Anda di halaman 1dari 6

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian


Penelitian pengaruh pemberian kombinasi ekstrak seledri dan tepung

tempe terhadap kadar LDL darah dilakukan di Laboratorium PAU Gizi

Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Sampel sebanyak 30 ekor tikus jantan

putih galur wistar dibagi dalam 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6

ekor. Selama penelitian tidak ditemukan sampel yang mengalami drop out.

Dilakukan pengukuran kadar LDL dan didapatkan hasil sebagai berikut :


Tabel 4.1. Rata-rata kadar LDL darah tiap kelompok

Kelompok Rata-rata kadar LDL darah (± Standar Deviasi)


KK (-) 73,88 ± 5,21
KK (+) 33,22 ± 1,93
P1 41,24 ± 2,46
P2 37,23 ± 1,59
P3 49,60 ± 1,59

Tabel 4.2. Grafik Rata-rata Kadar LDL Darah selama 14 hari perlakuan
Keterangan :
K(-) : Kelompok kontrol negatif
K(+) : Kelompok kontrol positif
27

P1 : Kelompok perlakuan 1 ( ekstrak seledri 50% :


tepung tempe 50% )
P2 : Kelompok perlakuan 1 ( ekstrak seledri 75% :
tepung tempe 25% )
P3 : Kelompok perlakuan 1 ( ekstrak seledri 25% :
tepung tempe 75% )
Pada tabel 4.1 dapat diketahui rata-rata kadar LDL darah terendah

setelah diberikan kombinasi ekstrak seledri dan tepung tempe adalah

kelompok P2 (37,23 mg/dl), diikuti kelompok P1 (41,24 mg/dl) kemudian

kelompok P3 (49,60 mg/dl). Kelompok K- memiliki rata-rata kadar LDL

tertinggi, hal ini disebabkan pada kelompok tersebut hanya diberi kuning

telur puyuh tanpa diberi kombinasi ekstrak seledri dan tepung tempe.

Kelompok K+ memiliki rata-rata kadar LDL darah terendah dari

keseluruhan kelompok, hal ini disebabkan pada kelompok tersebut diberikan

simvastatin.
Tabel 4.3. Hasil Uji Saphiro-Wilk dan Lavene’s test

Kelompok Normalitas Homogen Keterangan


K (-) 0,400 Bermakna
K (+) 0,660 Bermakna
P1 0,954 0,362 Bermakna
P2 0,290 Bermakna
P3 0,804 Bermakna

Berdasarkan hasil rata-rata kadar LDL darah pada tikus tersebut

kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai syarat agar

dapat dilakukan uji One Way Anova. Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan Saphiro-Wilk, hal ini disebabkan karena jumlah sampel yang

kecil (≤50). Didapatkan dari hasil pengolahan uji normalitas rata-rata kadar

LDL darah tikus adalah p > 0,05 dan data berdistribusi normal. Hasil uji

homogenitas Lavene’s test menunjukan sebaran antar kelompok homogen,


28

didapatkan nilai sebesar 0,362. Oleh karena data berdistribusi normal dan

homogen maka dilanjutkan dengan uji parametric One Way Anova.


Tabel 4.4. Hasil Uji One Way Anova

Kelompok Mean ± SD p
K (-) 73,88 ± 5,21
K (+) 33,22 ± 1,93
P1 41,24 ± 2,46 0,000*
P2 37,23 ± 1,59
P3 49,60 ± 1,59
Keterangan : * Signifikan p < 0,05

Hasil pengolahan dari uji parametrik One Way Anova didapat p < 0,05

maka dapat dilanjutkan dengan uji Post-Hoc test untuk mengetahui pada

kelompok mana saja yang terdapat perbedaan bermakna pada 2 kelompok

atau lebih.
Tabel 4.5. Hasil Uji Post-Hoc

Kelompok K(+) P1 P2 P3
K (-) 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
K (+) – 0,000* 0,024* 0,000*
P1 – – 0,024* 0,000*
P2 – – – 0,000*
Keterangan : * Signifikan p < 0,05

Dari uji Post-Hoc test didapatkan hasil p < 0,05 maka terdapat

perbedaan yang bermakna pada masing-masing kelompok dan dapat

disimpulkan pada tabel 4.4 menunjukkan kadar LDL darah antara kelompok

P1 dan P2 berbeda secara signifikan, dengan nilai p = 0,024 (p < 0,05).

Kadar LDL antara kelompok P1 dan P3 berbeda secara signifikan, dengan

nilai p = 0,000 (p < 0,05). Kadar LDL darah antara P2 dan P3 berbeda secara

signifikan, dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan

pemberian kombinasi ekstrak seledri dan tepung tempe dengan


29

perbandingan dosis 50%:50% ; 75%:25% ; 25%:75% berpengaruh terhadap

kadar LDL darah.


4.2. Pembahasan
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengaruh pemberian

kombinasi ekstrak seledri dan tepung tempe dalam penelitian ini dengan 3

kelompok perlakuan, dimana perlakuan pertama diberikan kombinasi 50%

ekstrak seledri dan 50% tepung tempe dapat mengkondisikan kadar LDL

darah dengan rata-rata 41,24 mg/dL. Untuk dosis 75% ekstrak seledri dan

25% tepung tempe dapat mengkondisikan kadar LDL darah dengan rata-rata

37,23 mg/dL. Untuk dosis 25% ekstrak seledri dan 75% tepung tempe dapat

mengkondisikan kadar LDL darah dengan rata-rata 49,60 mg/dL.


Berdasarkan analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

penurunan kadar LDL darah pada tikus putih jantan galur wistar pada

pengaruh pemberian kombinasi ekstrak seledri dan tepung tempe dengan

perbandingan dosis 50%:50% ; 75%:25% ; 25%:75% dan dimana dosis

kombinasi 75% ekstrak seledri dan 25% tepung tempe lebih berpengaruh.
Zat-zat aktif yang bersifat antihiperlipidemik dalam ekstrak seledri

dan tepung tempe bersifat sinergis menurunkan LDL. Zat antihiperlipidemik

dalam ekstrak seledri yaitu flavonoid, vitamin A, vitamin C, minyak atsiri,

dan niasin sedangkan dalam tepung tempe adalah flavonoid, serat kasar dan

PUFA. Mekanisme penurunan kadar LDL oleh flavonoid yaitu dengan cara

meningkatkan aktifitas reseptor kolesterol LDL di hati sehingga dapat

meningkatkan LDL clearance dari peredaran darah yang berakibat pada

berkurangnya jumlah LDL dalam darah (Adorni et al., 2007; Uto-Kondo et


30

al., 2010) dan juga menurunkan aktivitas enzim HMG-KoA reduktase

sebagai jalur utama eliminasi kolesterol (Afrose et al., 2010).


Mekanisme penurunan kadar LDL oleh flavonoid, vitamin A dan

vitamin C juga melalui sifat antioksidannya yaitu menangkap radikal bebas,

menghentikan tahap awal reaksi oksidatif dengan menghambat jalur β-

oksidasi pada pembentukan Asetil-KoA di mitokondria sebagai substrat

utama dengan membebaskan satu atom hidrogen dari gugus hidroksilnya

kemudian berikatan dengan satu radikal bebas sehingga terjadi penurunan

sintesis kolesterol (Murray et al., 2009). Minyak atsiri memiliki senyawa

trapenoid yang menyebabkan penurunan aktivitas fosforilasi oleh ATP dalam

tahap mevalonat, hal ini akan memberi umpan negative pada enzim HMG-

KoA reduktase dan menyebabkan penurunan kadar unit isoprenoid dalam

sintesis kolesterol. Niasin menurunkan metabolisme triasilgliserol dengan

meningkatkan katabolisme VLDL di hepar oleh enzim lipoprotein lipase

(Marks et al., 2000). Niasin juga meningkatkan kadar kolesterol HDL

dengan mengurangi pemecahan ApoA-1 HDL, dan meningkatkan biosintesis

HDL (Ganji et al., 2009).


Serat kasar mampu mereduksi absorbsi kolesterol dan reabsorbsi

asam empedu dalam lumen usus. Efek penurunan kadar LDL dari PUFA

serupa dengan efek penurunan kadar LDL dari flavonoid yang merangsang

ekskresi kolesterol menjadi asam empedu dan mengaktivasi reseptor LDL

(Apo B-100, Apo-E) ke intestinum sehingga terjadi peningkatan reseptor

LDL dan proses katabolisme LDL dipercepat. (Sulchan, 2007).


Hasil penelitian ini memberikan makna bahwa kombinasi ekstrak

seledri dan tepung tempe dapat digunakan untuk memperbaiki kadar LDL
31

darah namun demikian penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan

yaitu jenis penelitian post test only control group design yang mengambil

sampel pada akhir penelitian, sehingga di dalam penelitian ini tidak adanya

kelompok kontrol kadar LDL darah sampel normal sebelum perlakuan.

Diperlukan metode pre-post only control group design untuk mengetahui

perbedaan kadar LDL darah sebelum dan sesudah perlakuan. Adapun

keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dilakukannya pengukuran sisa

pakan standar, sehingga asupan kalori melalui pakan standar yang dapat

mempengaruhi peningkatan kadar LDL kurang bisa dikontrol. Sehingga

memungkinkan adanya peningkatan kadar LDL selain karena pemberian

kuning telur puyuh.

Anda mungkin juga menyukai