Anda di halaman 1dari 5

1.

1 Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback)


1.1.1 Penyebab Penyakit VSD
Vascular Streak Dieback (VSD) merupakan penyakit penting pada tanaman
kakao. Penyakit ini disebabkan oleh jamur dari kelompok Basidiomycetes, yaitu
Oncobasidium theobromae. Cendawan ini memproduksi basidiospora pada basidium
yang berkembang pada cabang kakao yang terserang dan terjadi setelah tengah malam
pada kondisi sangat lembab. Basidiospora disebarkan oleh angin dan bila spora ini
datang pada permukaan yang kering, maka akan segera kehilangan viabilitasnya. Pada
daun yang lunak dan mengandung tetesan air, basidiospora berkecambah cepat sekali
dan tabung kecambah berpenetrasi pada epidermis kemudian masuk ke dalam xilem
(Gambar 1). Dalam waktu 6 sampai 16 minggu tergantung pada umur tanaman kakao,
gejala akan muncul pada daun ke 2 dan ke 3 dari pucuk. Bila hujan terus menerus
maka perkecambahan akan terjadi dan jamur akan mengalami siklus yang sempurna
(Rosmana, 2005).

Gambar 1. Hifa Oncobasidium theobromae meninfeksi xilem, diwarnai dengan


lactophenol cotton blue
Di Indonesia, penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1960 (Tan,
1992). Akibat kerusakan yang ditimbulkan bisa menghilangkan hasil produksi
mencapai 25-40% (Byrne, 1976). Menurut Sukamto (2008), penyakit VSD telah
menjadi masalah yang serius bagi petani kakao di Sulawesi, khususnya di Sulawesi
Tenggara. Penyakit ini menimbulkan kerusakan paling berat pada tanaman muda
kurang dari 10 bulan. Semakin muda umur tanaman yang terserang, semakin tinggi
kemungkinan kematiannya (Kaene, 1981). Daerah sentra pengembangan kakao di
Indonesia sudah terserang penyakit VSD. Ini terjadi karena serangan jamur O.
theobromae dipengaruhi oleh virulensi, strain lokal, parasit dan kerentanan varieatas
klon. Selain itu, inokulum dari patogen yang terdapat dalam jaringan tanaman,
misalnya daun atau tangkai yang masih segar yang sekarang banyak digunakan untuk
bahan sambung samping.

1.1.2 Gejala Penyakit


Penyakit dinamakan vascular streak dieback karena gejala yang khas dari
penyakit ini adalah adanya garis-garis berwarna cokelat pada berkas pembuluh
(vascular streak) yang terlihat pada penampang membujur cabang dan ranting-ranting
mati dari ujungnya (dieback) (Semangun, 2000). Sudarmadji dan Pawirosoemarjo
(1990) mengemukakan bahwa jaringan antar tulang daun mengering, berubah warna
menjadi coklat mirip gejala kekurangan hara kalsium. Pada bagian tangkai daun
apabila disayat terlihat adanya tiga noktah berwarna coklat agak hitam (Gambar 2a).
Pada bagian ranting yang terserang apabila dibelah memanjang tampak berkas
jaringan pembuluh yang berwarna coklat dan bermuara pada tangkai daun (Gambar
2b). Pucuk yang terserang mati, atau pada bagian ranting yang terserang tumbuh tunas-
tunas yang tidak normal,serangan yang berat menimbulkan kerusakan pada tajuk
tanaman.

(a) (b)
Gambar 2: a. Tiga noktah coklat di bekas dudukan daun, b. Belahan membujur batang
kakao (a: sakit; b: sehat)
Selanjutnya akan tumbuh tunas lateral pada ketiak bekas daun yang telah
gugur, tetapi kemudian juga mati, lama kelamaan daun tanaman akan habis dari ujung,
sehingga tanaman tampak seperti sapu, dan akan menimbulkan kematian (Gambar 3).
Penyebaran penyakit utamanya terjadi pada saat musim hujan karena kelembaban
udara sangat tinggi dan tanaman sedang mengalami flush (Nice, 2011).
Gambar 4: Tanaman Kakao yang terserang penyakit VSD
1.1.3 Pengendalian Penyakit VSD
Pengendalian penyakit VSD dapat dilakukan melalui kultur teknis,
pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan fungisida sistemik, dan
penanaman klon-klon resisten VSD.
1. Pengendalian kultur teknis yaitu pemangkasan sanitasi dan pemangkasan
tanaman pelindung. Pemangkasan sanitasi adalah memangkas ranting yang
terserang sampai pada batas tidak ditemukan garis cokelat pada jaringan
kayu ditambah 30 cm ke arah bawah. Pemangkasan sanitasi dilakukan dua
minggu sekali selama 23 bulan dengan presentase serangan VSD dibawah
1% dapat mencegah infeksi jaringan tanaman. Pemangkasan tanaman
pelindung bertujuan mengurangi kelembaban dan meningkatkan intensitas
cahaya matahari sehingga akan mengurangi perkembangan cendawan
Oncobasidium theobromae.
2. Cara pengendalian kedua dapat dilakukan secara kimiawi dengan
menggunakan fungisida sistemik golongan triazole (Vergese et al., 1992)
yang mempunyai efektifitas tinggi dalam menanggulangi VSD, baik
sebagai pencegah maupun pengobatan termasuk didalamnya adalah
triadimenol, flutriafol, tebuconazole, dan cyproconazole (Bong et al.,
1989). Prospek pengendalian VSD secara kimiawi tidak bagus karena
fungisida hanya melindungi jaringan muda, sehingga saat terjadi perubahan
iklim maka fungisida mudah tercuci. Penggunaan fungisida sistemik baru
mampu memberikan pengurangan intensitas penyakit pada tahap
pembibitan (Sidhu, 1987).
3. Pengendalian ketiga dilakukan dengan pemanfaatan bahan tanam tahan
yang telah terbukti secara efektif sebagai metode pengendalian hama dan
penyakit pada berbagai jenis tanaman. Kehilangan hasil akibat penyakit
VSD diperkirakan mencapai 100% pada klon-klon yang rentan dan 15%
pada klon tahan (Junianto dan Sukamto, 1986). Susilo et al. (2001)
melaporkan bahwa keberadaan klon-klon resisten merupakan cara paling
mudah, murah dan efisien untuk mengendalikan VSD. Bahan tanam kakao
tahan VSD bertujuan untuk menggantikan tanaman kakao yang rentan VSD
dengan hasil persilangan tanaman yang tahan (Anonim, 1985). Produksi
tanaman tahan mencapai 2,5 kali lebih tinggi. Penggunaan bahan tanam
tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian VSD sehingga
diperlukan penelitian yang lebih intensif khususnya untuk menemukan
varietas tahan.
Anonim. 1985. Evaluation of Result on Determination of Distribution of Vascular Streak Dieback
of Cocoa in Kalimantan, Sulawesi and Maluku. Centre fo Agriculture Quarantine, Jakarta.

Bong, C. L., Chong, T. C. and Seow, S. T. 1989. Field and Laboratory Screening of Fungicides
for the Control of VSD. Technical Bulletine, Departement of Agriculture, Universiti
Pertanian Malaysia for Ministry of Science, Technology and Evironment Malaysia.

Byrne PN. 1976. Vascular-streak dieback of cocoa in Papua New Guinea and Peninsular Malaysia.
Planter, Kuala Lumpur 52, 49-53.

Keane PJ. 1981. Epidemiology of vascular-streak dieback of cocoa. Annals of Applied Biology
88, 227-141

Nice.2011. Penyakit Vascular Streak Dieback. <http://perlintan.com/smf/index.php>. Diakses


pada tanggal 17 Mei 2017.

Rosmana A. 2005. Vascular Streak Dieback (VSD): Penyakit Baru Pada Tanaman Kakao Di
Sulawesi. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda
Sulawesi Selatan.

Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.UGM Press,


Yogyakarta.
Sidhu, M. 1987. Some Short Term Investigation into The Management of Vascular Streak Dieback
Disease on Young Cocoa in Giram Estate, Sabah, Malaysia.

Susilo, A.W., D. Suhendi dan S. Mawardi. 2001. Daya gabung sifat kerentanan terhadap penyakit
vascular-streak dieback beberapa klon kakao. Pelita Perkebunan 17: 97-104.

Tan, G.Y. 1992. Cocoa Breeding in Papua New Guinea and Its Relevance to Pest and Disease
Control. Cocoa Pest and Disease Management in Southeast Asia and Australia. Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Varghese, G., M.A.Z. Abidin and C.H. Lam. 1992. Prospect for chemical control of vascular streak
dieback of cocoa. Cocoa Pest Management in South East Asia and Australia.

Anda mungkin juga menyukai