Anda di halaman 1dari 9

“ 11tTO ZeroP DAN FOKUS SOCIOPRENEUR SEBAGAI UPAYA MEREDUKSI KEMISKINAN DI

INDONESIA ”

Karya Ini Disusun Untuk Mengikuti Lomba Esai Nasional

“Pembangunan Berkelanjutan (SDG)”

Penulis :
CLARA ROSALINDA
BAB 1
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Indonesia memang telah mencapai hasil yang memuaskan dalam menurunkan
tingkat kemiskinan sejak tahun 1960-an dan berhasil mengurangi efek dari krisis
moneter yang pernah terjadi. Namun, saat ini masih terdapat lebih dari 110 juta orang
Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari (World Bank, 2016).
Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam dan Kamboja jika
digabungkan, artinya sebagian besar penduduk miskin kawasan Asia Tenggara
tinggal di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan nasional di Indonesia
masih lambat dibandingkan dengan negara-negara Asia Timur lainnya. Seperti dalam
pidato Presiden Jokowi pada 25-26 Februari 2017 ketika bertemu dengan Perdana
Menteri Australia Malcolm Turnbull dan juga warga negara Indonesia yang
berdomisili di Autralia. Presiden menyampaikan tentang kondisi perekonomian di
Indonesia, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 adalah 5,02 %. Data
Badan Pusat Statistik pada koran harian Tempo (2016: 4) menyatakan bahwa kondisi
ini lebih tinggi dibanding pada 2015 sebesar 4,88 % dan lebih tinggi juga dibanding
2014. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara global berada di peringkat ketiga.
Beliau juga menggambarkan inflasi yang dari tahun ke tahun menurun, dimana posisi
inflasi yang sebelumnya 8,3 % pada 2015 bisa ditarik ke 3,35 % dan 2016 menjadi
3,02 % (Kompas, 2017: 1).
Pertumbuhan ini tergolong lambat meski sebenarnya telah terjadi penurunan
kemiskinan, namun hal ini tak banyak membantu bagi pertumbuhan ekonomi
ditambah Indonesia masih harus menghadapi tiga masalah mendasar dalam upaya
mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan, yaitu
mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pelayanan sosial bagi
masyarakat miskin dan perlidungan warga miskin. Penanganan berbagai masalah di
atas memerlukan strategi penanggulangan kemiskinan yang jelas. Hal pertama yang
dapat dilakukan adalah menyelesaikan dan mengadaptasikan rancangan strategi
penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan. Kemudian hal ini dapat dilanjutkan
dengan tahap pelaksanaan. Hal yang dapat dilakukan untuk memberantas kemiskinan
adalah 11to zeroP yang merupakan singkatan dari Eleven ways to Zero Poverty (11
Langkah untuk Menghilangkan Kemiskinan) dengan fokus utama pada penulisan ini
adalah 11th way atau langkah ke-11 yaitu sociopreneur.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan kemiskinan di Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan 11to zeroP?
3. Apa definisi sociopreneur?
4. Bagaimana sociopreneur dapat mengentaskan masalah kemiskinan secara efektif?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan tentang keadaan kemiskinan di Indonesia.
2. Mendeskripsikan tentang 11to zeroP.
3. Mengetahui tentang Sociopreneur.
4. Mengetahui peran Sociopreneur dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia secara
efektif.
BAB 2
Isi
2.1. Keadaan Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi merupakan dua problematika besar yang
dialami oleh negara-negara berkembang di dunia termasuk Indonesia.Kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan
(Sulistiyowati, 2012: 6). Permasalahan sistemik ini timbul karena terjadinya ketimpangan
dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Menurut Badan Pusat Statistika pada
Koran Harian Tribun News (2017: 1) mencatat kenaikan jumlah penduduk miskin
(penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2017
sebesar 27,77 juta orang dan dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret
2016 yang berjumlah 27,67 juta orang berarti jumlah penduduk miskin naik sebesar 0,01
juta orang.
Menurut Suhariyatno dalam Tribun News (2017: 1) peningkatan jumlah orang
miskin tersebut diikuti oleh peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan yang merupakan
indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin menjauhi garis kemiskinan dari 1,74 pada
September 2016 menjadi 1,83 pada Maret 2017. Semakin tinggi Indeks Kedalaman
Kemiskinan maka jarak antara rata-rata pengeluaran penduduk miskin dengan garis
kemiskinan semakin jauh sehingga upaya membeantas penduduk miskin semakin sulit.
2.2. 11to zeroP
11to zeroP merupakan sebelas langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas
kemiskinan menurut penulis. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam upaya
pemberantasan kemiskinan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Fasilitas Jalan dan Listrik di Pedesaan
Pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara yang efektif dalam
mengurangi kemiskinan, hal ini sudah dibuktikan oleh negara-negara maju seperti
Cina dan Jepang (Kompas, 2015: 1). Jalan nasional dan jalan provinsi di Indonesia
relatif dalam keadaan yang baik, tetapi setengah dari jalan kabupaten berada
dalam kondisi yang buruk. Sementara itu lima persen dari populasi yaitu sekitar
11 juta orang, tidak mendapatkan akses jalan untuk setahun penuh. Hal yang sama
dapat terlihat pada penyediaan listrik. Saat ini masih ada sekitar 6000 desa, dengan
populasi sekitar 90 juta orang belum menikmati tenaga listrik (Indonesia Policy
Briefs, 2017: 1). Beberapa proses yang dapat dilakukan dalam upaya langkah
pertama adalah jalankan program skala besar untuk membangun jalan pedesaan
dan di tingkat kabupaten, membiayai program di atas melalui Dana Alokasi
Khusus (DAK) dengan dana pembangunan harus ditargetkan pada daerah-daerah
yang mempunyai kondisi buruk, terutama dalam masalah kemiskinan. Kemudian
menjalankan program pekerjaan umum yang bersifat padat karya yang efektif
untuk menyediakan fasilitas jalan di pedesaan disamping sebagai bentuk
perlindungan sosial dan terakhir adalah menjalankan strategi pembangunan
fasilitas listrik pada desa-desa yang belum menikmati tenaga listrik.
2. Perbaikan Tingkat KesehatabN Melalui Fasilitas Sanitasi yang Lebih Baik
Hal ini dapat dilakukan dengan kampanye publik secara nasional untuk
meningkatkan kesadaran dalam penggunaan fasilitas sanitasi yang lebih baik oleh
pemerintah dan membiayai investasi di bidang sanitasi yang akan terus meningkat
nelalui kesepakatan nasional untuk membahas masalah pembiayaan fasilitas
sanitasi dan mendorong pemerintah lokal untuk membangun fasilitas sanitasi pada
tingkat daerah dan kota; misalnya dengan menyediakan DAK untuk pembiayaan
sanitasi ataupun dengan menyusun standar pelayanan minimum.
3. Perbaikan Kewenangan Larangan Impor Beras
Larangan Impor beras ini ditujukan untuk menaikkan harga beras sehungga hanya
menguntungkan pihak tertentu.
4. Tetap Menjalankan Subsidi bagi Pertanian
Penghapusan subsidi bidang pertanian hanya akan menyusahkan orang-orang
miskin karena sebagian besar penduduk miskin di Indonesia bekerja sebagai
petani sehingga apabila subsidi pertanian di hapuskan akan menyulitkan petani
untuk berproduksi (Tempo, 2017: 1).
5. Pemberian Hak Penggunaan Tanah bagi Penduduk Miskin
Langkah ini dilakukan dengan mempercepat program sertifikasi tanah secara
dramatis agar setidaknya mencapai tingkatan yang sama dengan rata-rata negara
Asia Timur lainnya, menngkaji ulang dan memperbaiki undang-undang
pertanahan, kehutanan dan juga pertanian serta redistiribusi tanah milik perusahan
negara yang tidak digunakan kepada masyarakat miskin yang tidak memiliki
tanah, mengakomodasi kepemilikan komunal atas tanah sebagai salah satu bentuk
kepemilikan, mempersiapkan peraturan yang menjamin kepastian hukum bagi
masyarakat miskin yang tinggal di area perhutanan.
6. Perbaikan Atas Kualitas Pendidikan dan Penyediaan Pendidikan Transisi untuk
Sekolah Menengah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah membantu pengembangan
manajemen dan pembiayaan pendidikan yang bertumpu pada peran sekolah,
menyediakan dana bantuan pendidikan bagi masyarakat miskin dan mengubah
beasiswa Jaring Pengaman Sosial menjadi program beasiswa untuk membantu
siswa dari kalangan miskin dalam masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah
lanjutan.
7. Mengurangi Tingkat Kematian Ibu saat Persalinan melalui Persalinan Gratis dan
Pembinaan Bidan Desa
8. Memantau dan Menyediakan Dana untuk Daerah-daerah Miskin
Melalui perbaikan formulasi Dana Alokasi Umum (DAU) agar memungkinkan
pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan dasar yang cukup dan
meningkatkan pemberian DAK untuk menunjang target program nasional
pengentasan kemiskinan.
9. Merancang Perlindungan Sosial yang Lebih Tepat Sasaran
10. Membangun Lembaga Mikro yang Membantu Meretas Kemiskinan
11. Meningkatkan Sociopreneur.
2.3. Sociopreneur
Sociopreneur adalah membangun usaha berbasis kegiatan sosial, pelaku wirausaha
yang social driven, bergerak tidak dimotivasi profit, melainkan misi mengatasi problem
sosial yang ada (MilionaireCorner, 2015: 1). Sociopreneurship merupakan penggerak
ekonomi, memberikan peluang usaha, pendangan usaha dan aspek praktikal dalam
menyelesaikan masalah sosial dan ekonomi. Saat ini kewirausahaan merupakan
boomerang yang dapat digunakan dalam mereduksi jumlah kemiskinan. Selain perbaikan
ekonomi makro, sociopreneur adalah solusi untuk meningkatkan perekonomian nasional.
Korea Selatan merupakan salah satu bukti bahwa peran socciopreneur sebanyak 5% dari
total penduduk telah meningkatkan kesejahteraan negara tersebut (TempatUsaha.com,
2015: 1). Negara-negara adidaya seperti USA memiliki persentase entrepreneur lebih
dari 7% sedangkan Indonesia hanya memiliki 1.26% entrepreneur (MilionaireCorner,
2015: 1).

Keberadaan pelaku praktik kewirausahaan sosial dapat menjadi mitra pemerintah


dalam pembangunan ekonomi di masa yang akan datang. Melalui paper ini, penulis
mengajak masyarakat Indonesia terutama generasi muda berpartisipasi dalam membantu
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masayarakat melalui aksi
berwirausaha berbasis kemanusiaan. Gerakan sosial ekonomi masyarakat ini merupakan
generator pembangunan dalam mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan yang
menimpa Indonesia sehingga upaya percepatan pengentasan kemiskinan dapat terwujud.
2.4. Peran Sociopreneur dalam Memberantas Kemiskinan
Kewirausahaan mampu mereduksi jumlah kemiskinan dan membuka lapangan kerja
karena selaim bersifat sustainable terhadap perkembangan ekonomi juga dapat menjadi
solusi efektif dan taktis dalam mengatasi kemiskinan. Menurut Utomo (2014: 1-16)
wirausaha sosial tumbuh dengan cepat seiring dengan keyakinan bahwa kewirausahaan
sosial dapat mengatasi masalah-masalah sosial. Sociopreneurship merupakan solusi
gerakan sosial di bidang ekonomi yang dapat memberikan peluang usaha terutama di
daerah pedesaan. Selain perbaikan ekonomi mikro, sociopreneur mampu meningkatkan
perekonomian nasional. Setiap individu harus berusaha untuk menjadi produktif,
memiliki kemandirian yang tinggi, mampu melihat peluang dan tantangan yang ada,
mampu memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan, mampu memahami dan
mengimplementasikan manajemen bisnis, serta berguna dan memberikan manfaat baik
untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Trio ‘Celengan’ misalnya. Dengan bisnis sederhana berupa produksi dan
pemasaran seragam sekolah, Valery Moniaga, Adam Mulyadi, dan Michelle Chandra
meraup banyak keuntungan dari bisnis fashion. Ketiganya menyumbangkan 10% dari
keuntungan yang mereka dapat untuk mendanai kegiatan sosial melalui kerjasama
dengan sebuah panti asuhaan sehingga anak-anak panti tersebut kuliah. Performa yang
ditampilkan dalam sociopreneurship adalah melakukan kegiatan sosial dengan
mendapatkan profit kemudian mendistribusikannya sebagai upaya penciptaan nilai sosial
yang berdampak pada masyarakat dan lingkungan sekitar. Jika setiap individu atau
minimal 2% dari total penduduk Indonesia menjadi sociopreneur maka tingkat
kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dan Indeks Kedalaman Kemiskinan dapat
berkurang serta peningkatan lapangan pekerjaan menjadi lebih terbuka. Sociopreneur
merupakan economic sustainability yang mampu meningkatkan kesejahteraan individu
dan sosial sehingga efektif dalam pemberantasan kemiskinan dan meningkatkan
pembangunan nasional (Firdaus, 2014: 1).

BAB 3
Penutup
3.1. Kesimpulan
11to ZeroP merupakan langkah-langkah yang disajikan untuk pemberantasan
kemiskinan di Indonesia serta upaya pembangunan Nasional. 11to ZeroP memiliki
beberapa sudut pandang untuk meretas kemiskinaan mulai dari infrastruktur, pendidikan,
kesehatan sampai perlindungan sosial dan sociopreneur dengan fokus utama pada paper
ini adalah langkah sociopreneur yang dinilai efektif untuk meningkatkaan kesejahteraan
masyarakat. Program pengentasan kemiskinan dan pengangguran sebaiknya tidak
dikerjakan oleh pemerintah sendiri, namun golongan yang mampu juga secara sukarela
diharapkan dapat berkontribusi mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang
terjadi melalui sociopreneur. Peran sociopreneur sangat efekrif untuk mengurangi
kemiskinan dan pengangguran serta memberdayakan masyarakat lebih baik. Selain itu
kegiatan ekonomi melalui kewirausahaan ini sangat bermanfaat dan akan selalu
dibutuhkan masyarakat luas untuk menanggulangi permasalahan sosial terutama masalah
krusial seperti kemiskinan. Jangkauan sociopreneur yang sudah menjamur di kota
diharapkan juga dapat ditransformasika di daerah pedesaan sebagai langkah nyata
kontribusi masyarakat dalam upaya pemerataan pembangunan di bidang sosial ekonomi.
3.2. Saran
Paper ini merupakan ide yang dituangkan penulis dalam upaya pemberantasan
kemiskinaan untuk mencapai Millenium Goals khususnya di Indonesia. Penulis meninjau
beberapa aspek yang dapat membantu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dan
pembangunaan nasional yang didapat dari berbagai referensi negara maju dan diharapkan
langkah-langkah tersebut dapat diimplementasikan di Indonesia terutama sociopreneur
yang dinilai lebih efektif karena bersifat sustainable. Namun, masih terdapat beberapa
kekurangan dalam pembahasan paper ini sehingga memerlukan tinjauan lebih kritis dan
referensi lebih luas untuk mempertegas setiap langkah yang dipaparkan. Selain itu, perlu
didiskusikan secara global mengenai langkah-langkah yang diuraikan sehingga tersusun
rancangan yang lebih realistis, efektif, efisien dan berkelanjutan. Langkah sociopreneur
merupakan langkah yang perlu diimplementasikan sehingga paper ini dapat memotivasi
banyak pemuda untuk terus berkarya dan membangun perubahan ekonomi-sosial lebih
baik. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk mengaktualisasikan cita-cita
sosial wirausaha untuk memberdayakan segala lapisan masyarakat dalam rangka
kesejahteraan hidup yang mandiri dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai