Kanker Kolon
Kanker Kolon
1. Definisi
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa
yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki
keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma
ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang
paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens
bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal
biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum,
asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan
membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon
adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru
(ACS1998).
2. Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan
pengurangan waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang
meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh
Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker
lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Darah dalam feses
c. Riwayat polip rektal atau polip kolon
d. Adanya polip adematosa atau adenoma villus
e. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
f. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
g. Diit tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar Makanan tersebut juga mengurangi
waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan
terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari
daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,
menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di
goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan
kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam
jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar.
Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak
hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day
Adventists ).
3. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan
fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah
perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum
kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi,
atau penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan
dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses
hitam, seperti ter).
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang
berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses,
konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala
yang dihubungakan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
4. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun
makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut.
Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan
lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara
bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu
dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel).
Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat
menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke
dalam struktur sekitarnya.
Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen,
dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip
cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan
lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui :
a. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).
b. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon
dan mesokolon.
c. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon
mengalirkan darah balik ke sistem portal.
5. Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
f. Pembentukan abses
6. Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon.
a. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu,
dan besi dalam usus besar.
b. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
c. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
d. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
e. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur
untuk buang air besar.
f. Hidup rileks dan kurangi stress.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaanmedis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna
terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam
bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan
selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan
atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan
ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan
efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi
yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah
dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi
b. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker
kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker
yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi
laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat
keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi.
Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan
semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk
mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini
adalah paliatif.
Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital
sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari
lokasi dan ukuran tumor.
c. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2) Meningkatkan kenyamanan.
3) Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4) Mencegah komplikasi.
5) Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan.
d. Penatalaksanaan Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus,
karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi
racun yang memicu sel kanker.
2) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur
8. Pemeriksaan penunjang
a. Endoskopi.
Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat
dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis
perlu dilakukan biopsi.
b. Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto
dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium
mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan
letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi
perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen.
Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan
colonoscopy. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya
massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat
menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya
metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan
pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada
suatu tempat atau suatu striktura.
c. Ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis
kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
d. Histopatologi
Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa
tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.
Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan
perlu ditentukan differensiasi sel.
e. Laboratorium.
Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun
demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb.
Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar
CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang
sudah lanjut.
Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi
secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml
hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar
lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap
shigella dan juga amoeba.
f. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
g. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum
tulang, kulit, organ dan sebagainya.
h. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah
putih: trombosit meningkat atau berkurang.
i. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama
mencakup sebagai berikut:
a. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi.
b. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi.
c. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan, respon
pembedahan.
d. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan anoreksia.
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi.
g. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis
kanker.
h. Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan
perawatan diri setelah pulang.
i. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen
dan perianal), pembetukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap kual
periostoma.
j. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.
3. Intervensi
Nyeri b.d iritasi intestinal, respon pembedahan
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam pasca bedah nyeri berkurang atau
teradaptasi
Kriteria :
a. Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi
b. Skala nyeri (0-4)
c. TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional Jelaskan dan bantu pasien dengan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvansif Pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri Lakukan
manajemen nyeri keperawatan, meliputi:
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
Beri oksigen nasal apabila skal nyeri ≥ 3 ( 0-4).
Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul.
Atur posisi fisiologis
Ajarkan teknik relaxasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
Lakukan manajemen sentuhan Pendekatan PQRST dapat secara
komprehensif menggali kondisi nyeri pasien apabila pasien
mengalami skala nyeri 3 (0-4) , keadaan ini merupakan peringatan
yang perlu perawat waspadai karena memberikan manifestasi
klinik yang bervariasi dari komplikasi pasca bedah reseksi kolon.
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi:
Kriteria evaluasi:
Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan
Leukosit dalam batas normal
TTV dalam batas normal Intervensi Rasional
Kaji jenis pembedahan, hari pembedahan, dan apakah adanya order
khusus dari tim dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.
4. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
a. Mempertahankan eliminasi usus adekuat.
b. Mengalami sedikit nyeri.
c. Meningkatkan toleransi aktivitas.
d. Mencapai tingkat nutrisi optimal.
Makan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori.
Kram abdomen berkurang.
e. Keseimbangan cairan tercapai.
Membatasi masukan makanan dan cairan oral bila terjadi mual.
Berkemih sedikitnya 1½ liter per 24 jam.
f. Mengalami penurunan ansietas.
Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas.
Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stress.
g. Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan
perawatan diri setelah pulang.
Mendiskusikan diagnosa, prosedur bedah, dan perawatan diri
pascaoperatif.
Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi.
h. Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal.
Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma.
i. Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara
verbal.
STUDIKASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata :
Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 35 th
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kalirejo, Lampung Tengah
Tanggal Masuk RS : Sabtu, 05 Mei 2012
Diagnosa Medis : Ca. Colon
Penanggung Jawab
Nama : Ny. B
Agama : IslamPendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kalirejo, Lampung Tengah
Hubungan dengan klien : Istri
2. Keluhan utama : Nyeri hebat pada bagian perut
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 Mei 2012 akibat mengalami
penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh
keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 Mei 2012, dengan keluhan nyeri
pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses
berwarna kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu
makan, penurunan berat badan, dan cepat letih.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-
obatan, hanya saja tidak terlalu suka sayuran. + 4 tahun yang lalu klien
pernah terkena penyakit thypoid sampai diopname. Klien pernah mengalami
kecelakaan motor namun tidak fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa klien
hampir setiap hari mengkonsumsi daging hewan, jarang makan sayur, dan
klien mempunyai riwayat peminum / alkoholic.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM,
Asma, Hipertensi.
4. Basic Promoting physiology of Health
a. Aktifitas dan latihan Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya
diisi dengan beristirahat di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien
jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur,
aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya.
b. Tidur dan istirahat Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya
dipergunakan untuk tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan
tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam
dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di
rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah.
c. Kenyamanan dan nyeri Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan
belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat
defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada
abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka
klien tampak menahan nyeri.
d. Nutrisi Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan
kesibukan jam kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan
klien 68 kg. Berat badan dalam 2 bulan terakhir turun drastis menjadi 57 kg.
Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan
makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak
memiliki pantangan terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah
mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi
nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak
nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak. Diet di rumah
sakit adalah diet rendah lemak hewani dan tinggi serat. Kebutuhan
pemenuhan nutrisi dibantu oleh keluarganya.
e. Cairan, elektrolit, dan asam basa Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8
gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit
tidak elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20 tetes/menit.
f. OksigenasiKlien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas,
irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang
oksigen.
g. Eliminasi fekal/bowel Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi
hari. Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning
kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB,
mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau
anyir.
h. Eliminasi urin Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami
perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter, kebutuhan
pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.
i. Sensori, persepsi, dan kognitif Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat
penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif
5. Pemeriksaan Fisik Head To head Keadaan Umum Kesadaran klien
composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg, Nadi 70x/menit, irama reguler
kekuatan sedang, Respirasi 26x/menit, irama regular, Suhu 36,50 C
a. Kepala : kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut
mudah patah saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.
b. Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra
normal, tidak ada oedema. Lensa mata normal, jernih, visus mata kanan dan
kiri normal. Tampak garis kehitaman pada kelopak mata klien bagian bawah.
c. Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis,
gangguan indera pencium, atau secret.
d. Mulut : Mulut klien normal, dimana gigi klien normal, tidak ada lubang, dan
tidak ada gigi palsu. Bibir klien kering, tidak stomatitis, dan tidak sianosis.
Gusi klien berwarna merah, lidah klien tampak kotor.
e. Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.
f. Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku
kuduk, tidak ada hematoma, tida ada lesi.
Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak hipremis, dan tidak
ada pembesaran tonsil.
g. Dada : bentuk dada klien normal
Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada simetris.
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri.
Perkusi : pulmo kanan dan kiri sonor.
Auskultasi : vesikuler pada pulmo kanan dan kiri
Cor : Inspeksi: ictus cordis tidak nampak.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada mid clavicula sic 5, Perkusi : menunjukkan
batas jantung normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI) di ruang intercosta V sebelah kiri, Bunyi
jantung II (SII) di ruang intercosta II sebelah kanan, Bunyi jantung III (SIII)
tidak ada, murmur tidak ada.
h. Abdomen : inspeksi : bentuk agak cembung. Palpasi : adanya nyeri tekan
pada perut bawah. Auskultasi : peristaltik permenit.
i. Genetalia : Laki-laki : normal, tidak ada perdarahan.
j. Rektum : Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada
tumor.
k. Ekstremitas :
- atas : Kekuatan otot ka/ki : 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
- bawah : kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
Psiko sosio budaya dan spiritual : Psikologis :
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara mengatasi
gelisahnya klien dihibur keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga
sangat baik, keluarga memberikan semangat kepada klien agar klien selalu
berdo’a supaya cepat sembuh. Rencana klien setelah masalah terselesaikan
adalah istirahat di rumah. Klien juga mengatakan sedikit cemas dengan
penyakitnya. Klien takut akan perubahan status kesehatannya.
Sosial : Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota RT 5
Kalirejo. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah lingkungan yang
kotor. Cara mengatasinya dengan melakukan kegiatan kerja bakti.
Budaya : Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang
dianut tidak merugikan kesehatannya. Spiritual : Aktivitas ibadah sehari-hari
sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah yasinan.
Keyakinan klien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami :
klien yakin akan dirinya pasti sembuh
6. Pemeriksaan Penunjang
Tes Diagnostik : (05 Mei 2012) Hematologi Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hb 11,5 12-18 g/dL Turun Ht/PVC 42 40-52% Normal
Leukosit 7.000 4.000-10.000 /uL Normal
Trombosit 253.000 150.000-450.000 /uL Normal
Masa protrombin 13.0 11.0-17.0 detik Normal
Radiologi : Foto colon ( Barium Enema) Colonoscopy
7. Terapi Medis
Bed rest
IVFD RL 20 tetes/menit
Th/oral :
Th/inj :
Kemoterapi
Leukovorin
5-FU, Levamisol, Leuvocorin
Pembedahan/Laparaskopi
ANALISA DATA
Nama Klien :Tn. A No. Register :123
Umur :35 tahun Diagnosa Medis :Ca.Colon
Ruang Rawat :PaviliunAsri3 Alamat :Kalirejo
DO :
06/05/12
13.00 WIB
DS :
DO :
Klien tampak lemah
Klien tampak menahan nyeri
Ekspresi wajah klien cemberut
Tampak kemerahan pada daerah bekas operasi Nyeri akut Agen cedera
fisik (insisi pembedahan)
06/05/12
13.30 WIB
DS :
DO :
Daerah pembedahan tampak masih baru dan terfiksasi
Leukosit : 15.000 /Ul
Suhu : 37,5 C Risiko infeksiTindakan invasif, insisi post pembedahan
06/05/12
14.00 WIB
06/05/12
15.00 WIB
DS
DO :
DS :
DO :
Post Operasi
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.