1. Definisi Apendiktomi
Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan
sesegera mungkkin untuk menurunkan resiko perforsi ( Smeltzer , 2001). Apendiktomi
tindakan pembedahan yaitu dengan pengangkatan apendiks yang meradang.
5. Komplikasi
a. Durante Operasi: perdarahan intra peritoneal, dinding perut, robekan sekum atau
usus lain.
b. Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi, hamatom, paralitik ileus, peritonitis, fistel
usus, abses intraperitoneal.
6. Pelaksanaan
1. Sebelum operasi
Pemasangan kateter untuk control produksi urin
Rehidrasi
Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena.
Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil
untuk membuka pembuluh-pembuluh darah perifer diberikan setelah
rehidrasi tercapai.
Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
Apendiktomi
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika
Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin
mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif
sesudah 6 minggu sampai 3 bulan
3. Pasca operasi
Observasi TTV
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah
Baringkan pasien dalam posisi semi fowler
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
pasien dipuasakan
Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal
Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selama 2×30 menit
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar
Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Anamnesa
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai:
Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium
menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah.
kesehatan klien sekarang ditanyakan kepada orang tua.
Diet, kebiasaan makan makanan rendah serat.
Kebiasaan eliminasi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Sirkulasi : Takikardia.
Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran
kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Demam lebih dari 380C.
Data psikologis klien nampak gelisah.
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita
merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
3. Pemeriksaan penunjang
Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan
mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan
cairan udara di sekum atau ileum).
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.
Pada enema barium apendiks tidak terisi.
Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.
b. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan: Nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
Nyeri berkurang
Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
Kegelisahan atau ketegangan otot
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10
Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan
Intervensi
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan,
factor presipitasinya.
Observasi ketidaknyamanan non verbal.
Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase,
perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan.
Anjurkan pasien untuk istirahat.
Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, anoreksia.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien
adekuat.
Kriteria Hasil:
Mempertahankan berat badan.
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
Turgor kulit baik.
Intervensi
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
3. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan, perubahan status
kesehatan dan pemenuhan informasi.
Tujuan : kecemasan klien berkurang sampai hilang sehingga klien merasa tenang
dan nyaman
Kriteria Hasil:
Klien tampak tenang dan merasa nyaman
Intervensi:
Kaji ansietas klien
Ajarkan tehnik relaksasi
Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan
Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam pemberian
obat anti depresan jika diperlukan
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan / insisi pembedahan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
Nyeri berkurang
Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.
Observasi ketidaknyamanan non verbal
Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase,
perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat
nyeri.
Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan : mempercepat proses penyembuhan luka sehingga dapat meningkatkan
integritas kulit.
Kriteris hasil : Luka pasca operasi menunjukkan proses penyembuhan
Intervensi :
- Kaji integritas kulit klien
- Lakukan perawatan luka dengan adekuat
- Beri informasi dan ajarkan klien dan keluarga klien mengenai hal-hal
yang dapat mempercepat penyembuhan luka.
- Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya (dermatologi) guna
meningkatkan integritas kulit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, anoreksia.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien
adekuat.
Kriteria Hasil:
Mempertahankan berat badan.
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
Turgor kulit baik.
Intervensi
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pasca operasi.
Tujuan: Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit
dengan demikian penderita merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan
dan mempercepat kesembuhan.
Kriteria hasil :
mobilitas klien meningkat
klien aktif dan bersemangat dalam meningkatkan mobilisasi diri.
rasa nyeri klien berkurang
otot - otot perut dan panggul kembali normal
kekuatan otot perut meningkat
Intervensi:
- kaji tingkat mobilisasi klien
- ajarkan rom aktif dan pasif
- dorong klien dan keluarga dalam meningkatkan pergerakkan klien.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entrée.
Tujuan : mengurangi resiko infeksi akibat luka pasca operasi sehingga
mempercepat proses penyambuhan.
Kriteria hasil:
- luka pasca operasi tidak menunjukkan tanda – tanda inflamasi
- luka menunjukkan proses penyembuhan
Intervensi :
Kaji tanda – tanda inflamasi pada luka operasi
Lakukan perawatan luka dengan tehnik steril
Beri tahu klien dan keluarga cara menjaga luka pasca operasi untuk
menghindari resiko infeksi
Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam pemberian
antibiotic.
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan
cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa
lembab.
Tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Monitor vital sign dan status hidrasi.
Monitor status nutrisi
Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu
pembekuan.
Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
Atur kemungkinan transfusi darah.