Anda di halaman 1dari 16

MODUL PRAKTIKUM : Sieve Analysis

TANGGAL PRAKTIKUM : Agustus 2017

PENYUSUN MODUL : Avu yusniawan

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : Dwi B.B.M

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan

Maksud
Maksud dari Sieve Analysis adalah suatu proses analisa kering atau analisa distribusi
butiran dengan menggunakan beberapa ukuran saringan ASTM (analisa saringan).

Tujuan
Tujuan dari praktikum Sieve Analysis adalah untuk menentukan distribusi buutiran tanah
yang mempunyai ukuran lebih besar dari 0,075 mm atau tertahan saringan ASTM – 200
dan untuk menentukan klasifikasi jenis tanah.

I.2 Teori

Apabila kita menguji segenggam tanah dengan mata telanjang, terlihat bahwa tanah
tersebut terdiri dari beberapa komposisi partikel padat. Partikel-partikel tersebut tidak terikat
erat seperti halnya pada beton, tetapi dapat bergerak satu sama lain karena adanya rongga-
rongga udara diantaranya. Tetapi partikel-partikel tersebut tidak sebebas partikel-partikel
cairan karena masing-masing saling menahan secara timbal balik.

Dan perlu kita ketahui bahwa penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai dalam masalah
teknis yang berhubungan dengan tanah. Dalam masalah teknis pengelompokan tanah
menunjukan sifat atau kelakuan yang sama. Pemilihan ini disebut sebagai klasifikasi.

178
Dari beberapa sistem klasifikasi yang ada, hanya ada dua sistem yang kita ketahui dan
kita tinjau:

1. Sistem Klasifikasi Tanah Unified [Unified Soil Classification (USC)] – sistem yang
paling banyak dipakai (dan secara internasional) untuk pekerjaan teknik pondasi seperti
untuk bendungan,bangunan, dan konstruksi yang sejenis. Sistem ini biasa digunakan
untuk desain lapangan udara dan (di luar Amerika Serikat) untuk spesifikasi pekerjaan
tanah untuk jalan. Sistem ini mendefisikan tanah sebagai:
Berbutir-kasar apabila lebih dari 50% tertahan pada saringan No.200.

Berbutir-halus apabila lebih dari 50% dapat lolos saringan No.200.

2. American Association of State and Transportation Officials (AASHTO), dipakai hampir


secara eksklusif oleh beberapa departemen transportasi negara bagian di Amerika Serikat
dan oleh Federal Highway Administration (Administrasi Jalan Raya Federal) dalam
spesifikasi pekerjaan tanah untuk lintas transportasi. Sistem ini mengklasifikasikan tanah
ke dalam delapan kelompok, A-1 sampai A-8 yang pada dasarnya membutuhkan data
analisa saringan.
Secara umum, sistem ini menilai tanah sebagai :

 Lebih buruk untuk dipakai dalam pembangunan jalan apabila kelompoknya berada
lebih dikanan, tanah A-6 lebih tidak memuaskan jika dibandingkan dengan tanah A-5.

 Lebih untuk dipakai dalam pembangunan jalan apabila indeks kelompoknya bertambah
untuk subkelompok tertentu, misalnya tanah A-6(3) lebih tidak memuaskan
dibandingkan tanah A-6(1).

Pemakaian sistem klasifikasi tanah tidak menghilangkan keperluan untuk studi yang
lebih terinci mengenai tanah tadi atau meniadakan kebutuhan akan pengujian untuk
menentukan sifat teknis tanah. Sebagai contoh, berat isi, karakteristik pemadatan, unjuk-kerja
(performance) dalam keadaan jenuh, daya tahan terhadap aksi pembekuan, kekuatan, dan
lain-lainnya, tidak termasuk secara langsung dalam sistem klasifikasi tanah yang manapun.

Disamping itu pula tanah terdiri dari campuran butir-butir padat yang diantaranya ada
rongga-rongganya. Rongga-rongga tersebut biasanya merupakan campuran antara air, udara,
mineral, dan organik, tetapi dalam hal-hal tertentu rongga-rongga tersebut hanya terdiri dari

179
udara dan air saja, misalnya bila tanah dalam keadaan jenuh maka kemungkinan besar
rongga-rongga tanah terisi air.

Besar ukuran butiran tanah menentukan sifat-sifat tanah tersebut. Besarnya butiran
tanah digambarkan pada grafik lengkung pembagian butiran.

Tanah dapat digolongkan berdasarkan jumlah ukuran butiran, yaitu :

1. Tanah bergradasi baik (Well Graded) yang mempunyai butiran terbagi rata antara
yang besar sampai yang kecil.
2. Tanah bergradasi buruk (Poorly Graded) jika terdapat kekurangan atau kelebihan
salah satu ukuran butiran tanah tertentu.
3. Tanah bergradasi seragam (Uniformly Graded) bilamana besar butirannya semua
hampir sama.
Dan pada dasarnya analisa ukuran butiran terdiri dari :

1. Mendapatkan tanah yanh representatif dan menguranginya menjadi partikel-partikel


elemental dengan melumatnya menjadi adukan mortar dan mencucinya pada saringan
No.200.
2. Menyaring contoh melalui susunan saringan empat sampai enam buah dan
menimbang jumlah yang tertahan pada setiap saringan.
3. Menghitung persentase yang lolos saringan (atau lebih halus) untuk masing-masing
saringan berdasarkan berat kumulatif yang tertahan pada setiap saringan dan berat
total contoh.
4. Menggambarkan presentase yang lolos saringan berdasarkan ukuran saringannya.
Maka berdasarkan penentuan ukuran butiran tanah (analisa ukuran butiran tanah)
diatas sangat berguna, karena dapat membantu mengidentifikasi sifat-sifat tanah, misalnya:

1. Apakah suatu tanah tertentu dapat dikeringkan dengan mudah.


2. Apakah tanah tersebut cocok dipakai dalam proyek-proyek konstruksiseperti
bendungan, tanggul, dan jalan.
3. Kemungkinan penyerbukan akibat pembekuan (Frost Heave).
4. Perkiraan tinggi kenaikan kapiler.
5. Apakah tanah tersebut dapat dipakai sebagai campuran aspal atau beton (kata “tanah”
disini meliputi pasir dankerikil yang digunakan dalam pembuatan beton).
6. Desain filter, untuk mencegah bahan-bahan berbutir halus “tersapu” (Washed Out)
dari massa tanah yang hilang.

180
Sifat-sifat suatu tanah dapat tergantung pada ukuran butirannya. Ukuran butiran tanah
tergantung pada diameter partikel tanah yang membentuk massa tanah itu. Penentuan ukuran
butiran tanah tersebut dilakukan dengan cara :

 Sieve Analysis / Dry Analysis, untuk butiran yang kasar dengan menggunakan cara
penyaringan.

 Wet Analysis / Hidrometer, untuk butiran yang lebih kecil (halus) dengan menggunakan
cara pengendapan.

Cara yang digunakan dalam praktikum ini adalah Sieve Analysis, yakni dengan metode
penyaringan.

I.3 Rumus

D10
Cu  ...............Rumus I. 2 1
D60

Dimana : Cu = Koefisien derajat keseragaman.

D10 = Diameter partikel pada kehalusan 10 %.

D60 = Diameter partikel pada kehalusan 60 %.

Koefisien derajat keseragaman (Cu) memiliki batasan untuk menentukan gradasi tanah,
yaitu :

Cu < 5 = Tanah bergradasi seragam.

5 < Cu < 15 = Tanah bergradasi sedang.

Cu > 15 = Tanah bergradasi baik.

181
( D30 ) 2
Cc  . .................Rumus I.2.2
D10 x D60

Dimana :

Cc = Gradasi tanah.

D10 = Diameter partikel pada kehalusan 10

D30 = Diameter partikel pada kehalusan 30 %.

D60 = Diameter partikel pada kehalusan 60 %.

Nilai D10 ini didefinisikan sebagai 10% dari berat butiran total yang mempunyai diameter
butiran lebih kecil dari ukuran butiran tertentu. D10 = 0,45 % mm, artinya 10 % dari berat
butiran total berdiameter kurang dari 0,45mm. Ukuran D10 disebut juga sebagai ukuran
efektif (effective size).

Tanah bergradasi baik mempunyai batasan : 1 < Cc < 3. Nilai Cc di luar batasan ini
dinyatakan sebagai tanah bergradasi buruk.

Weight Re tained
% Re tained  x 100% ..............Rumus I.2.3
Weight Sampel
Dimana :
% Retained = Persen tertahan saringan (%).
Weight Retained = Berat tertahan saringan (gr).
Weight Sampel = Berat contoh tanah (gr).

182
% Passing = 100 % -  % Retained ……Rumus 12.4

Dimana :
% Passing = Persen lolos saringan (%).
% Retained = Persen tertahan saringan (%).

I.4 Peralatan yang Digunakan


a. Satu set sieve standard ASTM no. 4, 10, 18, 40, 60, 100, 200, dilengkapi dengan
penutup dan pan.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
c. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker).
d. Saringan ASTM no. 200 (untuk pencucian sampel tanah).
e. Piring kaleng dan can.
f. Sikat halus (untuk pembersih sieve).
g. Oven dengan suhu 105C - 110C.
h. Sendok tanah.
i. Talam.

I.5 Contoh Tanah yang Digunakan

Contoh tanah disturbed dari kedalaman 1,00 m dan 3,00 m, masing-masing


sebanyak 500 gram tanah kering oven.

183
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 Persiapan Percobaan

a. Ambil contoh tanah dari tiap kedalaman yang lolos saringan ASTM no. 4 kering
oven, masing-masing sebanyak 500 gram.
b. Cuci tanah tersebut dengan menggunakan air kran di atas saringan ASTM no. 200
agar bersih dari clay. Usahakan agar jangan sampai ada butir-butir tanah yang
terlempar keluar dari saringan.
c. Taruh sisa butiran yang sudah bersih di atas piring/can yang telah ditimbang, lalu
masukkan ke dalam oven selama minimal 18 jam.

II.2 Jalannya Percobaan

a. Keluarkan contoh tanah dari dalam oven, lalu timbang.


b. Bersihkan sieve terlebih dahulu. Tuangkan contoh tanah di atas susunan sieve yang
telah disusun dengan urutan ASTM no. 4, 10, 18, 40, 60, 100, 200, pan dari atas ke
bawah dan yang paling atas diberi penutup.
c. Pasang susunan saringan pada mesin pengguncang saringan (sieve shaker), lalu ayak
selama 15 menit.
d. Tuang butir-butir tanah yang tertahan di atas tiap-tiap saringan ke dalam can secara
terpisah.
e. Timbang can yang berisi butir-butir tanah serta catat sesuai dengan nomor
saringannya.

184
BAB III
HASIL PERCOBAAN

III.1 Data Percobaan

Terlampir.

III.2 Contoh Perhitungan

Mencari % Retained (Tertahan)

Kedalaman 1m

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 4


Diketahui : Wt. retained = 0.54 gr

Wt. sample = 22 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0.54
= X 100%
22

= 2.45 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 10


Diketahui : Wt. retained = 7.68 gr

Wt. sample = 22 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

7.68
= X 100%
22

185
= 34.9 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 18


Diketahui : Wt. retained = 3.93gr

Wt. sample = 22 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

3.93
= X 100%
22

= 17.86 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 40


Diketahui : Wt. retained = 3.31 gr

Wt. sample = 22 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

3.31
= X 100%
22

= 15.04 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 60


Diketahui : Wt. retained = 1.41 gr

Wt. sample = 22 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

1.41
= X 100%
22

= 6.41 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 100

186
Diketahui : Wt. retained = 0,96 gr

Wt. sample = 22 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0.96
= X 100%
22

= 4.36 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 200


Diketahui : Wt. retained = 0.95 gr

Wt. sample = 22 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0.95
= X 100%
22

= 4.32 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM pan


Diketahui : Wt. retained = 3.19 gr

Wt. sample = 22 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

3.19
= X 100%
22

= 14.5 %

Mencari % Passing (Lolos)

Kedalaman 1m

187
 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 4
Diketahui : % retained = 2.45 %

% passing = 100 % - % retained

= 100 % - 2.45%

= 97.55 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 10


Diketahui : % retained = 34.9 %

% passing = 100 % - % retained

= 97.55 % - 34.9 %

= 62.65 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 18


Diketahui : % retained = 17.86 %

% passing = 100 % - % retained

= 62.65 % - 17.86 %

= 44.79 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 40


Diketahui : % retained = 15.04 %

% passing = 44.79 % - % retained

= 44.79 % - 15.04 %

= 29.75 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 60


Diketahui : % retained = 6.41 %

% passing = 29.75 % - % retained

188
= 29.75 % - 6.41 %

= 23.34 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 100


Diketahui : % retained = 4.36 %

% passing = 23.34 % - % retained

= 23.34 % - 4.36 %

= 18.98 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 200


Diketahui : % retained = 4.32 %

% passing = 18.98 % - % retained

= 18.98 % - 4.32 %

= 14.66%

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM Pan


Diketahui : % retained = 14.5 %

% passing = 14.66 % - % retained

= 14.66 % - 14.5 %

= 0.16 %

Mencari Derajat Keseragaman (Cu)

 Kedalaman 1,00 m
Diketahui : D10 =0,00003

D60 = 0,0003

(Data diambil dari grafik distribusi ukuran butiran)

189
D60
Cu =
D10

0.005
=
0.0006

= 8.33

Mencari Gradasi Tanah (Cc)

 Kedalaman 1,00 m
Diketahui : D10 =0,005

D30 = 0,0002

D60 = 0,0005

(Data diambil dari grafik distribusi ukuran butiran)

( D30 ) 2
Cc =
D10 xD60

(0.005) 2
=
0.0002 x0.0005

= 0.023

190
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Gradasi Jenis
Kedalaman Cu Cc
Cu Cc Tanah

1 8.3 0.023 Sedang Baik Lanau

a. Percobaan sieve analysis adalah untuk menentukan distribusi dari butiran tanah yang
mempunyai ukuran > 0,075 mm (tertahan saringan ASTM-200). Jika butiran tanah <
0,075 mm, maka sieve analysis tidak dapat digunakan.
b. Jenis tanah yang didapat dari kurva sieve analysis adalah silt (lanau).

IV.2 Saran

a. Sebelum memulai praktikum, sebaiknya praktikan membaca terlebih dahulu buku


praktikum serta mendengarkan penerangan yang diberikan oleh asisten.
b. Dalam melaksanakan praktikum ini diperlukan ketelitian agar dapat diperoleh hasil
yang akurat.
c. Periksa terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum.
d. Sesudah selesai praktikum diharapkan praktikan membersihkan alat-alat yang telah
digunakan.

IV.3 Sumber Kesalahan


a. Kurang teliti dan kurang cermatnya praktikan pada saat menimbang dan membaca
berat tanah sampel.

191
b. Kurang hati-hatinya praktikan pada saat mencuci tanah maupun memindahkan butiran
tanah dari saringan ke can atau sebaliknya karena mungkin ada butiran tanah yang
terlempar ke luar atau hilang.
c. Masih banyaknya sisa butiran tanah yang tertinggal dalam saringan, sehingga dapat
menambah berat butiran tanah.

192
DAFTAR PUSTAKA

1. Riana Herlina H.Pranowo L, Ir ; Rahmat Setiyadi, Ir ; “ Pedoman Praktikum Mekanika


Tanah ( Bagian 2 ) “ ; Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Indonesia ; Serpong ; 1988.
2. Bowles ; “ Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah “ .
3. Braja M, Das ; “ Mekanika Tanah Jilid 1 “ , Dan “ Meakanika Tanah Jilid 2 “

193

Anda mungkin juga menyukai