Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSHIP

PUSKESMAS LARANGAN

NAMA : dr. Angginamita Amalia


SIP INTERNSHIP :
TANGGAL ANALISIS : Oktober 2017-Januari 2018
JENIS PROGRAM : Program Penyakit Tidak Menular (Herpes Zooster)

HASIL ANALISIS:
1. Pendahuluan

A. Definisi

Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella
zoster yang laten endogen di ganglion sensoris radiks dorsalis setelah infeksi primer.

B. Kriteria Diagnostik

Klinis

1. Masa tunas 7-12 hari, lesi baru tetap timbul selama 1-4 hari dan kadang-kadang selama
±1 minggu.

2. Gejala prodromal berupa nyeri dan parestesi di dermatom yang terkait biasanya
mendahului erupsi kulit dan bervariasi mulai dari rasa gatal, parestesi, panas, pedih, nyeri
tekan, hiperestesi, hingga rasa ditusuk-tusuk. Dapat pula disertai dengan gejala konstitusi
seperti malaise, sefalgia, dan flu like symptoms yang akan menghilang setelah erupsi
kulit muncul.

3. Kelainan diawali dengan lesi makulopapular eritematosa yang dalam 12-48 jam menjadi
vesikel berkelompok dengan dasar kulit eritematosa dan edema. Vesikel berisi cairan
jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta dalam 7-10 hari. Krusta
biasanya bertahan hingga 2-3 minggu.

4. Lokasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai tempat persarafan.

5. Bentuk khusus:

1
 Herpes zoster oftalmikus (HZO): timbul kelainan pada mata dan kulit di daerah
persarafan cabang pertama nervus trigeminus.
 Sindrom Ramsay-Hunt: timbul gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit,
tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga gangguan
pengecapan.

6. Neuralgia pasca herpes (NPH) didefinisikan sebagai nyeri menetap pada dermatom
yang terkena setelah erupsi herpes zoster (HZ) menghilang. Batasan waktunya adalah
nyeri yang menetap hingga 3 bulan setelah erupsi kulit menyembuh.

C. Diagnosis Banding

1. Herpes simpleks

2. Dermatitis venenata

3. Dermatitis kontak

4. Bila terdapat nyeri di daerah setinggi jantung, dapat salah diagnosis dengan angina
pektoris pada herpes zoster fase prodromal

D. Pemeriksaan Penunjang

a. Identifikasi antigen/asam nukleat dengan metode PCR.


b. Tzank test pada fase erupsi vesikel (tidak spesifik) menunjukkan gambaran
multinucleated giant cells.

E. Penatalaksanaan

Terdapat beberapa obat yang dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:

a. Sistemik

Antivirus diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada:

 Usia >50 tahun

 Dengan risiko terjadinya NPH

 HZO/sindrom Ramsay Hunt/HZ servikal/HZ sakral

 Imunokompromais, diseminata/generalisata, dengan komplikasi


2
 Anak-anak, usia <50 tahun dan ibu hamil diberikan terapi anti-virus bila disertai
NPH, sindrom Ramsay Hunt (HZO), imunokompromais, diseminata/generalisata,
dengan komplikasi

Pilihan antivirus

 Asiklovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10 hari.

 Dosis asiklovir anak <12 tahun 30 mg/kgBB/hari selama 7 hari, anak >12 tahun 60
mg/kgBB/hari selama 7 hari.

 Valasiklovir 3x1000 mg/hari selama 7 hari

 Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7 hari

Simptomatik

 Nyeri ringan: parasetamol 3x500 mg/hari atau NSAID.

 Nyeri sedang-berat: kombinasi dengan tramadol atau opioid ringan.

 Pada pasien dengan kemungkinan terjadinya neuralgia pasca herpes zoster selain diberi
asiklovir pada fase akut, dapat diberikan:

- Antidepresan trisiklik (amitriptilin dosis awal 10 mg/hari ditingkatkan 20 mg setiap 7


hari hingga 150 mg. Pemberian hingga 3 bulan, diberikan setiap malam sebelum
tidur

- Gabapentin 300 mg/hari 4-6 minggu3,16

- Pregabalin 2x75 mg/hari 2-4 minggu.

b. Topikal

3
a) Stadium vesikular: bedak salisil 2% untuk mencegah vesikel pecah atau bedak kocok
kalamin untuk mengurangi nyeri dan gatal.

b)Bila vesikel pecah dan basah dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
dan krim antiseptik/antibiotik.

c) Jika timbul luka dengan tanda infeksi sekunder dapat diberikan krim/salep antibiotik.

c. Vaksinasi

Dosis VVZ hidup yang dilemahkan dosis tunggal direkomendasikan kepada populasi
yang berusia lebih dari 50 tahun, baik yang sudah memiliki riwayat varisela ataupun belum.
Tidak boleh diberikan pada pasien imunokompromais.

F. Edukasi

a. Memulai pengobatan sesegera mungkin

b. Istirahat hingga stadium krustasi

c. Tidak menggaruk lesi

d. Tidak ada pantangan makanan

e. Tetap mandi

f. Mengurangi kecemasan dan ketidakpahaman pasien

G. Prognosis

Lesi kulit biasanya menyembuh dalam 2-4 minggu tetapi penyembuhan sempurna
membutuhkan waktu >4 minggu. Pasien usia lanjut dan imunokompromais membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk resolusi. Dalam studi kohort retrospektif, pasien herpes zoster
yang dirawat di rumah sakit memiliki mortalitas 3% dengan berbagai penyebab. Tingkat
rekurensi herpes zoster dalam 8 tahun sebesar 6,2%.

Prognosis tergantung usia.

4
1. Usia <50 tahun:

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

Ad sanactionam : bonam

2. Usia >50 tahun dan imunokompromais:

Ad vitam : bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanactionam : dubia ad bonam

2. Laporan Kegiatan

Dilaksanakan
No. Kegiatan
YA TIDAK
Pedoman khusus mengenai penyakit herpes zooster dari
1. √
PERDOSKI
2. Diagnosa penderita herpes zooster
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan Fisik √

3. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit herpes



zooster
4. Manajemen dan tatalaksana herpes zooster √

3. Analisa Kegiatan
Bentuk pelayanan dalam deteksi penyakit herpes zooster yang dilakukan di Puskesmas
Larangan adalah dengan melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita herpes zooster.

3.1 Pedoman khusus mengenai penyakit herpes zooster dari PERDOSKI


Pedoman khusus bertujuan agar sistem penanganan penderita herpes zooster dilakukan
secara terpadu. Pada herpes zooster, pedoman yang menjadi landasan diagnosis serta terapi
adalah dari PERDOSKI, dan telah terdapat pedoman khusus herpes zooster dari PERDOSKI.

3.2 Diagnosa penderita herpes zooster

Bentuk pemeriksaan untuk diagnosis penderita herpes zooster di Puskesmas Larangan


adalah melalui anamnesis berupa gejala-gejala yang dirasakan pasien, riwayat terkena varicella
sebelumnya, dan melalui pemeriksaan fisik dengan memperhatikan UKK serta lokasi lesi.
5
Kendala : Pada penyakit kulit, kendala yang dihadapi dokter adalah dalam menganalisis UKK,
gejala dan menentukan diagnosis. Termasuk pada kasus herpes zooster, terkadang sulit
dibedakan dengan penyakit/diagnosis bandingnya seperti insect bite/dermatitis venenata
dimana gejala yang dirasakan pun sama dengan herpes zooster.
Saran : Agar lebih cermat dan seksama dalam menganamnesis, menganalisis bentuk lesi serta
lokasi lesi.

3.3 Penyuluhan masyarakat mengenai herpes zooster


Penyuluhan kesehatan mengenai herpes zooster bertujuan untuk menambah pengetahuan
masyarakat mengenai herpes zooster, bagaimana tanda dan gejalanya, dan secara umum dapat
menurunkan angka kejadian herpes zooster dan komplikasinya karena kesadaran masyarakat
meningkat.
Kendala : Program penyuluhan ini belum berjalan dengan baik di Puskesmas Larangan karena
keterbatasan waktu dan tenaga. Yang berjalan selama ini adalah edukasi pada pasien penderita
herpes zooster yang datang ke puskesmas, namun hal itu juga dirasa belum begitu efektif,
karena informasi yang diberikan hanyalah garis besar penyakit mengingat waktu dan jumlah
kunjungan pasien yang tinggi di Puskesmas Larangan.
Saran : Kegiatan penyuluhan mengenai herpes zooster dapat dibarengi dengan kegiatan lintas
bidang seperti Prolanis dan Posbindu, atau dapat dilakukan kegiatan penyuluhan rutin yang
terjadwal.

3.4 Manajemen dan Tata Laksana herpes zooster

Herpes zooster dapat dikendalikan dengan pola gaya hidup yang baik dan terapi obat-
obatan. Obat-obatan di puskesmas sudah cukup lengkap untuk menangani kasus herpes zooster.
Walaupun pada kasus ikutan, seperti neuralgia post herpetic belum teredia obat-obatannya di
puskesmas karena kasusnya jarang ditemui.

4 Kesimpulan
Penanganan Penyakit Tidak Menular khususnya herpes zooster di Puskesmas Larangan
sudah berjalan cukup baik, namun kekurangan yang ditemukan dalam analisa yaitu dalam
menganalisis UKK untuk menegakan diagnosis, serta kurangnya penyuluhan kepada
masyarakat mengenai herpes zooster.

5 Saran
a. Untuk Pemegang Program:

6
- Menjadwalkan serta melaksanakan penyuluhan secara rutin ditiap pos kesehatan
maupun pada kegiatan prolanis dan posbindu kepada masyarakat khususnya lansia
mengenai penyakit herpes zooster.

Kota Cirebon, Januari 2018


Mengetahui, Yang membuat laporan
Dokter pendamping Internship Dokter Internship

dr. Suhandri Nurhidayat dr. Angginamita Amalia

Anda mungkin juga menyukai