Anda di halaman 1dari 6

LAMA PERSALINAN KALA III DAN PROSES INVOLUSI UTERI

MEMPENGARUHI INISIASI MENYUSU DINI PADA IBU POST PARTUM


Justina Purwarini1,2*, Yeni Rustina3, Yusron Nasution4
1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus Jakarta, Jakarta 10440, Indonesia
2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*Email: atiek96@yahoo.com

Abstrak

Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini merupakan perilaku bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Saat
bayi mulai melakukan hentakan kepala ke dada ibu, sentuhan tangan dan hisapan bayi di puting susu ibu merangsang pengeluaran
hormon oksitosin. Oksitosin diperlukan ibu saat persalinan untuk mencegah terjadinya perdarahan dengan mempengaruhi
rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan juga membantu proses involusi uteri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap lamanya persalinan kala III dan proses involusi uteri pada ibu
post partum. Penelitian ini menggunakan sampel 60 responden, masing-masing kelompok kontrol dan kelompok intervensi 30
responden. Data dianalisa secara univariat dan bivariat menggunakan Chi-Square dan t test independent. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan lamanya persalinan kala III pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi
(p= 0,000; α= 0,05). Penelitian ini juga memperlihatkan adanya perbedaan yang siginfikan proses involusi uteri pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi (p= 0,000; α= 0,05). Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat bagi peningkatan
pelayanan dan pendidikan serta perkembangan ilmu keperawatan dan bagi pengambil kebijakan untuk menggunakan inisiasi
menyusu dini dalam praktek keperawatan profesional.
Kata kunci: Inisiasi menyusu dini, oksitosin, lama persalinan kala III, involusi uteri
Abstract
Early breastfeeding inisiation or the beginning of early breastfeeding is baby’s behaviour where the baby starts to feed by
themselves as soon as they were born. When baby starts to make contact to mother’s breast, the touch of their hands and their
sucking reflex at mother’s nipple stimulate the releasing of oxytocin hormones. Oxytocin is needed when woman is in labour
process to prevent bleeding by making utery to contract more and it will help the birth of placenta and also helping utery
involution process. The aim of this research was to identify the effect of early breastfeeding inisiation to duration of the third-
stage of labor and involution of the uterus process for mother in post partum period. This research design was used for this
study with total samples were 60 patients, divided into control group and intervention group, with each of the group had 30
patients. Data were analyzed with univariat and bivariat using Chi-Square and t test independent. The result of this research
showed that there were a significant difference on duration of the third-stage of labour between control group and intervention
group (p= 0.000; α= 0.05). This research also showed a significant difference on involution of the uterus process between
control group and intervention group (p= 0.000; α= 0.05). This research hopefully will gives benefit for improvement of
nursing care at health institution and nursing education and also for the development of nursing science and for decision
maker to implement early breastfeeding in professional nursing practice.
Keywords: early breastfeeding inisiation, oxytocin, duration of the third-stage of labour, involution of the uterus

Pendahuluan lah melahirkan ialah atonia uteri (kegagalan rahim


berkontraksi setelah melahirkan). Manajemen per-
Perdarahan menjadi salah satu penyebab besarnya salinan kala III penting mencegah komplikasi.
angka kematian ibu bertanggung jawab atas 28%
kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan da- Manajemen aktif persalinan kala III merupakan
lam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan intervensi yang direncanakan untuk mempercepat
atonia uteri (UNDP, 2004). Ripley (1999) juga me- pelepasan plasenta dalam mencegah perdarahan
ngatakan bahwa sebab paling umum dari perdarah- post partum dengan meningkatkan kontraksi ra-
an pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam sete- him sehingga menghindari terjadinya atonia uteri.
98 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No. 2, Juli 2012; hal 97-102

Komponennya adalah: (1) Memberikan obat ute- faktor yang sangat berpengaruh terhadap pe-
rotonika (untuk kontraksi rahim) dalam waktu laksanaan manajemen aktif kala III dalam per-
dua menit setelah kelahiran bayi; (2) menjepit dan tolongan persalinan (Sumantri & Siswishanto,
memotong tali pusat segera setelah melahirkan; 2007).
(3) melakukan peregangan tali pusat terkendali
sambil secara bersamaan melakukan tekanan Salah satu uterotonika yang sering diberikan pa-
terhadap rahim melalui perut. Setelah pelepasan da ibu saat memasuki kala III adalah suntikan ok-
plasenta, memijat uterus juga dapat membantu sitosin. Hormon oksitosin diharapkan dapat me-
kontraksi mengurangi perdarahan (Shane, 2002). rangsang uterus berkontraksi yang juga mem-
percepat pelepasan plasenta. Jika oksitosin tidak
Saat setelah kelahiran bayi dan jam-jam perta- tersedia, merangsang puting payudara ibu dapat
ma pasca persalinan merupakan saat-saat penting dilakukan atau menyusukan bayi guna mengha-
untuk pencegahan, diagnosa, dan penanganan silkan oksitosin alamiah.
risiko perdarahan. Dibandingkan dengan risiko-
risiko lain pada ibu seperti infeksi, maka kasus per- Kontraksi uterus sangat diperlukan untuk pro-
darahan dengan cepat dapat mengancam jiwa. ses involusi yaitu proses kembalinya uterus kepada
Seorang ibu dengan perdarahan hebat akan cepat keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Pro-
meniggal apabila tidak mendapatkan penanganan ses ini dimulai segera setelah plasenta keluar aki-
segera. bat kontraksi otot-otot polos uterus. Biasanya ute-
rus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke ute- ke-9 post partum (Bobak, Lowdermilk, & Jensen,
rus sebanyak 500-800 ml/menit. Jika uterus tidak 2005).
berkontraksi dengan segera setelah kelahiran pla-
senta, maka ibu dapat mengalami perdarahan Salah satu upaya untuk merangsang kontraksi
sekitar 350-500 ml/menit dari bekas tempat me- uterus adalah dengan pemberian ASI secara dini.
lekatnya plasenta. Kontraksi uterus akan mene- Pada proses menyusui, oksitosin memiliki peran-
kan pembuluh darah uterus yang berjalan dianta- an yang besar dalam menghasilkan produksi
ra anyaman serabut miometrium sehingga meng- ASI. Aktifitas oksitosin tidak hanya menyebabkan
hentikan darah yang mengalir melalui ujung-ujung kontaksi otot-otot myoepitelial disekitar alveoli
arteri di tempat implantasi plasenta (Bobak & mammae, tetapi juga memberikan efek pada ref-
Jensen, 2006). lek neuroendokrin, memproduksi analgetik, me-
ngurangi respon stres dan kecemasan, menyebab-
Berdasarkan laporan audit kematian maternal kan kontraksi uterus dan berperan meningkat-
Dinkes Bali (2004), terdapat 55 kasus AKI. Ber- kan perilaku bonding pada ibu dan bayi (Gimpl
dasarkan jumlah tersebut, 34,5% akibat perda- & Fahrenholz, 2001).
rahan saat melahirkan. Salah satu penyebab per-
darahan setelah melahirkan adalah lemahnya Insting dan refleks bayi yang sangat kuat dalam
kontraksi rahim/uterus. Cara mengurangi terjadi- satu jam pertama menghisap diharapkan akan
nya perdarahan saat melahirkan antara lain dengan memberi stimulus bagi kelancaran pemberian ASI
sesegera mungkin menyusui bayi dalam kurun selanjutnya sehingga ASI eksklusif dapat diberi-
waktu 30 menit sampai satu jam setelah lahir. kan. Keuntungan yang didapatkan ibu dari pe-
laksanaan inisiasi menyusu dini adalah saat hen-
Oleh karena itu, untuk meminimalkan terjadinya takan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan
perdarahan saat melahirkan, proses melahirkan bayi di puting susu dan sekitarnya, hisapan dan ji-
harus dibantu oleh tenaga kesehatan yang ber- latan pada puting ibu merangsang pengeluaran
kompeten. Tenaga kesehatan merupakan faktor- hormon oksitosin (Roesli, 2008).
Lama persalinan kala III dan proses involusi uteri mempengaruhi inisiasi menyusu dini (Justina Purwarini, Yeni Rustina, Yusron Nasution) 99

Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh ini- Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 res-
siasi menyusu dini terhadap lamanya persalinan ponden yang terbagi menjadi 30 orang kelompok
kala III dan proses involusi uterus pada ibu post intervensi dan 30 orang kelompok kontrol. RSUD
partum. A dipilih sebagai tempat penelitian dengan ke-
lompok intervensi, sedangkan RSUD B dipilih
Metode sebagai tempat penelitian dengan kelompok kon-
trol. Penelitian dilaksanakan awal Mei sampai
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pertengahan Juni 2008.
dengan menggunakan desain kuasi eksperimen.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan per- Pengumpulan data dilakukan dengan cara pene-
lakuan atau intervensi pada subyek penelitian, liti sebelumnya telah membagi kelompok berkait-
kemudian efek perlakuan diukur dan dianalisis. an menjadi kelompok intervensi dan kelompok
Pemilihan kelompok kontrol dan kelompok in- kontrol. Selanjutnya peneliti melakukan intervensi
tervensi tidak menggunakan tehnik random kare- pada kelompok yang telah ditentukan. Sedang-
na perlakuan yang diberikan berhubungan dengan kan pada kelompok kontrol peneliti tidak mela-
kebijakan institusi kesehatan di tempat penelitian kukan intervensi.
dilakukan.
Lama persalinan kala III dan proses involusi uteri
Dalam penelitian ini pengukuran dilakukan sete- mulai diukur pada saat proses persalinan sampai
lah kelompok intervensi dilakukan inisiasi menyu- dengan 9 hari post partum pada kedua kelompok
su dini, sedangkan pada kelompok kontrol tidak tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan ca-
diberikan perlakuan inisiasi menyusu dini. Pe- ra observasi dan memberikan kuesioner pada res-
ngukuran dilakukan pada kedua kelompok pada ponden. Data dianalisa secara univariat dan biva-
saat proses persalinan khususnya kala III dan se- riat. Pada analisa bivariat digunakan t-test in-
telah persalinan sampai dengan 9 hari post partum. dependent dan Chi-Square.

Tabel 1. Distribusi Rata-Rata Lama Persalinan Kala III Menurut Perlakuan Inisiasi Menyusu Dini

Lama persalinan kala III


Kelompok
n Mean SD p
Kontrol 30 10,80 4,19 0,000

Intervensi 30 5,57 1,55

Hasil deviasi 1,547. Hal ini berarti selisih rata-rata lam-


anya persalinan kala III pada kelompok yang
Distribusi Lama Persalinan Kala III dengan melakukan dan tidak melakukan IMD adalah
Inisiasi Menyusu Dini 5,23 menit.
Tabel 1 memperlihatkan bahwa rata-rata lama-
nya persalinan kala III pada kelompok yang ti- Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ada
dak dilakukan IMD adalah 10,80 menit dengan perbedaan yang bermakna lamanya persalinan
standart deviasi 4,189. Sedangkan untuk lama- kala III dengan pemberian perlakuan inisiasi
nya persalinan kala III pada kelompok yang di- menyusu dini pada kelompok kontrol dan ke-
lakukan IMD adalah 5,57 menit dengan standar lompok intervensi (p= 0,000; α= 0,05).
100 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No. 2, Juli 2012; hal 97-102

Distribusi Responden Menurut Perlakuan Pembahasan


Inisiasi Menyusu Dini dan Proses Involusi Uteri
Rata-rata lama persalinan kala III pada kelompok
Hasil menunjukkan bahwa proporsi responden pa- kontrol adalah 10,8 menit sedangkan pada ke-
da kelompok kontrol dan mengalami proses in- lompok intervensi, rata-rata lama persalinan kala
volusi uteri yang tidak normal 96,7% (29 res- III adalah 5,57 menit. Sesuai dengan studi litera-
ponden), sisanya 3,3% (1 responden) mengalami tur yang diperoleh bahwa pada kondisi normal,
proses involusi yang normal. Sedangkan proporsi kala III biasanya berlangsung 3 sampai 4 menit
responden pada kelompok intervensi dan meng- untuk primipara dan 4 sampai 5 menit untuk mul-
alami proses involusi normal adalah 73,3% (22 tipara. Waktu maksimal yang diperlukan untuk
orang) dan sisanya sebanyak 26,7% (8 responden) melahirkan plasenta adalah 45 sampai 60 menit
mengalami proses involusi yang tidak normal. Ber- (Bobak & Jensen, 2006).
dasarkan hasil perhitungan juga diketahui ada
perbedan proporsi yang bermakna antara perlaku- Plasenta akan sulit lepas pada uterus yang ken-
an IMD dengan proses involusi uteri (p= 0,000; dur karena ukuran permukaan sisi plasenta tidak
α= 0,05) (lihat pada tabel 2). akan berkurang. Waktu yang diperlukan untuk
kala III tergantung dari kontraksi uterus yang
Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini terjadi. Kontraksi ini akan menekan pembuluh
Hasil analisis didapatkan bahwa pada kelompok darah sehingga menghentikan darah yang me-
intervensi rata-rata waktu yang diperlukan bayi ngalir melalui ujung-ujung arteri di tempat im-
untuk berhasil melakukan inisiasi menyusu dini plantasi plasenta. Dengan waktu seminimal mung-
adalah 63,3 menit dengan standar deviasi 13,75. kin untuk plasenta lahir, diharapkan risiko per-
Berdasarkan hasil estimasi interval dapat disim- darahan pada ibu akan semakin berkurang. Hal
pulkan bahwa pada kelompok intervensi 95% di- ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
yakini rata-rata waktu yang diperlukan bayi untuk juga oleh Bilgic, Guler, dan Cetin (2004), yang
berhasil melakukan inisiasi menyusu dini adalah menemukan bahwa inisiasi menyusu dini akan
antara 59,70 sampai dengan 68,17 menit (lihat pada meningkatkan kelahiran plasenta menjadi lebih
tabel 3). awal.

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Perlakuan Inisiasi Menyusu Dini dan Proses Involusi Uteri

Kelompok
Involusi Uter i Kontrol Intervensi p
f % f %
Tidak nor mal 29 96,7 8 26,7 0,000

Normal 1 3,3 22 73,3

Hasil uji t-test independent didapatkan bahwa merangkak di dada ibu, sentuhan tangan di puting
ada perbedaan yang bermakna antara lama wak- susu, dan hentakan kepala bayi pada dada ibu
tu lamanya persalinan kala III dengan perlaku- akan merangsang pengeluaran oksitosin (Roesli,
an inisiasi menyusu dini pada kelompok kontrol 2008).
dan kelompok intervensi (p= 0,000; α= 0,05).
Persalinan kala III terjadi karena adanya kontrak- Pada kelompok kontrol proses involusi uteri normal
si uterus yang di stimulus oleh hormon oksitosin. hanya 3,3% (1 responden) sedangkan pada ke-
Pada proses inisiasi menyusu dini, saat bayi mulai lompok intervensi didapat 73,3% (22 responden).
Lama persalinan kala III dan proses involusi uteri mempengaruhi inisiasi menyusu dini (Justina Purwarini, Yeni Rustina, Yusron Nasution) 101

Untuk analisa bivariat didapatkan hasil adanya kali lebih berhasil untuk ASI eksklusif. Pemberi-
hubungan yang bermakna antara perlakuan ini- an ASI eksklusif juga akan membantu proses
siasi menyusu dini dengan proses involusi uteri involusi uteri ibu post partum.
(p= 0,000; α= 0,05). Hasil penelitian ini didu-
kung dengan uji statistik yang memperlihatkan Hal tersebut bisa disebabkan karena ibu terus
bahwa responden yang mendapatkan perlaku- memberikan ASI, sehingga produksi oksitosin
an memiliki kemungkinan 80 kali lebih besar akan terus dihasilkan dan ini akan berpengaruh
untuk mengalami proses involusi yang normal terhadap kontraksi uterus yang akan mempenga-
dibandingkan dengan responden pada kelompok ruhi proses involusi uteri. Sejalan dengan itu,
kontrol. Labbok (1999) juga berpendapat bahwa menyu-
sui meningkatkan pengeluaran oksitosin yang
Hasil penelitian ini didukung oleh Siswono (2001) menghasilkan proses involusi uteri yang cepat
yang mengatakan bahwa isapan bayi pada payu- dan berkurangnya perdarahan post partum serta
dara merangsang terbentuknya oksitosin oleh insiden anemia post partum.
kelenjar hipofisis. Oksitosin akan membantu in-
volusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan. Pada penelitian ini didapatkan juga bahwa pada
kelompok intervensi rata-rata lama waktu yang
Inisiasi menyusu dini diharapkan akan menja- dibutuhkan bayi untuk dapat mencapai puting
di awal dari berlangsungnya pemberian ASI eks- susu ibu adalah 63,3 menit. Hasil ini sesuai dengan
klusif. Seperti yang dikatakan oleh Fikawati dan pernyataan oleh Roesli (2008) bahwa waktu yang
Syafiq (2003) bahwa bayi yang diberikan ke- dibutuhkan bayi untuk melakukan inisiasi me-
sempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan nyusu dini ± 1 jam.

Tabel 3. Distribusi Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini pada Kelompok Intervensi

Variabel Mean SD 95% CI


Inisiasi Menyusu Dini 63,3 13,75 57,9-68,2

Kesimpulan bagi tenaga perawat perlu lebih disosialisasi-


kan untuk meningkatkan kompetensi profesional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu la- yang mereka miliki dalam meningkatkan kualitas
manya persalinan kala III dan proses involusi pelayanan.
uteri mempengaruhi inisiasi menyusu dini pada
ibu post partum. Hasil penelitian ini juga me- Manajer keperawatan di tatanan pelayanan ke-
nunjukkan bahwa waktu rata-rata yang diperlu- sehatan diharapkan dapat mengembangkan dan
kan bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini, membuat standar asuhan untuk inisiasi menyusu
yaitu bayi mencapai puting susu ibu adalah 63,3 dini (IMD) serta menerapkannya dalam upaya
menit. meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi. Re-
komendasi untuk penelitian lanjut mengenai ini-
Inisiasi menyusu dini menjadi salah satu cara siasi menyusu dini (IMD) dengan memperhatikan
untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. faktor-faktor confounding serta pengambilan sam-
Pasien berhak untuk menerima asuhan yang te- pel yang lebih banyak dan variatif sehingga hasil
pat dan berguna dari tenaga kesehatan. Pendi- yang didapatkan menjadi lebih representatif (AT,
dikan dan latihan tentang inisiasi menyusu dini SW, TN).
102 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No. 2, Juli 2012; hal 97-102

Referensi Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusu dini. Jakarta:


Pustaka Bunda.
Bilgic, D., Guler, H., & Cetin, A. (2004). Does
early breastfeeding decrease the duration third- Shane, B. (2002). Mencegah persalinan pasca
stage of labor and enhance the infant-mother persalinan: Menangani persalinan kala tiga.
interaction. J Turkish German Gynecol Assoc, Diperoleh dari http://www.path.org/files/
5 (3), 208-212. Indonesian_19-3.pdf.

Bobak, M.I., & Jensen, D.M. (2006). Essential Siswono. (2001). Penelitian perkembangan model
of maternity nursing (6th Ed.). Toronto, USA: pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
The C.V. Mosby Company. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.
Fikawati, S., & Syafiq, A. (2003). Hubungan an-
tara menyusui segera dan pemberian ASI eks- Sumantri, D.D., & Siswishanto, R. (2007).
klusif sampai usia 4 bulan. Jurnal Kedokteran Faktor-faktor yang berpengaruh terha-
Trisakti, 22 (2). Jakarta: Fakultas Kedokteran dap pelaksanaan manajemen aktif kala III
Universitas Trisakti. oleh bidan dalam pertolongan persalinan di
kabupaten klaten. Diperoleh dari http://
Gimpl, G., & Fahrenholz, F. (2001). The oxy- www.mkia-kr.ugm.ac.id.
tocin receptor system: Structure, function,
and regulation. The Physiological Rev, 81, United Nations Development Programme (UNDP).
629-683. (2004). Laporan perkembangan pencapai-
an tujuan pembangunan milenium Indonesia.
Labbok, M.H. (1999). Health sequelae of breast- Diperoleh dari www.undp.or.id/pubs/imdg
feeding for the mother. Clin perinatol. 26, 2004/BI/IndonesiaMDG_BI_Goal5.pdf.
491-503.
WHO. (1989). Ten steps to succesfull breastfeed-
Ripley, D.L. (1999). Uterine emergencies: Atony, ing. Diperoleh dari http://BFHI_Revised_section
inversion, and rupture. Obstetrics and Gyne- 2.4.a_transparancies.
cology Clinics of North America, 26, 419-434.

Anda mungkin juga menyukai