Anda di halaman 1dari 7

Preeklamsi dan Eklamsi

literatur tidak memberikan konsesus tentang definisi pre-eklamsia. Sebagian besar


penulis menggunakan definisi kombinaasi tekanan darahbyang diatas 140/90mmHg ddengan
proteinuria yang melebihi 300mg dalam 24 jam(chappell et al,,1999) atau tekanan diastolik
yang lebih besar dari 90mmHg pada kedua kali pengukuran yang terpisah setelah kehamilan
20 minggu plus proteinuria yang signifian, tanpa adnya hipertensi pra-kehamilan . Metode yang
paling aman untuk mengukur proteinuria pada ibu hamil dengan hipertensi adalah melalui
pemeriksaan estimasi total protein dalam kumpulan urine 24-jam mengingat
pemeriksaanurinalisis dengan cara ‘dipstick’ tidak dapat mendeteksi proteinuria yang
signifikan. Tanda-tanda serta gejala klinik indikator laboratorium lainnya seperti hasil tes faal
hati yang abnormal, koagulopati, kenaikan hematokrit, kenaikan kadar asam urat dan
trombositopenia memiliki makna yang paling penting.

Pre-eklamsi dan eklampsia dapat terjadi setiap saat antara kehamilan 20 minggu dan 6
minggu postpartum. Ada 15% primigravida yang terkena oleh keadaan ini. Sampai saat ini,
terapi satu-satunya yang efektif adalah pengeluaran plasenta.

Faktor-faktor risiko untuk pre-ekklamsia

Berkaitan dengan reaksi yang diantarai oleh sistem imun

1. kehamilan yang pertama


2. inkompatibilitas
3. penyakit ginjal
4. penyakit jaringan ikat(misal,artriis reumatoid)

Berkatian ddengan predisposisi

1. riwayat keluarga
2. ras berwarna
3. usia <16 tahun atau<40 tahun
4. pernah mengalami pre-eklampsia
5. trisomi 13 pada janin

Berkaitan dengan plasenta yang benar

1. kehamilan kembar
2. diabetes
3. kehamilan mola

Berkaitan dengan aterosklerosis

1. profil lemak yang merugikan


2. hipertensi esensial
3. obesitas
4. resistensi insulin
5. kenaikan konsentrasi homosistein(yang menyertai diet rendah folat)

Komplikasi pre-eklampsia

1. Eklampsia-serangan kejang
2. edema serebri
3. perdarahan serebri
4. perdarahan retina, kebutaan korteks
5. keogulasi desiminata

penanganan kejang :

1. memberikan obat antikonvulsan


2. perlengkapan untuk penanganan kejang ( jalan nafas,sedotan,oksigen).
3. melindungi pasien dari kemungkinan trauma.
4. aspirasu mulut dan tenggorokan.
5. membaringan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenbrug untuk menghindari aspirasi.
6. memberikan oksigen 4-6 liter/menit.

jenis Obat epilepsi yaitu: Idiopathic Generalised Tonic Clonic

obat mekanisme kombinasi


karbamazeprin Blok sodium channel konduktan pada Fenitoin & asam
neuron, bekerja juga valproat
pada reseptor NMDA, kombinasinya
monoamine dan asetilkolin
penitoin Blok sodium channel dan inhibisi aksi Fenitoin &
konduktan kalsium dan topiramat
klorida dan neurotransmitter yang voltage
dependent

Fenobarbital Meningkatkan aktivitas reseptor GABAA, Fenitoin &


menurunkan fenoarbital
eksitabilitas glutamat, menurunkan
konduktan NA, K, Ca

Asam valproat Diduga aktivitas GABA glutaminergik, Karbamazepin&


menurunkan ambang asam valproat
konduktan kalsium
Topiramat Blok sodium channel, meningkatkan Fenobarbital &
influks GABA-mediated asam valproat
klorida, modulasi efek reseptor GABAA,
bekerja pada reseptor
AMPA

Kombinasi fenitoin dan asam valproat merupakan kombinasi yang dapat menyebabkan
terjadinya interaksi obat secara farmakokinetik dalam fase distribusi (Patsallos dkk., 2002).
Interaksi obat merupakan faktor risiko penting dalam terjadinya efek samping
(Krehenbuhl-Melcher, 2005).
Metabolisme fenitoin menjadi terhambat dengan adanya asam valproat sehingga
meningkatkan toksisitas fenitoin. Fenitoin mempunyai efek samping diantaranya mual,
hyperplasia gingiva, dan memory problem (Lacy dkk., 2010).
Keterbatasan pada penelitian ini, pada efek samping tidak dilakukan penelitian lebih
mendalam sehingga terjadinya efek samping obat pada politerapi belum dapat disimpulkan
apakah murni benar terjadi karena interaksi obat. Dari analisis DIPS interaksi obat antara
fenitoin dan asam valproat termasuk kategori possible atau mungkin terjadi.

mekanisme atau cara kerja :


1. Golongan Hidantoin
Co: Fenitoin, mengubah konduktansi Na⁺, K⁺, dan Ca2+, potensial membrane
dan konsentrasi asam amino dan neurotransmitter norepineprin, asetilkolin dan GABA.
2. Golongan Barbiturat
Co: Fenobarbital, dapat menekan saraf abnormal secara selektif, menghambat
penyebaran dan menekan cetusan listrik. Barbiturat menekan korteks sensor,menurunkan
aktivitas motorik, mempengaruhi fungsi serebral dan menyebabkan kantuk, efek sedasi
dan hipnotik .
3. Golongan Suksimid
Co: Etosuksimid, menurunkan nilai arus ambang rendah dari kalsium tipe T. Arus
kalsium tipe T diperkirakan merupakan arus pemacu di saraf thalamus yang bertanggung jawab
menimbulkan lepasan muatan di korteks yang ritmik pada serangan.
4. Golongan Oksazolidindion
Co: Trimetadon, meningkatkan nilai ambang untuk lepas muatan kejang pasca
stimulansi talamus berulang trimetadion atau lebih tepat metabolit aktifnya yaitu
dimetadion mempunyai efek yang sama pada aliran Ca2+ thalamus seperti etosuksimid
(mengurangi aliran kalsium tipe T).
5. Karbamazepin
Co: Karbamazepin, seperti fenitoin memblokade saluran natrium pada
konsentrasi terapeutik dan menghambat cetusan berulang berfrekuensi tinggi pada
kultur neuron
6. Golongan Benzodiazepin
Co: Diazepam, menekan serangan yang berasal dari fokus epileptogenik dan
efektif pada serangan absence dan mioklonik.
7. Asam Valproat
Co: Asam Valproat, mengurangi perambatan lepasan listrik abnormal di dalam
otak. Asam valproat bisa memperkuat keja GABA pada sinaps-sinaps inhibisi.
Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan hambatan enzim yang menguraikan
GABA ( g-amino-butyric acid ) sehingga kadar neurotransmiter ini diotak meningkat.

Tentang Phenobarbital

Fenobarbital merupakan obat sedatif-hipnotik dari golongan barbiturat. Golongan


barbiturat digunakan secara luas sebagai obat sedatif-hipnotik pada pertengahan awal abad ke
20. Banyak masalah yang berhubungan dengan obat golongan ini, antara lain tingginya
penyalah gunaan obat, indeks terapi yang sempit, dan efek samping yang tidak menyenangkan.
Fenobarbital saat ini digunakan untuk mengatasi gejala bangkitan kejang, status epilepsi, dan
sebagai obat sedasi pada siang hari.

Fenobarbital merupakan derifat asam barbiturat dengan ikatan gugus etil pada rantai
karbon 5a dan phenyl pada rantai karbon 5b. Fenobarbital ini bila digunakan sebagai anti
hipnotik-sedatif, diberikan secra oral. Obat ini diabsorbsicepat dan beredar luas di seluruh
tubuh. Ikatan fenobarbital pada protein plasma tinggi tetapi tingkat kelarutan lemak tidak
begitu tinggi. Dosis sedasi 15-30 mg. Fenobarbital mencapai kadar puncak dalam 60 menit
dengan durasi kerja 10 hingga 12 jam.waktu paruh dari fenobarbital adalah 80 hingga 120 jam.

Fenobarbital dimetabolisme di hati dan diekskresikan ke urin. Kira-kira 25%


fenobarbital diekskresi di urin dalam bentuk utuh.

Efek samping
Pada beberapa individu, pemakaian ulang fenobarbital lebih menimbulkan eksitasi
daripada depresi. Fenobarbital sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, atralgia, terutama
pada pasien psikoneuritik yang menderita insomnia. Bila diberikan dalam keadaan nyeri dapat
menimbulkan gelisah, eksitasi, bahkan delirium. Dapat pula terjadi reaksi alergi berupa
dermatosis, erupsi pada kulit, dan kerusakan degenerasi hati.
Efek utama fenobarbital adalah depresi pada sistem saraf pusat. Efek ini dicapai dengan
cara berikatan dengan komponen-komponen molekuler reseptor GABA. pada membran neuron
sistem saraf pusat. Ikatan ini akan meningkatkan lama pembukaan kanal ion klorida yang
diaktivasi oleh GABA. Pada konsentrasi tinggi, fenobarbital juga bersifat sebagai GABA-
mimetik dimana akan mengaktifkan kanal klorida secara langsung. Peristiwa ini menyebabkan
masuknya ion klorida pada badan neuron sehingga potensial intramembran neuron menjadi
lebih negatif.

Indikasi dan Kontraindikasi


Fenobarbital digunakan pada terapi darurat kejang, seperti tetanus, eklamsia, status
epilepsi, keracunan konvulsan. Fenobarbital juga digunakan sebagai obat sedasi pada siang
hari fenobarbital digunakan untuk hiperbilirubinemia dan kern ikterus pada neonatus karena
dapat meningkatkan glukoroniltransferase dan ikatan bilirubin Y protein. Fenobarbital tidak
boleh pada pasien yang alergi pada fenobarbital, penyakit hati atau ginjal, dan penyakit
Parkinson.

Jenis Obat Antiepilepsi

Golongan Obat resep

Manfaat Mencegah kejang pada penderita epilepsi

Dikonsumsi Oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk Obat cair untuk diminum, obat suntik dan tablet

Peringatan:

1. Bagi wanita hamil, menyusui, atau yang sedang berusaha memiliki anak, sesuaikan
dengan anjuran dokter tentang pemakaian obat ini.
2. Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, hati dan porfiria.
3. Harap waspada bagi yang mengalami masalah pernapasan, dan yang pernah mengalami
ketergantungan narkotika atau minuman keras.
4. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis Phenobarbital:

Dosis phenobarbital yang biasa diberikan kepada orang dewasa adalah 60-180 mg per
hari. Sedangkan dosis untuk anak-anak diberikan sesuai dengan berat tubuh, yaitu 5-8 mg per
kg tiap hari. Biasanya obat ini diminum sehari sekali, sebelum tidur.

Mengonsumsi Phenobarbital dengan Benar :

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan phenobarbital
sebelum mulai menggunakannya. Phenobarbital bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan,
dan gunakan air putih untuk menelan tablet phenobarbital. Pastikan ada jarak waktu yang
cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Konsumsi phenobarbital pada malam hari
karena obat ini bisa menyebabkan kantuk.

Disarankan untuk tidak mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan mesin berat


saat dalam pengaruh phenobarbital karena bisa mengurangi tingkat kewaspadaan dan jangan
mengonsumsi minuman keras karena bisa meningkatkan rasa kantuk.Penderita epilepsi
dilarang untuk mengemudi hingga diperbolehkan oleh dokter atau biasanya setelah pasien tidak
lagi mengalami kejang-kejang selama satu tahun.Untuk mencegah kejang muncul kembali
pada penderita epilepsi, phenobarbital harus dikonsumsi tiap hari dan jangan menghentikan
konsumsi phenobarbital secara tiba-tiba atau tanpa konsultasi dokter.

Pasien wanita yang menggunakan alat kontrasepsi, seperti pil KB, disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter tentang pemilihan alat kontrasepsi lain karena phenobarbital bisa
membuat pil kontrasepsi menjadi tidak efektif. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi
phenobarbital, disarankan untuk segera meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis
berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis phenobarbital pada jadwal
berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat. Pastikan untuk memeriksakan diri ke dokter
secara teratur selama mengonsumsi phenobarbital agar dokter dapat memonitor perkembangan
kondisi Anda.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Phenobarbital :

Sama seperti obat-obatan lainnya, phenobarbital berpotensi menyebabkan efek samping.


Beberapa efek samping yang umum terjadi adalah:

1. Merasa lelah atau mengantuk.


2. Perubahan suasana hati dan perilaku.
3. Merasa tidak stabil atau goyah.
Selain beberapa efek samping yang umumnya terjadi seperti disebutkan di atas,
ada juga beberapa efek samping yang serius tapi jarang terjadi, seperti penyakit kuning,
demam tinggi, dan pembengkakan kelenjar.
Selain itu terdapat risiko yang sangat jarang terjadi, yaitu perasaan tertekan yang
parah dan berpikir untuk mengakhiri hidup. Segera temui dokter.

Anda mungkin juga menyukai