Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Diabetes melitus adalah suatu sindroma yang ditandai oleh hiperglikemia yang

disebabkan oleh gangguan sekresi dan atau efektivitas insulin, yang disertai

dengan resiko ketoasidosis diabetik atau koma hiperglikemik-hiperosmolar non

ketotik dan sekelompok penyulit lambat seperti retinopati, nefropati , penyakit

arteri koroner dan perifer aterosklerotik dan neuropati perifer dan autonomik.1

Penderita diabetes mellitus dewasa ini terus meningkat seiring dengan

meningkatnya tingkat kemakmuran dan berubahnya gaya hidup.Banyak orang

menganggap penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit orang tua atau

penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan, padahal setiap orang dapat

mengidap penyakit diabetes mellitus baik tua maupun muda. Menurut WHO

(organisasi kesehatan sedunia) tahun 2011 terdapat lebih dari 366 juta orang

dengan penderita diabetes mellitus di dunia. Angka ini akan bertambah menjadi

552 juta orang ditahun 2030.2

Negara berkembang seperti Indonesia menempati urutan ke 4 jumlah

penderita diabetes mellitus di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Pada

tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM

adalah 6,9 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat

di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan

Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau


berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara

(3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%).2

Pengobatan diabetes mellitus adalah pengobatan menahun dan seumur

hidup. Pengobatan diabetes mellitus seperti penggunaan insulin dan obat

antidiabetes oral harganya relatif lebih mahal karena penggunaannya dalam

jangka waktu lama dan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, sebagian masyarakat beralih ke pengobatan tradisional dengan

efek samping yang relatif rendah dan harga yang lebih murah.3

Pengobatan tradisional di Indonesia telah dilakukan sejak zaman dahulu.

Ini disebabkan karena di Indonesia banyak sekali terdapat tanaman yang bisa

digunakan sebagai bahan-bahan baku alami untuk pengobatan. Badan Pengawas

Obat dan Makanan telah menetapkan sembilan tanaman obat unggulan yang telah

diteliti atau diuji secara klinis. Sembilan tanaman obat itu adalah :sambiloto,

jambu biji, jati belanda,cabe jawa, temulawak, jahe merah, kunyit, mengkudu dan

salam.3

Salam atau Eugenia polyantha dikenal masyarakat Indonesia sebagai bumbu

masak karena memiliki keharuman khas yang bisa menambah kelezatan masakan.

Daun salam mempunyai rasa yang kelat dan bersifat astringen. Untuk pengobatan,

memang daunlah yang paling banyak digunakan, tetapi akar, kulit, dan buahnya

pun berkhasiat sebagai obat. Pengobatan secara tradisional menggunakan daun

salam untuk mengobati kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi, gastritis, dan

diare. 4
Eugenia polyantha mengandung tanin, minyak atsiri, seskuiterpen,

triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton, saponin, parthenolide dan karbohidrat.

Selain itu daun salam juga mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C,

vitamin A, Thiamin, Riboflavin, Niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat.5

Kandungan parthenolide sebagai agen anti inflamasi dan anti oksidan pada

daun salam dapat membantu mengatasi penyakit diabetes karena memungkinkan

tubuh untuk memproses insulin secara efisien.5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penilitian ini adalah

Bagaimana Efektivitas Rebusan Daun salam (Eugynia polyantha) terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit (Mus Musculus)?

1.3 Tujuan Penelitian

a) Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas rebusan daun salam (Eugynia polyantha) terhadap

penurunan kadar gula darah pada mencit (Mus Musculus)

b) Tujuan Khusus

(1) Mengetahui kadar gula darah mencit sebelum diberikan rebusan daun

salam

(2) Mengetahui kadar gula darah mencit setelah diberikan rebusan daun

salam

(3) Menganalisis perbedaan kadar gula darah mencit sebelum dan setelah

diberikan rebusan daun salam


1.4 Manfaat Penelitian

(1) Untuk Pendidikan

Diketahuinya manfaat rebusan daun salam dalam menurunkan kadar gula

darah mencit sehingga dapat memperkaya pengetahuan di bidang kesehatan dan

berbagai bidang ilmu lainnya.

(2) Untuk Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pemanfaatan daun salam

di masyarakat sebagai penurun kadar gula darah yang dapat dimanfaatkan dalam

rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secara luas dan merata, memelihara

dan melembagakan warisan budaya bangsa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus

2.1.1 Defenisi

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau

mengalihkan” (siphon). Mellitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau

madu. American Diabetes Association (ADA) 2006, mendefinisikan DM sebagai

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia

kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi

dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan

pembuluh darah6

2.1.2 Epidemiologi

Menurut WHO (organisasi kesehatan sedunia) tahun 2011 terdapat lebih dari

366 juta orang dengan penderita diabetes mellitus di dunia. Angka ini akan

bertambah menjadi 552 juta orang ditahun 2030.2

Negara berkembang seperti Indonesia menempati urutan ke 4 jumlah

penderita diabetes mellitus di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Pada

tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM

adalah 6,9 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat

di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan


Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau

berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara

(3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%Di Indonesia

sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas (2007) dari 24417 responden berusia > 15

tahun , 10,2% mengalami toleransi glukosa tergangggu (kadar glukosa 140-200

mg/dl setelah puasa selama 4 jam diberikan beban glukosa sebanyak 75 gram).2

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi terbaru tahun 2013 oleh American Diabetes Association lebih

menekankan penggolongan berdasarkan penyebab dan proses penyakit. Ada 4

jenis DM berdasarkan klasifikasi terbaru, yaitu :7

1. DM type 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas, kombinasi faktor genetik

imunologi dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan

distraksi sel beta

2. DM type 2 NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Disebabkan oleh resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin

1. Diabetes type spesifik lain

Misalnya : gangguan genetik pada fungsi sel beta, gangguan genetik kerja insulin,

penyakit esokrin pankreas dan yang dipicu oleh obat atau bahan kimia.

2. Gestasional Diabetes Melitus


2.1.4 Faktor Resiko

Penyakit DM bukan merupakan penyakit menular, namun penyakit yang

diturunkan. Namun, bukan berarti mutlak bahwa bila orang tua terkena DM, pasti

anaknya terkena penyakit DM juga. Walaupun kedua orang tua terkena DM

kadang-kadang anaknya tidak terkena DM. namun, bila dibandingkan dengan

kedua orang tua yang normal (tidak ada riwayat DM), penderita DM lebih

cenderung memiliki anak yang akan menderita DM juga.8

Resiko – resiko bagi seseorang yang kemungkinan menderita DM bila

ditemukan kondisi-kondisi berikut ini :8

1. Riwayat kedua orangtua yang mengidap DM

2. Riwayat salah satu orang tua atau saudara kandung terkena penyakit DM

3. Riwayat salah satu anggota keluarga (nenek, kakek, paman, bibi, sepupu)

mengidap penyakit DM

4. Seorang yang gemuk / obesitas (> 20 %, BB ideal) atau indeks masa

tubuh (IMT) > 27 kg/m2

5. Umur diatas 40 tahun dengan faktor yang disebutkan diatas

6. Seseorang dengan tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)

7. Seseorang dengan kelainan profil lipid darah (dislifidema) yaitu

kolesterol HDL < 35 mg/dl, dan / atau trigliserida > 250 mg/dl

8. Seseorang yang sebelumnya dinyatakan sebagai toleransi glukosa

terganggu (TGT) atau gula darah puasa (terganggu) (GDPT)

9. Wanita yang sebelumnya mengalami diabetes kehamilan

10. Wanita yang melahirkan bayi > 4.000 gr


11. Semua wanita hamil 24 – 28 minggu

12. Riwayat menggunakan obat-obatan oral atau suntikan dalam jangka waktu

lama, obat golongan kortikosteroid (untuk pengobatan asma, kulit, rematik dan

lainnya)

13. Riwayat terkena infeksi tertentu antara lain virus yang menyerang kelenjar air

liur (penyakit gondongan), virus morbili. Infeksi virus ini sering dijumpai pada

anak-anak dan penderita yang masih hidup harus setiap hari disuntik insulin

2.1.5 Patofisiologi

Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin, menyebabkan glikogen

meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru (glukoneugenesis) yang

menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi proses

pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma

akan menyebabkan ketonurea (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun serta

pH serum menurun yang menyebabkan asidosis. Defisiensi insulin menyebabkan

penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga kadar gula dalam

plasma tinggi (Hiperglikemia).9

Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul

glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang

meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)

sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori

negatif sehingga menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi). Penggunaan

glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi

menurun, sehingga tubuh menjadi lemah. Hiperglikemia dapat mempengaruhi


pembuluh darah kecil, arteri kecil sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer

menjadi berkurang, yang akan menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena

suplai makanan dan oksigen tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi

dan terjadinya gangguan. Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran

darah ke retina menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina

berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari

perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal,

sehingga terjadi nefropati. Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem

syaraf otonom dan sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati.9

2.1.6 Manifestasi Klinik

Penyakit Diabtes Mellitus ini pada awalnya sering tidak dirasakan dan

tidak disadari oleh penderita. Gejala-gejala muncul tiba-tiba pada anak atau orang

dewasa muda. Sedangkan pada orang dewasa > 40 tahun, kadang- kadang gejala

dirasakan ringan sehingga mereka menganggap tidak perlu berkonsultasi ke

dokter. Penyakit DM diketahui secara kebetulan ketika penderita menjalani

pemeriksaan umum (general medikal check-up). Biasanya mereka baru datang

berobat, bila gejala-gejala yang lebih spesifik timbul misalnya penglihatan mata

kabur, gangguan kulit dan syaraf, impotensi. Pada saat itu, mereka baru

menyadari bahwa dirinya menderita DM. Secara umum gejala-gejala dan tanda-

tanda yang ditemui meliputi ;10,11


A. Gejala dan tanda awal

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal

yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.

b. Banyak kecing (poliuria)

Jika dalam pembuluh darah terdapat banyak glukosa maka konsentrasi

darah akan meningkat, selanjutnya pada aliran darah melalui ginjal terutama pada

daerah tubulus , akan terjadi penurunan reabsorbsi air ke dalam tubuh sehingga

cairan yang dikeluarkan atau urin yang terbentuk menjadi lebih banyak. Proses

inilah yang mendasari terjadinya poliuri.

c. Banyak minum (polidipsia)

Akibat banyak urin yang keluar, kebutuhan air akan semakin meningkat

sehingga klien merasa kehausan dan memerlukan banyak minum (polidipsi).

d. Banyak makan (polifagia)

Penderita sering makan (banyak makan) dan kadar glukosa darah

semakin tinggi, namun tidak dapat seluruhnya dimanfaatkan untuk

masuk ke dalam sel.

B. Gejala Kronis

a. Gangguan penglihatan

Pada mulanya penderita DM ini sering mengeluh penglihatannya kabur,

sehingga sering mengganti kaca mata untuk dapat melihat dengan baik.
b. Gangguan syaraf tepi / kesemutan

Pada malam hari, penderita sering mengeluh sakit dan rasa kesemutan

terutama pada kaki.

c. Gatal-gatal / bisul

Keluhan gatal sering dirasakan penderita, biasanya gatal di daerah

kemaluan, atau daerah lipatan kulit seperti ketiak, paha atau dibawah payudara,

kadang sering timbul bisul dan luka yang lama sembuhnya akibat sepele seperti

luka lecet terkena sepatu atau tergores jarum.

d. Rasa tebal di kulit kaki

Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini

berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang

menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang mengalami

hipertropi, pada sel–sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki

yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah–daerah yang terkena trauma.

e. Gangguan fungsi seksual

Gangguan ereksi / disfungsi seksual / impotensi sering dijumpai pada

penderita laki-laki yang terkena DM, namun pasien DM sering menyembunyikan

masalah ini karena terkadang malu menceritakannya pada dokter.

f. Keputihan

Pada penderita DM wanita, keputihan dan gatal merupakan gejala yang

sering dikeluhkan, bahkan merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan. Hal ini

terjadi karena daya tahan penderita DM kurang, sehingga mudah terkena infeksi

antara lain karena jamur.


2.1.7 Diagnosis dan Pemeriksaan

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan

adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM, antara lain :10

a.Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polifagia, dan penurunan berat badan

yang tidak dijelaskan sebabnya.

b.Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur

dan disfungsi ereksi pada laki-laki serta pruritus vulva pada perempuan.

Selain dengan keluhan, diagnosa DM harus ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan kadar glukosa darah dengan cara enzimatik dengan bahan darah

plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler

sesuai kondisi dengan memperhatikan angka -angka kriteria diagnostik yang

berbeda sesuai pembakuan WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil

pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah

kapiler
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan

Diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar Plasma Vena <100 100-199 ≥ 200


Glukosa Darah Kapiler
<90 90-199 ≥ 200
Darah

Sewaktu

Kadar Plasma Vena < 100 100-125 ≥ 126


Glukosa Darah Kapiler
<90 90-99 ≥ 100
Darah Puasa

Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosa DM adalah :

a.Didahului dengan adanya keluhan-keluhan khas yang dirasakan dan dilanjutkan

dengan pemeriksaan glukosa darah.

b.Pemeriksaan glukosa darah menunjukkan hasil : pemeriksaan glukosa darah

sewaktu ≥ 200 mg/dl (sudah cukup menegakkan diagnosis), pemeriksaan

glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl (patokan diagnosis DM).

Kriteria Diagnosis DM

1.Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/L)

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari

tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.


2.Gejala klasik DM+Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7.0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.Atau

3.Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/L)TTGO

dilakukan dengan standart WHO, menggunakan beban glukosa yang setara

dengan 75gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

Untuk kelompok tanpa keluhan DM, hasil pemeriksaan glukosa darah

yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosa

DM. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka

abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah

sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau hasil tes toleransi glukosa oral

(TTGO) didapatkan kadar glukosa darah setelah pembebanan ≥ 200 mg/dl.

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis

(jangka panjang) :10,11,12,13

1. Kompliksi akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan

berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka waktu

pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah :

a. Diabetes Ketoasidosis (DKA)

Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari


suatu pengalaman penyakit DM. Diabetik katoasidosis disebabkan oleh tidak

adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.

b. Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHN)

Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh

hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.

Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosik dan

asidosis pada KHN.

c. Hipoglikemia

Terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7

hingga 3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat teerjadi akibat pemberian insulin atau

preparat oral yang berlebihan konsumsi makan yang terlalu sedikit atau karena

aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau

malam hari.

2. Komplikasi kronis

Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di

seluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 :10,11

1) Mikrovaskuler

Penyakit mikrovaskuler diabetik (mikroargiopati) ditandai oleh penebalan

membran basalis pembuluh kapiler. Membran basalis mengelilingi sel-sel endotel

kapiler. Ada dua tempat dimana gangguan fungsi kapiler dapat berakibat serius.

Kedua tempat tersebut adalah mikrosirkulasi retina mata dan ginjal.


a) Penyakit ginjal

Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah

perubahan pada struktural dan fungsi ginjal, bila kadar glukosa dalam darah

meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang

menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine.

b) Penyakit mata

Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan,

keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan neuropati. Katarak disebabkan

karena hiperglikemia yang berkepanjangan, menyebabkan pembengkakan lensa

dan kerusakan lensa.

c) Neuropati

Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom

medulla spinallis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan perubahan-

perubahan metabolik lain dalam sintesa fungsi myalin yang dikaitkan dengan

hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf. Neuropati diabetes

mengacu kepada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe syaraf,

termasuk syaraf perifer (sensori motor), otonom, dan spiral. Neuropati perifer

sering mengenai bagian distal serabut syaraf, khususnya syaraf ekstremitas

bawah. Kelainan ini mengenai kedua sisi tubuh dengan distribusi yang simetris

dan secara progresif dapat meluas ke arah proksimal.

Gejala permulaan adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan, atau

peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada malam hari). Dengan

bertambahnya lanjutannya neuropati, kaki terasa baal (patirasa). Penurunan


sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko mengalami

cidera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.

2) Makrovaskuler

a) Penyakit jantung koroner

Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes maka terjadi

penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya ke seluruh tubuh sehingga

tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah

menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan resiko penderita

penyakit jantung koroner atau stroke.

b) Pembuluh darah kaki

Timbul karena adanya anesthesis fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini

menyebabkan gangren infeksi dimulai dari celah celah kulit yang mengalami

hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan halus demikian juga pada

daerah-daerah yang terkena trauma.

c) Pembuluh darah ke otak

Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai

darah ke otak menurun.

2.1.9 Penatalaksanaan

Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan

keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi.

Secara garis besar pengobatannya dilakukan dengan :10,1

1) Diet

Disesuaikan dengan keadaan penderita.


Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes

diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :

a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misal : vitamin dan mineral)

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c. Memenuhi kebutuhan energi

d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan

kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.

e. Menurunkan makan pada penderita DM

2) Obat-obatan

Obat antidiabetik oral, dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. Golongan sulfonilurea

1) Cara kerja :

a) Merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin, jadi hanya

bekerja bila sel-sel beta utuh

b) Menghalangi pengikatan insulin

c) Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin

d) Menekan pengeluaran glukogen

2) Indikasi

a) Bila BB ideal ± 10% dan BB ideal

b) Bila kebutuhan insulin < 40 u/hr

c) Bila tidak ada stress akut, misal: infeksi berat / operasi


d) Dipakai pada diabetes dewasa, baru dan tidak pernah ketoasidosis

sebelumnya

3) Efek samping

a) Mual, muntah, sakit kepala, vertigo dan demam

b) Dermatitis, pruritus

c) Lekopeni, trombositopeni, anemia

4) Kontra indikasi

Penyakit hati, ginjal dan thyroid

b. Golongan biguanid

Tidak sama dengan sulfonilurea, karena tidak merangsang sekresi insulin.

1) Menurunkan kadar GD menjadi normal dan istimewanya tidak

menyebabkan hipoglikemia

2) Cara kerja belum diketahui secara pasti, tetapi jelas terdapat:

a) Gangguan absorbsi glukosa dalam usus

b) Peningkatan kecepatan ambalan glukosa dalam otot

c) Penurunan glukoneogenesis dalam hepar

3) Efek samping :

a) Nausea

b) Muntah

c) Diare

c. Insulin

1) Indikasi

a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM / NIDDM)


dalam keadaan ketoasidosis

b) Diabetes yang masuk dalam klasifikasi IDDM yaitu juvenile

diabetes

c) Penderita yang kurus

d) Bila dengan obat oral tidak berhasil

e) Kehamilan

f) Bila ada komplikasi mikroangiopati, misal: retinopati / nefropati10

2) Jenis insulin

a) Yang kerjanya cepat: reguler insulin (RI) masa kerja 2-4 jam

b) Yang kerjanya sedang : NPH dengan masa kerja 6-12 jam

c) Yang kerjanya lambat : protamine zinc insulin (PZI) monotard

ultralente (MC) masa kerja 18-24 jam

3) Efek samping

a) Lipodistrofi : atrofi jaringan subkutan pada tempat penyuntikan

b) Hipoglikemia : dosis insulin berlebih atau kebutuhan insulin yang

berkurang

c) Reaksi alergi

d) Resistensi terhadap insulin


2.2 Tinjauan Umum Tentang Tanaman Daun Salam (Euginia polyantha)

2.2.1 Morfologi

 Kingdom: Plantae
 Subkingdom: Tracheobionta
 Super Divisi: Spermatophyta
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Sub Kelas: Rosidae
 Ordo: Myrtales
 Famili: Myrtaceae
 Genus: Syzygium
 Spesies: Syzygium polyanthum Wigh Walp

Tanaman salam termasuk dalam family Myrtaseae, dengan nama spesies

Syzygium polyanthum (Wight) Walp., merupakan pohon bertajuk rimbun, tinggi

sampai 25 m. Daunnya bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai

elips, atau bulat telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai

tumpul, panjang 5-15 cm, lebar 35-36 mm, terdapat 6-10 urat daun lateral,

pangkal daun 5-12 mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau

harum. Bila musim berbunga, pohon akan dipenuhi bunga. Kelopak bunga

berbentuk cangkir yang lebar, ukurannya lebih kurang 1 mm. Mahkota bunga

berwarna putih, panjang 2,5-3,5 mm, benang sari terbagi dalam 4 kelompok,

panjang 3 mm, berwarna kuning lembayung. Buah buni berwarna merah gelap,

berbentuk bulat dengan garis tengah 8-9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga

yang sangat pendek.15


2.2.2 Ekologi dan Penyebaran

Pohon salam tumbuh di Birma, ke arah selatan sampai Indonesia. Di Pulau

Jawa tumbuh di Jawa Barat sampai Jawa Timur pada ketinggian 5-1.000 m di atas

permukaan laut. Pohon salam dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan

dengan ketinggian 1.800 m; banyak tumbuh di hutan maupun rimba belantara4

2.2.3 Kandungan dan Khasiat

1) Kandungan daun salam

Kandungan senyawa aktif dalam daun salam yang mendatangkan manfaat

kesehatan adalah minyak asiri yang mengandung sitral, seskuiterpen, lakton,

eugenol, dan fenol. Senyawa lain yang terkandung dalam daun salam antara lain

saponin, triterpen, flavonoid, tanin, polifenol, dan alkaloid.15

2) Khasiat dan Manfaat daun salam

Daun salam biasa digunakan sebagai bumbu dapur , pewarna jala, atau anyaman

bambu. Namun, beberapa referensi menyebutkan bahwa daun salam dapat

digunakan sebagai terapi kesehatan seperti obat diare, hipertensi, maag , diabetes

melitus , sakit gigi, penurun kadar kolesterol , dan penurun kadar asam urat.15

a. Flavonoid – Penghalau penyakit hipertensi, diabetes, asam urat

Flavonoid dalam daun salam berfungsi sebagai antioksidan yang mampu

mencegah terjadinya oksidasi sel tubuh. Semakin tinggi oksidasi sel dalam tubuh,

maka semakin tinggi kemungkinan seseorang untuk menderita penyakit

degeneratif. Kandungan flavonoid pada daun salam dapat digunakan untuk

mencegah terjadinya hipertensi, menurunkan kadar kolesterol tubuh, menurunkan

kadar gula darah dan menurunkan kadar asam urat.Senyawa dalam flavonoid ini
berbentuk glikosida dan mampu bertindak sebagai penangkal radikal hidroksil

yang kinerjanya sama seperti amygdalin. Hal inilah yang menjadikan daun salam

bersifat diabetogenik atau menurunkan kadar gula dengan baik.15,16

b. Quercetin, Penangkal Hiperlipidemia

Sebuah studi preklinis yang dilakukan oleh Luh Tut Martina, mahasiswa

dari Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro menemukan bahwa pemberian

ekstrak daun salam selama 15 hari pada hewan coba yang menderita

hiperlipidemia dapat menurunkan kadar LDL hewan coba tersebut. Kejadian

akibat adanya kandungan quercetin yang terkandung dalam flavonoid daun salam.

Quercetin dalam daun salam diduga berperan sebagai antioksidan dan bekerja

menurunkan kolesterol dalam tubuh.15

c. Tanin, Pembunuh Bakteri Penyebab Sakit Gigi

Streptococcus sp. merupakan salah satu mikroorganisme yang banyak

ditemukan dalam rongga mulut dan merupakan bakteri penyebab awal proses

karies gigi. Sebuah studi dilakukan oleh Agus Sumono dan Agustin Wulan SD

terhadap 50 pasien di RS Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Jember. Dalam Majalah Farmasi Indonesia tahun 2009, Agus dan Agustin

menyampaikan bahwa air rebusan daun salam dapat digunakan untuk mengurangi

jumlah bakteri Streptococcus sp dalam rongga mulut pasien. Senyawa aktif yang

dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus sp. adalah tanin. Tanin merupakan

bahan aktif yang memiliki efek anti inflamasi dan anti mikroba.15
2.3 Tinjauan Umum Tentang Mencit(Mus musculus)

2.3.1 Klasifikasi Mencit

Klasifikasi ilmiah pada mencit , yaitu:(17)

 Kerajaan : Animalia

 Filum : Chordata

 Kelas : Mammalia

 Ordo : Rodentia

 Famili : Muridae

 Upafamili : Murinae

 Genus : Mus

 Spesies : Mus musculus

Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang

berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai

hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang

kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai

mamalia terbanyak kedua di dunia, setelah manusia.Mencit sangat mudah

menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya

yang hidup liar dihutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di

perkotaan. Mencit merupakan hewan yang jinak, lemah, mudah ditangani, takut

cahaya dan aktif pada malam hari.(17)

Ciri khas dari mencit yaitu kulit, rambut tidak berpigmen sehingga

warnanya putih, mencit lebih tahan lama terhadap penyakit dan lebih jinak.
Semua hewan termasuk mencit dapat tumbuh lebih cepat pada waktu masih muda,

sejak terjadinya pembuahan, sampai lahir dan sampai mendekati dewasa tubuh,

kecepatan pertumbuhan semakin berkurang dengan bertambahnya umur dan

akhirnya pertumbuhan terhenti.(17)

Gambar 2.4. Mencit (Mus musculus)(17)

Mencit sering digunakan sebagai sarana penelitian biomedis, pengujian

dan pendidikan. Kaitannya dengan biomedis, mencit digunakan sebagai model

penyakit manusia dalam halgenetika. Hal tersebut karena kelengkapan organ,

kebutuhan nutrisi, metabolisme, dan biokimianya cukup dekat dengan manusia.(17)


2.4 Kerangka Teori
Defenisi Faktor resiko
Mencit
Epidemiologi Patofisiologi

Klasifikasi Gejala

Diabetes Melitus Komplikasi Penatalaksanaan

GDS: ≥ 200
Glukosa Daun Salam
GDP : ≥ 126

Flavonoid Quercetin

Tanin
GDS : <100
Glukosa
GDP :<100

: Tidak Diteliti

: Akan Diteliti

2.5 Kerangka Konsep

Kadar Gula Darah Kadar Gula Darah


Tinggi Turun

Rebusan Daun
Salam

= Variabel dependent

= Variabel Independent
2.6 Hipotesis

Ada pengaruh pemberian rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan


darah pada mencit
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Design Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental pre and post

control dengan menggunakan hewan coba (probandus). Hewan coba yang

digunakan adalah mencit (Mus musculus) untuk mengetahui efek rebusan daun

salam (Euginia polyantha) terhadap kadar gula darah pada mencit yang diinduksi

fruktosa 20% dalam 50 ml air sehingga menjadi hiperglikemia.

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian di lakukan di laboratorium fakultas kedokteran UMI dengan

waktu penelitian yang di sesuaikan.

3.3 Populasi dan Sampel

Hewan uji yang dipakai adalah 15 ekor mencit (Mus musculus) jantan

dengan kadar gula darah glukosa darah puasa >109 mg/dl.. Teknik sampling yang

digunakan adalah teknik total sampling atau menggunakan seluruh populasi

sebagai sampel penelitian

3.3.1 Kriteria Inklusi

1. Mencit jantan dengan berat 7-40 gram

2. Mencit jantan umur 2-12 bulan

3. Mencit dengan kadar gula darah puasa >109 mg/dl

3.3.2 Kriteria Eksklusi

1. Mencit yang mati

2. Mencit yang mengalami penurunan berat badan


3. Mencit dengan kadar gula darah normal

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Independen

Variabel ini berupa rebusan daun salam (Euginia polyantha)

b. Variabel Dependen

Variabel ini berupa kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah

pemberian rebusan daun salam

c. Variabel Kendali

Variabel ini berupa kondisi kandang dan pakan mencit yang sama.

d. Variabel Antara

Variabel ini berupa perubahan kadar glukosa darah mencit.

3.5 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

a) Rebusan Daun Salam

Rebusan daun salam yaitu , rebusan dari 10 lembar daun salam yang

direbus dalam air sebanyak 4 gelas air hingga bersisa menjadi sekitar 2 gelas saja

kemudian didinginkan.18

b) Kadar Gula Darah

Kadar glukosa darah adalah hitungan glukosa dalam darah. Nilai normal

glukosa darah puasa mencit berkisar Antara 50-109 mg/dl, lebih dari itu dapat

dinyatakan hiperglikemik.19 Kadar glukosa darah diambil dengan membuat


perlukaan di bagian vena caudalis dan diukur dengan glucometer EasyTouch GCU

Multi-Function Monitoring System dan test strip glukosa.

3.6 Alur Penelitian


Hari 15 mencit diadaptasikan dan diberikan pakan serta minum
ke-1

Hari Pengukuran kadar glukosa darah masing-masing mencit, untuk


ke-8 memastikan kadar glukosa darah mencit normal
Sebelumnya mencit dipuasakan selama enam jam

Induksi hiperglikemia dengan pemberian Pemberian


Hari
larutan fruktosa 20% dalam air minum 50 pakan standar
ke-8
ml per hari selama 6 minggu

Hari Pengukuran kadar glukosa darah masing-masing tikus, untuk


ke-52 memastikan mencitkini sudah dalam keadaan hiperglikemia
Sebelum pengukuran, mencitdipuasakan selama enam jam

Pembagian kelompok tikus

Pemberian
Kelompok I Kelompok II Kelompok III pakan dan
5 mencit 5 mencit 5 mencit minum
hiperglikemi
hiperglikemi hiperglikemi standar
a a

Hari Pemberian Pemberian Pemberian


ke-52- plasebo (NaCl rebusan daun rebusan daun Pemberian
80 fisiologis 0,5 salam 2 salam 4 pakan dan
ml/hari) ml/kgBB/hari ml/kgBB/hari minum
) standar

Hari
Mencit dipuasakan 6 jam
ke-81

Pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus

Pengolahan data, evaluasi dan pembuatan laporan


3.7 Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan mencit sebanyak 15 ekor yang diadaptasikan

selama seminggu di laboratorium dengan dikandangkan secara memadai pada

suhu lingkungan normal dengan siklus 12 jam siang dan 12 jam malam dan

diberikan pakan standar serta minum secara ad libitum. Masing-masing mencit

diambil sampel darah dari vena ekor dan diukur kadar glukosa darahnya dengan

menggunakan glukometer untuk memastikan semua mencit memiliki kadar

glukosa darah normal sebelum diberi perlakuan. Kadar glukosa darah puasa

normal pada mencitdalam rentang antara 50-109 mg/dl.19

Tiap mencit yang telah dipastikan kadar glukosa darahnya normal

diberikan pakan standar dan diberikan air minum berupa larutan fruktosa 20%

sebanyak 50 ml untuk menginduksi kondisi hiperglikemia selama enam minggu.

Kadar glukosa darah kembali diukur enam minggu paska penginduksian fruktosa

untuk memastikan mencit sudah dalam keadaan hiperglikemia. Sebelum diukur

kadar glukosa darah, mencit dipuasakan selama enam jam. Mencit dengan

hiperglikemia dibagi menjadi tiga kelompok secara acak sederhana lalu

dikandangkan per kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 tikus.

Kemudian dari tiap kelompok diberikan perlakuan sebagai berikut:

a. Kelompok I : Diberikan pakan dan minum standar serta plasebo (larutan garam

fisiologis 0,9% sebanyak 0,5 ml/hari) selama 4 minggu.

b. Kelompok II : Diberikan pakan dan minum standar serta diberikan rebusan

daun salam sebanyak 2 ml/kgBB/hari selama 4 minggu.


c. Kelompok III : Diberikan pakan dan minum standar serta rebusan daun salam

sebanyak 4 ml/kgBB/hari selama 4 minggu. Pemberian plasebo dan rebusan daun

salam dilakukan secara oral melalui sonde.

Pengukuran glukosa darah kembali dilakukan pada minggu keempat

setelah perlakuan. Masing-masing mencit dipuasakan selama enam jam sebelum

dilakukan pengukuran kadar glukosa darah. Selama masa tenggang mencit

diberikan pakan dan minum standar secara ad libitum.

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data dengan statistik, data yang diperoleh adalah berupa kadar

glukosa darah mencit yang diperiksa. Normalitas data diuji dengan uji Saphiro-

Wilks dan dengan uji One-way ANOVA untuk analisis nilai rata-rata perubahan

kadar glukosa darah.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.00 for windows.

True confidences uji ini adalah 95%, sehingga jika p < 0,05 maka dapat

disimpulkan terdapat perbedaan bermakna.20,21

3.9 Etika Penelitian

Hal- hal yang terkait dengan Etika penelitian ini adalah:

3.9.1 Menyertakan surat izin penelitian kepada pihak Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia.

3.9.2 Menyertakan surat izin dari fakultas kedokteran dan pembimbing kepada

laboratorium yang akan di gunakan untuk meneliti.


Daftar Pustaka

1. Robert Berkow , Andrew J. Fletcher. 2000. The Merck Manual Jilid 2. Edisi 16.

Jakarta : Binarupa Aksara.

2.http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-

melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html

3. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kandungan kimia sembilan tanaman

obat unggulan. [Online]. 2004 .Available from: URL:http://www.beritabumi.or.id

4. Dalimartha S. 2000. Atlas tumbuhan obat Indonesia. Jilid 2. Jakarta: Trubus

Agriwidya.

5. Herliana E. 2013. Diabetes Kandas Berkat Herbal. Jakarta : Fmedia.

6. Elizabeth J. Corwin (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya

Media

7. ADA. 2013All About Diabetes .http://diabetes.diabetesjournals.org/

8. Karyadi ,Elvina .2002 Kiat Mengatasi Penyakit Diabetes, Hipercolesterolemia,

Stroke. Jakarta : PT Inti Sari Mediatama

9. Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC

10. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid

3. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI


11. Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah 2 Suatu Pendekatan

Proses Keperawatan. Bandung : Yayasan IAIP

12. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Ed 8. Vol 2. Jakarta : EGC

13. Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8.,
Jakarta: EGC.

14. Tjay, T.H., Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

15. Prapti, Utami., Puspaningtyas, D.E. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta :
Agromedia pustaka

16. Nurcahyati, Erna. 2014. Khasiat Dahsyat Daun Salam. Jakarta : Jendela
Sehat

17. Amori G. Mus musculus. 2007 IUCN Red List of Threatened Species; 2007
Retrieved March 23rd 2015. Available from:
http://www.iucnredlist.org/details/13972/0.

18. Andareto, Obi. Katalog dalam terbitan kesehatan, Apotik Herbal di Sekitar
Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta: 2015.

19. Rachael G. Normal Rat Blood Glucose Level.c2010 [cited 2010 May 5].

Available from: http://www.ehow.com.

20. Dahlan, Sopiyudin. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto; 2008.

21. Dahlan, Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika; 2009.

Anda mungkin juga menyukai