Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(Pemeriksaan Parasitologi)
1. PENGANTAR
Pemeriksaan feses yang dilakukan pada modul ini adalah pemeriksaan feses secara
mikroskopis khusus untuk pemeriksaan parasit, sedangkan pemeriksaan secara makroskopis
dan mikroskopis (eritrosit, leukosit) telah dilakukan pada Blok1.4 (Sistim Pencernaan).
Keterampilan ini diberikan pada Blok 2.4 (Gangguan Sistem Pencernaan). Lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk berlatih adalah dua kali pertemuan untuk pemeriksaan feses dan
dua kali pertemuan untuk anal swab. Tempat dilakukannya skill lab ini adalah: di laboratorium
sentral.
m ria
l
2. KOMPETENSI INTI DAN LEVEL KOMPETENSI
2.1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan feses dan anal swab.
.co T
2.2. Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa mampu:
2.2.1. Melakukan pembuatan sediaan feses secara langsung.
nce 8
2.2.2. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan: cacing usus (nematoda, cestoda, dan
trematoda usus) dan protozoa usus.
ua te
2.3. Manfaat
Mahasiswa dapat mengaplikasikan pemeriksaan feses dan anal swab.
w.n ea
3. STRATEGI PEMBELAJARAN
a. Latihan pembuatan sediaan feses secara langsung dan interpretasi hasil dibawah
pengawasan instruktur
ww Cr
b. Responsi
4. PRASYARAT
Mahasiswa yang mengikuti keterampilan pemeriksaan feses dan anal swab adalah
F
1. TEORI
A. FESES
m ria
l
Pada tinja disentri ameba terdapat darah dan lendir di dalam tinja. Diagnosis dibuat
dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika yang harus dicari dalam bagian
tinja yang mengandung lendir dan darah. Di Indonesia disentri ameba harus dibedakan dari
disentri basiler.
.co T
Petunjuk pemeriksaan tinja untuk membedakan kedua penyakit tersebut adalah :
A. PERBEDAAN ANTARA TINJA DISENTRI AMOEBA DAN DISENTRI BASILER
DISENTRI AMOEBA nce 8 DISENTRI BASILER
2
Untuk pemeriksaan cacing usus sebaiknya digunakan eosin/ larutan NaCl fisiologis
- Kelemahan eosin : Warna telur cacing tidak dapat dilihat dengan jelas
l
– inti entamoeba kadang2 samar-samar
m ria
• Sediaan lugol :
– Parasit lebih sukar ditemukan
.co T
– Bentuk vegetatif sukar dikenal
– Inti parasit jelas nce 8
– Benda kromatoid tidak tampak
–
ua te
Sisa organel jelas
– Diagnosis kista
w.n ea
2. PROSEDUR KERJA
ww Cr
A. PEMERIKSAAN FESES
Bahan dan alat : kaca objek, kaca penutup, larutan : air/garam fisiologis/eosin/lugol, lidi
F
3
Pada pewarnaan dengan eosin, cara pembuatan sediaan sama dengan syarat: sediaan
harus tipis, sehingga warnanya, merah jambu muda. Bila warnanya merah jambu tua
atau jingga maka berarti sediaan terlampau tebal.
Pada pewarnaan dengan lugol, cara pembuatan sediaan sama dengan eosin ,hanya
sediaan tidak perlu terlalu tipis. Cara ini dipakai untuk pemeriksaan kista .
Bentuk vegetatif dalam larutan iodium ini menjadi bulat karena mati, sehingga
pemeriksaan bentuk vegetatif menjadi sukar sekali.
m ria
l
Sediaan yang terlalu tebal
Banyak rongga udara
Cairan merembes keluar dari kaca tutup
.co T
B.
a.
ANAL SWAB
Pengertian Anal Swab
nce 8
Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya
ua te
dilekatkan scotch adhesive tape. Pemeriksaan yang menggunakan anal swab ini digunakan
untuk menegakkan diagnosis infeksi Oxyuris vermicularis/Enterobius vermicularis (cacing
kremi).
w.n ea
Penggunaan anal swab dilakukan waktu pagi hari sebelum penderita buang air besar
dan mencuci pantat (cebok). Pada waktu adhesive tape ditempelkan di daerah sekitar peri anal,
telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca
ww Cr
benda dan dibubuhi sedikit dengan toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan empat hari berturut-turut (Lyne and David, 1996).
b. Jenis-jenis metode Anal Swab
F
2. Metode pita plastik perekat (“cellophane tape“ atau “adhesive tape”) (Brooke dan
Melvin, 1969)
Pengambilan spesimen menggunakan alat berupa spatel lidah atau batang gelas
yang ujungnya dilekatkan adhesive tape, kemudian ditempelkan di daerah perianal. Adhesive
tape diratakan di kaca objek dan bagian yang berperekat menghadap ke bawah. Pada waktu
pemeriksaan mikroskopis, salah satu ujung adhesive tape di tambahkan sedikit toluol atau
xylen pada perbesaran rendah dan cahayanya dikurangi (Lynne dan David,1996).
4
3. Metode Anal Swab ( Melvin dan Brooke, 1974)
Pengambilan spesimen menggunakan swab yang pada ujungnya terdapat kapas
yang telah dicelupkan pada campuran minyak dengan parafin yang telah di panaskan
hingga cair. Kemudian swab disimpan dalam tabung berukuran 100 x13mm dan disimpan
dalam lemari es. Jika akan digunakan untuk pengambilan spesimen, swab diusapkan di
daerah permukaan dan lipatan perianal. Swab diletakkan kembali ke dalam tabung.
Waktu melakukan pemeriksaan, tabung yang berisis swab diisi dengan xylen
dan dibiarkan 3 sampai 5 menit, kemudian sentrifuge pada kecepatan 500 rpm selama 1
menit. Ambil sedimen lalu periksa dengan mikroskup (Lynne dan David,1996).
m ria
l
tape (Srisasi G,1998). Teknik penggunaan alat ini ditemukan oleh Graham (1941). Teknik
alat ini termasuk sederhana dalam penggunaannya. Untuk pengambilan spesimen dilakukan
sebelum pasien defekasi atau mandi dan dapat dilakukan dirumah, sedangkan untuk
membantu dalam pemeriksaan dilaboratorium digunakan mikroskup dan sedikit penambahan
.co T
toluen atau xylen (Craig and Faust’s,1970). Xylen atau toluen digunakan untuk memberi
dasar warna untuk telur dan membuat jernih (Brown,1979).
d. Bahan
cellophan tape
tounge spatel (pengganti tangkai es lilin, batang kaca, karton keras, dll)
tabung reaksi (pengganti tabung babu, botol plasti dengan tutup skerup,dll.)
ww Cr
kaca benda
larutan toluene
e. Cara kerja
F
1. Pasang cellophan tape pada batang kaca, tangkai es, dll, dengan bagian yang melekat di
sebelah luar. Dan ikat bagian pangkal dengan karet atau selofan.
PD
5
DAFTAR PUSTAKA
m ria
l
yang diserang. EGC. Jakarta.
7. Neva, A. Franklin, Brown, Harold. W. 1994. Basic Clinical Parasitology. Prentice-Hall
International Inc.
8. Sandjaja B. 2007. Protozoologi Kedokteran . Buku Prestasi Pustaka Publisher.Jakarta.
.co T
9. Zaman, Viqar, 1989. Atlas Parasitologi Kedokteran. Atlas Protozoa, cacing, dan Arthropoda
Penting, Sebagian Besar Berwarna. Edisi II. Penerbit Hipokrates.
nce 8
ua te
w.n ea
ww Cr
F
PD
6
3
1
PD
F
5
ww Cr
GAMBAR PEMERIKSAAN FESES
w.n ea
4
2
ua te
nce 8
6
.co T
m ria
l
7
PD
F
ww Cr
GAMBAR PEMERIKSAAN ANAL SWAB
w.n ea
ua te
nce 8
.co T
m ria
l
8
DAFTAR TILIK PENILAIAN
PEMERIKSAAN FESES II
KETRAMPILAN KLINIK 4 BLOK 2.4 GANGGUAN PENCERNAAN DAN
HEPATOPANKREATOBILIER SEMESTER 4 TA. 2017/2018
l
Nilai
ia
No Aspek yang dinilai
0 1 2 3
1. Menerangkan pada pasien cara pengambilan feses,
com Tr
jumlah dan tujuan
2. Melakukan persiapan alat dengan benar
Melakukan pemeriksaan tinja sediaan langsung :
ce. 8
3. Meneteskan satu tetes larutan ke atas kaca objek
4. Mengambil sedikit tinja dengan lidi dan dicampurkan
dengan tetesan larutan sampai homogen, serta
an e
membuang bagian-bagian kasar
.nu at
5. Menutup dengan kaca penutup
6. Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop pembesaran 10x dan 40x
ww re
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
F
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2 3
1. Menerangkan pada pasien cara pengambilan
sampel, waktu dan tujuan
ia l
2. Melakukan persiapan alat dengan benar
Melakukan pemeriksaan tinja sediaan langsung :
com Tr
3. Keluarkan anal swab dari tabung reaksi
4. Gunting salah satu pangkal anal swab lalu lalu tempel kan
ke kaca benda
ce. 8
5. Kemudian potong ujung lain. Ratakan diatas kaca benda
6. Teteskan toluen melalui pinggir pita selofan, tunggu
beberapa menit
an e
7. Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x dan
.nu at
10x.
8. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan tinja
ww re
secara mikroskopis
w C
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
2 = Dilakukan dengan banyak perbaikan
F
Instruktur Mahasiswa