KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : SKEP/003/1/2005
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PERANCANGAN RINCI
KONSTRUKSI LANDAS PACU (RUNWAY), LANDAS
HUBUNG (TAXIWAY), SAN LANDAS PARKIP (APROW} |
PADA BANDAR !!DARA DF INDONESZA
DIREKTORAT 3ENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Tahun 2005KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : SKEP/ 003 / I / 2005
Tentang
PEDOMAN TEKNIS PERANCANGAN RINCI KONSTRUKSI
LANDAS PACU (RUNWAY), LANDAS HUBUNG (TAXIWAY), DAN
LANDAS PARKIR (APRON) PADA BANDAR UDARA DI INDGNESIA
Menimbang :
Mengingat
bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 70 Tahun
2001 tentang Kebandarudaraan dan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor : KM 48 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum telah diatur
ketentuan-ketentuan mengenai persyaratan
pembangunan Bandar udara;
bahwa rencangan teknik rinci konstruksi landas pacu
(rurvay), landas hubung (taxiway) dan lardas parkir
(apron) merupakex bagian dari_persyaratan
pembangunan bandar udara;
bahwa sehiibringan dengan hal sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan pedoman
teknis perancargen inci konstruksi landas pacu
(rumway), landas hubung (taxiway) dan landas parkir
{apron) pada bandar udara di Indonesia dengan
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara;
Undang-Undeng Nomor 1092 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik indonesia
Nomor 53 Tahun 1992, Tambahan Lembarcn Negara RI
fomor 3481} ;
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2901,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075) ;
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 128 Tahun 2001, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomior 4146) ;Menetapkan :
4. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang
Kedudukan , Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susuren
Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 45 Tahun 2002;
5. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 47
Tahun: 2002;
6 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 83 Tahun
1998 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di
Lingkungan Departemen Perhubungan ;
7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun
2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Perhubungan —sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM
91 Tahun 2002 ;
8. Xeputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 fshun
2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional ;
9, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun
2001 tentang Penyelenggaraan Bandar U4.
10. Keputusan Direktur Jenderal Perhubunga
Nomor SKEP/100/ XI/1985 tentang Tota Ts
Udara; +
Udara
Bandar
i, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungen Udara
Nomor SKEP/161/IX/2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perencanaan/Perancangan Landas Pacu
Funway}, Landas Hubung ( Taxiway), Landay Fark
(Apron) pada Bandar Udara;
MEMUTUSKAN :
PEDOMAN TEKNIS PERANCANGAN RINCI KONSTRUKSI
LANDAS PACU (KUNWAY), LANDAS —HUBUNG
(TAXIWAY), DAN LANDAS PARKIR (APRON) PADA
BANDAR UDARA DI INDONESIAPasal 1
(1) Setiap penyelenggara bandar udara dalam melakukan
pembangunan bandar udara harus membuat rancangan
teknik rinci konstruksi;
(2) Pembuatan rancangan teknik rinci Konstruksi landas
pacu (runway), landas hubung (taxiway) dan landas
Parkir (apron), disusun dengan berpedoman kepada
ketentuan ini,
Pasal 2
Pedomanan perancangan inci konstruksi landas pacu
(runway), landas hubung (taxiway) dan landas parkir (apron)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terbuat dalam
Keputusan ini
Pasal 3
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditelapkan.
Diietapkan di JAKARTA
Pada tanggal 17__Janwari 2005
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
td
CUCUK SURYO SUPROJO
NIP. 120 089 499
Salinan Keputusan ini disampeikan kepada Yth:
Menteri Perhubungan,
Selzetaris jenderal Departemen Perhubungan;
Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan;
Sekretaris Direktorai jenderal Perhubungan Udara;
Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udera;
Para Kepaia Dinas Pethubyrcan Propinsi dan Kabupaten/ Kota;
Para Kepala Bandar Udara di lingkungan Ditjen Periuioungan Bandar Udara;
Direktur Utama PT. (Persero) Angkasa Pura I
Direktur Utama PT. (Persero) Angkasa Pura IL.
SENN HeNELAMPIRAN KEPUTUSAN DIRJEN HUBUD
Nomor ‘SKEP / 003 / 1 / 2005
Tanggal 17 Januari 2005
PEDOMAN TEKNIS
PERANCANGAN RINCI KONSTRUKSI LANDAS PACU (RUNWAY),
LANDAS HUBUNG (TAXIWAY), DAN LANDAS PARK:R (APRON)
PADA BANDAR UDARA DI INDONESIABABI.
BAB Il.
DAFTAR ISI
KETENTUAN UMUM
11. Umum
111. Maksud
112. Tujuan
1.13. Ruang Lingkup
1.1.4. Definisi dan Istilah
1.2. Psinsip Dasar Perancangan Perkerasan
1.3. Daerah Kritis dan Nonkritis
KETENTUAN PEMBEBANAN PESAWAT TERBANG.
21. Beban
2.2. Tipe dan Konfigurasi Roda
23. Volume Lalu Lintas
24. Pesawat Terbang Rencana
BAB Ill. KETENTUAN TANAH DASAR
3.1. Uji Kekuatan Tanah Dasar
3.2. Hubungen Nilai CBR dan Modulus Reaksi Tanah
3.3. Kekuatan Minimum Tanah Dasai
34, Pemadatan Tanah Dasat
35. Perbaikan Tanah Dasar
36, Tanah Mengembang ( Expansive)
BAB IV. PERKERASAN LENTUR (FLEXIDE)
BAB V.
4.1. Struktur Perkerasan Lentur (Flexible)
4.2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
43. Lapisan Pondasi (Base Course)
44. Lapisan Permukaza (Surfase Cours:)
45. Prosedur Perancangan Perkerasan Lentur
4.6. Contoh Hasil Perancangan Perkerasan Lentur
PERKERASAN KAKU (RIGID)
5.1, Struktur Perkerasan Kaku
5.2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
53. Pelet Beton
54. Prosedur Perancangan Perkerasan Kaku
5.5. Contoh Hasil Perancangan Perkerasan Kaku
2
cane
14
7
22
22
26
39
BSESBAB VI. SAMBUNGAN PADA PELAT BETON
6
6.
63.
64.
65.
66.
67.
Fungsi Sambungan
Jenis Sambungan
Jarak Sambungan
Pertimbangan penggunaan Sambungan
Baja Penyambung
Sealan dan Pengisi Sambungan
Denah (Layout) Sambungan dan Perpotongan Pelat
BAB VII. PERKERASAN UNTUK PESAWAT TERBANG KINGAN
7a
72
73
74
75
76
77,
78
Umum
Penampang
Material Perkerasan Lentur (Flexible)
Ketebalan Perkerasan Lentur (Flezible)
Material Perkerasan Kaku (Rigid)
Ketebalan Perkerasan Kaku (Rigid)
Sambungan Pada Perkerasan Kaku Untuk
Pesawat Terbang Ringan
Rumput - Batu pecah (Aggregate Turf)
56
56
57
37
60
65
65
65
67
6
69
7011,
141.
11.2.
113.
114.
BABI
KETENTUAN UMUM.
UMUM
Maksud
Maksud Pedoman Teknis Perancangan Rinci Konstruksi Landas pacu
(Runway) Landas Hubung (Taxiway) dan Landas Parkir (Apron) ini adalah
sebagai acuan bagi para perencana dalam melakwkan pekerjaan
perancangan perkerasan di seluruh bandar udara di Indonezia,
Tujuan
Tujuan pedoman ini adalah untuk mengarahkan terciptanya pekerjaan
perancangan perkerasan untuk landas pacu (runway), landas hubung
(taxiway) dan landas parkir (apron) yang memenuhi ketentuan minimum,
serta mendapatkan hasil pekerjaan perancangan yang aman, nyaman dan
ekonomis.
Ruang Lingkup
Pedoman ini meliputi persyaratan-persyaratan umum serta ketentuan-
ketentuan teknis perancangan struktur perkerasan untuk landas pacu
(runway), landas huburg (taxiway) dan iandss parkir (apron) di seluruh
bandar udara di Indonesia.
Definisi dan Istilah
Definisi dan istilah yang digunaken dalam pectoman ini adalah:
1) Landas Pacu (Runway) adalah suatu daerah persegi panjang yang
ditentukan pada Bandar udara yang dipersiankan untuk pendaratan
dan lepas iandas pesawat terhang
2) Landas Hubung ( Taxiway) adalah jalur hubung tertentu di Bandar
udara yang disediaken ur!ak pergerakan pesawat terbang dari iandas
parkir (Aproz) ke landas pacu (Ruiiivay) dan sebaliknya.
3) Landas Parkir (Apron) adalah area pada bandar udara untuk tempat
parkir pesawat terhang dalara kiran waktu tertenty untuk menaikkan ,
menurunkan penumpany dan barang serta untuk pengisia. bahan
bakar pesawal terbang.
4) Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari satu atau beberapa lapisan
material yang telah diproses untuk dapat mendukung beban yang
Dbekerja di atassya.
5) Perkeiasan lentur (Flexsible) adalah struktur perkerasan yang bekerja
dengan mekanisme penyebaran beban dari lapisan permukaan aspal ke
tanah dasar melalui lapisan pondasi (base) dan pondasi bawah
(subbase). Siabilitas dari perkerasan ini bergantung kepada penguncian
antat material (interlocking) , gesekan antar partikel, dan kohesit,‘ren zepueg
mens eped umyey yes umpep uexeuvouanp Suek Bueqsay yemvsod
ueyere8ied yorum yepepe (ounpsndeq ponuny ) uvunyo) uvyoySuvi9q2y, (91
‘unyeundip Bue uesidey uejeqajay uepyedepip eBSunyas repureys
Tenareur ueBuap urSunynyred sey wep uepedeprp Sued wuvouar
ueseiayiad uesidey uepeqaiay Wequrour yj ueyeuNSIp uep [eroyeur
sual ueyesepiag uejnjuayp ued sorjey yelepe uapvarya 10707 (Gt
.
“eboxeq Sued vegag nyuraur rym
veseioyiod neve youes uendurentay seanyn pepe yeriey auzynp oh¥e; (Gt
‘yeeveq Isepuod wep sce isepuod ueside] ueyeq jeuayeur MEIER OH,
amynuaw yum ueyzunByp edep en wep sesep yeury Hep near
eaerpjoy InynBusut ynjun weyeunZyp ne apoyyy “(EggiC WISY 1H)
sopuris reSeqas ueyeunfip Suvk yerroyeur ueBusp pnsyeunp yeuey
wep isenauad ueqoq uexSumpuequiour exe ueSuap uvxmucyp Sued
yeue Hep Bursinp wAep orser yeepe (NEO ) onvy Suuvog muofiziry (er
yeped esseur ymuaquraw Sued ure] ueyequrey
ueyeq eduey neye ueSuep ne uep (Dg) puvyysod uawas * muaya,
sepex3 uefuap jerayeur wep uemdurea yepepe (som a1012%09) worag, (ZL
‘ueeymunad wesidey Suminpusur ynqun tsSunyz9q
Sued (opusEqns) sesep yeue} ney (esino2 asvqqns) yemeq isepuod
ueside] see 1p re[aBtp Buvk uesexaysad uesidey yep eer, ueyednaur
Sued uesidey yengas yefepe (asinoo asug) suyv ssvpued uvsidey (11
(assno9 asvg) seye
sepuod ueside Sumynpusur ynqun is8umyroq BueA (opwiSqns) resep
Yeue) see 1p ze[oBtp Buek ueseioyzad uesidey wep ueideq ueyedniour
Sued uvsidey yengas yeepe (asinos asvqqns) yumvg ssvpuod uvsidery (ot
“ueserayrod
uvsidey ep uvpreqastp Suef weqaq Sunynpuows yun squaqyp Burek
new nape ‘your uewymuzad ueiBeq yojepe (opwuSqns) avsyp youry (6
‘uepepedtp uep (xzuyoy) sewed ueppeay weep uexndureorp
Sued swum nee qedse siusd ueyeq uep njuaua; Isepes ueBuap
(21v824880) eroyeur uemdure> yepepe (uaunnq yoydsy) uoIaq jodsy (g
~ueseiayzad uvsidey qmquaqurout
smun eAupestur 4eped eseur rpeluau ymquaqrp yedep myua}1ay yex!Buod
ueyeq uenjueq ueBuap Suef ‘yeue) neye uenjeq Jaxnsed uEInqakuisd
weep uexeun3rp Sued umum yest yerepe (azu8ou88y) our (Z
“sour 3ue4 uauias ue8uap
Tepaieu zeyue (@ys0dwo5) uemesay eped Su.nue8s9q fur Ueseroyrod
Hep seynqeas “(aspqqns) yemeq tsepuod uvsidey myejaur resep yeue) ay
wore ueeynuned uesidey ep ueqaq uereqoduod ausnreyour weSuap
vhioyeq Buek uesesojied inpmnns yerepe (pA) myry unseiays0q 917) Pergerakan pesawat (Coverages) adalah suatu nilai_ yang
menggambarkan pengaruh beban pesawat terbang pada struktur
perkerasan. Nilai Coverages sebesar 1 setara dengan jumlah
Pengoperasian pesawat terbang pada lapisan perkerasan yang
menghasilkan tegangan maximum pada seluruh titik pada daerah
perkerasan.
18) Ekivalen beban roda tunggal ( Equivalent Single Wheel Load / ESWL)
adalah beban dari konfigurasi roda sebuah pesawat terbany pada
lapisan perkerasan yang dikonverikan ke beban roda tunggsl yang
setara sebingga menghasilkan efek yang setara pada lapis perkerasan.
19) Kuat tarik leleh (fy) adalah kuat tarik leleh minimum yang disyaratkan
atau titik leleh tulangan dalam MN/m?,
20) Kuat tarik lentur (fr) adalah kuat tarik lentur beton pada umur 90 hari
yang ditentukan berdasarkan uji lentur pada balok uji dengan
penampang 150 mm x 150 mm dan panjang 600 mm dinyatakan dalam
MN/m2,
21) Kuat tekan (fe’) adalah kuat tekan beton pada umum 28 hasi y:
ditentukan berdasarkan uji tekan pada benda uji berbentuk silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 200 mm, dinyatakan dengan
satan MN/nv.
1.2, PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERKERASAN
1.2.1, Umur Rercana Perkerasan +
Dalam perencanaan ditentukan Umur rencana perizrasan landas pocu
(runway), landas nubung ( taxiw'zy) dan landas parkir (apres) disyaratkan
20 tahun.
Satuan yang digunakan
Pedoman ini menggunakan sistem Satuan Internasional (SI).
1.23. Metode Analisis
1) Analisis struktur perkerasan didasarkan pada anggapan-anggapan
material elastis linier.
2) Analisis perkerasan lentur (flexsible) berdasarkan metode California
Bearing Ratio (CBR), yaitu sebuah metode empiris yang telah124,
13.
131.
132.
133.
134,
15.
dikembangkan melalui berbagai penelitian dan telah menghasilkan
kurva korelasi yang handal.
3) Analisis perkerasan kaku (rigid) berdasarkan metode Westergaard,
yaitu sebuah metode yang memperhitungkan regangan pada tepi-tepi
pelat beton yang dihubungkan.
Metode Perancangan
1) Perancangan perkerasan lentur (fleksibel) dan perkerasan kaku
berdasarkan pada metode perancangan bates layan.
2) Metode perancangan batas layan adalah sebuah metode yang
membatasi tegangan dan deformasi yang terjadi pada struktur
perkerasan di bawah nilai tegangan izin dan deformasi izin dari
material.
DAERAH KRITIS DAN NON KRITIS
Pembagian daerah kritis dan nonkritis menggambarkan jumlah lintasan /
pergerakan pesawai terbang dan intensitas beban pada perkerasan landas
pacu (resway), landas hubung (taxiway) dan landas parkir (apron).
Perhitungan tebal perkerasan berdasarkan atas daerah kuitis.
Pada daerah Lsitis, tebal perkerasan tidak boleh diambil kurang dari hasi)
rancangan perhitungan tebal perkerasan,
Pada daerah nonkritis, tebal perkerasan dapat dikurangi namer. ti
boleh lebih kecil dari 70% hasil perhitungan, seperti ditunjukkan data
gambar 1-1.
Lokasi daerah kritis dan nonkritis untuk perkerasan landas paca (rin:eay},
landas iwbung (taxiway) dan landas parkir (apron) ditunjukkan pada
gambar 1-1.Tete
Lebar perkerasan
LEGENDA: TTT
ine Ketebalan = T Slab Beton
ss - oe
C Ketebalan taper (berubah linear) dari T sampai Pondasi bawah
: dengan 0.7T
(7777. Ketebalan=0.9T | |
—— _ [| [30-206
FE Ketebalan = 0.7 tein
POTONGAN A
Gambar 1-1.
Pembagiza Daerah Kritis dan Nonkritis dari Lapisan Perkerasan dan Syarat Ketebalannya24,
241.
21.2.
213,
214,
2.21.
2.2.2.
2.4.
2.41.
BAB II
KETENTUAN UNTUK PEMBEBANAN PESAWAT TERBANG
BEBAN,
Perancangan pérkerasan berdasarkan atas berat total pesawat terbang.
95% dari berat total pesawat terbang dianggap didukung oleh roda utama.
Berdasarkan berat totalnya, pesawat terbang dapat dikategorikan sebagai
pesawat terbang ringan (Light Arrcraft) jika berat totalaya tidak lebih dari
133 KN (30 000 Ibs) dan sebagai pesawat terbang berat (Heavy Aircraft) jika
berat totalnya lebih dari 133 kg (30 000 Ibs).
Berat total dan konfigurasi roda dari beberapa pesawat terbang dapat
ditunjukkan dalam tabel 2.2.
TIPE DAN KONFIGURASI RODA
Tipe dan konfigurasi roda menentukan bagaimana pembagian berat total
pesawat terbang pada struktur perkerasan.
Berdasarkan tipe dan konfigurasi rodanya, pesawa: terbang dapat divagi
dalam empat kelompok:
1) Pesawat terbang dengen rode tunggal (Single wheel).
2)
3) Pesawat terbang dengan: roda ganda tandem (Dual Tandem).
terbang dengan roda ganda (Dual wheel).
4) Pesawe" terbang berbadan lebar dua roda ganda tandem (Double Duai
Tandem), 5
. Tekanan ban bervariasi antara 0,52 sampai dengan 1,35 MN/nv,
terganzung pada konfigurasi roda dan berat total pesawat terbang.
J LINTAS
VOLUME 1
Volume lalu lintas dinyatakan dalam jumlah keberangkatan tahunan yang
ditentukan berdasarkan metode-metode yang rasional.
PESAWAT TERBANG RENCANA
Jika perkerasan dilalui oleh berbagai tipe pesawat terbang dengan jumlah
keberangkatan tahunan tertentu, perancanganperkerasan harus
berdasarkan atas pesawat terbang rencana24.2. Pesawat terbang rencana adalah pesawat terbang yang membutuhkan
243
244,
lapisan perkerasan yang paling tebal.
Jumlah keberangkatan tahunan dari setiap pesawat terbang jain harus
dikonversikan ke jumlah keberangkatan tahunan ekivalen dari pesawat
terbang rencana table 2.2.
Prosedur untuk mengkonversikan jumlah keberangkatan tahunan dari
pesawat terbang selain pesawat terbang rencana dilakukan dengan cara
mengalikannya dengan sebuah koefisien yang ditentukan berdasarkan
tabel 2.1. dan kemudian hasilnya dikonversikan ke keberangkatan tahunan
pesawat terbang rencana dengan menggunakan formulasi yang diberikan
oleh persarnaan (2.1).
Tabel 2.1. Faktor Konversi JumlahKeberangkatan Tahunan
Konversi dari Konversi Ke Faktor Pengali Jumlah
Keberangkatan
Roda Tunggal Roda Ganda os |
Roda Tunggal Roda Ganda Tandem os |
Roda Garda Roda Ganda Tand>m 06 :
Das Roa GandsTindem | Rats CndsTnten 1
Roda Ganda Tandem Roda Tunggal 20 i
Roda Ganda Tandem Roda Ganda 2 |
Roda Ganda Roda Tunggal 13 |
Dua Roda Ganda Tandem | Roda Ganda 7 |
n
(2)
. Log Ri =(log Rx)x (Wi) (21)
dengan
Ri = Jumlah Keberangkatan tahunan ekivalen terhadap pesawat terbang
terbang rencana
Re = jumlah keberangkatan tahunan yang dinyatakan dala. konfigurasi
roda pesawat terbang “encana
wi = beban roda dari pesawat terbang rencana
we = beban roda dari pesawat terbang yang dikonversikan245.
Jumlah keberangkatan yang digunakan dalam perhitungan ketebalan
lapisan perkerasan adalah jumlah keberangkatan pesawat terbang rencana
ditambah dengan jumlah keberangkatan semua pesawat terbang lainnya
yang telah dikonversikan ke pesawat terbang rencana.
24.6, Untuk perhitungan keberangkatan tahunan ekivalen, pesawat terbang
berbadan lebar (seperti B - 747) diperhitungkan sebagai pesawat terbang
toda ganda tandem dengan berat 400 kN (300 000 Ibs).
‘Tabel 2.2. Data-Data Pesawat Terbang Rencana
} ‘Kaki Roda Pendarat
i
| tie scoat Kovigre | Kpgwes | BOHM
Ne | tang | Tt | tetra | Rada | cate | Teka
ax | ow | ous
TORE Tr | ae] at
farts
2a es
nes
3 paso en
fines
7 Taso a
fue |
fis |
7 4300-600R 1668, aA } oT 790 135
fs
7 [ssa rar aa a
fs |
9 A310-200 | 2295 46,7 OT 605 123
fe
co
Airbus
i _|A310-300 a7 a7 DT wm ie
fies [re |
pasoKakiRoda Pendarat
Utama
Beban Pada
Berat Beban Pada
Jenis Pesawat Konfigurasi | Konfigurasi
No, Total ast Satu | Tekanan
‘Terbang Roda Uta oe LL
Roda
aw ) Gig) cra)
19 | BACT 389) 475 D 185 053
series 400
mm [BACI-T ro WS D 708 O57
series 475
a TBaci-t1 7% WS D 7 108
| series 500
] Bae 146 366 46,0 D 168 0,80/0,52
series 100
Bae 146, 398 47,1 D 188 0,88/0,61
series 200
w_| B707-1208 Ti 487 oF we 17
BAT-S208 Ta60 wo oF om Tat
2% | BO7SROC Tas a7 oF 8 Tae
Freighter
w [5707-3206 TH5 wer OF 8 Tae
Convertible
| 6707-320/420 Ta0e | 460 oF 7 iat
29——«| B720 1703 474 DT 485 1,00
30 | B720C 1046 464 DT 485 100 |
3 BATTS 76 8 D a 109
| Car 756 Ws D -_
3) wre 200 770 BS D eB Tas
Standard a
3) 8727-200 wa 0 D 8 Tye
‘Advanced
‘727-200 co) wT D cr 76
Advanced
36 mR 469 D a3 Ts
w | Bram 334 ws D Bs Tas
Advanced
3 | 8737-100 BS WE D 2a 085
3 | Ba7-200 a Wa D 2 O77
om ai 7S D 2 iaKaki Roda Pendarat
Utama
vo, | trier | Set | Rove | roy | Pde |
| I Terbeng iadatitome {Rode | Sate | Tekan
Rode
(kN) %) kg) (MPa)
aaa sie [as D 25 ae
[war aOANT Aa |S] ae D ra i
3 Wrar BoE | 35} as D cc zs
Advanced
W|I Advanced] 5} ae D Fr 3s
5 BRTaH we aS o a 13
Bara _ B w iH
7 Bara we] aes D Be TH
TS — D w 1H
B wari a is
30 | B747-1008 3284 Bal kompleks 759 136 |
(Passenger)
a aro 33 | BI rengias | 13
S| wraraoos sk 301 ag — Tans Pai oa
B747-SP 2565 | 229 “Kompleks 679 130
35) B747-200B ml Be Kompleks 37 17 |
Sear ces
3 rar | aa ss gis
=r 385 | Ba — tongs | 37 THT
3 Baran ia | BE OF ro Ta
[Brera — OF a TH
| Bera — oF FE 7a
[Bre a OF 7 TatKaki Roda Pendarat
Berat | Beban Pada Tekan Pada]
ve | Mamomet | it | mes [se] Petar | re
cin
(kN) (%) (kg) (MPa)
wars — OF 7 Tai
| TRO RR Ta] ae OF w 73
S| Gaavelew oo ————
tik?
& | Carvele Se] a0] Tompis | 355 dpm
‘eos
@ [Concorde Tas] 80 OF 7 125
Gaads hr CLG] @ | S| ompels | a Ti
oreo wa] ee OF ar rr
7] ere Tes] as OF as
[BSS ie | ee 3 z oa
72 | DC4 325 46,8 D ‘152 055 |
B[BOsB rs oF rn
7 [DCE Tie | a OF i]
5 DORA Tao] OF Tar
76 ‘DC-8-62/72 ‘1571 46,5 OT 460 7
DERE a a oa 130
DOS wa o 1 | 30
79° [DC-9.21 “| 47,2 D 212 0,98 |
Co a D a
a [pear — 5 Be Ta
[Des —_ D ca TF
83 | MD-81 627 478 D 300 Aly |
MOT we] aE 7 a
Sw _ 7 5 TaKa Roda Fedarat
ttm
Beban Pade
No | Frigremunt | Pope | Kevfgust | Koyiguasi| Par Pade]
"E . @ | Konfigurasi | Ban
el
aw | ow i) | onves
aoe w|i 5 7 ae
wee rr a
BRETT Ta | a} or waa
89 | DC-10-15 2038 46,7, DT 1 981 1 |
90 | DeT030740 269 a Komplete To00 Tae
3 pews |main| 93 ar
DEHOaOAS 355 | 375 [tampa] 3
No 1a ges | ae a
Dak a 5 a
3 arene — |] as 5 a
50 | *
Fortes oF —| 3a] a 5 aaa
| anes a} as 7 se
%_[Rafalonship —} “asa 5 a
M1000. _
| Bi Faowtip ast ies 5 Boe
Menor
al
Tao Faller oe 5 a a8
i saa a] as 5 7
08
t
Tor TEA a] Bs A a
“com
TE a] Re 5 oa
or a a rr
Te | a Tee] a oF a
106 | iver Tore BS Komploks 380 1 |
a a aoe
| Konpias |] as
——Kaki Roda Pendarat
Utama
Beban Pada
No, | JevisPesawat, | Perat Kenfqensi | koniurst Peeee ee
Terbang oe ma or Konfigurasi Ban
Roda
an ) og) (tray
108 | C-100-20 3 482 T 167 On
To L10030 w Ba T 18 oR
To | cont T9. wa or oT TS
it T-i01-1007200 | 2087 WS OF w Ta
Ta | Ci0ir-s00 Tae 2 oF Tom 17
T3_| Trident TE 0 360 | vompieks 27 TS
T4_| Trident 2E a7 770 Kompleks 30 7
115 | Trident 7 BS Fomphots a Ti
Te [TRI er we OF Fr 08
17 Tuse 36 1} Komplete we om
iis | VeqOATI50 TH ws DT 79 Tor
1
Keterangan:
5 roda tunggal (single)
D roda ganda (dual)
DT = roda ganda tandem (dual tandem)
Kompleks = konfigurasi kompleks (misalnya dua yoda ganda tandem ata
Konfigurasi roda pada pesawat terbang berbadan le’
lainnya)31.
311
312
3.13,
3.2.
33.2
3.4.
3.41.
BABII
KETENTUAN UNTUK TANAH DASAR
UJI KEKUATAN TANAH DASAR
Uji CBR di laboratorium berdasarkan ASTM D - 1883 dan uji CBR
lapangan harus dilakukan untuk mengetahui nilai CBR tanah dasar yang
akan digunakan dalam perancangan perkerasan lentur (Flexihle)
Nilai CBR yang digunakan untuk Keperluan perancangan tidak boleh
diambil lebih besar dari 85 % nilai CBR laboratorium.
Uji daya dukung pelat ( plate bearing test) berdasarkan AASHTO T - 222
harus dilakukan untuk mengetahui modulus reaksi tanah yang akan
digunakan dalam perancangan perkerasan kaku ( rigid).
HUBUNGAN NILAI CBR DAN MODULUS REAKSI TANAH
Jika diizinkan oleh yang berwenang, kekuatan tanah dasar dapat
ditentukan berdasarkan hubungan empiris antzia nilai CRR dan Modulus
reaksi tanah seperti diberikan dalam gambar 3-1.
KKEKUATAN MINIMUM TAi. DASAR
Untuk perancahgan perkerasaa lentur (flexiie}, nilai CBR tanah dasar tidak
boleh kurang dari 3,%.
Untuk perancangan perkeracan kaku (rigid), nilai modulus reaksi tanah
dasar tidak boleh kurang dari 13,5 MN/m.
Jika batir 3.3.1. dan 3.3.2 diatas
diperbaiki sesuai dengan butir 3.5.
k iecpenuhi, tanak dasar harus
PEMADATAN TANAH DASAR
Pemadatan tanah dasar untuk perkerasun ieatur (flexible) harus- memenuhi
ketentuan yang diberikan dalam tabel 3.1 :Tabel 3.1. Ketentuan Pemadatan Tanah Dasar
Bobot | Tanah Non Kohesif ‘Tanah Kohesif Kedalaman
Total | Kedalaman Pemadatan Pemadatan
(lbs) (em) (em)
T
100% | 95% | 90% | 95% | 95%| 90% | 85% | 80%
Roda | 30.000 | 20 | 20-46 | 46-81 | a1-112 | 15 | 15-23 | 23-30 | 30-43
‘Tunggal ~
50.000 | 25 | 25-61 | 61-91 | 91-122 | 15 | 15-23 | 23-42 | 42-51
75.000 | 30 | 30-76; 7-292 | 102132} 15 | 15-30 | 30-48 | 48-64
Roda | 50.000 | 30 | 30-71 | 71-97 | 97-127 | 15 | 15-25 | 25-43 | 43-56
Ganda
100.000 | 43 | 43-76 | 76-107 | 107-140; 15 | 15-30 | 30-48 | 48-64
150.000 | 48 | 48-81 | 1-117 | 117-52! 18 | ae-36 | 26-52 | 53-71
200.000 | 53 | 53-94 | 94-135 | 135-175 | 23 | 23-41 | 41-61 | 61-81
Roda | 200.000; 36 | 36-66 | 66-7 | 97-126 | 15 | 15-25
Cana
es 209.000, 43 43-76 | 76-109 | 109-142 | 15 | 15-30 | 30-46 | 46-66
31 | 51-86 86-122 | 122-160 | 18 18-36 | 36-56 ‘$678
1
fp ttone |_| so | soto | as0a90 | a5 | aes | 6-69 | noon
Pesawat | 400.000} 53 | 53-91! 91-140 | 140-178} 20 | 20-38 | 38-51 | si-71
berbadan |
Fee | goooo | 58 | se-sot| ace ase | asoass | 25
800.000 | 58
¢
z
104-159 | 150193 | 23
ale
3.4.2. Pemadatan tanah untuk perkerasan kaku harus memenuhi ketentuan
berikut :
2 Untuk tanah kohesif yang digunakan untuk pengurugan, seluruh
material harus dipadatkan sehingga mencapai 90 % dari kepadatan
maksimum.
2) Untuk tanah kohesif dari penggalian, lapisan 15 cm teratas harus
dipadatkan sehingga mencapai 90 % dari kepadatan maksimum352
353
3) Untuk tanah non kohesif yang digunakan untuk pengurugan, seluruh
lapisan 15 cm teratas harus dipadatkan sehingga mencapai 100 % dari
kepadatan maksimum, sementara sisanya harus dipadatkan sehingga
mencapai 95 % dari kepadatan maksimum.
4) Untuk tanah non kohesif dari penggalian, seluruh lapisan 15 cm teratas
harus dipadatkan sehingga mencapai 100 % dari kepadatan
maksimum, dan 45 cm dibawahnya harus dipadatkan schingga
mencapai 95 % dari kepadatan maksimum,
PERBAIKAN TANAH DASAR
Perbaikan tanah lunak dengan metode stabilisasi
Stabilisasi tanah lunak pada lapisan yang dangkal dapat dilakukan dengan
metode pemadatan atau dengan menambahkan bahan stabilisasi.
1) Halhal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan tanah
adalah:
~ Menghamparkan bahan secara merata dan tipis.
~ Mengatur kadar air bahan secara tepat.
- Memilih mesin pemadat yang cocok untuk mendapatkan hasil
pemadatan yang baik.
- Menghindarkan lapangan pekerjaan dari penggenangan atau
infiltrasi air hujan.
2) Bahan stabilisasi yang biasa digunakan untuk perbaikan tanah adalah
semen, aspal dan kapur/lime.
3) Penentuan bahan stabilisasi untuk beberapa jenis tanah dapat mengacu
pada gambar 3.2.
Perbaikan tanah Iunak dan kohesif dengan metode tiang cerucuk
Untuk tanah Irnak dan kohesif dengan ketebalas, tidak melebihi 12 m
dapat diperbaiki dengan metode tiang pasiz padat, tiang Kapur atau tiany,
bambu dan kayu (cerucuk).
1) Pemasangan. struktur tiang ke dalem tanzh lunak dan kohesif akan
meningkatkan daya dukung t-nah.
2) Kadar air tanah kohesif mengalami penurunan karena diserap oleh
tiang kapur.
Perbaikan tanah dengan metode perpindahan tanah yang baik
Lapisan tanah yang lunak digantikan dengan bahan tanah yang baik untuk
memperbaiki daya dukung tanah dan mengurangi besarnya penuru:ian
akibat konsolidasi
16354
355
35.6
Perbaikan tanah dengan metode pembebanan
Metode ini diterapkan untuk mengusahakan konsolidasi lapisan yang
Tunak dan memperbesar gaya geser tanah. Untuk mendapatkan kedua hal
tersebut, pra pembebanan secara statik atau dinamik harus ditempatkan
sebelum konstruksi utama dilaksanakan.
Perbaikan tanah dengan metode drainasi vertikal
Kadar air tanah dikurangi dengan sistem drainasi melalui kolom vertical,
sehingga tanah dengan cepat padat terkonsolidasi.
Perbaikan tanah permukaan
Tanah permukaan dapat diperbaiki dengan metode drainase permukaan,
metode alas pasir dan metode bahan lembaran tipis.
3.6 TANAH MENGEMBANG ( Expansive )
3.6.1.
3.6.2
3.63
Ekspansi volume tanah dapat terjadi pada tanah yang mengandung
Jempung pada kondisi kelembaban lingkungan tertentu. Jika lapisan
perkerasan dibuat di atas tanah dasar yang ekspansif, maka akan terjadi
pergerakan pada sebagian daerah perkerasan dan akibatnya dapat terjadi
keretakan pada lapisan perkerasan tersebut.
Sampei tanah yang menunjukkan ekspansi lebih besar dari 2% pada saat
dilakukan pengujian CBR berdasarke:: ASTM D 1883. memerlukan
perbaikan, Perbaikan tanah tersebut dapat dilakukan dengan metode
Ppenggantian, stabilisasi dan pemadatan.
Metode-metode yang disarankan untuk perbaikan tanh ckspansif
diberikan dalam tabei 3.2.Tabel 3.2. Ketentuan Perbaikan Tanah Expansive
Ekspansi
Terukur (%)
ASTM D 1883
Potensi
ekspansi
Kemungkinan
terjadi fluktuasi
kelembaban
‘Metode perbaikan
Rendah [3-5
Rendah
Padatkan tanah pada kadar air
optimum dengan —_perseniase
pemadatan tidak lebih dari 90%
Tinggi
Diperlukan stabilisasi tanah sampal
kedalaman minimal 15 cm.
Sedang [6-10
Rendah
Diperlukan stabilisasi tanah sampat
Kedalaman minimal 30 cm
Tinggi
Diperlukan stabilisasi tanah sampai
Kedalaman minimal 30 cm
Tinggi | Lebih dari 10
Rendah
Diperlukan stabilisasi tanah sampai
kedalaman minimal 30 cm
Tinggi
“Untuk tanah seragam, diperlukan
stabilisasi sampai kedalaman
minimum 90 cm, atau timbun tanah
dasar sampai ketinggian 90 cm, atau
gantikan dengan tanah yang tidak
memuai.
“Untuk tanah tidak seragam, prosedur
sama dengan untuk tanah seragam
tetapi stabilisasi ata penimbunan
sampai dengan kedelaman 130.cm.