kg/HARI
LATAR BELAKANG
Incinerator merupakan unit proses pengolahan atau penanganan limbah padat yang
bermanfaat. Limbah padat yang dihasilkan berasal dari 100 orang/hari. Limbah yang akan diolah
yaitu 1,7 kg/jam. Meskipun limbah padat yang dihasilkan dalam jumlah yang sedikit tetap perlu
dilakukan pengoalhan karena sifat limbha yang infeksius dan berbahaya. Maka dari itu perlu
dilakukan pra rancangan incinerator limbah padat.
Tujuan
Untuk menentukan dimensi incinerator ramah lingkungan untuk mengolah limbah padat
medis yang akan diolah 1,7kg/jam.
Manfaat
a. Alternative dalam pengolahan limbah mengurangi bahaya yang ditimbulkan dari limbah
tersebut.
b. Menambah wawasan kepada yang berkaitan atau peduli akan lingkungan tentang penting
dan perlunya pengelolaan dan pengolahan terhadap limbah padat sehingga tidak
mengganggu lingkungan dan kesehatan baik yang merugikan pengunjung maupun
lingkungan sekitar karena aktivitas.
Incinerable waste
Kertas 17 80 0,00361
Karton 4 35 0,00194
Kain 20 75 0,00453
Metal 1 145 0,00011
Ampul 4 145 0,00046
Non Incinerable waste
Plastik 8 70 0,00194
Sampah umum (sisa makanan,
sampah halaman, dan sampah 46 230 0,0034
organik)
Jumlah 0,0159
Berdasarkan perhitungan di atas maka besar densitas dapat diperoleh dengan cara :
Densitas = jumlah limbah (kg)
Volume limbah yang dibakar (m3)
= 1,7 kg
0,0159 m3
= 106,92 kg/m3
Menghasilkan limbah 1,7 kg/ hari dengan pengunjung 100/ hari atau setara dengan 15,9
liter/ hari (106,92 kg/m3). Maka dapat diketahui laju produksi limbah tiap orang perhari sebesar
0,01 /kg/orang/hari atau setara dengan 0,0159 liter/orang/ hari.
Tabel 3.3 besarnya komposisi limbah yang akan dibakar dalam incinerator dari 100
orang.
= 1,7 kg/jam
2. Dimensi primary chamber
Volume primary chamber dapat dicari dengan persamaan:
Vpc = VQ’ × 𝐾
= 0,0159 m3× 4
= 0,064 m3
Perbandingan luas alas dan tinggi tidak boleh lebih dari 1:3 sehingga
dimensi primary chamber yang dirancang adalah:
Vpc = (p × 𝑙) ....... (insenerator berbentuk persegi panjang)
=A×𝑡
1
Vpc = 3 × 𝑡
1
0,064 m3 = 3 × 𝑡 2
t2 = 0,064 m2× 3
t2 =√0,192
t = 0,43 m
untuk t = 0,43 m, maka:
1
A=3×𝑡
1
= 3 × 𝑜, 43 𝑚
= 0,14 m2
Karena alasnya berbentuk bujur sangkar maka:
A = S2
S2 = 0,14 m2
S = 0,37 m
Keterangan:
P = panjang (m)
L = lebar (m)
S = sisi alas (m)
t = tinggi (m)
A = luas alas (m2)
K = faktor keamanan design = 4
Dengan demikian dapat diketahui tinggi tumpukan sampah dalam
primary chamber adalah :
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
Tinggi tumpukan sampah = 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟
0,0159 𝑚3
= 0,14 𝑚2
= 0,113 m
Dimensi primary chamber adalah:
P× 𝐿 × 𝑡 = 0,37 𝑚 × 0,37 𝑚 × 0,58 𝑚
3. Dimensi secondary chamber
Berdasarkan perhitungan neraca massa dan neraca panas pada tabel 4.7
dan tabel 4.10 diketahui total gas yang dihasilkan sebesar 10,33696% kg/jam
sehingga volume dapat ditentukan dengan persamaan:
𝑘𝑔
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑔𝑎𝑠𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛(
)
𝑗𝑎𝑚
Vsc = 𝑘𝑔 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 × 𝑇𝑠𝑐 × ℎ𝑠𝑐
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ( )×3600( )
𝑚3 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑔
9,49389
𝑗𝑎𝑚
= 𝑘𝑔 3600𝑑𝑡𝑘 × 10000C × 1,5 𝑑𝑡𝑘
106,1 ×
𝑚3 𝑗𝑎𝑚
1424,94
= m3
381960
= 0,037 m3
Karena luas alas (A) insenerator yang dirancang 0,14 m2 maka tinggi
secondary chamber adalah:
Vsc = A × 𝑡
𝑉𝑠𝑐
t = 𝐴
0,037 𝑚3
= 0,14 𝑚2
= 0,26 m
Dimensi secondary chamber adalah:
𝑝 × 𝐿 × 𝑡 = 0,37 𝑚 × 0,37 𝑚 × 0,26 𝑚
4.
Dimensi ruang abu
Berdasarkan perhitungan neraca massa dan neraca panas pada tabel 4.7
dan 4.10 diketahui total abu yang dihasilkan sebesar 0,5229 kg/jam. Apabila
besar kerapatan massa/kepadatan abu sama dengan besar kerapatan. Massa
kepadatan sampah yang dibakar maka volume abu yang dihasilkan adalah:
1 𝑚3
V abu = 0,5229 kg/jam × 106,1 𝑘𝑔
= 0,005 m3
Penentuan ruang abu yang direncanakan:
VRA = Vabu × 𝑘
= 0,005 m3 × 4
= 0,02 m3
K = faktor keamanan design = 4
Karena luas alas (A) insenerator yang dirancang 0,14 m2 maka tinggi
ruang abu adalah:
VRA = 𝐴 × 𝑡
𝑉𝑅𝐴
t = 𝐴
0,02 𝑚3
= 0,14 𝑚2
= 0,43 m
Dimensi ruang abu adalah:
𝑝 × 𝐿 × 𝑡 = 0,37 𝑚 × 0,37 𝑚 × 0,43 𝑚
5. Dinding insenerator
Untuk mempertahankan panas yang dihasilkan pada ruang bakar
sehingga tidak mengalami kehilangan panas yang berlebihan. Maka dinding
dibangun dengan semen tahan api yang dilapisi dengan stainless steel lebar
dinding 0,05m sehingga dimensi insenerator dirancang adalah:
a. Total tinggi insenerator
= 0,43 m + 0,26 m + 0,43 m + (2 × 0,05 m) + (2× 0,05𝑚)
= 0,43 m+ 0,26 m + 0,43 m + 0,1 m + 0,1 m
= 1,32 m
b. Total lebar insinerator
= lebar ruang abu + ( 2 × 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔)
= 0,37 m + (2 × 0,05 𝑚)
= 0,37 m + 0,1 m
= 0,47 m
Jadi dimensi insinerator yang dirancang adalah:
Panjang = 0,47 m
Lebar = 0,47 m
Tinggi = 1,32 m
6. Distribusi udara
Kebutuhan udara untuk pembakaran dalam insenerator di suplay oleh
blower dengan menggunakan 3 pipa pengaliran untuk primary chamber dan
2 pipa pengaliran untuk secondary chamber yang dipasang pada kedua sisi.
Berdasarkan tabel 4.7 dan tabel 4.10 diketahui bahwa udara yang harus di
suplay blower sebesar 9,843 kg/jam atau 0,00228 NM3/dtk.
7. Alat pembakaran
Perhitungan kapasitas panas alat pembakar dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan nilai panas yang dihasilkan oleh bahan bakar yaitu 0,5%
dari nilai panas bahan bakar. Nilai panas bahan bakar minyak tanah yang
digunakan adalah sebesar 12,022 Kj/Jam. Sehingga kapasitas panas alat
pembakaran yang dipergunakan adalah:
Kapasitas panas burner = 0,5% x nilai panas bahan bakar
𝑘𝐽
= 0,5% × 12,022 𝐽𝑎𝑚
= 0,06011 kJ/Jam
= 0,06011 . 103J/Jam
= 0,017 J/dtk
= 0,017 Kw
Sehingga kapasitas panas yang dimiliki oleh masing-masing burner
sebesar:
= 0,017 kW/2
= 0,0085 kW
Kesimpulan
Kebutuhan udara untuk pembakaran dalam incinerator di suplay oleh blower dengan
menggunakan 3 pipa pengaliran untuk primary chamber dan 2 pipa pengaliran untuk
secondary chamber yang dipasang pada kedua sisi. Untuk menjaga temperature ruang
pembakaran dalam incinerator yang dirancang, alat yang dipilih adalah alat pembakaran
berupa kompor (menggunakan bahan bakar minyak tanah). Perhitungan kapasitas panas alat
pembakar dapat dilakukan dengan mempertimbangkan nilai panas yang dihasilkan oleh
bahan bakar yaitu 0,5% dari nilai panas bahan bakar.
SKET GAMBAR
Secondary Chamber
Primary Camber