Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian


perinatal di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut survei
demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2011 Angka
Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000
kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita (AKB) di Indonesia
tahun 2007 sebesar 44/10.000 kelahiran hidup.

Salah satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi adalah


kurangnya petugas kesehatan yang memiliki standar kompetensi
dalam memberikan pelayanan ibu dan bayi, terutama kemampuan
dalam mengatasi masalah kegawatdaruratan.

Asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan


neonatal membutuhkan prinsip kerja yang cepat, tepat, dan benar.
Mulai dari penilaian awal, keputusan klinis, pemberian asuhan
hingga pelaksanaan rujukan pada kasus yang memerlukan
penanganan di luar kewenangan.

Makalah ini membahas tentang penilaian kondisi klien


yang berkaitan dengan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
Diharapkan mahasiswa kebidanan mampu mencapai kompetensi
dasar sebagai standar pelayanan sehingga dapat berpartisipasi
dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia.
A. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan?


2. Bagaimana penilaian awal kegawatdaruratan maternal dan
neonatal?
3. Apa yang dimaksud dengan rujukan?
4. Bagaimana cara merujuk yang cepat, tepat, dan aman?

B. Tujuan

 Umum :
Mahasiswa mampu melakukan penilaian kondisi klien yang
berkaitan dengan kegawatdaruratan.

 Khusus :
1. Untuk mengetahui pengertian kegawatdaruratan.
2. Untuk memahami teknik penilaian awal kegawatdaruratan
maternal dan neonatal.
3. Untuk mengetahui pengertian rujukan.
4. Untuk mempelajari pedoman rujukan pada kasus gawat darurat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep kegawatdaruratan
1. Pengertian
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan
tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).1
a. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label
merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
b. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium
akhir.
c. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien
Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
d. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan
dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.

e. Pasien Meninggal
Label hitam (Pasien sudah meninggal) merupakan prioritas terakhir.

1.Penilaian Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

1. Penilaian awal
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetrik yang dicurigai dalam keadaan gawat darurat dan membutuhkan
pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi.
Dalam penilaian awal ini anamnesis lengkap belum dilakukan. Anamnesis awal
dilakukan bersama-sama dengan periksa pandang, periksa raba, dan penilaian
tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi yang sangat penting berkaitan
dengan kasus misalnya apakah kasus mengalami perdarahan, demam, tidak sadar,
kejang, sudah mengejan atau bersalin berapa lama.
Fokus utama penilaian adalah apakah pasien mengalami syok hipovolemik, syok
septik, syok jenis lain (syok kardiogenik, syok neurologic, dan sebagainya).

Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal sebagai berikut:

a. Periksa pandang:
1) Menilai kesadaran penderita: pingsan,koma,kejang-kejang, gelisah, tampak
kesakitan.
2) Menilai wajah penderrita : pucat, kemerahan, banyak berkeringat.
3) Menilai pernafasan: cepat,sesak nafas.

b. Periksa raba:
1) Kulit: dingin, demam.
2) Nadi: lemah/kuat, cepat/normal.
3) Kaki atau tungkai bawah: bengkak

c. Tanda vital:
1) Tekanan darah
2) nadi
3) suhu
4) pernafasan.

Hasil penilaian awal ini menjadi dasar pemikiran apakah kasus mengalami
penyulit perdarahan, infeksi, hipertensi, preeklamsia/ eklamsia, atau syok. Dasar
pemikiran ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan pemerikssaan
klinik lengkap, tetapi sebelum pemeriksaan klinik lengkap tersebut selesai di
lakukan, langkah-langkah untuk melakukan pertolongan pertama sudah dapat
dikerjakan sesuai hasil penilaian awal, misalnya ditemukan kondisi syok,
pertolongan pertama untuk mengatasi syok harus sudah dilakukan.

B. Penilaian Klinik Lengkap


Penilaian klinik lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan
pemeriksaan
obstetric termasuk pemeriksaan panggul secara sistematis meliputi sebagai
berikut.

1. Anamnesis
Diajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarganya beberapa hal berikut dan
jawabannya
dicatat dalam catatan medik.
a. Masalah/keluhan utama yang menjadi alasan pasien dating ke klinik.
b. Riwayat penyakit/masalah tersebut termasuk obat-obatan yang sudah
didapat
c. Tanggal hari pertama haid yang terakhir dan riwayat haid
d. Riwayat kehamilan sekarang
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu termasuk kondisi
anaknya
f. Riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat penyakit
dalam keluarga
riwayat pembedahan
g. Riwayat alergi terhadap obat

2. Pemeriksaan Fisik Umum


a. Penilaian keadaan umum dan kesadaran penderita
b. Penilaian tanda vital (Tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan)
c. Pemeriksaan kepala dan leher
d. Pemeriksaan dada (pemeriksaan jantung dan paru-paru)
e. Pemeriksaan perut (kembung, nyeri tekan atau nyeri lepas, tanda abdomen
akut, cairan bebas dalam rongga perut)
f. Pemeriksaan anggota gerak (antara lain edema tungkai dan kaki)

3. Pemeriksaan Obstetri :
a. Pemeriksaan vulva dan perineum
b. Pemeriksaan vagina
c. Pemeriksaan serviks
d. Pemeriksaan rahim (besarnya, kelainan bentuk, tumor dan sebagainya)
e. Pemeriksaan adneksa
f. Pemeriksaan his (frekuensi, lama, kekuatan relaksasi, simetri, dan dominasi
fundus)
g. Pemeriksaan janin:

1) Didalam atau diluar rahim


2) jumlah janin
3) presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh
4) posisi janin, moulase, dan kaput suksedaneum

5) Bagian kecil janin disamping presentasi (tangan, tali pusat, dan lain-lain)
6) Anomali kongenital pada janin
7) Taksiran berat janin
8) Janin mati atu hidup, gawat janin atau tidak

4. Pemeriksaan Panggul :
a. Penilaian pintu atas panggul :
1) Promontorium teraba atau tidak
2) Ukuran konjugata diagonalis dan konjugata vera
3) penilaian linea inominata teraba berapa bagian atau teraba seluruhnya
b. Penialaian ruang tengah panggul :
1) Penilaian tulang sacrum (cekung atau datar)
2) Penilaian dinding samping (lurus atau konvergen)
3) Penilaian spina ischiadika (runcing atau tumpul)
4) Ukuran jarak antaspina iskiadika distansia interspinarum)

c. Penilaian pintu bawah panggul :


1) Arkus pubis (lebih besara atau kurang dari 90°)
2) Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
3) Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan pervaginam
4) Penilaian panggul (panggul luas, sempit atau panggul patologik)
d. Penilaian imbang feto-pelvik : (imbang feto-pelvik baik atau disproporsi
sefalo-pelvik)

C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dan menentukan baik dalam
penanganan kasus
perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia,
maupun kasus
kegawatdaruratan yang lain.

2. Rujukan
Definisi

Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif,


pragmatif, dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang paripurna dari komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkan terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan
berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat
kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes RI. 2006)
Menurut SK Mentri Kesehatan RI No. 32 Tahun 1972 sistem rujukan
adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tangguang jawab timbal balik terhadap satu kasus masalah kesehatan
secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Dapat dikatakan bahwa sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya tangguang jawab secara
timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan
masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal yang lebih kompeten
terjangkau dan dilakukan secara rasional.

Tujuan

Sistem rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada


fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat
terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB

Jenis

A. Menurut tata hubungannya, sistem rujakan terdiri dari : rujukan internal dan
rujukan neonatal.
a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terdiri di antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk.

b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat inap) maupun vertikal
(dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
B. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan medik dan
rujukan kesehatan.

a. Rujukan Medik
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, spesimen,
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. Mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten.
b. Rujukan Kesehatan
adalah rujukan yang mengangkat masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif.

Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan :


a) Umum
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan didukung mutu pelayanan yang
optimal.
b) Khusus
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan
rehabilatif secara berhasil guna dan berdaya guna.
Jenjang Tingkat Tempat Rujukan

RUMAH SAKIT TIPE A


RUMAH SAKIT TIPE INAP
PUSKESMAS BP, RB, BKIA, DAN SWASTA
RUMAH SAKIT TIPE C/D
POSTANDU KADER DUKUN BAYI
PUSKESMAS PEMBANTU BIDAN

Jalur Rujukan
1. Dari kader, dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin/bidan desa
c. Puskesmas/ puskesmas rawat inap
d. Rumah Sakit pemerintah/ swasta
2. Dari Posyandu, dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin/bidan desa
c. Puskesmas/ puskesmas rawat inap
d. Rumah Sakit pemerintah/ swasta
3. Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung mrujuk ke rumah sakit tipe D C atau rumah sakit swasta.
4. Dari Pondok bersalin
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D atau rumah sakit swasta.
Persiapan Penderita (BAKSOKUDA)

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat


“BAKSOKUDA” yang diartikan sebagai berikut :
1. Bidan

Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang

kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan

bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan

2. Alat

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi

baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan

dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam

perjalanan.

3. Keluarga

Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu

dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan

tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru

lahir ke tempat rujukan.

4. Surat

Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu

dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan,

asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf

kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.

5. Obat

Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan

mungkin akan diperlukan selama perjalanan.

6. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang

cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk.

mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.

7. Uang

Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli

obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperiukan selama

ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.

8. Darah
Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membantu transfusi darah apabila terjadi
perdarahan.

Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/ sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita

Tindak Lanjut Penderita


 untuk penderita yang telah dikembalikan
 harus kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut tetapi
tidak melapor.

1. Ibu Hamil dapat memperoleh pelayanan ANC diberbagai Sarana


Pelayanan Kesehatan (Bidan, Puskesmas biasa, Puskesmas PONED, RB,
RS biasa atau RS PONEK)
2. Sarana Pelayanan Kesehatan mengidentifiksi jenis kehamilan dan
perkiraan jenis persalinan dari ibu-ibu yang mendapatkan pelayanan ANC
dimasing-masing sarana.
3. Sarana Pelayanan Kesehatan mengelompokan jenis kehamilan dan jenis
persalinan menjadi 2 kelompok.
4. Kelompok A: merupakan ibu-ibu yang dideteksi mempunyai
permasalahan dalam kehamilan dan diprediksi akan mempunyai
permasalahan dalam persalinan Untuk kelompok A, Rujukan bisa
dilakukan pada saat ANC dimana Sarana Pelayanan Kesehatan akan
merujuk Ibu Hamil Kelompok A ke RS PONEK (kecuali ibu hamil
tersebut sudah ditangani di RS PONEK sejak ANC)

Kelompok B: merupakan ibu-ibu yang dalam ANC tidak ditemukan


permasalahan.
Sarana Pelayanan Kesehatan akan menangani persalinan ibu Hamil
Kelompok B

5. Pada saat persalinan Sarana Pelayanan Kesehatan akan mengidentifikasi


kemungkinan terjadinya penyulit pada persalinan menggunakan proses
dan tehnik yang baik (misalnya penggunaan partogram)
Sarana pelayanan kesehatan mengelompokkan jenis persalinan menjadi 3
kelompok :
6. Kelompok B1: Ibu-ibu yang mengalami permasalahan di dalam
persalinan dan harus dirujuk emergency (dirujuk dalam keadaan in-partu)
Ibu Bersalin Kelompok B1 akan dirujuk ke RS PONEK (kecuali
persalinan memang sudah ditangani di RS PONEK

Kelompok B2: Ibu-ibu yang mengalami permasalahan di dalam


persalinan tapi tidak memerlukan rujukan Ibu Besalin Kelompok B2 dapat
ditangani di Puskesmas PONED
Kelompok B3: Ibu-ibu dengan persalinan normal
Ibu Bersalin Kelompok B3 dapat ditangani di seluruh jenis sarana
pelayanan
kesehatan/persalinan (Puskesmas, RB, RS)

7. Bayi baru lahir yang dimaksud dalam manual ini adalah neonatus berusia
antara 0-28 hari.
Bayi baru lahir tanpa komplikasi dapat ditangani di seluruh jenis sarana
pelayanan kesehatan termasuk RS PONEK apabila sang ibu bersalin di RS
PONEK tersebut (karena masuk kelompok A dan B1).
8. Bayi baru lahir dengan komplikasi dapat lahir dari ibu dengan komplikasi
persalinan maupun dari ibu yang melahirkan normal, baik di Rumah Sakit
PONEK atau di sarana pelayanan kesehatan primer. Bayi baru lahir yang
telah pulang pasca kelahiran dan kemudian kembali lagi ke fasilitas
kesehatan karena menderita sakit juga termasuk dalam manual rujukan ini.
9. Bayi baru lahir kontrol ke sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan surat
kontrol yang diberikan oleh fasilitas kesehatan di tempat kelahiran.
10. Pengelompokan tingkat kegawatan bayi baru lahir dilakukan berdasarkan
algoritme Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Bayi baru lahir
dengan sakit berat dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, bayi baru lahir
dengan sakit sedang dirujuk ke Puskesmas PONED, sementara bayi baru
lahir sakit ringan ditangani di sarana pelayanan kesehatan primer atau di
sarana pelayanan kesehatan tempat bayi kontrol.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah suatu kondisi yang
mengancam jiwa, yang dapat menyebabkan kematian atau kerusakan bagian tubuh
pada ibu, fetus atau bayi yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan nifas
yang membutuhkan pertolongan segera.Kegawatdaaruratan maternal sering
disebabkan oleh perdarahan, preekalmsia/eklamsia, syok sepsis/asepsis, dan
persalinan yang macet.Kegawatdaruratan neonatal sering disebabkan kerana
hipotermi, hipertermi, hipoglikemi, dan tetanus neonatorium.
Berbagai tanda dan gejala yang menandai adanya kondisi gawat darurat
adalah: produksi urin yang <30 ml, kejang, panas, sianosis, perut kembung, nadi
cepat, tekanan darah menurun.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal pada kasus
kegawatdaruratan ialah :
 Periksa pandang
Menilai kesadaran penderita; pingsan/koma, kejang-kejang,
gelisah, tampak kesakitan.
Menilai wajah penderita; pucat, kemerahan, banyak berkeringat.
Menilai pernapasan; cepat, sesak, napas.
 Periksa raba
Kulit; dingin, demam.
Nadi; lemah/kuat, cepat/normal.
Kaki/tungkai bawah; bengkak.
 Periksa Tanda Vital
Tekanan darah.
Nadi.
Suhu.
Pernapasan. (Sarwono, 2009 hal. 61)

Model rujukan pada kasus kegawatdaruratan adalah RTW


(Rujukan Tepat Waktu) yang memiliki prinsip cepat, tepat, dan aman. Hal
yang perlu dilakukan sebelum melakukan rujukan adalah :

1. Stabilisasi Klien
2. Persiapan Administrasi
3. Melibatkan Keluarga
4. Persiapan Keuangan
A. Saran
Setelah mengetahui penilaian awal dan model rujukan pada kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal, diharapkan mahasiswa
kebidanan mampu mencapai kompetensi dasar. Sehingga mahasiswa
dapat memberikan pelayanan yang memenuhi standar dan berpartisipasi
dalam menurunkan AKI dan AKB.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://desitatrijayanti.blogspot.com/2014/03/penanganan-umum-pada-
kondisi.html
2. http://thamiiaaa.blogspot.com/2013/03/konsepdasar-keperawatan-gawat-2.html
3. http://arafahrasyid.blogspot.com/2013/05/kegawatdaruratan-maternal-dan-
neonatal.html
4. http://www.sumbarsehat.com/2012/07/kegawatdaruratan-neonatal.html
5. http://desitatrijayanti.blogspot.com/2014/03/penanganan-umum-pada-
kondisi.html
6. Supriyadi T dan Johannes Gunawan. 2012. Kapitaseleksakedaruratan obstetric
danginekologi. EGC: Jakarta halaman 56
7. Obstertrik wiliams
8. Sarwono. 2007. Ilmubedahkebidanan. YBP-SP: Jakarta halaman 198
9. Sarwono abu-abu
10. http://possore.com/2014/04/29/aki-dan-akb-masih-tinggi-kemkes-kampanye-
peduli-kesehatan-ibu-2014/
11. Gomella, Tricia Lacy (2004). Neonatology : Management, Procedures, On-call
problems, Diseases, and Drugs. Lange. ISBN: 0-07-138918-0.
12. Kliegman, Robert M. (2007). Nelson Textbook of Pediatrics. Saunders Elsevier.
ISBN: 978-0-8089-2365-7.
13. http://april-getuk.blogspot.com/2011/11/macam-macam-syok.html
14. Program Strengthening Leadership and Management Capacities for Health
Service Delivery

Poskan Komentar

Anda mungkin juga menyukai