Oleh :
YUNITA ELVRIANI NIM. 53061003021
Oleh :
Palembang, 2010
Mengetahui
ii
LEMBAR PERBAIKAN
Palembang, 2010
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul
“Ekstraksi Tanin dari Kulit Buah Manggis dengan Variasi Konsentrasi Solven,
Rasio Bahan Terhadap Solvent dan Waktu Ekstraksi”. Laporan penelitian ini
disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti seminar riset di Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Dalam masa pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan ini, banyak pihak
telah memberikan bantuan. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. A. Rasyidi Fachry, M.Eng, sebagai Ketua Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya selaku dosen pembimbing penelitian.
2. Ibu Tuti Indah Sari, ST, MT, sebagai Sekretaris Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya.
3. Bapak Sukirman, sebagai karyawan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia yang
telah membantu di laboratorium.
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan segala dukungannya baik secara
moral, pikiran, materi maupun non materi.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.4. Langkah - Langkah Penelitian ................................................................ 21
3.5. Deskripsi Proses ..................................................................................... 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................... 25
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 29
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 gram ......................... 5
Tabel 2.2 Komposisi Tepung Kulit Manggis ...................................................... 6
Tabel 2.3. Jenis Pelarut yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi ................ 15
Tabel 2.4. Penelitian Tentang Senyawa Tanin ..................................................... 19
Tabel 4.1. Pengamatan Fisik Sample Hasil Penelitian : ........................................ 26
Tabel 4.2. Data Hasil Analisa Penelitian .............................................................. 28
viii
Ekstraksi Tanin dari Kulit Buah Manggis
Dengan Variasi Konsentrasi Solven, Rasio Bahan Terhadap Solven
dan Waktu Ekstraksi
Abstrak
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4. Hipotesis
1. Semakin tinggi konsentrasi solven maka kadar tanin akan meningkat.
2. Semakin besar rasio bahan terhadap solven maka kadar tanin akan meningkat.
3. Semakin lama waktu ekstraksi maka kadar tanin yang didapat akan meningkat.
4
5
Tabel 2.1. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 gram meliputi :
Komposisi Kadar
Air 79,2 gram
Protein 0,5 gram
Karbohidrat 19,8 gram
Serat 0,3 gram
Kalsium 11 mg
Fosfor 17 mg
Besi 0,9 mg
Vitamin A 14 IU
Vitamin C 66 mg
Vitamin B (tiamin) 0,09 mg
Vitamin B2 (riboflavin) 0,06 mg
Vitamin B5 (niasin) 0,1 mg
Dikutip dari : Qosim, 2007
Selain buah, kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan
bahan baku obat-obatan. Kulit buah mengandung senyawa xanthone yang meliputi
mangostin, mangostinon A, mangostenol, mangostenon B, trapezifolixanthone,
tovophyllin B, alfa mangostin, beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid
epicatechin, dan gartanin. Senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Senyawa xanthone tersebut hanya dihasilkan dari genus Garcinia. Di luar negeri kulit
buah manggis sudah dibuat kapsul yang digunakan untuk suplemen diet, antioksidan,
dan antikanker (Qosim, 2007).
6
2.2. Tanin
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun,
buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang,
tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi
tanin. Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah. Tanin termasuk salah
satu senyawa sekunder dalam tumbuhan yang tidak terlibat langsung dalam proses
metabolisme tetapi mempengaruhi kegiatan hormonal pada tumbuhan.
Pada umumnya tanin banyak terdapat pada tumbuhan dikotiledon, misalnya
batang akasia (Accasia sp), biji kopi (Coffee Arabica), Eucalyptus sp., dan berbagai
jenis tumbuhan mangrove. Tanin dapat pula tersebar pada semua bagian tumbuhan
misalnya pada tunas, akar, dan biji.
Tanin dinamakan juga asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak berwarna
tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Asam tanat mempunyai berat
molekul 500 – 3000.
Tanin memiliki banyak sekali variasi struktur molekul. Oleh sebab itu sangat
sulit untuk memperkirakan pengaruh serta aktivitas tanin dari berbagai jenis
tumbuhan. Secara umum tanin mempunyai beberapa sifat yakni :
- Warna putih kekuning–kuningan sampai cokelat
- Bila teroksidasi akan berubah warna menjadi cokelat atau hitam
- Tanin terasa sepat bila dikecap (astringent taste)
- Mempunyai berat molekul antara 500 – 3000
- Dapat mengikat alkaloid, gelatin, dan senyawa protein lainnya dan membentuk
kompleks tanin – protein
- Larut dalam alkohol, aseton dan air
- Kelarutan dalam air berkurang dengan bertambahnya berat molekul
- Pada pemanasan suhu tinggi (210 – 215 oC) akan terurai menjadi pirogallol dan
CO2
- Identifikasi tanin dapat dilakukan dengan menggunakan larutan gelatin 1 % yang
dapat dikenali dengan terbentuknya endapan
8
Penyebaran, sifat dan jumlah tanin tergantung pada jenis dan umur tanaman. Tanin
didalam jaringan sel terdapat pada vakuola sehingga tidak mengganggu metabolisme
sel. Jika dilihat dibawah mikroskop, sel yang mengandung tanin berwarna cokelat.
1. Ekstraksi / Leaching
Pengambilan suatu kandungan zat yang diinginkan dalam suatu fasa padatan
melalui kontak dengan pelarut.
2. Destilasi
Proses pengambilan suatu senyawa yang diinginkan dari suatu bahan dengan cara
memisahkannya berdasarkan perbedaan titik didihnya.
3. Maserasi
Proses pemisahan dengan menambahkan pelarut yang dapat melarutkan dengan
baik senyawa yang dikandung oleh bahan alam. Penggunaan pelarut tidak terlalu
banyak, tetapi daya larut pelarut semakin lama akan semakin berkurang.
4. Percolasi
Proses pemisahan dengan cara memasukkan sample pada alat yang disebut
percolator. Cara ini menggunakan pelarut yang tidak terbatas.
5. Sokletasi
Pemisahan dengan alat sokletasi. Pengisolasian dengan alat ini biasanya digunakan
untuk minyak atsiri. Sirkulasi pada proses sokletasi ini dihentikan jika pelarut
sudah menyerap semua zat warna yang spsesifik dan jika pelarut sudah tidak
berwarna lagi, yang berarti zat yang diinginkan sudah terserap.
Namun demikian, tidak dikehendaki ukuran partikel yang terlalu halus karena
semakin halus ukuran partikel maka akan semakin mahal biaya operasi dan
semakin sulit dalam pemisahan, sehingga sulit memperoleh ekstrak yang murni
(McCabe, 1983).
3. Faktor Waktu Kontak
Waktu kontak antara zat pelarut dengan partikel – partikel solid pada operasi
ekstraksi solid liquid dipengaruhi oleh temperatur operasi pelarutnya dan ukuran
partikel, yaitu :
- Temperatur yang lebih tinggi akan memperbesar kelarutan dan difusivitas
sehingga meningkatkan laju reaksi.
- Pemilihan pelarut yang tepat mempengaruhi waktu kontak ekstraksi,
dimana semakin besar kelarutan zat terlarut dalam pelarut maka waktu yang
diperlukan semakin singkat.
- Semakin besar ukuran partikel maka semakin lama waktu kontak partikel
zat terlarut menembus lapisan permukaan pelarut.
Beberapa pelarut yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 2.3. Jenis pelarut yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi
Pelarut Titik Didih (oC)
Aseton 56,5
Etilen Klorida 83,5
Metanol 69,0
Etanol 78,4
Isopropanol ( isopropil alkohol ) 97 – 103,0
Heksan 64,7
2.4.1. Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah
sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan
alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH,
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus
etil (C2H5).
Etanol banyak digunakan sebagai solven berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah solven yang
penting untuk sintesis senyawa kimia lainnya (Anonim, 2010b).
Karakteristik
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 gr/mol
Wujud : cairan tidak berwarna
Densitas : 0,789 gr/cm3
Kelarutan dalam air : tercampur penuh (larut dalam air)
16
2.5. Evaporasi
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari solven pada
titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat (thick liquor) yang
konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya
terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak
diadakan usaha untuk memisahkan komponen – komponennya. Dalam evaporasi zat
cair pekat merupakan produk yang dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya
dikondensasikan atau dibuang.
2.6.2 Ekstraksi Tanin dari Buah Pinang (Marlina dan Lestari, N.D., 2005)
Variabel yang diteliti meliputi lama waktu ekstraksi, konsentrasi pelarut dan
rasio solvent terhadap bahan.
Pada penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut :
1) Semakin lama waktu ekstraksi, maka semakin lama kontak antara pelarut dengan
butir-butir solid buah pinang, sehingga kadar tanin yang didapat meningkat.
2) Semakin besar konsentrasi pelarut, efektifitas pelarut pada ekstraksi semakin
besar, kadar tanin yang diperoleh juga semakin besar.
3) Semakin besar rasio solvent terhadap bahan, kadar tanin yang didapat meningkat.
Dari hasil ekstraksi, kadar tanin tertinggi didapat pada konsentrasi pelarut
etanol 80%, waktu ekstraksi 4 jam, kadar tanin yang didapat 32,87%.
18
2.6.3 Ekstraksi Tanin dari Daun Jambu Biji (Yoviza dan Yulia, R., 2006)
Variabel yang diteliti meliputi konsentrasi pelarut, waktu ekstraksi dan suhu
pengeringan.
Hasil yang didapatkan sebagai berikut :
1) Semakin besar konsentrasi pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi maka
semakin banyak jumlah pelarut yang dapat melarutkan tanin, sehingga kadar tanin
yang dihasilkan semakin tinggi.
2) Semakin tinggi suhu pengeringan bahan maka akan semakin tinggi kadar tanin
yang dihasilkan.
3) Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui juga bahwa variabel waktu
ekstraksi mempengaruhi kadar tanin yang diperoleh.
19
20
21
Dimana :
A = ml titrasi larutan Tanin
B = ml titrasi blanko
Satu ml 0,1 N KMnO4 ≈ 0,0042 gram Tanin
23
Pengeringan Kulit
Manggis
Evaporasi
Pengeringan sampel
T = 110oC selama 4jam
Analisa Sampel
Kadar Tanin
(%)
25
26
- Warna kecokelatan
3
- Berbau
- Warna kecokelatan
1
- Berbau
- Warna kecokelatan
0,20 2
- Berbau
- Warna kecokelatan
3
- Berbau
- Warna cokelat kehitaman
1
- Berbau
- Warna cokelat kehitaman
0,10 2
- Berbau
- Warna cokelat kehitaman
3
- Berbau
- Warna cokelat kehitaman
1
- Berbau
- Warna cokelat kehitaman
90 0,15 2
- Berbau
- Warna cokelat kehitaman
3
- Berbau
- Warna cokelat kehitaman
1
- Berbau
- Warna cokelat kehitaman
0,20 2
- Berbau
- Warna cokelat kehitaman
3
- Berbau
28
4.2. Pembahasan
Pembahasan mengenai variabel – variabel diatas dapat dilihat pada sub bab
berikut :
Pada proses ekstraksi tanin dari kulit manggis ini digunakan solven
etanol dengan variasi konsentrasi solven etanol 50%, etanol 70% dan etanol
90%. Hasil penelitian yang telah dilakukan ditunjukkan pada gambar 4.1,
gambar 4.2 dan gambar 4.3, yang memperlihatkan pengaruh konsentrasi
solven terhadap kadar tanin dengan waktu ekstraksi 1 jam,2 jam dan 3 jam.
Rasio kulit manggis terhadap solven etanol 0,1 𝑔𝑟 𝑚𝑙 , 0,15 𝑔𝑟 𝑚𝑙 , 0,2 𝑔𝑟 𝑚𝑙 .
(50 gram, 75 gram dan 100 gram kulit manggis, 500 ml solven etanol).
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa untuk etanol 50%, dengan jumlah kulit
𝑔𝑟
manggis yang diekstrak sebanyak 50 gram 0,1 𝑚𝑙 , kadar tanin
optimum yang didapatkan sebesar 7,707%, untuk solven etanol 70% kadar
tanin meningkat hingga 10,5% dan peningkatan yang lebih tinggi terjadi
pada solven etanol 90% sebesar 13,293%. Hal ini disebabkan semakin tinggi
konsentrasi solven, maka akan semakin besar kemampuannya untuk
mengekstrak sehingga kadar tanin yang diperoleh akan semakin besar.
Keadaan yang sama terjadi pada gambar 4.2. dengan kulit manggis
yang diekstrak sebanyak 75 gram 0,15 𝑔𝑟 𝑚𝑙 . Untuk solven etanol 50%
diperoleh kadar tanin 8,143%, kadar tanin meningkat lagi pada solven etanol
70% yaitu sebesar 11,193% dan kadar tanin tertinggi diperoleh pada solven
etanol 90% sebesar 14,007%.
pada proses ekstraksi 100 gram 0,2 𝑔𝑟 𝑚𝑙 kulit manggis, terlihat bahwa
proses ekstraksi dengan solven etanol 50% menghasilkan kadar tanin sebesar
8,4%, solven etanol 70% mampu menghasilkan kadar tanin sebesar
11,195%, sedangkan solven etanol 90% menghasilkan kadar tanin tertinggi
sebesar 15,393%.
14
12
10
Kadar Tannin (%)
8
t = 1 jam
6
t = 2 jam
4
t = 3 jam
2
0
50 70 90
Konsentrasi Pelarut (% etanol)
16
14
12
Kadar Tannin (%)
10
8 t = 1 jam
6 t = 2 jam
4 t = 3 jam
2
0
50 70 90
Konsentrasi Pelarut (% etanol)
18
16
14
Kadar Tannin (%)
12
10
8 t = 1 jam
6 t = 2 jam
4 t = 3 jam
2
0
50 70 90
Konsentrasi Pelarut (% etanol)
yang diekstrak maka, gram sample semakin meningkat. (dilihat pada data
hasil pengamatan).
9
8
7
Kadar Tannin (%)
6
5
4 t = 1 jam
3 t = 2 jam
2 t = 3 jam
1
0
0,1 0,15 0,2
Rasio Bahan terhadap Solven (gr/ml )
12
10
Kadar Tannin (%)
6 t = 1 jam
4 t = 2 jam
t = 3 jam
2
0
50 75 100
Rasio Bahan terhadap Solven (gr/ml )
18
16
14
Kadar Tannin (%)
12
10
t = 1 jam
8
t = 2 jam
6
t = 3 jam
4
2
0
50 75 100
Rasio Bahan terhadap Solven (gr/ml )
Gambar 4.7, gambar 4.8 dan gambar 4.9 menujukkan pengaruh waktu
ekstraksi terhadap kadar tanin dengan variasi waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam.
Dengan konsentrasi solven etanol 50%, etanol 70% dan etanol 90%. Kulit
Manggis yang diekstrak 50 gram (gambar 4.7), 75 gram (gambar 4.8), dan
100 gram (gambar 4.9). Volume solven 500 ml.
Pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi,
maka kadar tanin semakin meningkat. Kadar tanin optimum dengan solven
etanol 50% diperoleh pada t = 3 jam sebesar 7,707%. Dengan solven etanol
70%, kadar tanin tertinggi juga dicapai pada t = 3 jam, yaitu sebesar 10,5%.
Kadar tanin tertinggi yang diperoleh pada t = 3 jam dengan solven etanol
90% sebesar 13,293%.
35
14
12
10
Kadar Tannin (%)
8
etanol 50%
6
etanol 70%
4 etanol 90%
2
0
1 2 3
Waktu Ekstraksi (jam)
16
14
12
Kadar Tannin (%)
10
8 etanol 50%
6 etanol 70%
4 etanol 90%
2
0
1 2 3
Waktu Ekstraksi (jam)
18
16
14
Kadar Tannin (%)
12
10
8 etanol 50%
6 etanol 70%
4 etanol 90%
2
0
1 2 3
Waktu Ekstraksi (jam)
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin besar konsentrasi solven yang digunakan maka efektifitas proses
ekstraksi akan semakin besar, sehingga kadar tanin yang diperoleh akan semakin
besar.
2. Semakin banyak zat yang diekstrak (semakin besar rasio bahan terhadap solven),
maka akan semakin banyak jumlah butir – butir solid yang kontak dengan solven,
sehingga kadar tanin yang diperoleh akan semakin besar.
3. Waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar tanin yang diperoleh. Semakin lama
waktu ekstraksi, maka semakin lama pula kontak antara solven dengan butir –
butir kulit manggis yang diekstrak, kadar tanin yang diperoleh akan semakin besar.
4. Dari hasil penelitian, diketahui kadar tanin tertinggi dari hasil ekstraksi yaitu pada
konsentrasi solven etanol 90%, lama proses ekstraksi 3 jam, dengan kadar tanin
15,393%.
5.2. Saran
Penelitian ini dapat dilanjutkan bahkan dikembangkan dengan menggunakan
beberapa variabel lain seperti jenis solven, volume solven, suhu pengeringan, dan
faktor – faktor lain yang mempengaruhi proses ekstraksi.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Marlina dan Lestari, N.D., 2005, Ekstraksi Tanin dari Buah Pinang, Universitas
Sriwijaya.
McCabe, W.L & Smith, J.C., 1983, Unit Operation Engineering Fourth Edition.
McGraw-Hill Chemical Engineering Series , Cleveland.
Milan, A.R. and Osman, M., 2006, Mangosteen – Garcinia Mangostana, University
of Southampton , UK. (http://www.icuc-iwmi.org/ files/
Publications/Mangosteen_Monograph.pdf.pdf, diakses tanggal 8 Maret 2010).
Perry, R.H., 1999, Perry’s Chemical Engineer’s Handbook 7th Edition, McGraw Hill
Company, New York.
Pradipta, I.S. dkk., 2007. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Xanton Dari
Kulit Buah Manggis ( Garcinia Mangostana L).
40
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
dimana :
A = ml titrasi larutan Tanin
B = ml titrasi blanko = 0,7 ml
Gram sampel = 0,02 gr
Satu ml 0,1 N KMnO4 ≈ 0,0042 gram Tanin
= 3,507 %
= 6,3 %
Universitas Sriwijaya
= 7,707 %
= 8,757 %
= 9,807 %
= 10,5 %
Universitas Sriwijaya
= 11,193 %
= 11,907 %
= 13,293 %
= 6,3 %
Universitas Sriwijaya
= 6,507 %
= 8,143 %
= 9,807 %
= 10,5 %
Universitas Sriwijaya
= 11,193 %
= 11,907 %
= 12,243 %
= 14,007 %
Universitas Sriwijaya
= 6,3 %
= 6,993 %
= 8,4 %
= 10,143 %
Universitas Sriwijaya
= 10,807 %
= 11,195 %
= 11,907 %
= 12,6 %
Universitas Sriwijaya
= 15,393 %
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN B
Peralatan Evaporasi
Peralatan Ekstraksi
Oven
Peralatan Titrasi
Universitas Sriwijaya
Raffinate
(ampas hasil ekstraksi) Hasil Ekstraksi
Hasil Evaporasi
Sampel
Hasil Pengeringan
Universitas Sriwijaya