Anda di halaman 1dari 3

1

GERONTIK

PENYAKIT ALZHEIMER

Penyakit Alzheimer disebut sebagai demensia degeneratif primer atau demensia senil jenis
Alzheimer. Penyakit ini menyebabkan sedikit 50% semua demensia yang diderita lansia (Lamy,
1992).

Kondisi ini merupakan penyakit:

- Neurologis degeneratif
- Progresif
- Irreversible
- Muncul tiba-tiba

Tanda-tandanya:

- Penurunan fungsi kognitif bertahap


- Gangguan perilaku

Angka prevalensi yang berhubungan dengan usia sekitar 10 % populasi diatas 65 tahun dan usia
diatas 85 tahun meningkat 47,2%, sehingga penyakit Alzheimer menjadi penyakit yang bertambah
banyak.

Patafisiologi: terdapat beberapa perubahan biokimia antara lain: serabut neuron yang kusut dan
plak senil atau neuritis (deposit protein beta-amiloid), baigan dari suatu protein besar, protein
prekursur amiloid.

Kerusakan neuron terjadi secara primer pada cortex cerebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran
otak. Terjadi perubahan serupa pada tonjolan kecil jaringan otak normal lansia. Sel utama yang
terkena penyakit ini yang menggunakan neurotransmitter asetilkolin secara biokimia. Produksi
asetilkolin yang dipengaruhi aktivitas enzim menurun dan asetil kolin terutama terlibat dalam proses
ingatan.

Obat penyakit Alzheimer yang pertama tacrine hydrocloride. Obat ini akan memperkuat asetilkolin di
otak dan telah dibuktikan dengan dua percobaan klinis dengan hasil membaiknya ingatan terhadap
penyakit Alzheimer ringan sampai sedang. Efek samping obat ini dapat mengakibatkan hepato toxic,
maka pemberiannya harus dimonitor (FDA Medical Bulletin, 1993).

Etiologinya:

Usia dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti untuk penyakit Alzheimer.

a. Familial: bila anggota keluarga ada yang menderita penyakit ini. Komponen familial yang non
spesifik meliputi pencetus lingkungan dan determiner genetik.
b. Sporadik: penyakit Alzheimer yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familial.

Evaluasi diagnostik:

- Riwayat kesehatan
2

- Gejala klinis
- Pemeriksaan laboratorium termasuk elektrosefalografi (EEG), pemeriksaan darah, cairan
sereksospinal (CSF).

Depresi dapat sangat menyerupai Alzheimer stadium dini dan dapat pula muncl bersama dengan
banyak kasus Alzaeimer. Gangguan kognitif dapat disebabkan pula oleh depresi dan harus
diwaspadai.

Pada pemeriksaan tadi dapat menyangkal atau mendukung diagnosa penyakit Alzheimer. Perubahan
EEG tidak spesifik, CT scan dan MRI sangat berguna untuk menyingkirkan adanya hamatoma, tumor
otak, stroke, hidrocephalus tekanan normal, dan atrofi. Namun tidak dapat diandalkan untuk
menegakkann diagnosa Alzheimer.

Infeksi, gangguan fisiologis, abnormalitas biokimia dapat disingkirkan dengan pemeriksaan darah
dan cairan serobrospinal (CSF), tetapi hasilnya tidak terlalu spesifik untuk menegakkan diagnosa
Alzheimer.

Suatu diagnosa kemungkinan AD dapat dibuat bila riwayat medis, pemeriksaan fisik, laboratorium
telah menyingkirkan semua penyebab demensia lain yang diketahui. Satu-satunya jalan
menegakkannya adalah biopsi otak atau otopsi.

Manifestasi Klinis:

Pada stadium awal penyakit Alzheimer:

- Mudah lupa
- Kehilangan ingatan ringan.
- Terdapat kesulitan ringan dalam aktivitas pekerjaan sosial, tapi pasien masih memiliki fungsi
kognitif yang memadai untuk menyembunyikan kehilangan yang terjadi.
- Depresi
- Bila semakin lanjut defisit kognitif tidak dapat disembunyikan lagi.
- Lupa dapat terjadi dalam berbagai kegiatan sehari-hari.
- Pasien dapat kehilangan kemampuanyya mengenali wajah, tempat, objek yang sudah
dikenal.
- Kehilangan suasana kekeluargaannya.
- Sering mengulang-ulang cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya.
- Percakapan menjadi sulit karena lupa apa yang akan dikatakan atau tidak dapat mengingat
kata-kata.
- Tidak mampu untuk memformulasikan konsep dan berpikir abstrak.
- Pasien tidak mampu untuk menyadari konsekuensi karya mereka dan memperlihatkan
perilaku yang explosive.
- Terjadi perubahan kepribadian negatif, antara lain: menjadi depresif, paranoid, menjadi
kasar, menjadi kejam.
- Kemampuan bicara memburuk sampai tak masuk akal.
- Perkembangan penyakit gejalanya semakin nyata, antara lain: peningkatan aktifitas fisik,
nafsu makan meningkat, pasien hanya berkeliling-keliling selama berjam-jam pada malam
hari, disfgia, inkontinensia.
3

Pada stadium terminal, dapat berlangsung berbulan-bulan: pasien tidak dapat bergerak. Terkadang
pasien dapat mengenali keluarga atau pengasuh.

Kematian terjadi akibat komplikasi seperti: pneumonia, malnutrisi, dehidrasi.

Intervensi Keperawatan:

- Bantu pasien memelihara fungsi kognitif optimal.


- Tingkatkan keselamatan fisik.
- Bantu untuk mengurangi anxiety.
- Bantu untuk memperbaiki komunikasi.
- Bantu untuk meningkatkan kemandirian dalam aktivitas asuhan diri.
- Berikan kebutuhan sosialisasi dan keintiman pasien.
- Atasi gangguan pola tidur.
- Bantu keluarga untuk mendukung serta mendidik pemberi perawatan dalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai