.9154 23.84 0.5353 2.01815 15.98
49.8246 30.71 0.5353 1.83020 20.58
54.3261 63.75 0.4015 1.68871 42.72
57.4232 32.45 0.8029 1.60478 21.75
62.7665 55.90 0.8029 1.48041 37.46
64.2046 37.12 0.4015 1.45068 24.88
4. Hasil Uji XRD Briket yang Tereduksi pada 1300 oC
Counts
Spesimen 2 Fe Ni
200
100
20 30 40 50 60 70 80
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Peak List:
Pos. Height FWHM d-spacing Rel.
[°2Th.] [cts] Left [Å] Int.
[°2Th.] [%]
21.5260 49.53 0.2007 4.12825 23.56
30.2533 25.10 0.8029 2.95430 11.94
33.4422 138.69 0.1338 2.67953 65.97
35.6753 210.22 0.1338 2.51677 100.00
36.4978 80.27 0.2676 2.46191 38.18
37.3682 76.97 0.2007 2.40655 36.61
43.4038 55.33 0.5353 2.08487 26.32
44.8560 201.41 0.1673 2.02069 95.81
49.6851 25.74 0.8029 1.83501 12.25
54.3539 32.61 0.8029 1.68791 15.51
57.1798 49.86 0.4015 1.61103 23.72
62.7206 83.27 0.2676 1.48138 39.61
82.5070 30.98 0.4015 1.16916 14.74
5. Hasil Uji XRD Briket yang Tereduksi pada 1400 oC
Counts
FeNi 1
600
400
200
20 30 40 50 60 70 80
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Peak List:
Pos. Height FWHM d-spacing Rel. Int.
[°2Th.] [cts] Left [Å] [%]
[°2Th.]
43.3299 104.15 0.4015 2.08825 15.53
44.7256 670.70 0.0669 2.02627 100.00
65.1401 92.29 0.4015 1.43209 13.76
82.4025 131.06 0.5353 1.17038 19.54
E. JCPDS Card
a. 01-073-1519 (Nickel Oxide)
e. 00-003-0812 (Hematite)
f. 00-024-0072 (Hematite)
g. 01-071-6337 (Magnetite)
h. 01-071-3763 (Iron)
i. 01-070-7060 (Forsterite)
Element Wt % At %
CK 02.93 08.94
OK 11.03 25.26
NaK 04.10 06.53
MgK 00.53 00.79
AlK 04.08 05.54
SiK 02.01 02.62
SK 01.32 01.51
CaK 00.76 00.69
CrK 02.30 01.62
MnK 01.24 00.83
FeK 68.26 44.76
NiK 01.44 00.90
2 Hasil EDX Briket yang Tereduksi pada 1300 oC
Element Wt % At %
AlK 09.16 16.48
SiK 03.85 06.65
SK 01.20 01.81
CaK 01.28 01.55
CrK 03.48 03.25
FeK 78.04 67.79
NiK 02.99 02.47
Element Wt % At %
NaK 01.02 01.95
MgK 04.68 08.52
AlK 07.41 12.15
SiK 06.22 09.81
PK 00.36 00.51
SK 04.87 06.73
KK 00.56 00.64
CaK 01.59 01.76
CrK 00.91 00.77
FeK 67.68 53.63
NiK 04.69 03.54
xlix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)