Anda di halaman 1dari 48

Tutorial Skenario C Blok 26

Dr. Sardi, yang baru menjabat sebagai Kepala Puskesmas “Teruji” kedatangan seorang
ibu (Ny. A), berumur 25 tahun, ke Puskesmas untuk ANC (ante natal care) kehamilan yang ke II,
dengan usia kehamilan 22 minggu dan membaa anak perempuannya yang berumur 3 tahun.
Anak perempuan Ny.A ini telah mendapat imunisasi lengkap di Posyandu ketika umurnya satu
tahun.
Kelahiran anak pertamanya, berlangsung di rumah, cukup bulan dibantu oleh dukun
beranak, yang juga seorang kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Teruji.

Pulang dari Puskesmas Ny.A bertemu dengan seorang kader Posyandu yang menanyakan
mengapa Ny.A tidak membawa anak balitanya ke Posyandu, untuk mendapatkan vitamin A
secara berkala.

I. Klarifikasi Istilah
Klarifikasi Istilah Definisi
1 Puskesmas Unit pelaksanaan teknis dinas kabupaten atau kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. (Depkes 2011)

2 ANC ( Ante natal Pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan


care )
mental dan fisik ibu hamil hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
3 Posyandu Kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari oleh
dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan
4 Kader Kesehatan Seseorang yang mau dan mampu melaksanakan upaya-
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
di bawah pembinaan petugas kesehatan yang dilakukan
atas kesadaran diri sendiri dan tanpa pamrih.
5 Dukun Beranak Orang yang memiliki keahlian khusus untuk menolong
perempuan melahirkan secara tradisional baik
menggunakan cara rasional maupun irasional.

6 Imunisasi lengkap Imunisasi dasar lengkap. Adalah 5 vaksin imunisasi sesuai


jadwal untuk bayi di bawah usia 1 tahun yaitu Hepatitis B,
BCG, Polio, DPT Hb, Campak.

II. Identifikasi Masalah


1. Dr. Sardi, yang baru menjabat sebagai Kepala Puskesmas “Teruji” kedatangan
seorang ibu (Ny. A), berumur 25 tahun, ke Puskesmas untuk ANC (ante natal
care) kehamilan yang ke II, dengan usia kehamilan 22 minggu.
2. Ny. A memiliki anak perempuan yang berumur 3 tahun yang telah mendapat
imunisasi lengkap di Posyandu ketika berumur 1 tahun.
3. Kelahiran anak pertamanya, berlangsung di rumah, cukup bulan dibantu oleh
dukun beranak, yang juga seorang kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Teruji.
4. Pulang dari Puskesmas Ny.A bertemu dengan seorang kader Posyandu yang
menanyakan mengapa Ny.A tidak membawa anak balitanya ke Posyandu, untuk
mendapatkan vitamin A secara berkala.

III. Analisis Masalah


1. Dr. Sardi, yang baru menjabat sebagai Kepala Puskesmas “Teruji” kedatangan
seorang ibu (Ny. A), berumur 25 tahun, ke Puskesmas untuk ANC (ante natal
care) kehamilan yang ke II, dengan usia kehamilan 22 minggu.
a. Apa persyaratan untuk menjadi Kepala Puskesmas?
Syarat-syarat kepala Puskesmas:
Kompetensi pejabat struktur Puskesmas pasal 22 keputusan mentri kesehatan
RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
1. Kepala Puskesmas berlatar belakang pendidikan paling sedikit tenaga
medis atau sarjana kesehatan lainnya.
2. Kepala Puskesmas telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas dan
pelatihan fasilitator pusat kesehatan desa
3. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dipenuhi sebelum
atau paling lama 1 tahun pertama setelah menduduki jabatan struktural.

Kompetensi pejabat struktural UPT/UPTD Pasal 23 keputusan mentri


kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004

1. Kepala UPT/UPTD berlatar belakang pendidikan tenaga sarjana dibidang


kesehatan

2. Kepala UPT/UPTD telah mengikuti pelatihan rencana strategis, pelatihan


tekhnis dibidangnya, kepemimpinan, dan sistem informasi manajemen
kesehatan.

3. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dipenuhi sebelum


atau paling lama 1 tahun pertama setelah menduduki jabatan struktural.

b. Apa peran seorang Kepala Puskesmas?


Dalam organisasi dan tata kerja, sebuah Puskesmas dipimpin oleh kepala
Puskesmas yang mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan
mengkoordinasi kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan
struktural dan jabatan fungsional.
Tugas Dan Peran Pemimpin Pukesmas:
a. Membuat perencanaan puskesmas.
b. Mengatur pelayanan puskesmas.
c. Menggerakkan pegawai puskesmas.
d. Mengevaluasi kinerja puskesmas.
e. Menggalang kerjasama pelayanan puskesmas
Fungsi Kepemimpinan Puskesmas:
Secara operasional fungsi kepemimpinan puskesmas meliputi 5 (lima) fungsi
pokok kepemimpinan yaitu :
a. Fungsi instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pimpinan Puskesmas sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, dan dimana
perintah itu dikerjakan agar keputusan tugas dan program Puskesmas dapat
dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan
kemampuan untuk memotivasi dan menggerakan pegawai puskesmas agar
mau dan mampu melaksanakan tugas dan program puskesmas.
b. Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Dalam usaha menetapkan keputusan,
pimpinan puskesmas memerlukan bahan pertimbangan yang
mengharuskannya berkomunikasi dengan staf puskesmas yang dinilai
mempunyai informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
c. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pimpinan puskesmas berusaha mengaktifkan
dan mengikutsertakan staf puskesmas dalam mengambil keputusan tugas dan
program Puskesmas serta dalam pelaksanaannya.
d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
kepada staf puskesmas dalam pengambilan dan penetapan keputusan tugas
dan program puskesmas, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan
dari pimpinan Puskesmas. Fungsi delegasi pada dasarnya dilandasi
kepercayaan.
e. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bertujuan agar pimpinan puskesmas mampu mengatur
aktivitas pegawai puskesmas secara terarah dan terkoordinasi, sehingga
memungkinkan pelaksanaan tugas dan program puskesmas terselenggara
secara efektif dan efesien. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui
kegiatan pembimbingan, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan
penilaian.
Seluruh fungsi kepemimpinan puskesmas tersebut diselenggarakan dalam
aktivitas kepemimpinan secara terpadu. Adapun fungsi kepemimpinan
puskesmas adalah sebagai berikut :
a.Pimpinan puskesmas bertugas dan bertanggung jawab menjabarkan dan
mengimplementasikan program puskesmas.
b.Pimpinan puskesmas mampu memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan
kepada staf puskesmas.
c.Pimpinan puskesmas berusaha mengembangkan kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat sehingga kreativitas dan inovasi pegawai puskesmas
dapat tumbuh dan berkembang.
d.Pimpinan puskesmas membina dan mengembangkan kerjasama dan
kemitraan yang harmonis dengan pegawai dan stakeholder puskesmas.
e.Pimpinan puskesmas mampu memecahkan masalah dan mengambil
keputusan tugas dan program puskesmas sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
f.Pimpinan puskesmas berusaha membina dan mengembangkan kemampuan
dan kemauan pegawai puskesmas.
g.Pimpinan puskesmas melaksanakan dan mendayagunakan fungsi
pengawasan, pengendalian, dan penilaian Puskesmas.

c. Apa yang harus dilakukan sebagai Kepala Puskesmas yang baru menjabat?
Kepala Puskesmas mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan urusan
Dinas Kesehatan, dengan menyusun kebijakan teknis, melakukan pembinaan,
pengendalian dan memberikan fasilitasi terhadap pemberantasan penyakit,
pelayanan kesehatan, kesehatan keluarga serta promosi dan kesehatan
lingkungan; mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja dinas
kepada Kepala Dinas Kesehatan.

d. Bagaimana program ANC pada Puskesmas yang benar ?


Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal terintegrasi
meliputi :
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
(Depkes RI, 2009)
Tujuan Antenatal Care
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya
fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan
normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal
care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula
fisik dan metal (Wiknjosastro, 2005)

Tujuan Asuhan Antenatal yaitu:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan


tumbuh kembang bayi

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu


dan bayi,

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang


mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan,
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,

e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi


agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).

Keuntungan Antenatal Care

Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil
dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit. (Manuaba,1998)

Fungsi Antenatal Care

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas


pendidikan

b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko


tinggi dan merujuk bila perlu

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan


menangani masalah yang terjadi.

Cara Pelayanan Antenatal Care

Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal


menurut Depkes RI yang terdiri dari :

a. Kunjungan Pertama

1) Catat identitas ibu hamil

2) Catat kehamilan sekarang

3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium


6) Pemeriksaan obstetric

7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral
lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.

9) Penyuluhan/konseling.

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam


jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal:

1. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan


sesudah minggu ke 36).(Saifudin, dkk.,2002)

4. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan


atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003:45).

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat


penting.

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu


hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia


kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi

5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia


(tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda.

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36

Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah


ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk.,
2002)

Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil

Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk


mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung
arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya,
yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI,
1997:57).

Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “7T”

a. (Timbang) berat badan

b. Ukur (Tekanan) darah


c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

f. Tes terhadap penyakit menular sexual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).

Kebijakan Pelayanan Antenatal

a. Kebijakan Program

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI


dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar
Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan
Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.

Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini
sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai
3 (tiga) pesan kunci yaitu :

1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang


adekuat.

3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan


penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya
komplikasi keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan


antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan
ketentuan sebagai berikut :

1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).


2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).

3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). (Depkes, 2009) 13

b. Kebijakan teknis

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan


profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu
kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk
mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini.

Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

1) Mengupayakan kehamilan yang sehat

2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta


rujukan bila diperlukan.

3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika


terjadi komplikasi.

Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini


dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain
meliputi :

1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas
Ibu Hamil.

2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan


kemitraan Bidan dan Dukun.

3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.

4)Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu. (Depkes,


2009)
Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care

Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan


kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi
dalam pelayanan antenatal care adalah :

a. Intervensi Dasar

1) Pemberian Tetanus Toxoid

a. Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus


neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila
diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu,
kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan
yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali
(TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara
penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.

b. Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas

c. Jadwal pemberian TT

2) Pemberian Vitamin Zat Besi


a) Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
b) Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan
Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya
tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan.
(Saifudin, 2002)
b. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil
sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1) Faktor resiko, meliputi:
a) Umur
(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b) Paritas
(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
(2) Paritas > 3
c) Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang- kurangnya 2
tahun.
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm
e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
2) Komplikasi Kehamilan
a) Komplikasi obstetri langsung
(1) Perdarahan
(2) Pre eklamasi/eklamsia
(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida
(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b) Komplikasi obstetri tidak langsung
(1) Penyakit jantung
(2) Hepatitis
(3) TBC (Tuberkolosis)
(4) Anemia
(5) Malaria
(6) Diabetes militus
c) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat
kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar R, 1998:75).
Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal
Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu
dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat
yang sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di
puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes,
rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes RI, 1995)

e. Bagaimana manfaat Puskesmas dalam suatu wilayah?


Dalam peranannya, puskesmas mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan
2. Sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama
a. Puskesmas sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas berperan menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayahkerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Disamping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di
wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
b. Puskesmas sebagai pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya
masyarakat setempat.
c. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
Puskesmas meliputi pelayanan perorangan antara lain, rawat jalan dan rawat
inap serta, pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat public dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.

f. Apa saja tipe-tipe Puskesmas?


Pada Rakerkesnas ke II tahun 1969, pembagian Puskesmas dibagi menjadi 3
kategori:
1. Puskesmas tipe A, dipimpin oleh dokter penuh
2. Puskesmas tipe B, dipimpin oleh dokter tidak penuh
3. Puskesmas tipe C, dipimpin oleh tenaga paramedik
Tipe puskesmas:
a. Puskesmas induk/Pembina
b. Puskesmas pembantu (Pustu atau Pusban)
Unit pelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi menunjang serta
membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam
ruang ingkup wilayah yang lebih kecil.
g. Apa kegiatan wajib dan pengembangan Puskesmas?
Upaya kesehatan wajib puskesmas
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya perbaikan gizi
4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular
5. Upaya kesehatan ibu, anak & kb
6. Upaya pengobatan dasar
B. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas
Dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan
kemampuan Puskesmas Bila ada masalah kesehatan, tetapi pusk tidak mampu
menangani, maka pelaksanaan dilakukan oleh dinkes kab/Kota Upaya Lab
(medis dan kesmasy) dan Perkesmas serta Pencatatan pelaporan merupakan
kegiatan penunjang dari tiap upaya wajib atau pengembangan.

h. Bagaimana struktur organisasi Puskesmas?


URAIAN TUGAS BERDASARKAN STRUKTUR ORGANISASI
(IMPLEMENTASI SK MENKES 128 TAHUN 2004)

No Nama Jabatan Tugas


1 Kepala a. Melaksanakan fungsi fungsi manajemen,
Puskesmas bimbingan dan supervisi.
b. Mengadakan koordinasi di tingkat
kecamatan.
c. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan
di tingkat kecamatan.
d. Sebagai tenaga ahli pendamping Camat.
e. Mengkoordinir dan bertanggung jawab
terhadap semua kegiatan di puskesmas.

2 Koordinator a. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan di


Unit Tata Usaha unit TU
b. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
kegiatan di unit TU
c. Menggantikan tugas Kepala Puskesmas bila
Kepala Puskesmas berhalangan hadir
3 Keuangan a. Melakukan perencanaan Keuangan
b. Merealisasikan Keuangan
c. Membuat pembukuan/penutupan kas.
d. Mengambil gaji dan dana operasional serta
yang berkaitan dengan kesejahteraan
pegawai
e. Pencatatan dan Pelaporan
f. Membuat petikan daftar gaji
g. Menerima setoran dari masing-masing unit
pelayanan
h. Mengkoordinir bendahara-bendahara di
Puskesmas
i. Melakukan setoran perda ke kas daerah

4 Umum UMUM
a. Rigistrasi Surat Masuk dan Keluar
b. Melanjutkan disposisi Pimpinan
c. Membuat konsep surat
d. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian
pengiriman semua laporan puskesmas.
e. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian
perbaikan sarana puskesmas
f. Mengarsipkan surat.
g. Melakukan kegiatan yang bersifat umum.
h. Mengkoordinir pembuatan spanduk yang
bersifat umum

5 Kepegawaiaan a. Membuatlaporan kepegawaian (Absensi,


bezzeting, DUK, lap.triwulan, tahunan ,dsb.)
b. Mengetik DP 3 yang sudah di isi nilai oleh
Atasan Langsung
c. Mendata dan mengarsipkan file pegawai.
d. Mengusulkan cuti dan kenaikan pangkat
e. Mengusulkan tunjangan pegawai
(PenyesuaianFungsional, Baju, Sepatu dan
lain-lain)
f. Membuat Model C
g. Merekap Absensi ( Ijin, Cuti, Sakit )
h. Membuat Absensi Mahasiswa/siswa yang
praktek di Puskesmas
i. Membuat perencanaan untuk pengembangan
kualitas SDM staf puskesmas
j. Menyusun daftar pembagian tugas untuk staf
puskesmas dengan persetujuan kepala
puskesmas
6 Data dan a. Sebagai pusat data dan informasi puskesmas.
informasi b. Mengumpulkan dan mengecek laporan
puskesmas sebelum dikirim ke dinas
kesehatan
c. Menyajikan laporan dalam bentuk visualisasi
data (tabel, grafik,dll)
d. Mengidentifikasi masalah program dari hasil
visualisasi data dan menyerahkan hasilnya
kepada koordinator perencanaan dan
penilaian
e. Bersama-sama team data dan informasi
menyusun semua laporan puskesmas (PTP,
minilok, Lap. Tahunan, Stratifikasi, dsb.)
f. Pencatatan dan pelaporan.

7 Perencanaan dan a. Mengkoordinir kegiatan team perencanaan


evaluasi dan penilaian
b. Menyusun jadwal evaluasi kegiatan
puskesmas secara kontinyu
c. Menyusun laporan hasil evaluasi dan
perencanaan untuk
d. selanjutnya diserahkan kepada koord. data &
informasi serta koord. program terkait
e. Mengarsipkan hasil kegiatan

8 Koordinator a. Mengkoordinir dan bertanggung jawab


UPTF Upaya dalam penyu sunan perencanaan dan
Kesehatan evaluasi kegiatan di unit P2M, PROM.KES,
Masyarakat KIA/KB, GIZI dan KESLING
Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
kegiatan di unitnya

9 Koordinator 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi


Unit kegiatan di unit P2M
Pencegahan 2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
dan kegiatan di unitnya.
Pemberantasan 3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi
Penyakit terjadinya peningkatan kasus penyakit
(P2M) menular serta menindak lanjuti terjadinya
KLB.

10 Pemegang 1. Berperan aktif secara dini melakukan


Program pengamatan terhadap penderita, kesling,
Surveilans perilaku masyarakat dan perubahan kondisi.
2. Analisis tentang KLB
3. Penyuluhan kesehatan secara intensif
4. Pencatatan dan pelaporan

11 Pemegang Bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan


Program sebagai
P2 Imunisasi berikut :
1. Pelaksanaan Imunisasi Polio, Campak, HB,
BCG, DPT pada bayi ditempat pelayanan
kesehatan ( Puskesmas, Posyandu dan pustu
).Pelaksanaan Imunisasi TT pada BUMIL&
WUSditempat pelayanan kesehatan.
2. Penyuluhan imunisasi dan sweeping ke
rumah target yang tidak datang ke tempat
pelayanan kesehatan.
3. Pelaksanaan BIAS di tiap SD oleh tim
Puskesmas dan kader.
4. Pengambilan Vaksin ke Dikes Kab.Badung 2
kali sebulan.
5. Sterilisasi alat dan pemeliharaan Coldchain
di Puskesmas atau Pustu.
6. Merencanakan persediaan dan kebutuhan
vaksin secara teratur.
7. Monitoring / evaluasi PWS

12 Pemegang 1. Penyuluhan untuk memasyarakatkan hidup


Program bersih dan sehat
P2 Diare 2. Serta memasyarakatkan oralit
3. Kaporitisasi sumur-sumur dan sumber air
sebanyak 2 kali se tahun.
4. Surveillance yaitu mengurangi dan
menghindari kontak untuk mencegah
penyebaran kasus.
5. Pecatatan dan Pelaporan.Penemuan dan
pengobatan penderita diare di dalam maupun
di luar gedung.
6. Aktif dalam penyelidikan KLB/peningkatan
kasus

13 Pemegang 1. Penentuan target sasaran, khususnya di desa


Program endemis DHFPenyuluhan DHF
P2 DHF 2. Pemberantasan vektor melalui PJB dan
PSM serta pelaksanaan ULV di wilayah
kerja
3. Penemuan dan pengobatan penderita
4. Pencatatan dan Pelaporan
5. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi
DHF
6. Pemeriksaan larva
7. Pemantauan/monitoring jumantik desa
endemis
8. Pertemuan berkala jumantik
9. Rekapitulasi laporan jumantik

14 Pemeg 1. Penyuluhan tentang TBC serta kunjungan


ang Program dan follow up ke rumah pasien
P2 TBC 2. Pencatatan dan Pelaporan kasus
3. Penemuan secara dini penderita TBC
4. Pengobatan penderita secara lengkap
5. Koordinasi dengan petugas laboratorium
terhadap penderita/tersangka TBC untuk
mencari BTA +

15 Pemegang 1. Penyuluhan tentang ISPA


Program 2. Penemuan secara dini penderita ISPA
P2 ISPA 3. Pengobatan penderita secara lengkap
4. Pencatatan dan Pelaporan kasus

16 Pemegang 1. Penyuluhan tentang PMS dan AIDS


Program PMS 2. Kerjasama dengan Yayasan peduli AIDS
- mengenai pendataan penderita PMS dan
AIDS AIDS.
3. Penemuan secara dini penderita PMS dan
AIDS.
4. Pengobatan penderita yang menderita
maupun yang dicurigai

17 Pemegang 1. Penyuluhan tentang Malaria


Program P2 2. Pemberantasan Nyamuk Anopeles.
Malari 3. Kerja sama dengan aparat pemerintahan
desa dalam pelaporan pendatang
terutama yang berasal dari daerah
endemis Malaria.
4. Penemuan secara dini penderita malaria
5. Pengobatan penderita yang menderita
maupun yang dicurigai.

18 Pemegang 1. Penyuluhan tentang Kusta


Program P2 2. Penemuan Penderita Kusta dengan
Kusta pemeriksaan kontak, pemeriksaan anak
sekolah dan case survei
3. Memberikan pengobatan yang tepat sesuai
diagnosa dan klasifikasinya.
4. Melakukan pencegahan cacad dengan
mengawasi dan mengevaluasi pengobatan
5. Pencatatan dan Pelaporan

19 Pemegang 1. Pencatatan pasien yang digigit HPR ( Hewan


Program P2 Penular Rabies)
Rabies 2. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) bagi
pasien digigit anjing
3. Pengamprahan dan pencatatan pemakaian
VAR
4. Pembuatan laporan pasien dan vaksin

20 Pemegang 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab


Program terhadap semua kegiatan promosikesehatan
Promosi di wilayah kerja puskesmas.
Kesehatan 2. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kegiatan promosi dilakukan bersama-sama
dengan coordinator program yang terkait.
3. Kegiatan dalam Gedung
- Penyuluhan langsung kepada perorangan
maupun kelompok penderita di Puskesmas/
Pustu
- Penyuluhan tidak langsung melalui Media
Poster /
4. PamfletKegiatan di luar Gedung
- Penyuluhan melalui media masa,
pemutaran Film, siaran keliling maupun
media tradisional
- Penyuluhan kelompok melalui posyandu
dan sekolah.
5. Koordinator pelaksanaan PHBS
6. Koordinator pelaksanaan Bali Sehat
7. Pencatatan dan pelaporan

21 Pemegang 1. Pendataan KK dan anggota Gakin


Program 2. Penyusunan perencanaan dana operasional
JPKMM JPKMM
3. Pencatatan operasional dana JPKMM
4. Pelayanan kesehatan untuk anggota JPKMM
5. Penyuluhan tentang prosedur dan tata
laksana pemanfaatan kartu GAKIN
6. Pencatatan dan Pelaporan

22 Koordinator 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi


Unit KIA,KB, kegiatan di unit KIA,KB, Gizi, Kes. Anak,
Gizi Kes Remaja
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
kegiatan di unitnya.
3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi
terjadinya masalah dan memecahkan
masalah yang ada di unitnya.

23 Pemegang 1. Pemeliharaan kesehatan Ibu dari hamil,


Program Kes. melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak
Ibu balita dan anak pra sekolah sampai usia
lanjut
2. Imunisasi TT 2 kali pada bumil dan
imunisasi pada bayi berupa BCG, DPT,
polio dan Hb sebanyak 3 kali serta campak
sebanyak 1 kali.
3. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai
aspek dalam mencapaitujuan program KIA,
gizi dan perkembangan anak.
4. Pelayanan KB kepada semua PUS, dengan
perhatian khusus kepada mereka yang
melahirkan anak berkali-kali karena
termasuk golongan ibu beresiko tinggi
(resti).
5. Pengobatan bagi ibu untuk jenis penyakit
ringan.
6. Kunjungan rumah untuk perkesmas, bagi
yang memerlukan pemeliharaan, memberi
penerangan dan pendidikan kesehatan dan
untuk mengadakan pemantauan pada mereka
yang lalai mengunjungi puskesmas serta
meminta agar mereka datang ke puskesmas
lagi.
7. Pembinaan dukun bayi

24 Pemegang 1. Pengawasan dan bimbingan kepada


program Kes. TamanKanak-Kanak
Anak 2. Pengobatan bagi bayi, anak balita dan anak
pra sekolah untuk jenis penyakit ringan.
3. Pemantauan/pelaksanaan DDTKA pada bayi,
anak balita dan anak pra sekolah
4. Membuat laporan MTBS

25 Pemegang 1. Penyuluhan ke sekolah (SMP, SMA)


Program Kes. 2. Pembinaan dan konseling remaja
Remaja 3. Pendataan jumlah remaja usia 10-14 tahun
4. Pencatan dan pelaporan

26 Pemegang 1. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE)


Program KB 2. Pelayanan Kontrasepsi
3. Pembinaan dan Pengayoman Medis
kontrasepsi peserta KB
4. Pelayanan rujukan KB
5. Pencatatan dan Pelaporan

27 Pemegang 1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK).


Program Gizi - Penimbangan Bayi & menginventaris
jumlah dan sarana posyandu
- Pemetaan Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI)
- Penggunaan ASI Ekslusif
- Pengukuran LILA WUS
- Penyuluhan UPGK
2. Penanggulangan Anemia Gizi Besi
- Distribusi Tablet Fe
- Distribusi Sirup Fe
- Penyuluhan
- Pengadaan Bahan dan Obat Fe
3. Penanggulangan GAKI
- Monitoring Garan Beryodium
- Koordinasi LS / LP
- Penyuluhan
- Pengadaan bahan Iodina Test
4. Penanggulangan Defisiensi Vit. A
- Balita
- Ibu Nifas
- Penyuluhan
- Pengadaan Obat
5. SKPG
- PSG (Pengadaan blanko dan
pelaksanaan PSG)
- PKG
- Koordinasi LS/LP
- Pemetaan Kecamatan Rawan
Pangan
- Intervensi kasus gizi
buruk/pemberian PMT
- TBABS
6. Pengembangan Pojok Gizi (POZI)
7. Pembinaan dan Evaluasi

28 Pemegang 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi di unit


Program kesling
Kesehatan 2. Mengurangi bahkan menghilangkan semua
Lingkungan unsur fisik dan lingkungan yang memberi
pengaruh buruk terhadap kesehatan
masyarakat melalui penyuluhan kesling
3. Penyehatan air bersih.
4. Penyehatan pembuangan sampah.
5. Penyehatan lingkungan dan pemukiman.
6. Penyehatan pembuangan air limbah.
7. Penyehatan makana dan minuman.
8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
9. Pengawasan tempat pengelolaan pestisida.
10. Pelaksana perundangan di bidang kesehatan
lingkungan.
11. Pembakaran sampah medis
12. Pencatatan dan pelaporan

29 Koordinator 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi


UPTF Upaya kegiatan di unit Pengobatan dan ASKES
Kesehatan 2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
Perorangan kegiatan di unitnya

30 Pemegang 1. Menentukan target sasaran serta


Program merencanakan kebutuhan obat dengan
Pengobatan gudang farmasi
2. Melakukan tindakan pengobatan sesuai
standar puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
3. Merujuk pasien ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi.
4. Penemuan dan pencatatan kasus.
5. Menentukan kasus tertinggi di wilayah kerja
(rekap kasus
6. penyakit terbanyak)
7. Pencatatan dan pelaporan

31 Koordinator 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi


UPTF Jaring kegiatan di unit P3K, Pusling dan Pustu
Pelayanan 2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
Puskesmas kegiatan di unitnya

32 Koordinator 1. Mengkoordinir kegiatan P3K


Unit P3K 2. Mempersiapkan semua kebutuhan, jadwal
acara dan petugas P3K
3. Pencatatan dan pelaporan

33 Koordinator 1. Mengkoordinir kegiatan pusling


Unit Puskesmas 2. Mempersiapkan semua kebutuhan, jadwal
Keliling acara dan petugas pusling dengan melakukan
koordinasi dengan program lain yang terkait
3. Pencatatan dan pelaporan (sensus penya
kit dan obat)

34 Koordinator 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan


Unit Pustu 2. Menggerakkan, mengembangkan dan
membina kesehatan masyarakat
diwilayahnya
3. Membantu upaya masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatan
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Perpanjangan tangan seluruh program di
Puskesmas

35 Koordinator 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi


UPTF Upaya kegiatan di unit UKK, Usila, UKS/UKGS,
Kesehatan Kesorga, Battra, Kes. Gilut, Rawat Inap,
Pengembangan UGD, Kes. Mata, Kes. Jiwa dan Perkesmas
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
kegiatan di unitnya

36 Pemegang 1. Pendataan semua kelompok kerja yang ada


Program di wilayah kerja.
UKK 2. Penyuluhan dan pembinaan terhadap
kesehatan pengusaha/pekerja.
3. Membina kelompok kerja dengan
pelaksanaan K3 (keselamatan dan Kesehatan
Kerja)
4. Pencatatan dan pelaporan

37 Pemegang 1. Pendataan usila


Program 2. Kegiatan promotif dengan penyuluhan gizi,
Usia lanjut kes. dimasa tua, agama,dll ke masyarakat
dan kelompok usila
3. Senam kesegaranjasmani
4. Meningkatkan PSM dengan cara mengikut
sertakan masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan
5. Kegiatan preventif dengan pemeriksaan
berkala
6. Kegiatan pengobatan melalui pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan
7. Kegiatan pemulihan untuk mengembalikan
fungsi organ yang telah menurun
8. Pencatatan dan pelaporan
38 Pemegang 1. Inventaris jumlah sekolah, jumlah murid dan
Program sarana UKS
UKS/UKGS 2. Melaksanakan program UKS melalui
pendidikan dan pelayanan kesehatan di
sekolah
3. Aktif dalam menciptakan lingkungan
sekolah yang sehat.
4. Penjaringan kesehatan peserta didik baru
kelas 1
5. Pengobatan ringan, pertolongan dan rujukan.
6. Pelatihan dokter keci

39 Pemegang 1. Penyuluhan tentang kesorga


Program 2. Melaksanakan upaya kesorga kepada
Kesorga masyarakat khususnya peserta olah
raga/atlet dan anak sekolah
3. Pencatatan dan pelaporan

40 Pemegang 1. Pembinaan pengobat tradisional


Program 2. Kerjasama dengan pengobat tradisional, agar
Battra (Toga merujuk pasiennya ke puskesmas/RS bila
menderita sakit yangberbahaya
3. Penyuluhan pada masyarkat dan pengobat
tradisionalSosialisasi obat-obat tradisional
dan manfaatnya

41 Pemegang 1. Menyusun perencanaan


Program 2. Melaksakan UKGS dan UKGMD
Kesehatan Gigi 3. Pelayanan berupa pemeriksaan, perawatan,
dan Mulut pengobatan, penambalan, pencabutan,
pembersihan karang gigi serta rujukan gigi
dan mulut serta rujukan
4. Pencatatan dan pelaporan

42 Koordinator 1. Merencanakan kebutuhan obat.


Program 2. Melakukan pelayanan rawat inap.
Rawat Inap 3. Melakukan tindakan pengobatan sesuai
standar puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan tingkat pertama serta memberi
penyuluhan kepada pasien dan keluarganya.
4. Merujuk pasien ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi.
5. Pencatatan dan pelaporan

43 Pemegang 1. Merencanakan kebutuhan obat.


Program UGD 2. Melakukan tindakan pengobatan sesuai
standar puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
3. Merujuk pasien ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi.
4. Pencatatan dan pelaporan

44 Pemegang 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi


Program 2. Pengobatan kasus lama dan baru
Kesehatan Mata 3. Pemeriksaan mata, tes buta warna dan
penyuluhan
4. Merujuk pasien dan kerjasama dengan RS
Indra
5. Pencatatan dan pelaporan

45 Pemegang 1. Memberi penyuluhan kepada masyarakat.


Program 2. Mengenali penderita yang memerlukan
Ke pelayanan kesehatan psikiatri.
sehatan Jiwa 3. Memberi pertolongan pertama psikiatri,
memberi pengobatan atau merujuk pasien ke
RS jiwa.
4. Kunjungan ke rumah penderita. Pencatatan
dan pelaporan

46 Pemegang 1. Kunjungan rumah ke keluarga rawan


Program 2. Membuat renstra masing-masing kasus
Perkesmas keluarga rawan, resti, penyakit kronis, KKp
dan penyuluhan
3. Pencatatan dan pelaporan

47 Koordinator 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi


UPTF kegiatan di unit Lab, Gudang Obat, Loket,
Pelayanan Logistik dan Apotik
Penunja 2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
ng kegiatan di unitnya

48 Pemegang 1. Mempersiapkan dan memeriksa sediaan serta


Program menegakkan diagnosa (darah, urine, tinja,
Laboratorium sputum dan lepra)
2. Mengirimkan sediaan untuk diperiksa di
tingkat pelayanan yang lebih tinggi sesuai
dengan sistem rujukan pelayan kesehatan.
3. Merencanakan kebutuhan bahan dalam
setahun
4. Pemeriksaan khusus TB/cross check
5. Memeriksa sediaan yang dikirim dari BLK
(pemantauan mutu eksternal)
6. Pencatatan dan pelaporan

49 Pemegang 1. Merencanakan amprahan dan pengadaan


Program obat serta pendistribusisan obat
Gudang 2. Penerimaan, pengeluaran dan penyimpanan
Obat obat puskesmas maupun pustu
3. Pengecekan obat di puskesmas dan pustu
(kerapian dan kebersihan gudang obat)
4. Penyuluhan cara pemakaian obat yang
benardi puskesmas dan pustu
5. Pencatatan dan pelaporan

50 Koordinator 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi jumlah


Program Loket kunjungan Pencatatan dan pelaporan serta
registrasi pasien(askes, umum, gakin)

51 Pemegang 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi


Program 2. Penerimaan dan pengeluaran logistik
Logistik 3. Pengecekan terhadap keadaan logistik
(registrasi barang, KIR, dll)
4. Pencatatan dan pelaporan

52 Koordinator 1. Melayani resep sesuai petunjuk serta


Program Apotik mengatur kebersihan dan kerapian apotik
2. Penyuluhan langsung ke pasien tentang tata
cara pemakaian obat
3. Pengecekan obat yang telah
dikeluarkan/sensus harian obat
4. Pencatatan dan pelaporan

53 Pengelola 1. Melakukan pendataan jumlah peserta


Program Askes ASKES termasuk yg memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan di Puskesmas
2. Penyuluhan tentang ASKES
3. Pencatatan dan pelaporan ASKES

i. Apa definisi Puskesmas?


Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang
juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok.
Menurut Depkes RI 2004 (Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004)
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja.

j. Bagaimana kedudukan dan posisi Puskesmas dalam sarana kesehatan?


Kedudukan
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem
Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem
Pemerintah Daerah:
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai
sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota


Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

3. Sistem Pemerintah Daerah


Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit
struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan
strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti
praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai
kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja
puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan
bersumber daya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat desa dan pos
UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan
berbasis dan bersumber daya masyarakat adalah sebagai pembina.

2. Ny. A memiliki anak perempuan yang berumur 3 tahun yang telah mendapat
imunisasi lengkap di Posyandu ketika berumur 1 tahun.
a. Bagaimana kriteria imunisasi dasar lengkap pada anak ?

Keterangan
 Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Hepatitis B diberikan
dalam waktu 12 jam setelah lahir
 Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Polio diberikan pada
kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi
dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain.
Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau
IPV.
 Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin BCG optimal diberikan
pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3
bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak
dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari.
Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction),
perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB).
 Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin DTP diberikan pada
umur > 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi
dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5
tahun.Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian
Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.
 Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Campak diberikan pada
umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS:
disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan.
 Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Pneumokokus dapat
diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada umur 7-12 bulan, diberikan 2
kali dengan interval 2 bulan; pada umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun
keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur > 12 bulan atau minimal 2
bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan
cukup satu kali
 Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Rotavirus monovalen
diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus
monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan
interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai
diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu.

b. Apa definisi, peran, fungsi, manfaat Posyandu?


Posyandu adalah suatu forum komunikasi ahli teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dan keluarga berencana dari masyarakat oleh
masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan dan
pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini (Wahyuningsih, H.P., dkk, 2009). Jadi Posyandu adalah suatu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat atau UKBM yang kegiatannya
sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat (Depkes RI, 2011).
Maanfaat Posnyadu
a. Bagi Masyarakat
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang
atau gizi buruk.
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.
4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah
darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak.
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi,
dan anak balita.
a. Bagi Kader
1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu.
3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan.
4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.
Bagi Puskesmas
1. Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama.
2. Dalam lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
3. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian
pelayanan secara terpadu.
Bagi sektor lain
1. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan ,masalah
sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB
sesuai kondisi setempat.
2. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-
Fungsi
Fungsi posyandu menurut Depkes RI (2006, p:13) adalah :
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Kelahiran anak pertamanya, berlangsung dirumah, cukup bulan dibantu oleh
dukun beranak, yang juga seorang kader kesehatan di wilayah kerja Puskemas
Teruji.

a. Apa saja persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang kader kesehatan?
Menurut Depkes RI (2003), terdapat beberapa syarat menjadi Kader, antara lain :
1. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat
2. Bersedia dan mampu bekerja bersama masyarakat secara sukarela
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin
4. Sabar dan memahami usia lanjut
Menurut WHO (1993) kader diatas merupakan salah satu unsur yang memiliki
peranan penting dalam pelayanan kesehatan dimasyarakat. Sedangkan menurut
Depkes RI (2003), berbagai peran kader, khususnya pada kegiatan Posyandu,
antara lain:
1. Melakukan pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat:
2. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas yang antara lain untuk
melakukan kegiatan pendataan sasaran, pemetaan, serta mengenal masalah dan
potensi.
3. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk membahas
hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas, dan jadwal kegiatan
Sedangkan peranan kader dalam , antara lain :
1. Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada masyarakat
2. Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu sebelum pelaksanaan
Posyandu (buku catatan, KMS, alat peraga)
3. Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, dan ibu usia subur yang hadir di
posyandu.
4. Melakukan penimbangan bayi dan balita.
5. Mencatat hasil penimbangan pada KMS.
6. Melakukan penyuluhan perorangan kapada ibu-ibu dimeja IV.
7. Melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan khususnya pada
bumil, ibu yang mempunyai bayi/balita, pasangan usia subur,

c. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan Posyandu?


Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu
(Panca Krida Posyandu), antara lain:
Kesehatan Ibu dan Anak
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi,
anak balita dan anak prasekolah
2. Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena
kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan
tambahan vitamin dan mineral
3. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
4. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
Keluarga Berencana
1. Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan
perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena
melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
2. Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
Immunisasi
1. Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio
3x, dan campak 1x pada bayi.
Peningkatan gizi
1. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
2. Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori
cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang
menyusui
3. Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun
Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan
Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Immunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan Diare
6. Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan
air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman
7. Penyediaan Obat essensial.

d. Apa tipe-tipe Posyandu?


1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader
terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya
kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat
pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk
perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah
kader.

2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang
atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu <
50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah
meningkat cakupan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai
motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.

3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang
atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan
program tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang
dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.

4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau
lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana
sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan
bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya.
e. Siapa yang mengelola Posyandu? Jelaskan!
Pengelola Posyandu
Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh
masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus
Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara.
Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu.
1. Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.
2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu memotivasi
masyarakat.
3. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat
Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama
dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh
masyarakat, penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih
dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh
masyarakat dan pemudi.
Kader kesehatan merupakan perwujutan peran serta aktif masyarakat dalam
pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat,
kegiatan diperioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan dari
petugas kesehatan terutama pada kegiatan yang mereka tidak kompeten
memberikannya
f. Apa yang harus dilakukan bila pemberian imunisasi tidak lengkap atau belum
pernah diberikan?
Imunisasi yaitu pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsangv
pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.
Imunisasi DPT/HB
Jadwal ImunisasiDPT/HB Imunisasi difteri dilakukan secara rutin dengan
memberikan 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan usia 5 tahun atau saat
masuk sekolah.Imunisasi dasar DTP diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan
dengan interval 8 minggu (terbaik), jadi DTP-1 diberikan pada umur 2 bulan,
DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTP-3 pada umur 6 bulan. Ulangan DTP-4
diberikan 1 tahun setelah DTP-3 yaitu umur 18-24 bulan dan DTP-5 pada saat
masuk sekolah (umur 5 tahun). Apabila pada umur 5 tahun belum diberikan
DTP-5 maka untuk vaksinasi penguat diberikan Td (umur 7 tahun). Tetapi
sesuai program BIAS, vaksinasi penguat Td sebaiknya diberikan pada usia 12-
13 tahun

3. Kelahiran anak pertamanya, berlangsung di rumah, cukup bulan dibantu oleh


dukun beranak, yang juga seorang kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Teruji.
a. Apa saja peran dari kader kesehatan?
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat :
1) Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2) Pengamatan terhadap maslaah kesehatan di desa
3) Upaya penyehatan lingkungan
4) Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
5) Pemasyarakatan Keluarga sadar gizi (Kadarzi)

Selain kegiatan posyandu kader juga berperan di luar itu kegiatan posyandu,
yaitu sebagai berikut :
1. Merencanakan kegiatan antara lain survei mawas diri, menentukan kegiatan
penanggulangan masalah kesehatan di masyarakat.
2. Melakukan komunikasi, memberikan informasi dan motivasi tentang
kesehatan.
3. Menggerakkan masyarakat untuk bergotong royong.
4. Memberikan pelayanan yaitu membagikan obat, pemantauan penyakit serta
pertolongan pada kecelakaan.
5. Melakukan pencatatan seperti KB, KIA, Imunisasi, Gizi, dan Diare.
6. Melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB serta
kesehatan lainnya.
7. Melakukan kunjungan rumah.
8. Melakukan pertemuan kelompok.
Tugas–tugas kader dalam rangka penyelenggarakan posyandu dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut :
1) Tugas Kader pada saat persiapan hari buka posyandu meliputi
beberapa hal berikut :
a) Menyiapkan alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, serta obat-obatan.
b) Mengundang masyarakat untuk datang ke posyandu.
c) Menghubungin kelompok kerja posyandu
d) Melaksanakan pembagian tugas antar kader posyandu
2) Tugas Kader pada hari buka posyandu
a) Meja I (Pendaftaran)
Merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan pendaftaran kepada bayi,
balita dan ibu hamil yang datang ke posyandu.
b) Meja 2 (Penimbangan) Merupakan layanan penimbangan
c) Meja 3 (Pengisian KMS)
Kader melakukan pencatatan pada buku KIA setelah ibu dan bilita mendaftar
dan ditimbang. Pengisian berat badan kedalam skala yang sesuai dengan
umur balita.
d) Meja 4 (Penyuluhan)
Diketahuinya berat batasan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil
dengan resiko, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB, penyuluhan
kesehatan, pelayanan IMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi pil bulanan,
kondom.
e) Meja 5 (Pelayanan)
Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita yang datang ke posyandu,
serta penyuntikan imunisasi dilayani dimeja V
3) Tugas Kader setelah membuka posyandu
a) Memindahkan catatan-catatan pada KMS ke dalam buku registrasi.
b) Menilai hasil Kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu berikutnya
c) Kegiatan diskusi bersama ibu-ibu
d) Kegiatan kunjungan rumah (Yulifah, R. dkk, 2009).
Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-
tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya
di beberapa negara :
1) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penangganan penyakit yang
ringan.
2) Melakukan pengobatan sederhana.
3) Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan.
4) Menolong persalinan.
5) Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
6) Menberikan motivasi dan peragaan tentang gizi (Program UPGK).
7) Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
8) Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
9) Melakukan penyuntikan imunisasi (Kolombia, Papua New Guinea, dan
Sudan).
10) Pemberian motivasi KB.
11) Membagikan alat-alat KB.
12) Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan kesehantan perorangan
dan kebiasaan sehat secara umum.
13) Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan perujukan
14) Pemberian tentang perlunya follow up pada penyakit meular dan perlunya
memastikan diagnosis.
15) Penangganan penyakit menular.
16) Membantu kegiatan di klinik.
17) Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit.
18) Membina kegiatan UKS secara teratur.
19) Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu
pencatatan dan pelaporan.

b. Bagaimana hubungan atau kerja sama (pembinaan) antara Puskesmas dengan


kader kesehatan?
Pembentukan dan pelatihan kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa
yang telah ditetapkan.
Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:
1. calon kader yang kan dilatih
2. waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
3. tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
4. adanya perlengkapan yang memadai
5. pendanaan yang cukup
6. adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis
bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala
puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang
mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan,
petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang
digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran,
penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
a. pengantar tentang posyandu
b. persiapan posyandu
c. kesehatan ibu dan anak
d. keluarga berencana
e. imunisasi
f. gizi
g. penangulangan diare
h. pencatatan dan pelaporan

Strategi menjaga Eksistensi Kader


Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka
dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
1. refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan
oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan
posyandu
2. adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan
rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3. revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana
semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan
bisa juga diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes
untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang
diberikan setiap tahun
Pembinaan Kader
Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau
pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang
dihadapinya. Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8
minggu atau bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya
menggerakkan peran serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan
kader. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader
adalah :
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan (
promosi bidan siaga)

2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.


3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas
gerakan sayang ibu.

4. Pulang dari Puskesmas Ny.A bertemu dengan seorang kader Posyandu yang
menanyakan mengapa Ny.A tidak membawa anak balitanya ke Posyandu, untuk
mendapatkan vitamin A secara berkala.
a. Apa manfaat diberikan vitamin A dan berapa kali pemberian vitamin A
dilakukan?
Manfaat Vitamin A
a. Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila kita
dari cahaya terang diluar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang
cahayanya, maka kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang
berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia didalam darah. Tanda
pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A
dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan karena
kekurangan vitamin
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang
membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A,
pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak –
anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya.
Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.
c. Reproduksi
Pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan
perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk
retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan
tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan. Kemampuan
retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam
pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kandung
kemih.
d. Fungsi Kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada
manusia.Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibody
yang berg antung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh
seseorang ( Almatsier, 2003, hlm. 158 –161 ).
Sasaran suplementasi Vitamin A adalah sebagai berikut:

Suplementasi Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita


1. Waktu pemberian suplementasi Vitamin A dosis tinggi untuk bayi dan
anak balita Suplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh anak balita
umur 6-59 bulan secara serentak:
Untuk bayi umur 6-11 bulan pada bulan Februari atau Agustus
Untuk anak balita umur 12-59 bulan pada bulan Februari dan Agustus
2. Tenaga yang memberikan suplementasi Vitamin A pada bayi dan anak
balita Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dll) Kader
terlatih
3. Cara Pemberian
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu balita apakah
pernah menerima kapsul Vitamin A pada 1 (satu) bulan terakhir.
Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita:
Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI)
untuk balita Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul (dan tidak
membuang sedikitpun isi kapsul) Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat
diberikan langsung satu kapsul untuk diminum

4. Tempat pemberian
Sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu
(Pustu), polindes/poskesdes, balai pengobatan,praktek dokter/bidan swasta)
Posyandu Sekolah Taman Kanak-kanak, Pos PAUD termasuk kelompok
bermain, tempat penitipan anak, dll
Catatan :
Pemberian kapsul vitamin A pada bulan Februari dan Agustus dapat
diintegrasikan dengan pelaksanaan program lain seperti kegiatan Kampanye
Campak (Measles Campaign), malaria, dll untuk meningkatkan cakupan
masing-masing program

b. Bagaimana promosi kesehatan yang perlu dilakukan oleh posyandu (kader


kesehatan) terhadap pemberian vitamin A ?
Sosialisasi suplementasi vitamin A dilakukan
a. Sosialisasi yang bersifat rutin atau berkala
Kegiatan :
 Penyebaran informasi secara formal dan informal, seperti: seminar,
pelatihan, penyuluhan secara rutin atau berkala (tergantung sumber daya yang
ada seperti dana, sumber daya manusia, dan lain-lain).
 Penyebaran stiker, poster, leaflet dan media lain.
 Penyebaran informasi dengan cara menyisipkan pada kegiatankegiatan lain
 Melibatkan organisasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi
b. Sosialisasi yang bersifat periodik:
Sosialisasi 1 bulan menjelang bulan vitamin A (bulan Januari dan Juli)
Contoh kegiatan:
- Pemasangan spanduk/umbul- umbul di beberapa tempat strategis.
- Penyebaran informasi melalui media televisi (tingkat pusat dan propinsi).
- Penyebaran informasi melalui media radio lokal (propinsi dan
kabupaten/kota).
- Pertemuan dengan aparat pemerintahan pada tingkat desa (dengan
melibatkan beberapa unsur desa) untuk membicarakan persiapan
pelaksanaan bulan vitamin A.
- Penyebarluasan informasi diberbagai kesempatan/acara/kegiatan baik
formal dan informal.
- Pemberitahuan di tempat-tempat yang mendistribusikan suplementasi
vitamin A, misalnya pada sarana pelayanan kesehatan (posyandu, pustu,
polindes, balai pengobatan, dan tempat lain), dan sarana lain (TK, dan
Kelompok Bermain).
Sosialisasi pada beberapa hari menjelang bulan vitamin A
Contoh kegiatan :
- Pemasangan spanduk/umbul-umbul di berbagai tempat strategis
- Penyebaran informasi melalui media televisi dan radio lokal
- Penyebarluasan informasi di berbagai kesempatan/acara/kegiatan baik
formal dan informal
- Memberdayakan peran serta aktif masyarakat terutama ibu-ibu untuk
saling mengingatkan sesama tetangga .
- Penyebarluasan informasi ke wilayah-wilayah yang sulit terjangkau
posyandu atau wilayah dimana media komunikasinya terbatas, yang dapat
dilakukan dengan memberi informasi kepada kepala dusun atau tokoh
masyarakat dan tokoh agama setempat.
Sosialisasi mobilisasi 1 hari menjelang hari posyandu/pendistribusian
vitamin A
Contoh kegiatan :
- Memberdayakan peran serta aktif masyarakat terutama para ibu untuk
saling mengingatkan sesama tetangga untuk dating pada hari pembagian
suplementasi vitamin A.
- Pengumuman secara massal melalui media komunikasi local yang dimiliki
desa dan dapat menjangkau masyarakat banyak, misalnya dengan
menggunakan pengeras suara di masjid, gereja atau tempat ibadah lainnya,
mobil puskesmas keliling, dan sarana lain.
Sosialisasi mobilisasi pada hari H pemberian kapsul Vitamin A
Contoh kegiatan :
- Memberdayakan peran serta aktif masyarakat terutama ibu-ibu untuk
saling mengingatkan dan mengajak tetangga sekitar rumah yang memiliki
balita untuk mendapatkan suplementasi vitamin A.
- Pengumuman secara massal yang dapat menjangkau masyarakat banyak
misalnya mengumumkan dengan menggunakan pengeras suara di masjid,
gereja atau tempat ibadah lainnya, mobil puskesmas keliling dan sarana
lain.

c. Bagaimana edukasi yang harus dilakukan kepada seorang ibu oleh kader
kesehatan?
Kader kesehatan memberi penjelasan mengenai posyandu, apa saja pelayanan
yang diberikan di posyandu, mengapa harus ke posyandu terlebih dahulu.
 Di wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan
berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat
desa dan pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai
Pembina (KEPMENKES 128/2004).

IV. Kerangka Konsep


V. Learning Issue
1. Puskesmas Gunung, Karisya, Ica, Feby
2. Posyandu Jeje, Nay, Bibi, Anggi
3. Kader Kesehatan Hery Azan Ressy

VI. Kesimpulan
Dr. sardi, kepala Puskesmas Teruji harus menyelenggarakan dan mengevaluasi upaya
kesehatan wajib lebih lanjut terutama promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, dan
pembinaan kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Teruji.

Anda mungkin juga menyukai